Formulasi Krim Dengan Minyak Canola (Brassica napus L.) Sebagai Pelembab Menggunakan Dasar Krim m/a dan a/m
LAMPIRAN
(2)
Lampiran 2. Suratpernyataan sukarelawan
SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Umur : Alamat :
Menyatakan bersedia menjadi sukarelawan untuk uji kelembaban kulit yang dilakukan selama 1 bulan dan uji iritasi selama 2 hari dalam penelitian Nurul Rahmah dengan judul penelitian Formulasi krim dengan Minyak Canola (Brasicca napus L.) sebagai pelembab menggunakan dasar krim m/a dan a/m dan memenuhi kriteria sebagai sukarelawan uji sebagai berikut (Ditjen POM, 1985).
1. Wanita berbadan sehat 2. Usia antara 20-30 tahun
3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi, dan 4. Bersedia menjadi relawan
Apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama uji iritasi, sukarelawan tidak akan menuntut kepada peneliti.
Demikian surat pernyataan ini dibuat, atas partisipasinya peneliti mengucapkan terima kasih.
Medan, Januari 2015 Sukarelawan Peneliti
(3)
Lampiran 3. Sediaan krim setelah dibuat
a. Gambar sediaan krim m/a setelah dibuat
b. Gambar sediaan krim a/m setelah dibuat
F0 F1 F2 F3 F4 F5
(4)
Lampiran 4. Sediaan krim setelah 12 minggu
a. Gambar sediaan krim m/a setelah 12 minggu
b. Gambar sediaan krim a/m setelah 12 minggu
F0 F1 F2 F3 F4 F5
(5)
Lampiran 5.Uji homogenitas
a. Gambar uji homogenitas sediaan krim m/a
(6)
Lampiran 6. Uji tipe emulsi dengan pewarnaan metilen biru
a. Gambar uji tipe emulsi sediaan krim m/a dengan pewarnaan metilen biru
b. Gambar uji tipe emulsi sediaan krim a/m dengan pewarnaan metilen biru
R0 R1
R2 R3 R4 R5 R6
F0 F1 F2 F3 F4 F5 F6
(7)
Lampiran 7. Uji kelembaban (moisture checker)
a. Gambar alat moisture checker
(8)
Lampiran 8. Gambar Minyak Canola dan pH meter
a. Gambar Minyak Canola
(9)
Lampiran 9. Gambar Pohon Canola
Sumber:
https://www.google.com/search?q=gambar+pohon+canola&tbm=isch&tbo=u&so urce=univ&sa=X&ved=0CDAQ7AlqFQoTCN286fuG_cYCFUUalAoddLALpQ &biw=1366&bih=657#imgrc=sj7SrUgXdV1c2M%3A
(10)
Lampiran 10. Foto sebelum dan sesudah pemakaian krim m/a
F0 sebelum F0 sesudah
F1 sebelum F1 sebelum
(11)
F2 sebelum F2 sesudah
F3 (sebelum) F3 (sesudah)
(12)
F4 (sebelum) F4 (sesudah)
F5 (sebelum) F5 (sesudah)
F6 (sebelum) F6 (sesudah)
(13)
R0 (sebelum) R0 (sesudah)
R1 (sebelum) R1 (sesudah)
(14)
R2 (sebelum) R2 (sesudah)
R3 (sebelum) R3 (sesudah)
(15)
R4 (sebelum) R4 (sesudah)
R5 (sebelum) R5 (sesudah)
R6 (sebelum) R6 (sesudah)
(16)
Krim tipe m/a
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Sebelum 21 32.029 1.0301 30.0 33.5 MingguI 21 33.248 1.4912 30.7 35.6 MingguII 21 35.052 2.5795 31.1 38.9 MingguIII 21 37.433 3.9521 31.6 43.7 MingguIV 21 39.338 4.8267 32.2 46.7
ANOVA
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig. Sebelum Between
Groups
18.436 6 3.073 15.437 00 Within
Groups
2.787 14 .199 Total 21.223 20
MingguI Between Groups
41.919 6 6.987 38.307 .000 Within
Groups
2.553 14 .182 Total 144.472 20
MingguII Between Groups
130.832 6 21.805 136.284 .000 Within
Groups
2.240 14 .160 Total 33.072 20
MingguIII Between Groups
310.013 6 51.669 304.788 .000 Within
Groups
2.373 14 .170 Total 312.387 20
MingguIV Between Groups
462.690 6 77.115 331.168 .000 Within
Groups
3.260 14 .233 Total 465.950 20
(17)
MingguIII
PEMULIH
AN N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4 5
Tukey HSDa Formula F0 3 31.933 Formula F1 3 32.833
Formula F2 3 35.667
Formula F3 3 38.400 Formula F4 3 39.200
Formula F5 3 40.767
Formula F6 3 43.233
Sig. .175 1.000 .275 1.000 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Krim tipe a/m
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Sebelum 21 31.681 1.1869 29.6 33.5 MingguI 21 33.071 1.6983 30.1 35.2 MingguII 21 35.110 2.6640 30.7 38.8 MingguIII 21 37.514 3.9688 31.3 42.9 MingguIV 21 39.843 5.1430 32.1 46.8
(18)
ANOVA
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig. Sebelum Between
Groups
11.611 5 2.322 1.548 .247
Within Groups
18.000 12 1.500
Total 29.611 17 MingguI Between
Groups
28.667 5 5.733 3.559 .033
Within Groups
19.333 12 1.611
Total 48.000 17 MingguII Between
Groups
51.611 5 10.322 10.322 .001
Within Groups
12.000 12 1.000
Total 63.611 17 MingguIII Between
Groups
87.611 5 17.522 10.513 .000
Within Groups
20.000 12 1.667
Total 107.611 17 MingguIV Between
Groups
126.444 5 25.289 65.029 .000
Within Groups
4.667 12 .389
Total 131.111 17
(19)
MingguI
PEMULIH
AN N
Subset for alpha = 0.05 1 2 Tukey HSDa Formula R0 3 28.33
Formula R1 3 29.33 29.33 Formula R2 3 30.33 30.33 Formula R3 3 30.33 30.33 Formula R4 3 31.67 31.67 Formula R5 3 32.00 Sig. .063 .178 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
MingguII
PEMULIH
AN N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
Tukey HSDa Formula R0 3 29.67
Formula R1 3 31.00 31.00
Formula R2 3 31.33 31.33 31.33 Formula R3 3 33.67 33.67 Formula R4 3 34.00 Formula R5 3 34.00 Sig. .376 .058 .058 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
(20)
MingguIII
PEMULIH
AN N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
Tukey HSDa Formula R0 3 29.67
Formula R1 3 31.67 31.67 Formula R2 3 32.67 32.67
Formula R3 3 34.67 34.67 Formula R4 3 34.67 34.67 Formula R5 3 36.33 Sig. .116 .116 .624 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
MingguIV
PEMULIH
AN N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
Tukey HSDa Formula R0 3 30.00
Formula R1 3 32.00 Formula R2 3 33.33
Formula R3 3 36.33 Formula R4 3 36.33 Formula R5 3 37.33 Sig. 1.000 .166 .413 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
(21)
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaam Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 387-389.
Anief, Moh. (2004). Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Cetakan Kesebelas. Yogyakarta:Penerbit Universitas Gadjah Mada. Hal.132.
Aramo. (2012). Skin and Hair Diagnosis System. Sugnam: aram Huvis Korea Ltd. Hal. 1-10.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 33.
Ditjen POM. (1972). Formularium Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal.245.
Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 22,86,97,356.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Departemen Kesehatan RI. Hal 6.
Dreher, T.M., Glass, J., Connor, A.J., dan Steven, G.W. (1997). Effect of Rheology on Coalescence Rates and Emulsion Stability. American Journal of Analytical Chemistry. 45(6): 212
Fereidoon, S. (1990). Canola and Rapeseed Production, Chemistry, Nutrition, and Processing Technology. Australia: Library of congress cataloging publication data. Hal. 5, 37, 44.
Honary, A.T., danErwin, R. (2011). Biobased Lubricants and Greases Technolgy and Products. Canada: Library of congress cataloging publication data. Hal. 43,57-58.
Jessop, J.P., dan Toelken, H.R. (1986). Flora of Australia.Lycopodiaceae Rosaceae. South Australian Government Printing Division. 5(1): 445 Khattab, R., Rempel, C.,Suh, M., dan Thiyam, U. (2012). Quality of Canola Oil
Obtained by Conventional and Supercritical Fluid Extraction. American Journal of Analytical Chemistry. 3(1): 966 - 968.
Lachman, L., Liberman, A.H., dan Kanig, J.L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Penerjemah: Siti Suyatmi. Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 1117-1118.
(22)
Levin, J., dan Maibach, H. (2007). Human Skin Buffering Capacity. Journal of Skin Research and Technology. 14(3): 121-126.
Lund, W.(1994). The Pharmaceutical Codex Principles and Practice of Pharmaceutics. 12thed. London: The Pharmaceutical Press. Hal. 82-91, 493-495.
Martin, A., Swarbrick, J., dan Commarata, A.(1993).Physical Pharmacy. Edisi Kedua. Philadelphia: Pharmaceutical Press. Hal. 794, 1079, 1132.
Mithal, B.M., dan Saha, R.N. (2000). A Handbook of Cosmetics. Edisi Kesatu. Delhi: Vallabh Prakashan. Hal. 11-16
Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Edisi Kesatu. Amsterdam: Elsevier Science B. V. Hal. 13, 19-21.
Muliayawan, D., dan Suriana, N. (2013). A-Z Tentang Kosmetik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Hal. 65-66.
Pearch. C. Evelyn. (2008). Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 239.
Prianto. J. (2014). Cantik Panduan Lengkap Merawat Kulit Wajah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 130, 140-141.
Rawlins, E.A. (2003). Bentley's Textbook of Pharmaceutics. 18th ed. London: Bailierre Tindall. Hal. 22, 355.
Rieger, M.A., Lamond, M., Preston, C., Powles, S.B., dan Roush, R. (2002) Pollen-mediated movement of herbicide resistance between commercial canola fields. Edisi Keempat. London: Gene Technology Regulator. Hal. 2386-2388.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quinn, M.E. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi Keenam. London: Pharmaceutical Press. Hal. 155, 108-109.
Soraya N. (2002). Bahan Kosmetik Alami. Bogor: Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. 12(2): 129, 134 – 140.
Suryani, A., Sailah, I., dan Hambali, E. (2000). Teknologi Emulsi. Bogor: Teknologi Industri Pertanian Bogor. Hal: 151.
(23)
Tranggono, R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 4, 46, 76-77.
Voigt, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima.Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal. 399-400.
Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 3,58-59, 62-63, 111-112.
Wibowo, D.S. (2005). Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: PT. Grasindo. Hal. 13, 17, 19.
Young, A. (1972). Practical Cosmetic Science. London: Mills and Boon Limited. Hal. 32.
