Uji Toksisitas Subkronik Ekstrak Etanol Daun Kembang Bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A.Gray) pada Mencit Jantan

(1)

56 Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan


(2)

57

Lampiran 2. Gambar tumbuhan dan daun segarkembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray)

Tumbuhan kembang bulan

Daun segar tumbuhan kembang bulan


(3)

58

Lampiran 3.GambarSimplisia dan serbuk simplisia daun kembang bulan

Simplisia daun kembang bulan

Serbuk simplisia daun kembang bulan


(4)

59

Lampiran 4. Bagan pembuatan ekstrak

Serbuk simplisia

Dimasukkan ke dalam bejana

Ditambah pelarut 5,5 liter etanol 80% (75 bagian)

Dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sesekali di aduk

Diserkai, diperas

Dicuci dengan pelarut etanol 80% hingga diperoleh (100 bagian)

Dipindahkan ke dalam bejana tertutup

Dibiarkan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari Dienap tuangkan dan di saring

Digabung

Dipekatkan dengan alat rotary evaporator 40oC Dikeringkan dengan alat freeze dryer -40oC Ekstrak Kental

(71 g)

Maserat I Ampas

Maserat II Ampas


(5)

60

Lampiran 5. Bagan alur penelitian uji toksisitas subkronik

`

Pengamatan 28 Hari EEDKB Hewan Uji (Mencit) Kelompok kontrol (I) Diberi CMC Na 5% Kelompok II Diberi EEDKB dosis 250 mg/kg bb

Kelompok III

Diberi EEDKB dosis 500 mg/kg bb

Kelompok IV

Diberi EEDKB dosis 750 mg/kg bb

Kelompok IV Diberi EEDKB dosis 1000 mg/kg bb Gejala toksik Berat Badan Jumlah pakan Kema-tian Kadar ALT dan Kreatinin Makropa -tologi hati dan ginjal Histopa-tologi hati dan ginjal Analisis data


(6)

61

Lampiran 6. Contoh perhitungan dosis

Berat badan mencit 25 g dengan dosis EEDKB 1000 mg/kg bb Dosis = 1000 mg/kg bb

= (25 : 1000 kg ) x 1000 mg/kg = 25 mg

Konsentrasi ekstrak yang dibuat 6% = 6 g/100 mL = 6000 mg/100 mL = 60 mg/mL

Jumlah obat yang disuntikkan = 25 mg : 60 mg/mL = 0,42 mL


(7)

62

Lampiran 7. Hasil uji

pendahuluan1. Hasil pengamatan berat badan

Perlakuan Berat badan hari ke- (g)

0 1 2 3 4 5 6 7

Kontrol I 27,1 27,2 26,8 27,0 26,9 27,2 27,5 27,3 Kontrol II 26,0 26,1 25,9 26,0 26,1 26,2 26,5 26,6 Dosis 250 mg I 27 27,1 26,9 26,8 26,8 26,9 27,1 27,3 Dosis 250 mg II 26,5 26,5 26,4 26,7 26,8 27 26,9 26,8 Dosis 500 mg I 24 24 23,8 24 23,9 23,5 23,6 23,8 Dosis 500 mg II 25,1 25 25,1 24,7 25 24,8 25 25,2 Dosis 1000 mg I 23,5 23,5 24 23,7 23,5 22 22 22 Dosis 1000 mg II 25,8 26 25,7 25,4 24,6 25 25,1 25,2 Dosis 1500 mg I 24,2 24 23 22,2 21 19 Mati Dosis 1500 mg II 25,2 25 24 24,4 24,5 24,2 24,1 24 Dosis 3000 mg I 23 23 22,4 22,1 20 18 Mati Dosis 3000 mg II 26,3 26 18 18 18 18 Mati 2. Hasil perhitungan dan analisa rata-rata berat badan

Hari Rata-rata berat badan (g) ± SD

kontrol 250 mg 500 mg 1000 mg 1500 mg 3000 mg 0 26,55 ±0,78 26,75±0,35 24,55±0,78 24,65±1,63 24,7±0,71 24,65±2,33 7 26,95±0,49 27,05±0,35 24,5±0,99 23,6±2,26 24,00± -

