Pengkajian Tepat Indikasi Pengkajian Tepat Obat

Hasil pemeriksaan hematologi menunjukkan jumlah leukosit yang tinggi dan menandakan adanya infeksi. Jumlah eritrosit dan hemoglobin berada di bawah nilai normal. Kadar elektrolit natrium juga di bawah nilai normal. Berdasarkan semua hasil pemeriksaan tersebut dokter menyatakan bahwa pasien menderita tuberkulosis paru kategori satu. Pasien yang termasuk kategori satu yaitu pasien baru tuberkulosis paru dengan hasil uji BTA positif, pasien tuberkulosis paru dengan hasil uji BTA negatif tetapi hasil foto toraks positif dan pasien tuberkulosis ekstra paru Depkes RI, 2006. Diagnosis ini sama dengan diagnosis dokter spesialis paru di Nias yang telah melakukan pemeriksaan terhadap pasien berdasarkan gejala klinis, uji BTA dan foto toraks. Pasien juga telah mendapatkan obat antituberkulosis dari dokter tersebut sejak tanggal 26 September 2011 dan menggunakannya secara teratur. Pasien mengalami gout akut sejak tanggal 9 Oktober 2011. Diagnosis ini berdasarkan gejala klinis pada pasien seperti nyeri pada persendiaan, sendi tidak bisa digerakkan, sendi berwarna kemerah-merahan, terjadi pembengkakan dan rasa panas pada sendi. Gejala klinis ini didukung oleh hasil pemeriksaan kadar asam urat pasien di atas normal hiperurisemia. Pasien juga sering mengalami demam dengan suhu tubuh yang tidak terlalu tinggi.

4.2 Pengkajian Tepat Indikasi

Diagnosis dokter menyatakan bahwa pasien menderita tuberkulosis paru kategori satu. Pemberian kombinasi rifampisin, isoniazid, pirazinamid, dan etambutol sesuai dengan pedoman penatalaksanaan pasien tuberkulosis paru, dimana untuk kategori satu diobati dengan kombinasi 2HRZE4HR3 Depkes RI, 2006. Universitas Sumatera Utara Efek merugikan dari isoniazid adalah neuropati perifer. Efek ini dapat diatasi dengan pemberian piridoksin vitamin B 6 dengan dosis 10 mg dan tiamin vitamin B 1 dengan dosis 100 mg. Indikasi pemberian sohobion ® sudah tepat untuk mengatasi efek neuropati dari isoniazid, karena mengandung piridoksin vitamin B 6 dan tiamin vitamin B 1 Dokter memberikan zyloric . ® Pemberian seftriakson kepada pasien karena diduga terjadi infeksi lain yang belum terbukti selain infeksi utama oleh Mycobacterium tuberculosis. Pemberian seftriakson ini kurang tepat karena penggunaannya secara empiris tanpa ada pengujian kultur. alopurinol untuk mengatasi hiperurisemia yang disebabkan oleh pirazinamid dan etambutol. Alopurinol menghambat pembentukan asam urat dengan cara menghambat inhibitor enzim xanthine oxidase, sehingga menghalangi pembentukan xantin dari hipoxantin dan pembentukan asam urat dari xantin Stockley, 2008. Alopurinol kurang tepat diindikasikan untuk mengobati efek hiperurisemia dari pirazinamid dan etambutol karena hiperurisemia yang terjadi adalah akibat dihambatnya ekskresi asam urat di ginjal oleh pirazinamid dan etambutol. Pemberian teofilin untuk mengatasi sesak nafas yang dialami oleh pasien sudah tepat indikasi. Pemberian kodein sebagai antitusif untuk mengatasi batuk kering yang dialami oleh pasien sudah tepat indikasi. Pemberian parasetamol sebagai antipiretik sudah tepat indikasi.