(24)
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Penelitian ini meliputi identifikasi sampel, pembuatan sediaan krim, penentuan mutu fisik sediaan meliputi uji homogenitas, penentuan tipe emulsi, pH, pengamatan stabilitas sediaan selama 12 minggu pada penyimpanan suhu kamar dan uji iritasi terhadap kulit serta pengujian kemampuan sediaan untuk meningkatkan kelembaban kulit dengan menggunakan 21 orang sukarelawan. Masing-masing dari 21 orang sukarelawan ini dibagi dalam 7 kelompok uji, setiap kelompok terdiri dari 3 orang sukarelawan, 4 kelompok uji diberikan sediaan krim dengan variasi minyak canolayang diformulasikan, sedangkan 3 kelompok uji lainnya diberikan blanko, sediaan pasaran dan gliserin sebagai pembanding yang dilakukan selama 4 minggu. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kosmetologi dan Farmasi Fisik Universitas Sumatera Utara.
3.1Alat-alat
Alat- alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spatel, neraca listrik, cawan porselen, pipet tetes, penjepit tabung, lumpang, stamfer, objek gelas, pH meter (Hanna), alat-alat gelas, pot plastik, penangas air, batang pengaduk, dan alatskin analyzer (moisture checker) (Aramo SG Component I).
3.2Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak canola, cera alba, paraffin cair, nipagin, asam stearat, natrium tetraborat, trietanolamin, air suling dan parfum.
(25)
3.3 Sukarelawan
Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi dan penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit berjumlah 21 orang dengan kriteria sebagai berikut (Ditjen POM, 1985):
1. Wanita berbadan sehat 2. Usia antara 20-30 tahun
3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi 4. Bersedia menjadi sukarelawan
3.4Prosedur Kerja 3.4.1 Identifikasi sampel
Identifikasi sampel dilakukan dengan menganalisis kandungan asam lemak yang terkandung dalam minyak canola di Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan. Kemudian mencocokkan hasil analisis yang didapatkan dengan standar spesifikasi dalam buku Handbook of Pharmaceutical Excipients.
3.4.2 Formulasi sediaan krim pelembab
3.4.2.1Formula standar vanishing cream tipe m/a (Formularium Indonesia) Asam stearat 142
Gliserin 100 Na. tetraborat 2,5 Tri etanolamin 10 Air suling 750
(26)
3.4.2.2Pembuatan dasar krim m/a
Formula dasar krim m/a yang dibuat adalah sebagai berikut: Tabel 3.1Formula dasar krim m/a yang dibuat
Komposisi Jumlah untuk 600 gram
Asam stearat (g) 85,2
Na. tetraborat(g) 1,5
Trietanolamin (g) 6
Nipagin (g) 0,06
Air suling sampai (g) 600
Parfum (tetes) 3
Krim 600 gram yang akan digunakan pada pembuatan krim tipe m/a dengan menggunakan minyak canola.
Cara pembuatan:
Asam stearat dimasukkan dalam cawan porselen lalu dipanaskan diatas penangas air (massa I). Natrium tetraborat, trietanolamin dan nipagin dilarutkan dengan air suling yang telah dipanaskan (massa II), kemudian massa I dimasukkan dalam lumpang panas dan ditambahkan massa II lalu digerus secara konstan dan terus-menerus hingga diperoleh dasar krim yang homogen.
3.4.2.3Pembuatan sediaan krim m/a
Konsentrasi minyak canola yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 5%; 7,5%; 10% dan 12,5%. Formula yang digunakan adalah sebagai berikut:
(27)
Tabel 3.2 Formula sediaan krim m/a yang dibuat dan yang dipasaran
Komposisi Formula
F0 F1 F2 F3 F4 F5 F6
Minyak canola(%) - 5 7,5 10 12,5 - -
Dasar krim m/a
sampai (g) 100 100 100 100 100 - 100
Sediaan krim m/a
dipasaran (g) - - - 100 -
Gliserin (%) - - - 2
Parfum 3 3 3 3 3 3 3
Keterangan : Formula F0: Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula F1: Konsentrasi minyak canola 5 % Formula F2 :Konsentrasi minyak canola 7,5 % Formula F3 : Konsentrasi minyak canola 10 % Formula F4 : Konsentrasi minyak canola 12,5 % Formula F5 : Sediaan krim m/a di pasaran Formula F6 : Gliserin 2 %
Cara Pembuatan:
Minyak canola digerusditambahkan sedikit demi sedikit kedalam dasar krim m/a dan digerus hingga diperoleh sediaan yang homogen. Terakhir tambahkan 3 tetes parfum dan digerus sampai homogen.
3.4.2.4Formula standar krim pelembab tipe a/m (Young,1972) Cera alba 16,0
Parafin cair 50,0 Borax 1,0 Air suling 33,0 Nipagin qs
(28)
3.4.2.5Pembuatan dasar krim a/m
Formula dasar krim a/m yang dibuat adalah sebagai berikut: Tabel 3.3Formula dasar krim a/m yang dibuat
Komposisi Jumlah untuk 600 gram
Cera alba (g) 96
Paraffin cair(g) 300
Boraks(g) 6
Nipagin (g) 0,6
Air suling sampai (g) 600
Parfum (tetes) 3
Krim 600 gram yang akan digunakan pada pembuatan krim tipe a/m dengan menggunakan minyak canola.
Cara pembuatan :
Cera alba dan paraffin cair dimasukkan dalam cawan porselen lalu dipanaskan diatas penangas air (massa I). Boraks dan nipagin dilarutkan dengan air suling yang telah dipanaskan (massa II), kemudian massa I dimasukkan dalam lumpang panas dan ditambahkan massa II lalu diaduk secara konstan dan terus-menerus hingga diperoleh dasar krim yang homogen.
3.4.2.6Pembuatan sediaan krim a/m
Konsentrasi minyak canola yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 5%; 7,5%; 10% dan 12,5%. Formula yang digunakan adalah sebagai berikut:
(29)
Tabel 3.4 Formula sediaan krim a/m yang dibuat dan yang dipasaran
Komposisi
Formula
R0 R1 R2 R3 R4 R5 R6
Minyak canola(%) - 5 7,5 10 12,5 - -
Dasar krim a/m
sampai (g) 100 100 100 100 100 - 100
Sediaan krim a/m
dipasaran (g) - - - 100 -
Gliserin (%) - - - 2
Parfum (tetes) 3 3 3 3 3 3 3
Keterangan : Formula R0: Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula R1 : Konsentrasi minyak canola 5 % Formula R2 : Konsentrasi minyak canola 7,5 % Formula R3 : Konsentrasi minyak canola 10 % Formula R4 : Konsentrasi minyak canola 12,5 % Formula R5 : Sediaan krim a/m di pasaran Formula R6 : gliserin 2%
Cara Pembuatan:
Minyak canola digerus lalu tambahkan sedikit demi sedikit dasar krim a/m dan digerus hingga diperoleh sediaan yang homogen. Terakhir tambahkan 3 tetes parfum dan digerus sampai homogen.
3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan 3.5.1 Pemeriksaan homogenitas
Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas. Cara kerja:
Sejumlah tertentu sediaan dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).
(30)
3.5.2 Penentuan tipe emulsi pada sediaan krim
Penentuan tipe emulsi pada sediaan krim dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan.
Cara kerja :
Pengenceran fase dilakukan dengan mengencerkan 0,5 gram sediaan krim dengan 25 ml air dalam beaker gelas. Jika sediaan terdispersi secara homogen dalam air maka sediaan termasuk emulsi tipe m/a, sedangkan jika sediaan tidak terdispersi secara homogen dalam air, maka sediaan termasuk emulsi tipe a/m (Syamsuni, 2006).
Pewarnaan dilakukan dengan menambahkan larutan metilen biru sebanyak 1 tetes pada 100 mg sediaan, lalu diaduk. Bila metilen biru tersebar merata berarti sediaan tersebut emulsi tipe m/a, tetapi bila metilen biru tersebar tidak merata berarti sediaan tersebut emulsi tipe a/m (Syamsuni, 2006).
3.5.3 Penentuan pH sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Cara kerja:
Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 0,25 gram sediaan dan dilarutkan dalam 25 ml air suling. Kemudiaan elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).
(31)
3.5.4 Pengamatan stabilitas sediaan
Pengamatan stabilitas dilakukan pada penyimpanan suhu kamar. Cara kerja:
Masing-masing formula sedíaan dimasukkan ke dalam pot plastik, ditutup bagian atasnya. Selanjutnya pengamatan dilakukan pada saat sedíaan telah selesai dibuat, penyimpanan 1, 4, 8 dan 12 minggu dilakukan pada suhu kamar, bagian yang diamati berupa pemisahan fase, perubahan warna dan bau dari sedíaan (Ansel, 1989).
3.6 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan
Penelitianini dilakukan pada 21 orang sukarelawan, yaitu 3 orang sukarelawan untuk tiap formula dengan cara mengoleskan sediaan pada belakang telinga, kemudian dibiarkan selama 24 jam dan lihat perubahan yang terjadi pada kulit. Reaksi iritasi positif ditandai oleh adanya kemerahan, gatal-gatal, atau bengkak pada kulit lengan bawah bagian dalam yang diberi perlakuan. Adanya kemerahan diberi tanda (+), gatal-gatal (++), bengkak (+++) dan yang tidak menunjukkan reaksi apa-apa diberi tanda (-) (Wasitaatmadja, 1997; Tranggono; dan Latifah, 2007).
3.7 Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Meningkatkan Kelembaban Kulit
Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ditentukan menggunakan alat skin analyzer. Setiap formula diujikan kepada 3 orang sukarelawan,dilakukan pada bagian pergelangan bawah bagian tangan kanan (untuk krim m/a) dan kiri (untuk krim a/m), dengan diberi tanda lingkaran
(32)
lalu dioleskan setiap hari selama satu bulan. Pengukuran kelembaban awal dilakukansebelum sediaan digunakan, selanjutnya dilakukan pengukuran kelembaban pada daerah kulit yang diuji pada hari ke 7; 14; 21 dan 28.
Prosedur pengukuran dengan alat skin analyzer terhadap kadar air (moisture): bersihkan permukan kulit yang hendak diukur dengan tisu halus,bersihkan bagian sensor pada moisture checker dengan menggunakan kain lensa yang tersedia, tekan tombol power pada moisture checker dan tunggu hingga menunjukkan angka 00,0;letakkan di atas permukaan kulit yang akan di ukur, angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar air dalam kulit.
(33)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Identifikasi Sampel
Identifikasi sampel dilakukan dengan menganalisis kandungan asam lemak yang terkandung dalam minyak canola di Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan. Kemudian mencocokkan hasil analisis yang didapatkan dengan standar spesifikasi dalam bukuHandbook of Pharmaceutical Excipients. Hasil analisis komposisi asam lemak dalam minyak canola yang dilakukan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan adalah:
Tabel 4.1 Data hasil asam lemak minyak canola
No Asam lemak
Perbandingan asam lemak Pusat penelitian
kelapa sawit
Handbook of pharmaceutical excipients
1 Asam oleat 59 56- 62
2 Asam linoleat 22,2 19-24
3 Asam stearat 1,8 1,3-1,8
4 Asam palmitat 3,9 3-4,5
Berdasarkan Tabel 4.1, maka dapat diketahui bahwa sampel yang diuji adalah benar minyak canola karena kandungan asam-asam lemaknya sesuai dengan yang tertera pada literatur.