3. Hasil pengamatan gejala toksik

Perlakuan Kejang Salivasi Diare Lemas

Perubahan bulu Gerak gerik Rontok Warna

Jalan mun-dur Jalan dengan perut Gelisah

Kontrol - - - -

Dosis 250 mg - - - - Dosis 500 mg - - - - Dosis 1000 g - - - - Dosis 1500 mg + - - + - - - - + Dosis 3000 mg + - - + - - - - +


(8)

63

Lampiran 8. Hasil pengukuran berat badan 1. Berat badan pada minggu pertama

Perlakuan Berat badan hari ke- (g)

1 2 3 4 5 6 7

kontrol I 23,3 24,9 23,3 23,5 22 23,5 24,3

kontrol II 20 20,1 20,2 20,1 20 20 20

kontrol III 21 21 21,2 21,2 21,1 21,5 22

kontrol IV 22,1 24,1 24 25,1 25 24 25

kontrol V 26,2 27,8 28 27,8 28,4 29 28,7 Dosis 250 mg I 20,2 22 21.5 20,3 21,6 21,8 22 Dosis 250 mg II 27,6 28 28,5 28,7 29 29,1 29,3 Dosis 250 mg III 24,4 26 25,5 25,6 24,6 25 24,7 Dosis 250 mg IV 20 20,1 20,2 20 20,5 21 20,7 Dosis 250 mg V 26,9 29 28,8 28,9 29 28,8 29 Dosis 500 mg I 27,8 30 29,8 28,9 31 29,8 30 Dosis 500 mg II 22,7 24,5 24 23,8 23,9 24 24 Dosis 500 mg III 23 25 24,8 23,9 25 24,7 25 Dosis 500 mg IV 25,9 26,8 25,8 24,9 25 26,1 25,9 Dosis 500 mg V 22,7 25 23,8 22,9 23,5 23,4 23,6 Dosis 750 mg I 32 32,2 31,6 31,7 33 32 29 Dosis 750 mg II 27,8 30 30 28,3 29 28,8 29 Dosis 750 mg III 21 22,3 25 24 23 19,5 20 Dosis 750 mg IV 25,4 27,8 28 28,9 29 29 28,6 Dosis 750 mg V 24 23,4 22 22,8 23,7 23,5 23,4 Dosis 1000 mg I 25,2 25 24,3 22 19 18,8 17 Dosis 1000 mg II 28 28,8 28,9 29,2 30 31 30,5 Dosis 1000 mg III 26,1 28,7 29 28,9 29 30 30,3 Dosis 1000 mg IV 22,4 21 20 20 21 22,2 22,4 Dosis 1000 mg V 25 26,6 26 25,6 25,7 26 26,1


(9)

64 2. Berat badan pada minggu kedua

Perlakuan Berat badan hari ke- (g)

1 2 3 4 5 6 7

kontrol I 24 24 23,7 24 23,8 23,6 23,4

kontrol II 20 20 20,2 20,1 20,2 20,3 20,7 kontrol III 21,4 21,3 21,3 21,8 21,4 20,3 20,4 kontrol IV 25 24,5 25 24,8 24,9 25,7 26

kontrol V 29 29 30 30,3 30,4 30,6 31

Dosis 250 mg I 21 21 20 20 20,5 20,4 20,4 Dosis 250 mg II 29,6 30 30 29,7 29,5 28,8 30 Dosis 250 mg III 26 25,4 25,4 25,2 24 23,8 26 Dosis 250 mg IV 21 20,8 21 22 21 21,3 22 Dosis 250 mg V 28,7 28,5 28,3 27,8 26,9 27 27 Dosis 500 mg I 28,4 28,1 26,8 27 25,8 28 28,2 Dosis 500 mg II 24 22,3 20 19,4 16,5 18 19 Dosis 500 mg III 25 24,5 23,6 24 23,7 25 25,2 Dosis 500 mg IV 26 25 23,8 23,6 23 24,4 25 Dosis 500 mg V 24 23,8 24 24,6 24,7 25,3 26

Dosis 750 mg I 25 24 21 20 Mati

Dosis 750 mg II 30 30,2 29,5 29,6 28,4 30 30,2 Dosis 750 mg III 20 21,4 21 20,6 21,8 20 21,4 Dosis 750 mg IV 27,6 24,5 23 25,2 20 27,6 24,5

Dosis 750 mg V 20 18 17 18 16 20 18

Dosis 1000 mg I 16 15 15 Mati

Dosis 1000 mg II 30,6 30,7 31,4 32 30,6 30,7 31,4 Dosis 1000 mg III 30 30,6 31 30 24 Mati Dosis 1000 mg IV 22,4 22,1 21,6 22 22,4 22,1 21,6 Dosis 1000 mg V 26 25,8 25,6 26 26 25,8 25,6


