rektal maupun parenteral. Efek samping piridoksin jarang terjadi dan biasanya berupa reaksi alergi. Efek samping alopurinol jarang terjadi dan biasanya berupa
reaksi alergi kulit, gangguan lambung dan usus, nyeri kepala, dan pusing. Efek samping parasetamol yang terjadi biasanya berupa reaksi hipersensitivitas. Pada
dosis di atas 6 g sehari dapat mengakibatkan nekrosis hati yang ireversibel Tan dan Rahardja, 2010.
4.6 Pengkajian Interaksi Obat
Kombinasi rifampisisn, isoniazid, pirazinamid dan etambutol akan meningkatkan efektivitas dan untuk mencegah resistensi. Masing-masing obat
dalam kombinasi ini mempunyai mekanisme kerja yang berbeda Stringer, 2006.
Rifampisin merupakan inducer poten isoenzim sitokrom P-450 yang mengakibatkan turunnya konsentrasi serum obat-obatan yang dimetabolisme oleh
isoenzim tersebut Stringer, 2006. Teofilin merupakan obat yang dimetabolisme di hati oleh isoenzim sitokrom P-450. Rifampisin akan meningkatkan metabolisme
teofilin sehingga menurunkan kadarnya dalam darah Depkes RI, 2005, oleh karena itu dosis teofilih harus dinaikkan. Teofilin juga mempunyai indeks
terapeutik yang sempit sehingga perlu dilakukan penetapan dosis secara individual dan pemantauan kadar obat dalam darah Tan dan Rahardja, 2010.
Makanan akan mengurangi absorbsi rifampisin dan isoniazid pada saluran pencernaan sehingga menurunkan konsentrasinya Stockley, 2008; Depkes RI,
2005. Antasida dapat mengurangi absorbsi isoniazid pada saluran pencernaan Petri, 2003. Rifampisin dan isoniazid sebaiknya tidak diberikan bersama dengan
makanan dan antasida. Obat-obat ini dapat diberikan pada pagi hari sebelum makan.
Universitas Sumatera Utara
Pirazinamid terhidrolisa di dalam tubuh menjadi asam pirazinoat yang bertanggung jawab atas efek hiperurisemia dari pirazinamid. Asam pirazinoat
dioksidasi oleh enzim xanthine oxidase menjadi asam 5-hidroksipirazoat. Oksidasi asam pirazinoat ini dihambat oleh alopurinol yang bekerja sebagai inhibitor enzim
xanthine oxidase sehingga meningkatkan akumulasi asam pirazinoat dan menginduksi hiperurisemia Stockley, 2008. Pemberian pirazinamid bersama
alopurinol harus dihindari Adverse Drugs Interaction, 2002. Pirazinamid dan etambutol yang diberikan pada pasien tuberkulosis akan
menghambat ekskresi asam urat dan menginduksi hiperurisemia. Keadaan ini akan semakin diperburuk dengan pemberian sianokobalamin vitamin B
12
4.7 Rekomendasi untuk Dokter
yang meningkatkan produksi asam urat Depkes RI, 2006. Pemberian pirazinamid dan
etambutol bersama sianokobalamin harus dihindari.
Beberapa rekomendasi yang diberikan kepada dokter antara lain: 1. Pemberian sohobion
®
yang diindikasikan untuk mengatasi efek neuropati dari isoniazid dapat diganti dengan sediaan tunggal piridoksin vitamin B
6
dan tiamin vitamin B
1
2. Pemantauan kadar asam urat pasien harus dilakukan sehingga dapat diketahui dengan tepat waktu pemberian kembali pirazinamid kepada
pasien. Pemantauan ini juga berguna untuk mengetahui perkembangan pasien baik setelah pemberian obat-obat yang digunakan untuk mengatasi
asam urat maupun setelah pemberian kembali pirazinamid. yang ada dalam daftar plafon dan harga obat
DPHO yaitu piridoksin dengan sediaan tablet 10 mg dan tiamin dengan sediaan tablet 50 mg.
Universitas Sumatera Utara
3. Urikosurik seperti probenesid dapat digunakan untuk mengatasi hiperurisemia pada pasien. Probenesid bekerja meningkatkan ekskresi asam
urat dengan cara menghambat reabsorpsi di tubular ginjal. 4. Pemberian pirazinamid bersama alopurinol harus dihindari karena akan
meningkatkan resiko hiperurisemia. 5. Pemberian seftriakson kepada pasien karena diduga terjadi infeksi lain yang
belum terbukti selain infeksi utama oleh Mycobacterium tuberculosis. Pemberian seftriakson ini tidak tepat karena penggunaannya secara empiris
tanpa ada pengujian kultur. Selain itu, beberapa obat antituberkulosis selain aktif terhadap mikobakterium juga efektif melawan berbagai bakteri gram
positif dan negatif. 6. Pemberian teofilin dapat dilakukan dengan memberikan secara langsung
sediaan tablet dosis 150 mg yang ada dalam daftar plafon dan harga obat
DPHO. 4.9 Rekomendasi untuk Perawat
Beberapa rekomendasi yang diberikan kepada perawat antara lain : 1. Pemberian obat-obat injeksi kepada pasien oleh perawat sebaiknya tepat
waktu, karena interval pemberian merupakan salah satu bagian dari ketepatan dosis, misalnya injeksi seftriakson diberikan tepat setiap 12 jam.
2. Obat-obat yang belum digunakan sebaiknya disimpan sesuai dengan persyaratan kondisi penyimpanan, karena penyimpanan pada umumnya
berpengaruh kepada stabilitas sediaan, misalnya serbuk injeksi seftriakson sebaiknya disimpan pada suhu kamar 25º C.
Universitas Sumatera Utara
3. Sediaan obat injeksi yang terlebih dahulu dilarutkan harus disesuaikan dengan pelarut dan jumlahnya, misalnya 1 gram serbuk seftriakson
dilarutkan dalam 9,6 ml akua pro injeksi sehingga mengurangi rasa nyeri di tempat penyuntikan.
4. Pembuangan wadah bekas obat seperti vial, ampul dan spuit harus disesuaikan dengan tempat penampungan wadah bekas pakai.
4.9 Pelayanan Konseling, Informasi, dan Edukasi Pasien