4.2PenentuanMutu Fisik Sediaan 4.2.1 Pemeriksaan homogenitas
Dari percobaan yang dilakukan pada sedíaan krim pelembab tidak diperoleh butiran-butiran, maka sedíaan krim pelembab dikatakan homogen. Perlakuan yang
(34)
sama juga dilakukan terhadap sedíaan pembanding yaitu formula F5, F6 dan R5, R6, hasil yang diperoleh juga menunjukkan tidak adanya butiran-butiran pada objek gelas.
4.2.2 Penentuan tipe emulsi pada sediaan krim
Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sedíaan krim dengan pengenceran fase menggunakan air adalah:
Tabel 4.2Data hasil pengenceran fase menggunakan air
No Formula Terdispersinya sediaan dalam air
Ya Tidak
1 F0 √ -
2 F1 √ -
3 F2 √ -
4 F3 √ -
5 F4 √ -
6 F4 √ -
7 F6 √ -
8 R0 - √
9 R1 - √
10 R2 - √
11 R3 - √
12 R4 - √
13 R5 - √
14 R6 - √
Keterangan : Formula F0 :Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula F1 : Konsentrasi minyak canola 5% Formula F2 : Konsentrasi minyak canola 7,5% Formula F3 : Konsentrasi minyak canola 10% Formula F4 : Konsentrasi minyak canola 12,5% Formula F5 : Sediaan krim m/a di pasaran Formula F6 : Gliserin 2%
Formula R0 : Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula R1: Konsentrasi minyak canola 5% Formula R2 : Konsentrasi minyak canola 7,5% Formula R3 : Konsentrasi minyak canola 10% Formula R4 : Konsentrasi minyak canola 12,5% Formula R5 : Sediaan krim a/m di pasaran Formula R6 : Gliserin 2%
(35)
Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sedíaan krim dengan pewarnaan menggunakan metilen biru adalah:
Tabel 4.3Data hasil pengujian tipe emulsi sedíaan krim denganpewarnaan menggunakan metilen biru
No Formula Tersebar merata
Ya Tidak
1 F0 √ -
2 F1 √ -
3 F2 √ -
4 F3 √ -
5 F4 √ -
6 F4 √ -
7 F6 √ -
8 R0 - √
9 R1 - √
10 R2 - √
11 R3 - √
12 R4 - √
13 R5 - √
14 R6 - √
Keterangan : Formula F0 :Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula F1 : Konsentrasi minyak canola 5% Formula F2 : Konsentrasi minyak canola 7,5% Formula F3 : Konsentrasi minyak canola 10% Formula F4 : Konsentrasi minyak canola 12,5% Formula F5 : Sediaan krim m/a di pasaran Formula F6 : Gliserin 2%
Formula R0 : Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula R1: Konsentrasi minyak canola 5% Formula R2 : Konsentrasi minyak canola 7,5% Formula R3 : Konsentrasi minyak canola 10% Formula R4 : Konsentrasi minyak canola 12,5% Formula R5 : Sediaan krim a/m di pasaran Formula R6 : Gliserin 2%
Syamsuni(2006), tipe emulsi dapat ditentukan dengan pengenceran fase dan pewarnaan dengan metilen biru. Penentuan tipe emulsi dengan pengenceran fase dilakukan dengan cara mengencerkan fase eksternalnya, dengan prinsip tersebut maka tipe emulsi m/a dapat diencerkan dengan air sedangkan tipe emulsi a/m tidak dapat
(36)
diencerkan dengan air. Berdasarkan hasil uji tipe emulsi dengan pengenceran fase yang dapat dilihat pada Tabel 4.2 formula F0; F1; F2; F3; F4; F5 dan F6 dapat diencerkan dengan penambahan air, dengan demikian membuktikan bahwa sediaan krim tersebut mempunyai tipe emulsi m/a, sedangkan pada formula R0; R1; R2; R3; R4; R5 dan R6 tidak dapat diencerkan dengan penambahan air sehingga membuktikan bahwa sediaan krim tersebut mempunyai tipe emulsi a/m.
Pengujian tipe emulsi juga dilakukan dengan cara pewarnaan dengan metilen biru. Pengujian dilakukan dengan menambahkan larutan metilen biru pada sediaan yang diuji dan apabila dapat memberikan warna biru pada emulsi maka emulsi tersebut adalah tipe m/a karena metilen biru larut dalam air, begitu pula sebaliknya bila warna yang dihasilkan tidak merata atau metilen biru tidak larut maka emulsi tersebut mempunyai tipe a/m. Berdasarkan hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.3 bahwa formula F0; F1; F2; F3; F4 dan F5 mempunyai tipe m/a karena metilen biru dapat terlarut dan memberikan warna biru yang homogen sedangkan pada formula R0; R1; R2; R3; R4 dan R5 mempunyai tipe emulsi a/m karena metilen biru tidak terlarut sehingga memberikan warna yang tidak homogen.
4.2.3 Penentuan pH sediaan
pH sedíaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Dari percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil pada Tabel 4.4; 4.5; 4.6 dan 4.7:
Tranggono dan Latifah(2007), dari hasil pada Tabel 4.4; 4.5; 4.6 dan 4.7 bahwa semakin jauh beda antara pH kosmetik dengan pH fisiologis kulit, semakin hebat kosmetik itu menimbulkan reaksi negatif pada kulit, karena itu yang terbaik adalah jika pH kosmetik disamakan dengan pH fisiologis kulit, yaitu antara 4,5-6,5.
(37)
Tabel 4.4Data Pengukuran pH sediaan krim m/a pada saat selesai dibuat
No Formula pH
I II III Rata-rata 1 F0 6,6 6,6 6,5 6,5 2 F1 6,3 6,3 6,2 6,2 3 F2 6,2 6,1 6,2 6,16 4 F3 6,1 6,1 6,0 6,06 5 F4 6,0 5,9 6,0 5,9 6 F5 5,9 5,9 5,8 5,86 7 F6 6,4 6,3 6,3 6,3
Tabel 4.5Data pengukuran pH sediaan krim m/a setelah penyimpanan selama 12 minggu
No Formula pH
I II III Rata-rata
1 F0 5,8 5,8 5,8 5,8
2 F1 5,6 5,5 5,4 5,5
3 F2 5,5 5,4 5,5 5,46
4 F3 5,4 5,3 5,3 5,3
5 F4 5,3 5,2 5,2 5,23
6 F5 5,2 5,2 5,1 5,16
7 F6 5,7 5,6 5,7 5,6
Keterangan : Formula F0: Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula F1 : Konsentrasi minyak canola 5 % Formula F2 : Konsentrasi minyak canola 7,5 % Formula F3 : Konsentrasi minyak canola 10 % Formula F4 : Konsentrasi minyak canola 12,5 % Formula F5 : Sediaan krim m/a di pasaran Formula F6 : Gliserin 2%
Tabel 4.6Data pengukuran pH sediaan krim a/m pada saat selesai dibuat
No Formula pH
I II III Rata-rata
1 R0 6,2 6,1 6,2 6,16
2 R1 6,4 6,4 6,3 6,36
3 R2 6,5 6,4 6,5 6,46
4 R3 6,6 6,6 6,6 6,6
5 R4 6,6 6,7 6,7 6,66
6 R5 6,8 6,6 6,7 6,7
(38)
Tabel 4.7Data pengukuran pH sediaan krim a/m setelah penyimpanan selama 12 minggu
No Formula pH
I II III Rata-rata
1 R0 5,3 5,2 5,2 5,2
2 R1 5,4 5,4 5,3 5,3
3 R2 5,5 5,5 5,4 5,4
4 R3 5,6 5,5 5,5 5,5
5 R4 5,7 5,6 5,6 5,6
6 R5 5,8 5,7 5,7 5,7
7 R6 5,2 5,1 5,1 5,1
Keterangan : Formula R0: Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula R1 : Konsentrasi minyak canola 5 % Formula R2 : Konsentrasi minyak canola 7,5 % Formula R3 : Konsentrasi minyak canola 10 % Formula R4 : Konsentrasi minyak canola 12,5 % Formula R5 : Sediaan krim a/m di pasaran Formula R6 : Gliserin 2%
Hasil penetuan pH sediaan pada saat selesai dibuat, diperoleh bahwa pH pada formula F0: 6,5; F1: 6,2; F2: 6,16; F3: 6,06; F4: 5,9; F5: 5,86; dan F6: 6,3; sedangkan pada formula R0: 6,16; R1: 6,36; R2: 6,46; R3: 6,6; R4: 6,66; R5: 6,7; dan R6: 6,06. Setelah penyimpanan selama 12 minggu terjadi perubahan pH pada setiap sediaan yaitu F0: 5,8; F1: 5,5; F2: 5,46; F3: 5,3; F4: 5,23; F5: 5,16; dan F6: 5,6; begitu pula pada sediaan R0: 5,2; R1: 5,3; R2: 5,4; R3: 5,4; R4: 5,6; R5: 5,7 dan R6: 5,1.
Berdasarkan hasil penentuan pH tersebut dapat diketahui bahwa sediaan dari tiap formula baik setelah selesai dibuat maupun setelah penyimpanan selama 12 minggu meskipun terjadi penurunan pH tetapi masih menunjukkan kisaran pH yang sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5-6,5 sehingga tidak beresiko menimbulkan reaksi negatif pada kulit.
(39)
Levin dan Maibach (2007), menyatakan bahwa pada permukaan kulit terdapat mantelasam merupakan lapisan yang halus dengan pH sedikit asam yang terdiri dari asam laktatdan asam amino yang berasal dari keringat, asam lemak bebas yang berasal dari kelenjarsebum, fungsi lapisan ini antara lain menyokong pembentukanlemak epidermis yang menjaga pertahanan kulit dari gangguan luar, memberikanperlindungan terhadap serangan mikroorganisme. pH yang terlalu asam atau basa dapat menyebabkan kulit menjadi kering dan mengalami iritasi.
4.2.4 Pengamatan stabilitas sediaan
Menurut Ansel (1989), suatu emulsi menjadi tidak stabil akibat penggumpalan dari pada globul-globul dari fase terdispersi. Rusak atau tidaknya suatu sediaan emulsidapat diamati dengan adanya perubahan warna danperubahan bau.Untuk mengatasi kerusakan bahan akibat adanya oksidasi dapat dilakukan dengan penambahan suatu antioksidan. Kerusakan juga dapat ditimbulkan oleh jamur atau mikroba, untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan penambahan pengawet.Pengawet yang digunakan dalam penelitian ini adalah natrium tetraborat.Hasil pengamatan stabilitas masing-masing formula selama penyimpanan 12 minggu dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan 4.9.