(10)

65 3. Berat badan pada minggu ketiga

Perlakuan Berat badan hari ke- (g)

1 2 3 4 5 6 7

kontrol I 23,6 24,3 25 24,7 25 25 24,8

kontrol II 20,5 20,6 20,4 20,8 21 21,3 21,4 kontrol III 20,3 20,4 20,2 20,8 20,8 21 21

kontrol IV 26 26 25,8 25,5 26 26,4 27

kontrol V 31 31,6 31,8 32 31,7 31,5 30 Dosis 250 mg I 20,3 20,4 20,5 20 20,3 20,5 20,4 Dosis 250 mg II 30,8 31,7 32 31,6 30,5 31 31,3 Dosis 250 mg III 26,4 26,8 27 26,7 26,5 26,6 26,8 Dosis 250 mg IV 21,9 21,8 21,9 22 21,8 22 22,1 Dosis 250 mg V 27 27,1 26,7 26,4 26,4 26,2 26,5 Dosis 500 mg I 28,1 27,7 27,6 27,4 27,2 27 27

Dosis 500 mg II 19 18 18 18 19 19 18,6

Dosis 500 mg III 25 25,3 25,7 26 26,5 27 26,8 Dosis 500 mg IV 25 23,8 24,7 25,7 25,6 25,8 26 Dosis 500 mg V 26 26 26,2 26.7 27 26,8 27

Dosis 750 mg I Mati

Dosis 750 mg II 30 31 31 29,8 29,9 30 31 Dosis 750 mg III 23 24,5 24,8 23,9 25 25,1 25,3 Dosis 750 mg IV 20,5 20,2 20 19 20 21,4 22

Dosis 750 mg V 13 Mati

Dosis 1000 mg I Mati

Dosis 1000 mg II 32 24 Mati

Dosis 1000 mg III Mati

Dosis 1000 mg IV 21,9 22,5 23 22,8 23,6 24 23,8 Dosis 1000 mg V 24,6 24,7 24,6 25 24,7 24,3 25


(11)

66 4. Berat badan pada minggu keempat

Perlakuan Berat badan hari ke- (g)

1 2 3 4 5 6 7

kontrol I 22 23 24 25 26 27 28

kontrol II 25 25,5 25,8 25,8 26 26,6 27 kontrol III 21,7 22 21,8 21,6 21,6 21,9 22 kontrol IV 21 20,7 20,8 21 21,3 21,6 21,8

kontrol V 27 27,7 28 28 28 29 29

Dosis 250 mg I 20,7 21 21,5 21,8 21,2 21,6 22 Dosis 250 mg II 31 30,6 30,4 30,7 30,8 31 31,1 Dosis 250 mg III 26,4 27 26,5 26,7 26 27,1 27,3 Dosis 250 mg IV 21,3 21 21,6 22 21,7 21,8 22 Dosis 250 mg V 27 26,8 27 26,5 25,8 26,4 27 Dosis 500 mg I 26,4 26 25,7 26,9 26 26,4 26,5

Dosis 500 mg II 20 19 17 17 Mati

Dosis 500 mg III 27,3 29 28,6 28,8 29 28,5 28,3 Dosis 500 mg IV 26 25,5 25 26 27 27,6 28 Dosis 500 mg V 27,5 28 26,9 26,5 27 27,2 27,5

Dosis 750 mg I Mati

Dosis 750 mg II 30,8 31 30,7 30,9 31,5 31,7 32 Dosis 750 mg III 25,1 25 25,4 26 25,3 25,6 25 Dosis 750 mg IV 22,5 23,1 23 23,6 25 24,7 24,5

Dosis 750 mg V Mati

Dosis 1000 mg I Mati

Dosis 1000 mg II Mati

Dosis 1000 mg III Mati

Dosis 1000 mg IV 23,6 24 23,7 23,8 24 24,7 25 Dosis 1000 mg V 25 25,6 25,8 26 26,2 26 26


(12)

67

Lampiran 9. Hasil pengukuran kadar ALT dan kreatinin


(13)

68

Lampiran 9. (lanjutan)


(14)

69

Lampiran 9.(lanjutan)


(15)