4.3 Pengkajian Tepat Obat

Mikobakteri yang menyebabkan tuberkulosis tumbuh sangat lambat sehingga terapi harus dilakukan dalam waktu yang relatif lama, dan untuk Universitas Sumatera Utara mencegah resistensi penting menggunakan kombinasi dari empat atau lima senyawa yang menimbulkan sensitivitas pada mikobakteri tersebut. Satu kombinasi biasanya terdiri dari rifampisin, isoniazid, pirazinamid dan etambutol Stringer, 2006. Kombinasi ini menggabungkan tingkat efikasi terbesar dengan derajat toksisitas yang dapat diterima Petri, 2003. Pemberian kombinasi rifampisin, isoniazid, pirazinamid, dan etambutol sesuai dengan pedoman penatalaksanaan pasien tuberkulosis paru, dimana untuk kategori satu diobati dengan kombinasi 2HRZE4HR3. Rifampisin bersifat bakterisid dengan cara menghambat sintesis asam ribonukleat RNA melalui pembentukan suatu kompleks yang stabil antara rifampisin dengan RNA polimerase . Isoniazid bersifat bakterisid dengan cara menghambat sintesis asam mikolat yang digunakan untuk pembentukan dinding sel mikobakteri Stringer, 2006. Mekanisme kerja pirazinamid berdasarkan pengubahannya menjadi asam pirazinat oleh enzim pirazinamidase yang berasal dari basil TBC. Mekanisme kerja etambutol berdasarkan penghambatan sintesa RNA pada kuman yang sedang membelah, juga menghindarkan terbentuknya mycolic acid pada dinding sel Tan dan Rahardja, 2010. Efek merugikan dari isoniazid adalah neuropati perifer. Hal ini disebabkan oleh peningkatan ekskresi piridoksin. Pasien yang makanannya kurang bergizi dan pasien yang mempunyai predisposisi neuropati karena menderita diabetes, uremia dan alkoholisme beresiko besar untuk mendapatkan efek neuropati ini Woodley and Whelan, 1992. Efek neuropati ini disebabkan oleh kompetisi isoniazid dengan piridoksin untuk enzim apotriptofanase karena keduanya mempunyai struktur kimia yang mirip Mycek, dkk., 1995. Efek ini dapat diatasi dengan pemberian Universitas Sumatera Utara piridoksin vitamin B 6 dengan dosis 10 mg dan tiamin vitamin B 1 Pemberian sohobion dengan dosis 100 mg Tan dan Rahardja, 2010. ® diindikasikan untuk mengatasi efek neuropati dari isoniazid, karena mengandung piridoksin vitamin B 6 dan tiamin vitamin B 1 . Sohobion ® tidak hanya mengandung piridoksin vitamin B 6 100 mg dan tiamin vitamin B 1 100 mg tetapi juga mengandung sianokobalamin vitamin B 12 5000 mcg. Sianokobalamin vitamin B 12 merupakan obat yang meningkatkan produksi asam urat Depkes RI, 2006. Pirazinamid dan etambutol yang diberikan pada pasien tuberkulosis akan menghambat ekskresi asam urat dan menginduksi hiperurisemia. Keadaan hiperurisemia ini akan semakin diperburuk dengan pemberian sianokobalamin vitamin B 12 yang justru meningkatkan produksi asam urat, sehingga akumulasi asam urat atau hiperurisemia yang terjadi tidak lagi hanya karena terhambatnya ekskresi asam urat oleh pirazinamid dan etambutol, tetapi juga karena meningkatnya pembentukan asam urat oleh sianokobalamin vitamin B 12 . Pemberian sohobion ® Penggunaan pirazinamid harus dihentikan jika terjadi hiperurisemia yang disebabkan oleh pirazinamid dan disertai oleh acute gouty arthritis. Penggunaan pirazinamid dihentikan sampai kadar asam urat normal kembali disertai dengan pemantauan kadar asam urat Stockley, 2008. Penggunaan pirazinamid dihentikan sejak tanggal 10 Oktober 2011 karena terjadinya gout akut pada pasien. Gejala klinis gout akut yang dialami oleh pasien didukung oleh hasil pemeriksaan kadar asam urat pasien yang meningkat menjadi 8,2 mgdl. dalam hal ini tidak tepat sebagai pilihan obat untuk mengatasi efek samping dari isoniazid, di samping itu tersedia bentuk sediaan tunggal dalam daftar plafon dan harga obat DPHO yaitu piridoksin dengan sediaan tablet 10 mg dan tiamin dengan sediaan tablet 50 mg. Universitas Sumatera Utara Dokter memberikan zyloric ® Urikosurik seperti probenesid dapat digunakan untuk mengatasi hal ini. Probenesid bekerja meningkatkan ekskresi asam urat dengan cara menghambat reabsorpsi di tubular ginjal. Urikolitik seperti urat oxidase juga dapat diberikan. Urat oksidase berperan sebagai katalisator untuk mengubah asam urat