(40)
No Formula
Pengamatan Setelah Selesai
dibuat 1 minggu 4 minggu 8 minggu 12 minggu x y z x y z x y z x y z x y z 1 F0 - - - - 2 F1 - - - - 3 F2 - - - - 4 F3 - - - - 5 F4 - - - - 6 F5 - - - - 7 F6 - - - - Keterangan : Formula F0: Blanko (dasar krim tanpa sampel)
Formula F1 : Konsentrasi minyak canola 5 % Formula F2 : Konsentrasi minyak canola 7,5 % Formula F3 : Konsentrasi minyak canola 10 % Formula F4 : Konsentrasi minyak canola 12,5 % Formula F5 : Sediaan krim m/a di pasaran Formula F6 : Gliserin 2%
x : Perubahan warna y : Perubahan bau z : Pecahnya krim - : Tidak ada perubahan √ : Terjadi perubahan
Emulsi yang tidak stabil akan mengalami perubahan kimia dan perubahan fisika.Perubahan kimia yang terjadi antara lain perubahan warna atau warna memudar, perubahanbau, kristalisasi, dan lain-lain. Perubahan fisika yang terjadi antara lain pemisahan fase, sedimentasi,pembentukan aggregat, pembentukan gel, penguapan, peretakan, pengerasan, dll (Mitsui, 1997).
(41)
No Formula
Pengamatan Setelah Selesai
dibuat 1 minggu 4 minggu 8 minggu 12 minggu x y z x y z x y z x y z x y z 1 R0 - - - - 2 R1 - - - - 3 R2 - - - - 4 R3 - - - - 5 R4 - - - - 6 R5 - - - - 7 R6 - - - - Keterangan : Formula R0: Blanko (dasar krim tanpa sampel)
Formula R1 : Konsentrasi minyak canola 5 % Formula R2 : Konsentrasi minyak canola 7,5 % Formula R3 : Konsentrasi minyak canola 10 % Formula R4 : Konsentrasi minyak canola 12,5 % Formula R5 : Sediaan krim a/m di pasaran Formula R6 : Gliserin 2%
x : Perubahan warna y : Perubahan bau z : Pecahnya krim - : Tidak ada perubahan √ : Terjadi perubahan
Emulsiyang baik memiliki sifat tidak berubah menjadi lapisan-lapisan, tidak berubah warna, dantidak berubah konsistensinya selama penyimpanan (Suryani, dkk., 2000). Menurut Dreher, dkk., (1997) stabilitas emulsi akan meningkat dengan adanya penambahan polimer yangsesuai dalam fase pendispersi dan penurunan ukuran partikel fase terdispersi. Hal ini akanmencegah atau memperpanjang waktu terjadinya penggabungan kembali partikel-partikelsejenis yang mengakibatkan terjadinya pemisahan fase.
Ketidakstabilan formulasi obat dapat dideteksi dalam beberapa hal dengan suatu perubahan dalam penampilan fisik, warna, bau, rasa dan tekstur dari
(42)
formulasi tersebut. Umumnya suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik jika semua atau sebagian dari cairan fase dalam tidak teremulsikan dan membentuk suatu lapisan yang berbeda pada permukaan atau dasar emulsi. Oleh sebab itu perlu dilakukan uji evaluasi selama 3 bulan dan dianggap sebagai stabilitas minimum yang harus dimiliki oleh suatu emulsi (Ansel, 1989).
Berdasarkan hasil uji stabilitas pada sediaan selama 12 minggu, maka diperoleh hasil pada Tabel 4.8 dan 4.9 yang menunjukkan bahwa seluruh sediaan dari tiap formula tidak mengalami perubahan warna, bau dan tidak terjadi pecahnya emulsi baik pada pengamatan minggu ke 1; 4; 8 dan minggu ke 12 selama penyimpanan pada suhu kamar. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan stabil secara fisik.
4.3Uji iritasi Terhadap Sukarelawan
(43)
Formula Sukarelawan Kemerahan pada kulit Gatal pada kulit Bengkak pada kulit F0
I - - -
II - - -
III - - -
F1
I - - -
II - - -
III - - -
F2
I - - -
II - - -
III - - -
F3
I - - -
II - - -
III - - -
F4
I - - -
II - - -
III - - -
F5
I - - -
II - - -
III - - -
F6
I - - -
II - - -
III - - -
Keterangan : + : Kemerahan pada kulit ++ : Gatal pada kulit +++ : Bengkak pada kulit - : Tidak terjadi reaksi
(44)
Formula Sukarelawan Kemerahan pada kulit Gatal pada kulit Bengkak pada kulit R0
I - - -
II - - -
III - - -
R1
I - - -
II - - -
III - - -
R2
I - - -
II - - -
III - - -
R3
I - - -
II - - -
III - - -
R4
I - - -
II - - -
III - - -
R5
I - - -
II - - -
III - - -
R6
I - - -
II - - -
III - - -
Keterangan : + : Kemerahan pada kulit ++ : Gatal pada kulit +++ : Bengkak psada kulit - : Tidak terjadi reaksi
Uji kulit yang dilakukan untuk mengetahui terjadinya efek samping pada kulit, dengan memakai kosmetika dibagian bawah lengan atau dibelakang telinga sebanyak 2 sampai 3 kali sehari selama 2 hari berturut-turut (Wasitaatmadja, 1997).
Dari data Tabel 4.10 dan 4.11, tidak terlihat adanya efek samping berupa kemerahan pada kulit, gatal-gatal maupun bengkak pada kulit dari setiap formula, hal ini menunjukkan bahwa keseluruhan sediaan aman untuk digunakan. Pada kulit yang ditimbulkan oleh sediaan.
(45)
4.4Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Meningkatkan Kelembaban Kulit
Hasil data peningkatan kelembaban krim m/a dapat dilihat pada Tabel 4.12 dan 4.13.
Tabel 4.12 Hasil data peningkatan kelembaban krim m/a
Formula Sukarelawan Awal
Kelembaban pada minggu ke
1 2 3 4
F0
I 30,1 30,5 31,1 31,6 32,2
II 31,2 31,6 32 32,5 33,1
III 30,3 30,7 31,2 31,7 32,3
F1
I 31,5 32,3 33,8 35,7 37,7
II 31,3 32,1 33,5 35,5 37,5
III 31,6 32,5 33,9 35,8 37,9
F2
I 32,3 33,5 35,7 38,4 40
II 32,5 33,6 35,9 38,5 40,2
III 32,7 33,8 35,8 38,3 40,5
F3
I 32,5 34,1 36,2 38,4 41,2
II 33,5 34,9 36,9 39,7 42,5
III 32,7 34,3 36,5 39,1 41,5
F4
I 32,5 34,3 37,1 40,8 43,3
II 32,3 34,2 36,8 40,5 43,1
III 33,1 34,8 37,8 41 44,2
F5
I 33,3 35,6 38,7 43,5 46,2
II 32,6 34,3 38,1 42,5 45,6
III 33,5 35,3 38,9 43,7 46,3
F6
I 31,2 31,9 32,2 33 33,6
II 30,5 31,2 31,5 32,3 33
III 31,5 32,2 32,5 33,2 33,8
Keterangan :
Dehidrasi 0-29, Normal 30-50, Hidrasi 51-100 (Aramo,2012)
F0: Blanko (dasar krim tanpa sampel); F1 : Konsentrasi minyak canola 5 %; F2 : Konsentrasi minyak canola 7,5 %; F3 : Konsentrasi minyak canola 10%; F4 :Konsentrasi minyak canola 12,5 %;F5 : Sediaan krim m/a di pasaran; F6 : Gliserin 2%
(46)
Tabel 4.13 Hasil data peningkatan persentase kelembaban krim m/a
Formula Sukarelawan Awal
Peningkatan Kelembaban pada minggu ke
1 2 3 4
% % % %
F0
I 30,1 1,328 3,322 4,983 6,976 II 31,2 1,282 2,564 4,166 6,089 III 30,3 1,320 2,970 4,620 6,600
Rata-rata 1,31 2,952 4,589 6,555
F1
I 31,5 2,539 7,301 13,333 19,682 II 31,3 2,555 7,028 13,418 19,808 III 31,6 2,848 7,278 13,291 19,936 Rata-rata 2,647 7,185 13,347 19,808
F2
I 32,3 3,715 10,526 18,847 23,839 II 32,5 3,386 10,461 18,461 23,692 III 32,7 3,363 9,480 17,125 23,853 Rata-rata 3,488 10,155 18,146 23,788
F3
I 32,5 4,923 11,384 19,386 26,769 II 33,5 4,179 10,149 18,507 26,865 III 32,7 4,892 11,620 19,571 26,911 Rata-rata 4,664 11,051 19,154 26,848
F4
I 32,5 5,538 14,153 25,538 33,230 II 32,3 5,882 13,931 25,386 33,436 III 33,1 5,513 14,501 23,867 33,534 Rata-rata 5,644 14,195 24,930 33,4
F5
I 33,3 6,906 16,216 30,630 38,738 II 32,6 5,214 16,871 30,368 40,490 III 33,5 5,373 16,119 30,447 38,208 Rata-rata 5,831 16,402 30,481 39,145
F6
I 31,2 2,243 3,205 5,769 7,692 II 30,5 2,295 3,278 5,901 8,196 III 31,5 2,222 3,174 5,396 7,301 Rata-rata 2,253 3,219 5,688 7,229
(47)
Gambar 4.1 Grafik persentase kelembaban krim m/a Keterangan: Formula F0: Blanko (dasar krim tanpa sampel)
Formula F1 : Konsentrasi minyak canola 5 % Formula F2 : Konsentrasi minyak canola 7,5 % Formula F3 : Konsentrasi minyak canola 10 % Formula F4 : Konsentrasi minyak canola 12,5 % Formula F5 : Sediaan krim m/a di pasaran Formula F6 : Gliserin 2%
Berdasarkan data yang diperoleh setelah pengukuran kelembaban seperti pada Grafik 4.1, pada uji Anova, kadar air pada kulit yang di uji dengan uji parametik One Way Anova dilanjutkan dengan Turkey dan LSD, setelah empat minggu data diuji secara statistik terdapat perbedaan yang signifikan (P< 0,05) pada dua minggu hingga empat minggu perawatann. Perbedaan ini menunjukkan adanya perubahan kondisi kulit menjadi lebih baik. Dan terlihat perbandingan peningkatan kelembaban antara konsentrasi 12,5% dengan sediaan di pasaran tidak jauh perbedaannya, sehingga daya melembabkan dari minyak canola ini menghasilkan nilai yang baik.