70

Lampiran 9.(lanjutan)


(16)

71

Lampiran 9.(lanjutan)


(17)

72

Lampiran 9.(lanjutan)


(18)

73

Lampiran 9. (lanjutan)


(19)

74

Lampiran 9.(lanjutan)


(20)

75

Lampiran 9.(lanjutan)


(21)

76

Lampiran 9.(lanjutan)


(22)

77

Lampiran 9.(lanjutan)


(23)

78

Lampiran 9.(lanjutan)


(24)

79

Lampiran 9.(lanjutan)


(25)

80

Lampiran 9.(lanjutan)


(26)

81

Lampiran 9.(lanjutan)


(27)

82

Lampiran 9.(lanjutan)


(28)

83

Lampiran 9.(lanjutan)


(29)

84

Lampiran 10. Hasil rata-rata kadar ALT dan kreatinin 1. Hasil rata-rata kadar ALT

Perlakuan Rata-Rata ±SD Nilai signifikansi

Kontrol 24,26 ±7,67 -

Dosis 250 mg/kg bb 48,5 ± 7,00 0,09*

Dosis 500 mg/kg bb 73,5 ± 19,46 0,014*

Dosis 750 mg/kg bb 99,5 ± 12,99 0,002*

Dosis 1000 mg/kg bb 151,2 ± 0,80 0,024*

2. Hasil rata-rata kadar kreatinin

Perlakuan Rata-Rata ±SD Nilai signifikansi

Kontrol 0,12 ± 0,05 -

Dosis 250 mg/kg bb 0,18 ± 0,04 0,092*

Dosis 500 mg/kg bb 0,33 ± 0,05 0,014*

Dosis 750 mg/kg bb 0,47 ± 0,05 0,004*

Dosis 1000 mg/kg bb 0,71 ± 0,08 0,024*

*) terdapat perbedaan yang signifikan


(30)

85

Lampiran 11.Pengamatan makropatologi organ hati dan ginjal

Hati dan ginjal mencit kelompok kontrol

Hati dan ginjal mencit dosis 250 mg/kg bb


(31)

86

Lampiran 11.(lanjutan)

Hati dan ginjal mencit dosis 500 mg/kg bb

Hati dan ginjal mencit dosis 750 mg/kg bb


(32)

87

Lampiran 11.(lanjutan)

Hati dan ginjal mencit dosis 1000 mg/kg bb


(33)

88

Lampiran 12. Gambar alat, bahan, dan objek yang digunakan

Oral sonde

Peralatan bedah


(34)

89

Lampiran 12. (lanjutan)

Mikroskop

Preparat hati dan ginjal


(35)

90

Lampiran 13. Gambar hewan percobaan yang digunakan

Mencit

Pembedahan mencit

7,5 cm


(36)

91

Lampiran 14. Hasil analisis SPSS berat badan mencit jantan Descriptives

N Mean Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Mini mum Maxim um Lower Bound Upper Bound berat badan Hari 0

Kontrol 5 22.52 2.39729 1.0721 0

19.5434 25.4966 20.0 0

26.20 dosis 250

mg/kg bb

5 23.82 3.59889 1.6094 7

19.3514 28.2886 20.0 0

27.60 dosis 500

mg/kg bb

5 24.42 2.32099 1.0379 8

21.5381 27.3019 22.7 0

27.80 dosis 750

mg/kg bb

5 26.04 4.14101 1.8519 2

20.8983 31.1817 21.0 0

32.00 dosis

1000 mg/kg bb

5 25.34 2.02682 .90642 22.8234 27.8566 22.4 0

28.00

Total 25 24.42 3.01780 .60356 23.1823 25.6737 20.0 0 32.00 berat badan mingg u I

Kontrol 5 24.00 3.28557 1.4693 5

19.9204 28.0796 20.0 0

28.70 dosis 250

mg/kg bb

5 25.14 3.93611 1.7602 8

20.2527 30.0273 20.7 0

29.30 dosis 500

mg/kg bb

5 25.70 2.56515 1.1471 7

22.5149 28.8851 23.6 0

30.00 dosis 750

mg/kg bb

5 26.00 4.10853 1.8373 9

20.8986 31.1014 20.0 0

29.00 dosis

1000 mg/kg bb

5 25.26 5.70026 2.5492 4

18.1822 32.3378 17.0 0

30.50

Total 25 25.22 3.76740 .75348 23.6649 26.7751 17.0 0 30.50 berat badan mingg u II