menjadi alantoin yang larut dalam air, namun sampai saat ini sediaan urat oksidase belum ada di Indonesia Depkes RI, 2006. alopurinol untuk mengatasi hiperurisemia yang disebabkan oleh pirazinamid dan etambutol. Alopurinol menghambat pembentukan asam urat dengan cara menghambat inhibitor enzim xanthine oxidase, sehingga menghalangi pembentukan xantin dari hipoxantin dan pembentukan asam urat dari xantin Stockley, 2008. Alopurinol tidak tepat digunakan untuk mengobati efek hiperurisemia dari pirazinamid karena hiperurisemia yang terjadi adalah akibat dihambatnya ekskresi asam urat di ginjal oleh pirazinamid dan etambutol. Zyloric ® Pasien kembali menerima pirazinamid pada tanggal 15 Oktober 2011. Pemberian kembali pirazinamid ini disertai dengan pemberian alopurinol kepada pasien. Pemberian bersama pirazinamid dan alopurinol harus dihindari Adverse Drugs Interaction, 2002. Pirazinamid terhidrolisa di dalam tubuh menjadi asam pirazinoat yang bertanggung jawab atas efek hiperurisemia dari pirazinamid. Asam pirazinoat dioksidasi oleh enzim xanthine oxidase menjadi asam 5- hidroksipirazoat. Oksidasi asam pirazinoat ini dihambat oleh alopurinol yang alopurinol tidak terdapat dalam DPHO sehingga pasien harus membeli dari apotek luar, padahal alopurinol terdapat dalam DPHO dalam bentuk sediaan tablet dengan dosis 100 mg dan 300 mg. Probenesid juga terdaftar dalam DPHO dalam bentuk sediaan tablet dengan dosis 500 mg. Universitas Sumatera Utara bekerja sebagai inhibitor enzim xanthine oxidase sehingga meningkatkan akumulasi asam pirazinoat dan menginduksi hiperurisemia Stockley, 2008. Pemberian seftriakson kepada pasien karena diduga terjadi infeksi lain yang belum terbukti selain infeksi utama oleh Mycobacterium tuberculosis. Pemberian seftriakson ini tidak tepat karena penggunaannya secara empiris tanpa ada pengujian kultur. Selain itu, obat antituberkulosis seperti rifampisin selain aktif terhadap mikobakterium juga efektif melawan berbagai bakteri gram positif dan negatif. Pemberian elektrolit dalam bentuk infus NaCl 0,9 sudah tepat karena dari hasil pemeriksaan elektrolit pasien menunjukkan kadar natrium di bawah nilai normal. Sesak nafas yang dialami oleh pasien diatasi dengan pemberian teofilin. Pemberian teofilin retaphyl ® SR akan merelaksasi secara langsung otot polos bronki dan pembuluh darah pulmonal. Teofilin juga merupakan stimulan pusat pernafasan serta memperbaiki kontraktilitas pada pasien dengan penyakit obstruksi saluran pernapasan kronik Adverse Drugs Interaction, 2002. Pemberian teofilin dalam bentuk sustained release adalah untuk memberikan konsentrasi yang konstan dalam darah Tan dan Rahardja, 2010. Formulasi sediaan sustained release dirancang sedemikian rupa untuk pelepasan zat aktif secara terkontrol. Sediaan retaphyl ® SR mengandung teofilin dengan kekuatan 300 mgtablet dan dosis yang diberikan oleh dokter kepada pasien adalah 150 mg setiap 12 jam sehingga tablet harus dibagi dua. Sifat sustained release dari sediaan ini akan rusak dan profil pelepasannya pun tidak terkontrol lagi. Pemberian retaphyl ® SR ini tidak tepat dan dapat diganti dengan bentuk sediaan teofilin dalam DPHO yaitu teofilin dengan sediaan tablet 150 mg. Universitas Sumatera Utara Pemberian kodein sebagai antitusif yaitu untuk mengatasi batuk kering yang dialami oleh pasien. Kodein adalah narkotika turunan morfin yang mempunyai efek antitusif dan analgetik. Kodein bekerja sentral menekan pusat batuk di sistem saraf pusat Tan dan Rahardja, 2010. Parasetamol memiliki efek sebagai analgetik dan antipiretik. Pemberian parasetamol sebagai antipiretik yaitu untuk menurunkan demam pada pasien. Daya antipiretik parasetamol didasarkan pada rangsangan pada pusat penghantar panas di hipotalamus, menimbulkan vasodilatasi perifer sehingga terjadi pengeluaran panas yang disertai banyak keringat. Kemampuannya parasetamol sebagai analgetik akan meningkat jika dikombinasikan dengan kodein sehingga dapat mengatasi nyeri pada pasien Tan dan Rahardja, 2010. Pemberian gas O 2 untuk mengatasi sesak nafas yang dialami oleh pasien. Pemberian gas O 2

4.4 Pengkajian Tepat Dosis