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
1 2 3 4
K el em ba ba n ( % )
Waktu perawatan (minggu)
F0 F1 F2 F3 F4 F5 F6
(48)
Tabel 4.14 Hasil data peningkatankelembaban krim a/m
Formula Sukarelawan Awal
Kelembaban pada hari ke
1 2 3 4
R0
I 29,6 30,1 30,7 31,3 32,1
II 30,1 30,7 31,3 32,2 32,7
III 29,8 30,3 30,9 31,7 32,3
R1
I 30,5 31,7 33,5 35,5 37,8
II 30,1 31,3 33 35,1 37,5
III 31,2 32,1 34,1 36,2 38,5
R2
I 32,3 33,8 36,1 38,3 40,8
II 32,1 33,5 35,9 38,5 40,5
III 32,2 33,7 36 38,1 40,7
R3
I 32,5 34,3 36,5 39,8 42,7
II 33,2 34,9 37,2 40,3 43,2
III 32,3 34,2 36,3 39,5 42,5
R4
I 32,8 34,8 37,9 41,5 45,2
II 32,5 34,5 38 41,2 45
III 33,5 35,2 38,8 41,9 45,8
R5
I 32,5 34,6 37,8 42,8 46,2
II 31,7 34 37,2 41,8 45,2
III 33,1 35,2 38,4 42,9 46,8
R6
I 31,3 32 32,8 33,2 34
II 30,5 31,2 32 32,5 33
III 31,5 32,2 32,9 33,5 34,2
Keterangan :
Dehidrasi 0-29, Normal 30-50, Hidrasi 51-100 (Aramo, 2012)
R0: Blanko (dasar krim tanpa sampel); R1 : Konsentrasi minyak canola 5 %; R2 : Konsentrasi minyak canola 7,5 %; R3: Konsentrasi minyak canola 10%; R4 :Konsentrasi minyak canola 12,5 %;R5 : Sediaan krim a/m di pasaran; R6 : Gliserin 2%
(49)
Tabel 4.15Hasil data peningkatan persentase kelembaban krim a/m
Formula Sukarelawan Awal
Peningkatan Kelembaban pada hari ke
1 2 3 4
% % % %
R0
I 29,6 1,689 3,716 5,743 8,445 II 30,1 1,993 3,986 6,976 8,637 III 29,8 1,677 3,691 6,375 8,389 Rata-rata 1,783 3,797 6,364 8,490 R1
I 30,5 3,934 9,836 16,393 23,934 II 30,1 3,986 9,634 16,611 24,587 III 31,2 3,525 9,294 16,025 23,397 Rata-rata 3,815 9,588 16,343 23,972 R2
I 32,3 4,643 11,764 18,525 26,315 II 32,1 4,361 11,838 19,937 26,168 III 32,2 4,658 11,801 18,322 26,397 Rata-rata 4,554 11,801 18,928 26,293 R3
I 32,5 5,538 12,307 22,461 31,384 II 33,2 5,120 12,048 21,385 30,120 III 32,3 5,882 12,383 22,291 31,578 Rata-rata 5,513 12,246 22,045 31,027 R4
I 32,8 6,097 15,548 26,524 37,804 II 32,5 6,158 16,923 26,769 38,461 III 33,5 5,074 15,820 25,074 36,716 Rata-rata 5,776 16,097 26,122 37,660 R5
I 32,5 6,461 16,307 31,692 42,153 II 31,7 7,255 17,350 31,861 42,586 III 33,1 6,344 16,012 29,607 41,389 Rata-rata 6,686 16,556 31,053 42,042 R6
I 31,3 2,236 4,792 6,070 8,626 II 30,5 2,295 4,918 6,557 8,196 III 31,5 2,222 4,444 6,349 8,571 Rata-rata 2,251 4,718 6,325 8,464
(50)
Gambar 4.2 Grafik persentase kelembaban krim a/m Keterangan: Formula R0: Blanko (dasar krim tanpa sampel)
Formula R1 : Konsentrasi minyak canola 5 % Formula R2 : Konsentrasi minyak canola 7,5 % Formula R3 : Konsentrasi minyak canola 10 % Formula R4 : Konsentrasi minyak canola 12,5 % Formula R5 : Sediaan krim a/m di pasaran Formula R6 : Gliserin 2%
Berdasarkan data yang diperoleh setelah pengukurankelembaban seperti pada Grafik 4.2, terlihat bahwa terdapat peningkatan persentase kelembaban kulit pada tiap formula dimana persentase kelembaban semakin meningkat dengan bertambahnya waktu pengukuran dan peningkatan persentase kelembaban berbeda antara formula yang satu dengan yang lainnya. Dan terlihat perbandingan peningkatan kelembaban antara konsentrasi 12,5% dengan sediaan di pasaran tidak jauh perbedaannya, sehingga daya melembabkan dari minyak canola ini menghasilkan nilai yang baik.
Secara umum, terlihat bahwa setiap formula menunjukkan peningkatan persentase kelembaban sebelum penggunaan dan setelah penggunaan krim, persentase kelembaban semakin meningkat dengan bertambahnya waktu
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
1 2 3 4
Ke le mb ab an (% )
Waktu perawatan (minggu)
R0 R1 R2 R3 R4 R5 R6
(51)
penggunaan krim, hal ini dapat dilihat bahwa persentase kelembaban pada tiap formula meningkat pada mingguke 1; 2; 3 dan 4. Namun, peningkatan persentase kelembaban berbeda pada tiap formula. Dimana semakin tinggi konsentrasi minyak canola pada krim, maka semakin tinggi pula peningkatan persentase kelembabannya.
Berdasarkan hasil analisis data secara statistik menggunakan uji parametik One Way Annova diperoleh nilai P<0,05 pada tiap minggu pengujian,menunjukkanperbedaan formula mempengaruhi peningkatan persentase kelembaban secara signifikan. Analisis untuk mengetahui pengaruh penggunaan krim pelembab tersebut terhadap perubahan peningkatan persentase kelembaban dilakukan dengan uji Turkey dan LSD, berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh nilai P<0,05 yang menunjukkan terdapat perubahan persentase kelembaban` yang signifikan pada minggu ke 1; 2; 3 dan 4. Analisis data dilanjutkan dengan uji lanjutan Wilcoxon Test untuk mengetahui perbedaan peningkatan pada tiap minggunya, dan berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh nilai P<0,05 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan persentase kelembaban baik antara minggu ke 1 dengan minggu ke 2, minggu ke 2 dengan minggu ke 3, minggu ke 3 dengan minggu ke 4 dan antara minggu ke 1 dengan minggu ke 4.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka dapat diketahui bahwa perbedaan formula berpengaruh secara signifikan terhadap persentase kelembaban dan berpengaruh pula terhadap perubahan persentase kelembaban pada tiap minggu pengujian.
(52)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini adalah:
a. Minyak canola(Brasicca napus L.) dapat diformulasikan dalam sediaan krim baik dengan tipe emulsi m/a maupun a/m. Seluruh sediaan krim menunjukan susunan yang homogen dan pH yang sesuai dengan pH fisiologis kulit yaitu 4,5-6,5, tidak mengiritasi kulit dan stabil selama penyimpanan 12 minggu. b. Minyak canola(Brasicca napus L.) mampu melembabkan kulit baik dalam
bentuk sediaan krim m/a maupun a/m. Perbedaan formula berpengaruh secara signifikan terhadap persentase kelembaban pada formula m/a(F4) dapat meningkatkan kelembaban 33,4% dan formula a/m (R4) 37,66%.
5.2Saran
Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk memformulasikan minyak canola dalam bentuk sediaan kosmetik lain misalnyaanti-aging.
(53)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minyak Canola
Minyak canola telah dipopulerkan beberapa ribu tahun yang lalu, dan semakin meningkat penggunaan serta pengolahannya pada tahun 1960 (Rieger, dkk., 2002).Canola (Brassicca napus L.) adalah salah satu tanaman biji yang dibudidayakan di seluruh dunia terutama di Kanada, selain bunga matahari, biji anggur, zaitun dan kedelai. Minyak canola dipilih secara genetik untuk kandungan rendah asam lemak tidak jenuhkarena rendah kolestrol dan dapat diformulasikan dalam pembuatan kosmetik dan sabun. Minyak canola juga mengandung omega 3 dan omega 6 (Rowe, dkk., 2006).
2.1.1 Taksonomi canola
Menurut (Jessop dan Toelken, 1986) tanaman canola diklasifikasikan sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliophyta Ordo : Capparales Famili : Brassicaceae Genus : Brassica
(54)
2.1.2 Manfaat dan kegunaan minyak canola
Minyak canola selain baik untuk kosmetik juga baik untuk pencegahan penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes, dan naiknya kadar kolesterol darah. Karena dengan adanya asam lemak tidak jenuh yang tinggi (59%), dan asam lemak jenuh paling rendah (3,9%), keduanya dapat menghambat kenaikan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam darah. Kolseterol bisa menyumbat arteri dan menyebabkan beban yang berlebihan pada sistem kardiovaskular. Kolesterol telah terbukti sebagai kontributor utama penyebab aterosklerosis, yang dapat mengakibatkan serangan jantung dan stroke.
Tingkat kolesterol yang rendah dan antioksidan yang tinggi bisa membantu tubuh untuk menjalankan metabolisme dengan normal.Sedangkan kandungan omega 3 dan omega 6 sangat bermanfaat untuk pertumbuhan sel dan hormon (Rieger, dkk., 2002).
Manfaat minyak canola yang terdapat pada produk kecantikan:
a. Asam lemak yang terdapat pada minyak kanola berguna untuk membantu mencegah dan merawat kulit kering.
b. Minyak canola adalah minyak kaya akan vitamin E, termasuk antioksidan dan bermanfaat untuk menjaga kulit agar tetap terasa lembut dan merawat kulit.
c. Minyak canola juga berperan sebagai menjaga kelembaban kulit karena mengandung omega 3, omega 6 dan omega 9.
d. Minyak canola berguna untuk mencegah rambut rontok dan membantu menyuburkan rambut (Khattab, dkk., 2012).
(55)
Menurut Rowe, dkk., (2006) kandungan nilai minyak canola adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Kandungan nilai minyak canola
Sifat khas Nilai kandungan minyak canola
Nilai asam 40,5
Kepadatan (g/cm3) 0,913–0,917
Asam erusat (%) 42
Titik nyala (0C) 290–3308
Asam lemak (%) 40,05
Titik beku (0C) 10–28
Jumlah yodium 94–126
Indeks 1.465-1.469
Nilai penyabunan 186–198
Kelarutan Larut dalam kloroform dan eter, praktis larut dalam etanol(95%)
Viskositas (cp) 77,3–78,3
(Rowe, dkk., 2006).
2.2 Kulit
Kulit adalah organ menutupi dan melindungi permukaan tubuh, dan bersambungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga dan lubang-lubang yang masuk. Kulit mempunyai banyak fungsi di dalamnya terdapat ujung saraf peraba, membantu mengatur suhu dan mengendalikan hilangnya air dari tubuh dan mempunyai sedikit kemampuan sekretori dan absorpsi(Pearce, 2008). Kulit juga bagian tubuh yang perlu mendapat perhatian khusus untuk memperindah kecantikan. Kehalusan kulit dipengaruhi oleh sinar ultraviolet, karena kulit yang sering terkena sinar matahari akan menjadi lebih gelap dan lebih tebal serta kasar(Wibowo, 2008).