kontrol 5 24.30 4.38064 1.9590 8

18.8607 29.7393 20.4 0

31.00 dosis 250

mg/kg bb

5 25.08 3.87711 1.7339 0

20.2659 29.8941 20.4 0

30.00 dosis 500

mg/kg bb

5 24.68 3.41936 1.5291 8

20.4343 28.9257 19.0 0

28.20 dosis 750

mg/kg bb

5 21.30 6.11964 2.7367 9

13.7015 28.8985 13.0 0

30.00 dosis

1000 mg/kg bb

5 23.58 6.22712 2.7848 5

15.8480 31.3120 15.0 0

32.30

Total 25 23.78 4.71419 .94284 21.8421 25.7339 13.0 0 32.30 berat badan mingg u III

kontrol 5 24.84 3.80368 1.7010 6

20.1171 29.5629 21.0 0

30.00 dosis 250

mg/kg bb

5 25.42 4.29732 1.9218 2

20.0842 30.7558 20.4 0

31.30 dosis 500

mg/kg bb

5 25.08 3.64582 1.6304 6

20.5531 29.6069 18.6 0

27.00 dosis 750

mg/kg bb

5 22.26 6.64364 2.9711 3

14.0108 30.5092 13.0 0

31.00


(37)

92 dosis

1000 mg/kg bb

5 22.36 4.14101 1.8519 2

17.2183 27.5017 15.0 0

25.00

Total 25 23.99 4.46318 .89264 22.1497 25.8343 13.0 0 31.30 berat badan mingg u Iv

Kontrol 5 26.16 4.13860 1.8508 4

21.0213 31.2987 21.8 0

31.00 dosis 250

mg/kg bb

5 25.88 3.89320 1.7410 9

21.0460 30.7140 22.0 0

31.10 dosis 500

mg/kg bb

5 25.46 4.77839 2.1369 6

19.5268 31.3932 17.0 0

28.30 dosis 750

mg/kg bb

5 22.90 7.00357 3.1320 9

14.2039 31.5961 13.0 0

32.00 dosis

1000 mg/kg bb

5 22.80 4.43847 1.9849 4

17.2889 28.3111 15.0 0

26.00

Total 25 24.64 4.78774 .95755 22.6637 26.6163 13.0 0

32.00

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

berat badan Hari 0 1.280 4 20 .311

berat badan minggu I 1.383 4 20 .276

berat badan minggu II .347 4 20 .843

berat badan minggu III .481 4 20 .750

berat badan minggu Iv .471 4 20 .757

ANOVA Sum of Squares

df Mean Square

F Sig.

berat badan Hari 0

Between Groups

37.202 4 9.301 1.026 .418 Within Groups 181.368 20 9.068

Total 218.570 24

berat badan minggu I

Between Groups

11.676 4 2.919 .177 .947 Within Groups 328.964 20 16.448

Total 340.640 24

berat badan minggu II

Between Groups

44.802 4 11.201 .459 .765 Within Groups 488.564 20 24.428

Total 533.366 24

berat badan minggu III

Between Groups

48.026 4 12.007 .558 .695 Within Groups 430.052 20 21.503

Total 478.078 24

berat badan minggu Iv

Between Groups

54.668 4 13.667 .552 .700 Within Groups 495.472 20 24.774

Total 550.140 24


(38)

93 Post Hoc Tests

Multiple Comparisons Tukey HSD Dependent Variable (I) perlakuan (J) perlakuan Mean Difference (I-J)

Std. Error Sig. 95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound berat badan Hari 0 kontrol dosis 250 mg/kg bb

-1.30000 1.90456 .958 -6.9992

4.3992 dosis 500

mg/kg bb

-1.90000 1.90456 .853 -7.5992

3.7992 dosis 750

mg/kg bb

-3.52000 1.90456 .375 -9.2192

2.1792 dosis 1000

mg/kg bb

-2.82000 1.90456 .586 -8.5192

2.8792

dosis 250 mg/kg bb

kontrol 1.30000 1.90456 .958 -4.3992

6.9992 dosis 500

mg/kg bb

-.60000 1.90456 .998 -6.2992

5.0992 dosis 750

mg/kg bb

-2.22000 1.90456 .770 -7.9192

3.4792 dosis 1000

mg/kg bb

-1.52000 1.90456 .928 -7.2192

4.1792

dosis 500 mg/kg bb

kontrol 1.90000 1.90456 .853 -3.7992

7.5992 dosis 250

mg/kg bb

.60000 1.90456 .998 -5.0992

6.2992 dosis 750

mg/kg bb

-1.62000 1.90456 .911 -7.3192

4.0792 dosis 1000

mg/kg bb

-.92000 1.90456 .988 -6.6192

4.7792

dosis 750 mg/kg bb

kontrol 3.52000 1.90456 .375 -2.1792

9.2192 dosis 250

mg/kg bb

2.22000 1.90456 .770 -3.4792

7.9192 dosis 500

mg/kg bb

1.62000 1.90456 .911 -4.0792

7.3192 dosis 1000

mg/kg bb

.70000 1.90456 .996 -4.9992

6.3992

dosis 1000 mg/kg bb

kontrol 2.82000 1.90456 .586 -2.8792

8.5192 dosis 250

mg/kg bb

1.52000 1.90456 .928 -4.1792

7.2192 dosis 500

mg/kg bb

.92000 1.90456 .988 -4.7792

6.6192 dosis 750

mg/kg bb

-.70000 1.90456 .996 -6.3992 4.9992 berat badan minggu I kontrol dosis 250 mg/kg bb

-1.14000 2.56501 .991 -8.8155

6.5355 dosis 500

mg/kg bb

-1.70000 2.56501 .962 -9.3755

5.9755 dosis 750

mg/kg bb

-2.00000 2.56501 .934 -9.6755

5.6755 dosis 1000

mg/kg bb

-1.26000 2.56501 .987 -8.9355

6.4155 dosis 250

mg/kg bb kontrol

1.14000 2.56501 .991 -6.5355

8.8155


(39)

94 dosis 500

mg/kg bb

-.56000 2.56501 .999 -8.2355

7.1155 dosis 750

mg/kg bb

-.86000 2.56501 .997 -8.5355

6.8155 dosis 1000

mg/kg bb

-.12000 2.56501 1.000 -7.7955

7.5555

dosis 500 mg/kg bb

kontrol 1.70000 2.56501 .962 -5.9755

9.3755 dosis 250

mg/kg bb

.56000 2.56501 .999 -7.1155

8.2355 dosis 750

mg/kg bb

-.30000 2.56501 1.000 -7.9755

7.3755 dosis 1000

mg/kg bb

.44000 2.56501 1.000 -7.2355

8.1155

dosis 750 mg/kg bb

kontrol 2.00000 2.56501 .934 -5.6755

9.6755 dosis 250

mg/kg bb

.86000 2.56501 .997 -6.8155

8.5355 dosis 500

mg/kg bb

.30000 2.56501 1.000 -7.3755

7.9755 dosis 1000

mg/kg bb

.74000 2.56501 .998 -6.9355

8.4155

dosis 1000 mg/kg bb

kontrol 1.26000 2.56501 .987 -6.4155

8.9355 dosis 250

mg/kg bb

.12000 2.56501 1.000 -7.5555

7.7955 dosis 500

mg/kg bb

-.44000 2.56501 1.000 -8.1155

7.2355 dosis 750

mg/kg bb

-.74000 2.56501 .998 -8.4155 6.9355 berat badan minggu II kontrol dosis 250 mg/kg bb

-.78000 3.12590 .999 -10.133 9

8.5739

dosis 500 mg/kg bb

-.38000 3.12590 1.000 -9.7339

8.9739 dosis 750

mg/kg bb

3.00000 3.12590 .870 -6.3539

12.3539 dosis 1000

mg/kg bb

.72000 3.12590 .999 -8.6339

10.0739

dosis 250 mg/kg bb

kontrol .78000 3.12590 .999 -8.5739

10.1339 dosis 500

mg/kg bb

.40000 3.12590 1.000 -8.9539

9.7539 dosis 750

mg/kg bb

3.78000 3.12590 .746 -5.5739

13.1339 dosis 1000

mg/kg bb

1.50000 3.12590 .988 -7.8539

10.8539

dosis 500 mg/kg bb

kontrol .38000 3.12590 1.000 -8.9739

9.7339 dosis 250

mg/kg bb

-.40000 3.12590 1.000 -9.7539

8.9539 dosis 750

mg/kg bb

3.38000 3.12590 .814 -5.9739

12.7339 dosis 1000

mg/kg bb

1.10000 3.12590 .996 -8.2539

10.4539

dosis 750 mg/kg bb

kontrol

-3.00000 3.12590 .870 -12.353 9

6.3539

dosis 250 mg/kg bb

-3.78000 3.12590 .746 -13.133 9

5.5739

dosis 500 mg/kg bb

-3.38000 3.12590 .814 -12.733 9

5.9739


(40)