(56)
Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m² dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital, serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras dan lokasi tubuh. (Wasitaatmadja, 1997).
2.2.1 Struktur kulit
Kulit manusia terdiri atas tiga bagian jaringan yang saling berkaitan, lapisan epidermis dan lapisan dermis sebagai jaringan penghubung. Dibawah lapisan dermis terdapat lapisan subkutan yang berlemak (Mithal dan Saha, 2000). a. Epidermis
Lapisan-lapisan penyusun pada epidermis bervariasi pada ketebalan, tergantung pada ukuran sel dan jumlah lapisan sel, berkisar antara 0,8 mm pada telapak tangan dan tapak kaki hingga 0,06 mm pada kelopak mata.
Sel-sel yang mempunyai jaringan epitel yang berbeda dari semua organ, dari lapisan proliferasi sel basal sel-sel tersebut berubah dari sel aktif metabolik menjadi padat, mati, protein keratin. Secara berurutan, epidermis dibedakan atas 5 lapisan (Mithal dan Saha, 2000):
− Lapisan tanduk (stratum corneum) Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, jenis protein yang tidak larut dalam air, dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar. Secara alami, sel-sel yang sudah mati dipermukaan kulit akan melepaskan diri untuk
(57)
beregenerasi. Permukaan stratum corneum dilapisi oleh suatu lapisan pelindung lembab tipis yang bersifat asam disebut mantel asam kulit. − Lapisan jernih (stratum lucidum)
Terletak tepat dibawah stratum corneum, merupakan lapisan yang tipis, jernih, mengandung eleidin, sangat tampak pada telapak tangan dan telapak kaki.
− Lapisan berbutir-butir (stratum granulosum)
Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar, berinti mengkerut.
− Lapisan malphigi (stratum spinosum)
Memiliki sel berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan oval. Setiap sel berisi filament-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. − Lapisan basal (stratum germinativum)
Lapisan terbawah epidermis. Didalam stratum germinivatum juga terdapat sel-sel melanosit, yaitu sel-sel yang tidak mengalami keratinisasi dan fungsinya hanya membentuk pigmen melanin dan memberikannya kepada sel-sel keratinosit melalui dendrit-dendritnya (Tranggono dan Latifah, 2007).
b. Dermis
Lapisan ini jauh lebih tebal daripada epidermis, terbentuk oleh jaringan elastis dan fibrosa padat dengan elemen selular, kelenjar, dan rambut sebagai adneksa kulit. Lapisan ini terdiri atas:
- Pars papilaris, yaitu bagian yang menonjol kedalam epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
(58)
- Pars retikularis, yaitu bagian bawah dermis yang berhubungan dengan subkutan, terdiri atas serabut penunjang kolagen, elastin dan retikulin(Wasitaatmadja, 1997).
c. Hipodermis (subkutan)
Lapisan ini merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak didalamnya. Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan lainnya oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel lemak disebut panikulus adiposus, berfungsi sebagai cadangan makanan. Dilapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan saluran getah bening. Lapisan lemak ini juga berfungsi sebagai bantalan (Wasitaatmadja, 1997).
2.2.2 Fungsi kulit
Kulit adalah organ yang memiliki berbagai fungsi penting: - Pelindung/Proteksi
Serat elastis dari dermis dan jaringan lemak subkutan berfungsi untuk mencegah gangguan mekanis eksternal diteruskan secara langsung ke bagian dalam tubuh. Kulit memiliki kapasitas penetralisir alkali dan permukaan kulit dijaga tetap pada pH asam lemah untuk perlindungan dari racun kimia. Pigmen melanin mengabsorpsi dan melindungi tubuh dari bahaya radiasi UV (Mitsui, 1997).
- Pengaturan Suhu Tubuh/Termoregulasi
Kulit mengatur suhu tubuh dengan mengubah jumlah aliran darah melalui kulit dengan dilatasi dan kontriksi kapiler darah kulit dan dengan penguapan uap air (Mitsui, 1997).
(59)
- Persepsi Pancaindera
Kulit merasakan perubahan pada lingkungan eksternal dan bertanggung jawab untuk sensasi kulit. Kulit memiliki berbagai reseptor sehingga dapat merasakan tekanan, sentuhan, suhu, dan nyeri (Mitsui, 1997).
- Penyerapan/absorpsi
Berbagai senyawa diabsorpsi melalui kulit ke dalam tubuh. Ada dua jalur absorpsi, satu melalui epidermis, dan yang lainnya melalui kelenjar sebaseus pada folikel rambut. Senyawa larut air tidak mudah diabsorpsi melalui kulit karena adanya sawar (barrier) terhadap senyawa larut air yang dibentuk oleh lapisan tanduk (Mitsui, 1997).
- Fungsi Lain
Kulit menunjukkan keadaan emosional, seperti memerah dan ketakutan (pucat dan bulu kuduk berdiri tegak), dan digambarkan sebagai organ yang menunjukkan emosi. Kulit juga mensintesis vitamin D dengan bantuan sinar UV terhadap prekursor vitamin D dalam kulit (Mitsui, 1997).
2.3 Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau
(60)
alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika (Ditjen POM, 1995).
Krim sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaiaan luar (Ditjen POM, 1979).
Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Emulsi air dalam minyak atau emulsi W/O b. Emulsi minyak dalam air atau O/W
Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air, dan dikenal dengan sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk golongan ini (Lachman, dkk., 1994).
Basis krim (vanishing cream) disukai pada penggunaan sehari-hari karena memiliki keuntungan yaitu memberikan efek dingin pada kulit, tidak berminyak serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik. Vanishing cream mengandung air dalam persentase yang besar dan asam stearat. Humektan (gliserin, propilenglikol, sorbitol) sering ditambahkan pada vanishing cream dan emulsi o/w untuk mengurangi peguapan air dari permukaan basis (Voigt, 1995).
Basis krim (cold cream) mempunyai kedudukan penting, karena daya melembabkan yang baik. Komponen utama krim ini adalah minyak untuk memberikan aroma dan melembabkan kulit. Pada waktu pemakaian, air akan menguap dan memberikan rasa dingin pada kulit yang digunakan pada waktu malam hari (Prianto, 2014)
(61)
2.4 Kosmetik pelembab
Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kekeringan, yaitu dengan adanya tabir lemak diatas kulit yang didapat dari kelenjar lemak dan sedikit kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi tertentu faktor perlindungan alamiah tersebut tidak mencukupi dan karena itu dibutuhkan perlindungan tambahan non-alamiah yaitu dengan memberikan kosmetika pelembab kulit (Wasitaatmadja, 1997).
Umumnya krim pelembab terdiri dari berbagai minyak nabati, hewan, maupun sintetis yang dapat membentuk lemak permukaan kulit buatan untuk melenturkan lapisan kulit yang kering dan kasar, dan mengurangi penguapan air dari sel kulit namun tidak dapat mengganti seluruh fungsi dan kegunaan minyak kulit semula. Kosmetika pelembab kulit umumnya berbentuk sediaan dalam bentuk cairan minyak tersebut (moisturizing oil), atau campuran minyak dalam air (moisturizing cream) dan dapat ditambah atau di kurangi zat tertentu untuk tujuan khusus (Wasitaatmadja, 1997).
2.4.1Fungsi dan manfaat pelembab kulit
Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya, yang antara lain terdiri atas produksi kelenjar minyak kulit. Pembentukan lapisan lemak tersebut terutama untuk melindungi kulit dari kelebihan penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).
Jika kandungan air dari stratum corneum semakin sedikit, semakin rendah elastisitas jaringan stratum corneum. Kulit akan kering dan pecah-pecah, membentuk retak-retak mendalam mirip huruf V. Jika bahan-bahan asing seperti
(62)
sisa sabun, kotoran dan mikroorganisme masuk dan menumpuk dalam celah V ini, maka kulit yang menjadi kering dan retak-retak akan menimbulkan iritasi dan peradangan yang juga akan melemahkan kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).
Salah satu hal essensial dalam perawatan kulit adalah melindungi kulit dari dehidrasi. Sehingga pelembaban merupakan salah satu langkah terpenting dalam rangkaian perawatan kulit.Krim pelembab dirancang untuk meningkatkan dan menjaga kelembaban kulit dalam berbagai kondisi, baik panas maupun dingin. (Muliyawan dan Suriana, 2013).
Berikut ini adalah fungsi dan manfaat krim pelembab: a. Fungsi
- Mengembalikan kelembaban kulit - Menghaluskan kulit
- Menjaga kadar air dan menjaga kulit agar tetap lentur serta sehat b. Manfaat
- Kulit terjaga kelembabannya
- Kulit terhindar dari kerusakan akibat dehidrasi dan pengaruh lingkungan (Muliyawan dan Suriana, 2013).
2.4.2 Jenis kosmetik pelembab
Kosmetik pelembab dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu: kosmetik pelembab berdasarkan lemak dan kosmetik pelembab berdasarkan gliserol atau humektan sejenis (Tranggono dan Latifah, 2007).
2.4.2.1 Kosmetik pelembab berdasarkan lemak
Kosmetik pelembab tipe ini sering disebut moisturizer atau moisturizing cream. Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit, sedikit
(63)
banyak mencegah penguapan air kulit, serta menyebabkan kulit menjadi lembab dan lembut (Tranggono dan Latifah, 2007).
Viskositas lemak tidak boleh terlalu rendah sehingga menyebar ke mana-mana di permukaan kulit, atau terlalu kental sehingga membuat kulit lengket dan terlalu berminyak. Pelembab ini harus dapat menutup daerah tertentu permukaan kulit, menutup tepi-tepi tajam sisik stratum corneum, mencegah masuknya bahan-bahan asing ke dalam kulit, dan mencegah penguapan air kulit, tetapi tidak sampai mencegah sepenuhnya agar kongesti perspirasi dan pengeluaran panas badan tetap terjadi (Tranggono dan Latifah, 2007).
2.4.2.2 Kosmetik pelembab yang didasarkan pada gliserol dan sejenisnya Preparat jenis ini akan mengering dipermukaan kulit, membentuk lapisan yang bersifat higroskopis, yang menyerap uap air dari udara dan mempertahankannya dipermukaan kulit. Preparat ini membuat kulit tampak lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum corneum kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).
2.5 Bahan-Bahan Sediaan Krim Pelembab
Bahan-bahan yang digunakan mencakup emolien, zat sawar, zat humektan, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM, 1985).
a. Emolien
Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari lanolin dan derivatnya, hidrokarbon, asam lemak, lemak alkohol.