95 dosis 1000

mg/kg bb

-2.28000 3.12590 .947 -11.633 9 7.0739 dosis 1000 mg/kg bb kontrol

-.72000 3.12590 .999 -10.073 9

8.6339

dosis 250 mg/kg bb

-1.50000 3.12590 .988 -10.853 9

7.8539

dosis 500 mg/kg bb

-1.10000 3.12590 .996 -10.453 9

8.2539

dosis 750 mg/kg bb

2.28000 3.12590 .947 -7.0739 11.6339 berat badan minggu III kontrol dosis 250 mg/kg bb

-.58000 2.93275 1.000 -9.3559

8.1959 dosis 500

mg/kg bb

-.24000 2.93275 1.000 -9.0159

8.5359 dosis 750

mg/kg bb

2.58000 2.93275 .901 -6.1959

11.3559 dosis 1000

mg/kg bb

2.48000 2.93275 .913 -6.2959

11.2559

dosis 250 mg/kg bb

kontrol .58000 2.93275 1.000 -8.1959

9.3559 dosis 500

mg/kg bb

.34000 2.93275 1.000 -8.4359

9.1159 dosis 750

mg/kg bb

3.16000 2.93275 .816 -5.6159

11.9359 dosis 1000

mg/kg bb

3.06000 2.93275 .832 -5.7159

11.8359

dosis 500 mg/kg bb

kontrol .24000 2.93275 1.000 -8.5359

9.0159 dosis 250

mg/kg bb

-.34000 2.93275 1.000 -9.1159

8.4359 dosis 750

mg/kg bb

2.82000 2.93275 .869 -5.9559

11.5959 dosis 1000

mg/kg bb

2.72000 2.93275 .883 -6.0559

11.4959

dosis 750 mg/kg bb

kontrol

-2.58000 2.93275 .901 -11.355 9

6.1959

dosis 250 mg/kg bb

-3.16000 2.93275 .816 -11.935 9

5.6159

dosis 500 mg/kg bb

-2.82000 2.93275 .869 -11.595 9

5.9559

dosis 1000 mg/kg bb

-.10000 2.93275 1.000 -8.8759

8.6759

dosis 1000 mg/kg bb

kontrol

-2.48000 2.93275 .913 -11.255 9

6.2959

dosis 250 mg/kg bb

-3.06000 2.93275 .832 -11.835 9

5.7159

dosis 500 mg/kg bb

-2.72000 2.93275 .883 -11.495 9

6.0559

dosis 750 mg/kg bb

.10000 2.93275 1.000 -8.6759

8.8759

berat badan

minggu Iv kontrol

dosis 250 mg/kg bb

.28000 3.14793 1.000 -9.1398

9.6998 dosis 500

mg/kg bb

.70000 3.14793 .999 -8.7198

10.1198


(41)