(64)
b. Zat sawar
Bahan-bahan yang biasa yang digunakan adalah paraffin wax, asam stearat. c. Humektan
Humektan adalah suatu zat yang dapat mengontrol perubahan kelembaban diantara produk dan udara, baik didalam kulit maupun diluar kulit.Biasanya bahan yang digunakan adalah gliserin yang mampu menarik air dari udara dan menahan air agar tidak menguap.
d. Zat pengemulsi
Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya semua bahan-bahan secara merata (homogen), misalnya gliseril monostearat, trietanolamin (Wasitaatmadja, 1997).
e. Pengawet
Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapatbersifat antikuman sehingga menangkal terjadinya tengik oleh aktivitas mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil. Selain itu juga dapat bersifat antioksidan yang dapat menangkal terjadinya oksidasi (Wasitaatmadja, 1997). f. Parfum
Pemilihan parfum yang digunakan pada sediaan krim biasanya didasarkan atas nilai keindahan, tetapi sudah pasti jika wangi yang ditimbulkan dari parfum menambah daya tarik dari konsumen untk memilih produk yang ditawarkan produsen (Lachman, dkk., 1994).
(65)
2.6 Skin Analyzer
Kulit yang kering umumnya memiliki kadar minyak yang rendah. Kurangnya kadar minyak pada permukaan kulit mengakibatkan kandungan air yang berada di bagian permukaan bawah lapisan keratin menguap lebih cepat, yang selanjutnya mengakibatkan kekeringan pada kulit (Prianto, 2014).
Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk mendiagnosa keadaan pada kulit. Skin analyzer dapat mendukung diagnosa dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas namun mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit, dengan menggunakan mode pengukuran normal dan polarisasi, dilengkapi dengan rangkaian sensor kamera pada skin analyzer menyebabkan alat ini dapat menampilkan hasil lebih cepat dan akurat (Aramo, 2012).
Menurut Aramo (2012), pengukuran yang dapat dilakukan menggunakan skin analyzer yaitu moisture (kadar air), evenness (kehalusan), pore (pori), spot (noda), wrinkle (keriput).
(66)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji tumbuhan canola, yaitu tumbuhan asli Kanada Barat dengan bunga berwarna kuning. Popularitas dari minyak kanola berkembang dengan cepat di Amerika Serikat. Minyak canola mengandung kadar asam lemak jenuh yang lebih rendah (kira-kira 6%) daripada minyak lainnya dan mengandung kadar asam lemak tidak jenuh yang tinggi(Fereidoon, 1990).
Minyak canola (Brasicca napus L.) memiliki nilai gizi dan kandungan vitamin E yang tinggi berguna untuk perawatan kulit. Vitamin E merupakan antioksidan yang sangat efektif, mampu melindungi kulit dari kerusakan akibat radikal bebas dan dapat menjaga kulit tetap lentur, halus, mengurangi munculnya noda dan bekas jerawat, serta memperlambat munculnya keriput.Minyak canola juga mengandung asam lemak seperti asam oleat (62%), palmitat (4%), stearat (2%), asam linoleat (21%), dan asam alfa-linoleat (10%) (Honary danErwin, 2011).
Emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil secara termodinamika yang mengandung paling sedikit dua fase cair yang tidak bercampur, satu diantaranya didispersikan sebagai globul dalam fase cair. Sistem ini dibuat stabil dengan bantuan suatu zat pengemulsi atau emulgator. Bila dua buah cairan yang tidak saling bercampur dimasukkan bersama dalam suatu wadah, maka akan terbentuk dua lapisan yang terpisah. Hal ini disebabkan karena gaya kohesi antara
(67)
molekul-molekul dari tiap cairan yang memisah lebih besar dari gaya adhesi antara kedua cairan (Martin, 1993).
Emulsi mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Emulsi biasanya mengandung dua zat yang tidak tercampur yaitu air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan lain. Dispersi ini tidak stabil, butir-butir ini bergabung dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah (Anief, 2004).
Sistem emulsi minyak dalam air (m/a) adalah sistem dengan fase terdispersi(fase diskontinu) adalah minyak fase pendispersinya (fase kontinu) adalah air. Sebaliknya emulsi air dalam minyak (a/m) adalah emulsi dengan air fase terdispersi dan minyak sebagai fase pendispersinya (Lachman, 1994). Fase terdispersi dan fase pendispersi yang akan terbentuk tergantung dari komposisinya dalam sistem. Fase yang memiliki komposisi lebih banyak daripada yang lainnya akan menjadi fase pendispersi (Lund, 1994).
Dalam sediaan emulsi kosmetika, biasanya fase air dan fase minyak bukan merupakan komponen tunggal, tetapi dalam setiap fase tersebut kemungkinan mengandung beberapa macam komponen. Pada umumnya, sebagian besar kosmetika yang beredar adalah sistem minyak dalam air, karena mudah menyebar pada permukaan kulit. Dengan pemilihan formula yang tepat, akan diperoleh emulsi yang tidak berlemak dan tidak lengket(Ditjen POM,1985).
Kulit merupakan lapisan yang menutupi dan melindungi seluruh tubuh dari berbagaimacam gangguan dari luar tubuh yang menyebabkan hilangnya kelembaban sehingga kulitmenjadi kering. Kulit kering mempunyai karakter kasar
(68)
dan keras, tidak fleksibel, danpecah-pecah akibat kekurangan air di stratum corneum dan kelembaban yang rendah (Mitsui, 1997).
Kosmetik menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.445/MenKes/1998 adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono dan Latifah, 2007).
Krim pelembab (moisturizers) merupakan kosmetik perawatan yang bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh seperti udara kering, sinar matahari terik, angin keras, umur lanjut, berbagai penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit menjadi lebih kering (Wasitaatmadja, 1997).
Kandungan air dalam stratum corneum, meskipun sedikit (hanya 10%) tetapi sangat penting. Kelembutan dan elastisitas stratum corneum sepenuhnya tergantung pada air yang dikandungnya dan bukan pada kandungan lemaknya (Tranggono dan Latifah, 2007).
Pada kondisi kulit tertentu, pelembab diperlukan oleh kulit untuk mempertahankan struktur dan fungsinya. Pengaruh berbagai faktor baik dari luar maupun dalam tubuh dapat menyebabkan kulit menjadi lebih kering akibat kehilangan air oleh penguapan yang tidak dirasakan (Soraya,2002).
Retak-retak pada stratum corneum di bawah kondisi yang kurang baik, akan menimbulkan gangguan kulit yang lebih serius dan retak-retak itu akan
(69)
menimbulkan iritasi dan peradangan atau keratinisasi abnormal yang juga akan melemahkan kulit. Disinilah perlunya kosmetik pelembab kulit, untuk mencegah dehidrasi kulit yang menyebabkan kekeringan dan retak-retak pada kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).
Berdasarkan hal di atas telah dilakukan penelitian formulasi minyak canola sebagai bahan pelembab dalam sediaan krim dalam bentuk krim m/a dan krim a/m serta membandingkan keduanya.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang,perumusan masalah penelitian ini adalah: a. Apakah minyak canola dapat diformulasikan dalam sediaan krim dengan tipe
emulsi m/a dan a/m.
b. Apakah krim minyak canola mampu mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit.
1.3 Hipotesa
Berdasarkan perumusan masalah, yang menjadi hipotesis adalah:
a. Minyak canola dapat diformulasikan dalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a dan a/m.
b. Krim minyak canola mampu mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit dalam bentuk sediaan krim.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk membuat sediaan krim tipe m/a dan a/m dengan penambahan minyak canola.
(70)
b. Untuk mengetahui kemampuan krim minyak canola mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil guna dari minyak canola dalam bidang kosmetika yaitu sebagai krim pelembab.
(71)
FORMULASI KRIM DENGAN MINYAK CANOLA (Brasicca
napusL.) SEBAGAI PELEMBAB MENGGUNAKAN
DASAR KRIM M/A DAN A/M
ABSTRAK
Latar belakang: Minyak canola (Brasicca napus L.) mempunyai kandungan vitamin E yang tinggi.Vitamin E merupakan antioksidan yang sangat efektif dan mampu melindungi kulit dari kerusakan akibat radikal bebas. Dengan demikian bisa menjaga kulit tetap lentur dan halus, meningkatkan kelembaban dan memperlambat munculnya keriput. Minyak canola juga mengandung akan asam lemak seperti asam oleat (59,1%); palmitat (3,9%); stearat (1,8%); asam linoleat (22,2%) dan asam alpha-linoleic (10%).
Tujuan penelitian: Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat sediaan krim tipe m/a dan a/m dengan penambahan minyak canola, dan mengetahui kemampuan krim minyak canola mengurangi penguapan air dari kulit.
Metode: Minyak canola dibuat dalam sediaan krim m/a (F) dan a/m (R) sebagai pelembab. Konsentrasi minyak canola yang digunakan adalah 5%; 7,5; 10 dan 12,5, konsentrasi dibandingkan dengan sediaan pasaran dan gliserin, kemudian pengujiankemampuan sediaan menggunakan alat Skin Analyzeruntuk meningkatkan kelembaban kulit dengan menggunakan 21 orang sukarelawan dan sediaan dioleskan dua hari sekali pada bagian lengan bawah tangan. Beberapa pengujiannya yaitu uji homogenitas, penentuan tipe emulsi dengan fase pengenceran dan pewarnaan, penentuan pH,uji iritasi terhadap kulit dan pengamatan stabilitas secara visual sediaan selama 12 minggu pada suhu kamar. Hasil: Hasil pengujian kemampuan sediaan krim meningkatkan kelembaban kulit menunjukkan peningkatan secara signifikan pada minggu ke 1; 2; 3 dan 4. Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa semua sediaan krim pelembab homogen, hasil tipe emulsi dengan fase pengenceran dan pewarnaan dapat terbentuk, sediaan mempunyai pH 5,1-6,6, pengujian iritasi terhadap kulit tidakmenimbulkan iritasi dan stabil selama penyimpanan 12 minggu dengan suhu kamar.
Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini minyak canola (Brasicca napus L.) dapat diformulasikan dalam sediaan krim baik dengan tipe emulsi m/a maupun a/m, dan mampu meningkatkan kelembaban kulit sebesar 33,4% (F4; 12,5%) pada krim tipe m/a dan sebesar 37,66% (R4; 12,5%) pada tipe a/m.
(72)
THE FORMULATION OF CREAM WITH
CANOLA OIL (Brasicca napusL.) BASIC USE AS A
MOISTURIZER CREAM BASE O/W AND W/O
ABSTRACT
Background:Canola oil(Brasicca napusL.) has a high vitamin E content.VitaminEis an antioxidantthat ishighlyeffectiveandcapable of protecting the skin from damage caused by free radicals. Thiscankeep the skin remains suppleandsmooth, increase humidity andslowthe appearance of wrinkles. Canola oilalsocontainsfatty acidssuch asoleicacid(59.1%); palmitic(3.9%); stearic(1.8%); linoleicacid(22.2%) andalpha-linolenic acid(10%).
Purpose:The purposeof thisresearchwastomakepreparationscreamtypeo/w and w/o withthe addition ofcanolaoil, and to know the ability of cream canola oil reduce water evaporation from the skin.
Methods:Canolaoilwas madein the preparation of creamo/w (F) and w/o (R)as a moisturizer. The concentration ofcanola oilwas5%; 7.5; 10and12.5, each concentrasion was compared to the preparation market and glycerin, then test of ability stocks to use Skin Analyzer for to improve skin moisture by using 21 volunteers and the preparation is applied twice a day on the forearm hand. Some test of homogeneity, the determination of emulsion type with dilution and colouration phase, the observation determination of pH,test preparation irritation to the skin and observation visual of the preparation stability for 12 weeks at room temperature.
Results: Theresults of test of ability cream preparation improve skin moisture was showed that difference significantly in week 1; 2; 3 and 4. The result of homogeneity test was showed that all of preparations moisturizing cream homogenous, the result emulsion type with dilution and colouration phase can be made, had a pH of 5.1-6.6, irritation of the skin test was showed that not caseirritationandstableduring the12weeks of storage with a room temperature. Conclusion: The conclusionofthe research is canola oil(Brasicca napusL.) can beformulated in either or cream preparations with emulsion type o/w and w/o, and can improve skin moisture with 33.4%(F4; 12,5%) in the cream type o/w and 37.66%(R4; 12,5%) in cream type w/o .
(73)
FORMULASI KRIM DENGAN MINYAK CANOLA
(Brasicca napus L.) SEBAGAI PELEMBAB MENGGUNAKAN
DASAR KRIM M/A DAN A/M
SKRIPSI
OLEH:
NURUL RAHMAH
NIM 121524042
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(74)
FORMULASI KRIM DENGAN MINYAK CANOLA
(Brasicca napus L.) SEBAGAI PELEMBAB MENGGUNAKAN
DASAR KRIM M/A DAN A/M
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
NURUL RAHMAH
NIM 121524042
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(75)
PENGESAHAN SKRIPSI
FORMULASI KRIM DENGAN MINYAK CANOLA
(Brasicca napus L.) SEBAGAI PELEMBAB MENGGUNAKAN
DASAR KRIM M/A DAN A/M
OLEH: NURUL RAHMAH
NIM 121524042
Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada Tanggal: 03 Agustus 2015
Pembimbing I, Panitia Penguji:
Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 196005111989022001 NIP 195807101986012001
Pembimbing II, Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. NIP 196005111989022001
Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. Drs. Suryanto, M.Si., Apt. NIP 195107031977102001 NIP 196106191991031001
Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt. NIP 195306251986012001
Medan, Oktober 2015 Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Pejabat Dekan,
Dr. Masfria, M.S., Apt. NIP 195707231986012001
(76)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dengan judul: “Formulasi Krim Dengan Minyak Canola (Brassica napus L.) Sebagai Pelembab Menggunakan Dasar Krim m/a dan a/m”.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan bantuan selama masa penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung, kepada Dr. Masfria, M.S., Apt.selaku Pejabat Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dan kepada Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., yang telah memberikan fasilitas dan masukan selama masa pendidikan dan penelitian. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt dan Ibu Anayanti Arianto, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran, arahan, kritik dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dra. juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., selaku penasehat akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama ini serta Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan.
(77)
Ucapan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda tercinta H. Zailani ZZ dan Ibunda tercinta Hj. Nilawati serta ucapan terima kasih penulis kepada Adik tercinta dan Mira, Nia, Dira, Imom, Yudi dan Arnis teman-teman yang selalu mendoakan, memberi saran, menyayangi dan memotivasi penulis. Terimakasih atas semua doa, kasih sayang, keikhlasan, semangat dan pengorbanan baik moril maupun materil.
Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan yang berlipat ganda dan pahala serta keberkahan yang sebaik-baiknya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi.
Medan, Oktober 2015 Penulis,
Nurul Rahmah NIM 121524042
(78)
FORMULASI KRIM DENGAN MINYAK CANOLA (Brasicca
napusL.) SEBAGAI PELEMBAB MENGGUNAKAN
DASAR KRIM M/A DAN A/M
ABSTRAK
Latar belakang: Minyak canola (Brasicca napus L.) mempunyai kandungan vitamin E yang tinggi.Vitamin E merupakan antioksidan yang sangat efektif dan mampu melindungi kulit dari kerusakan akibat radikal bebas. Dengan demikian bisa menjaga kulit tetap lentur dan halus, meningkatkan kelembaban dan memperlambat munculnya keriput. Minyak canola juga mengandung akan asam lemak seperti asam oleat (59,1%); palmitat (3,9%); stearat (1,8%); asam linoleat (22,2%) dan asam alpha-linoleic (10%).
Tujuan penelitian: Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat sediaan krim tipe m/a dan a/m dengan penambahan minyak canola, dan mengetahui kemampuan krim minyak canola mengurangi penguapan air dari kulit.
Metode: Minyak canola dibuat dalam sediaan krim m/a (F) dan a/m (R) sebagai pelembab. Konsentrasi minyak canola yang digunakan adalah 5%; 7,5; 10 dan 12,5, konsentrasi dibandingkan dengan sediaan pasaran dan gliserin, kemudian pengujiankemampuan sediaan menggunakan alat Skin Analyzeruntuk meningkatkan kelembaban kulit dengan menggunakan 21 orang sukarelawan dan sediaan dioleskan dua hari sekali pada bagian lengan bawah tangan. Beberapa pengujiannya yaitu uji homogenitas, penentuan tipe emulsi dengan fase pengenceran dan pewarnaan, penentuan pH,uji iritasi terhadap kulit dan pengamatan stabilitas secara visual sediaan selama 12 minggu pada suhu kamar. Hasil: Hasil pengujian kemampuan sediaan krim meningkatkan kelembaban kulit menunjukkan peningkatan secara signifikan pada minggu ke 1; 2; 3 dan 4. Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa semua sediaan krim pelembab homogen, hasil tipe emulsi dengan fase pengenceran dan pewarnaan dapat terbentuk, sediaan mempunyai pH 5,1-6,6, pengujian iritasi terhadap kulit tidakmenimbulkan iritasi dan stabil selama penyimpanan 12 minggu dengan suhu kamar.
Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini minyak canola (Brasicca napus L.) dapat diformulasikan dalam sediaan krim baik dengan tipe emulsi m/a maupun a/m, dan mampu meningkatkan kelembaban kulit sebesar 33,4% (F4; 12,5%) pada krim tipe m/a dan sebesar 37,66% (R4; 12,5%) pada tipe a/m.
(1)
2.3 Krim ... 12
2.4 Kosmetik Pelembab ... 14
2.4.1 Fungsi dan manfaat pelembab kulit ... 14
2.4.2 Jenis kosmetik pelembab ... 15
2.4.2.1 Kosmetik pelembab berdasarkan lemak ... 15
2.4.2.2 Kosmetik pelembab yang didasarkan pada gliserol dan sejenisnya ... 16
2.5 Bahan-bahan Sediaan Krim Pelembab ... 16
2.6 Skin Analyzer ... 18
BAB III METODE PENELITIAN ... 19
3.1 Alat-alat ... 19
3.2Bahan-bahan ... 19
3.3 Sukarelawan ... 20
3.4Prosedur Kerja ... 20
3.4.1Identifikasi sampel ... 20
3.4.2Formulasi sediaan krim pelembab ... 20
3.4.2.1 Formula standar vanishing cream tipe m/a (Formularium Indonesia) ... 20
3.4.2.2 Pembuatan dasar krim m/a ... 21
3.4.2.3 Pembuatan sediaan krim m/a ... 21
3.4.2.4 Formula standar krim pelembab tipe a/m (Young, 1972) ... 22
(2)
3.5.1 Pemeriksaan homogenitas ... 24
3.5.2 Penentuan tipe emulsi pada sediaan krim ... 25
3.5.3 Penentuan pH sediaan ... 25
3.5.4 Pengamatan stabilitas sediaan ... 26
3.6 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan ... 26
3.7 Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Meningkatkan Kelembaban Kulit ... 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28
4.1 Identifikasi Sampel ... 28
4.2 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 28
4.2.1 Pemeriksaan homogenitas ... 28
4.2.2 Penentuan tipe emulsi pada sediaan krim ... 29
4.2.3 Penentuan pH sediaan ... 31
4.2.4 Pengamatan stabilitas sediaan ... 34
4.3 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan ... 38
4.4 Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Meningkatkan Kelembaban Kulit ... 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 47
5.1 Kesimpulan ... 47
5.2 Saran ... 47
DAFTAR PUSTAKA ... 48
(3)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kandungan nilai minyak canola ... 8
Tabel 3.1 Formula dasar krim m/a yang dibuat ... 21
Tabel 3.2Formula sediaan krim m/a yang dibuat ... 22
Tabel 3.3 Formula dasar krim a/m yang dibuat ... 23
Tabel 3.4 Formula sediaan krim a/m yang dibuat ... 24
Tabel 4.1 Data hasil asam lemak minyak canola ... 28
Tabel 4.2 Data hasil pengenceran fase menggunakan air ... 29
Tabel 4.3 Data hasil pengujian tipe emulsi sediaan krim dengan Pewarnaan menggunakan metilen biru ... 30
Tabel 4.4 Data pengukuran pH sediaan krim m/a saat selesai dibuat .. 32
Tabel 4.5 Data pengukuran pH sediaan krim m/a setelah penyimpanan 12 minggu ... 32
Tabel 4.6 Data pengukuran pH sediaan krim a/m saat selesai dibuat .. 32
Tabel 4.7 Data pengukuran pH sediaan krim a/m setelah penyimpanan 12 minggu ... 33
Tabel 4.8 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan krim m/a ... 35
Tabel 4.9 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan krim a/m ... 36
Tabel 4.10 Data hasil uji iritasi krim m/a terhadap sukarelawan ... 38
Tabel 4.11 Data hasil uji iritasi krim a/m terhadap sukarelawan ... 39
(4)
Tabel 4.14 Data peningkatan persentase kelembaban krim m/a ... 43 Tabel 4.15 Hasil data peningkatan persentase kelembaban krim a/m ... 44
(5)
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 4.1 Grafik persentase kelembaban krim m/a ... 42 Gambar 4.2 Grafik persentase kelembaban krim a/m ... 45
(6)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil analisis kandungan asam lemak minyak canola ... 51
Lampiran 2. Surat pernyataan sukarelawan ... 52
Lampiran 3. Gambar sediaan krim setelah dibuat ... 53
Lampiran 4. Gambar sediaan krim setelah 12 minggu ... 54
Lampiran 5. Gambar uji homogenitas ... 55
Lampiran 6. Gambar ujitipe emulsi dengan pewarnaan metilen biru ... 56
Lampiran 7. Gambar uji kelembaban ... 57
Lampiran 8. Gambar minyak canola dan pH meter ... 58
Lampiran 9. Gambar pohon canola ... 59
Lampiran 10. Foto sebelum dan sesudah pemakaian krim m/a ... 60
Lampiran 11. Foto sebelum dan sesudah pemakaian krim a/m ... 63