96 dosis 750

mg/kg bb

3.26000 3.14793 .836 -6.1598

12.6798 dosis 1000

mg/kg bb

3.36000 3.14793 .821 -6.0598

12.7798

dosis 250 mg/kg bb

kontrol -.28000 3.14793 1.000 -9.6998

9.1398 dosis 500

mg/kg bb

.42000 3.14793 1.000 -8.9998

9.8398 dosis 750

mg/kg bb

2.98000 3.14793 .875 -6.4398

12.3998 dosis 1000

mg/kg bb

3.08000 3.14793 .862 -6.3398

12.4998

dosis 500 mg/kg bb

kontrol

-.70000 3.14793 .999 -10.119 8

8.7198

dosis 250 mg/kg bb

-.42000 3.14793 1.000 -9.8398

8.9998 dosis 750

mg/kg bb

2.56000 3.14793 .923 -6.8598

11.9798 dosis 1000

mg/kg bb

2.66000 3.14793 .913 -6.7598

12.0798

dosis 750 mg/kg bb

kontrol

-3.26000 3.14793 .836 -12.679 8

6.1598

dosis 250 mg/kg bb

-2.98000 3.14793 .875 -12.399 8

6.4398

dosis 500 mg/kg bb

-2.56000 3.14793 .923 -11.979 8

6.8598

dosis 1000 mg/kg bb

.10000 3.14793 1.000 -9.3198

9.5198

dosis 1000 mg/kg bb

kontrol

-3.36000 3.14793 .821 -12.779 8

6.0598

dosis 250 mg/kg bb

-3.08000 3.14793 .862 -12.499 8

6.3398

dosis 500 mg/kg bb

-2.66000 3.14793 .913 -12.079 8

6.7598

dosis 750 mg/kg bb

-.10000 3.14793 1.000 -9.5198

9.3198


(42)

97

Lampiran 15. Hasil analisis SPSS pakan mencit

Oneway

Descriptives Jumlah pakan(Gram)

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minim um Maximu m Lower Bound Upper Bound

kontrol 14 38,7929 2,33517 ,62410 37,4446 40,1411 35,60 43,20 250 mg 14 39,9857 2,50564 ,66966 38,5390 41,4324 35,40 43,20 500 mg 14 36,9571 3,66054 ,97832 34,8436 39,0707 31,00 P42,00 750 mg 14 28,9714 7,88059 2,10618 24,4213 33,5215 20,50 46,10 1000 mg 14 24,1286 9,61733 2,57034 18,5757 29,6815 14,80 44,80 Total 70 33,7671 8,50961 1,01709 31,7381 35,7962 14,80 46,10

ANOVA Jumlah pakan(Gram)

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 2660,077 4 665,019 18,501 ,000

Within Groups 2336,458 65 35,946

Total 4996,534 69

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons Dependent Variable: Jumlah pakan(Gram)

(I) Perlakua n (J) Perlaku an Mean Difference (I-J) Std.

Error Sig.

95% Confidence Interval Lower

Bound Upper Bound Tukey HSD kontrol 250 mg -1,19286 2,26607 ,984 -7,5511 5,1653

500 mg 1,83571 2,26607 ,927 -4,5225 8,1939 750 mg 9,82143* 2,26607 ,000 3,4632 16,1796 1000 mg 14,66429* 2,26607 ,000 8,3061 21,0225 250 mg kontrol 1,19286 2,26607 ,984 -5,1653 7,5511 500 mg 3,02857 2,26607 ,670 -3,3296 9,3868 750 mg 11,01429* 2,26607 ,000 4,6561 17,3725 1000 mg 15,85714* 2,26607 ,000 9,4989 22,2153 500 mg kontrol -1,83571 2,26607 ,927 -8,1939 4,5225 250 mg -3,02857 2,26607 ,670 -9,3868 3,3296


(43)

98

750 mg 7,98571* 2,26607 ,007 1,6275 14,3439 1000 mg 12,82857* 2,26607 ,000 6,4704 19,1868 750 mg kontrol -9,82143* 2,26607 ,000 -16,1796 -3,4632 250 mg -11,01429* 2,26607 ,000 -17,3725 -4,6561 500 mg -7,98571* 2,26607 ,007 -14,3439 -1,6275 1000 mg 4,84286 2,26607 ,217 -1,5153 11,2011 1000 mg kontrol -14,66429* 2,26607 ,000 -21,0225 -8,3061 250 mg -15,85714* 2,26607 ,000 -22,2153 -9,4989 500 mg -12,82857* 2,26607 ,000 -19,1868 -6,4704 750 mg -4,84286 2,26607 ,217 -11,2011 1,5153 LSD kontrol 250 mg -1,19286 2,26607 ,600 -5,7185 3,3328 500 mg 1,83571 2,26607 ,421 -2,6899 6,3614 750 mg 9,82143* 2,26607 ,000 5,2958 14,3471 1000 mg 14,66429* 2,26607 ,000 10,1386 19,1899 250 mg kontrol 1,19286 2,26607 ,600 -3,3328 5,7185 500 mg 3,02857 2,26607 ,186 -1,4971 7,5542 750 mg 11,01429* 2,26607 ,000 6,4886 15,5399 1000 mg 15,85714* 2,26607 ,000 11,3315 20,3828 500 mg kontrol -1,83571 2,26607 ,421 -6,3614 2,6899 250 mg -3,02857 2,26607 ,186 -7,5542 1,4971 750 mg 7,98571* 2,26607 ,001 3,4601 12,5114 1000 mg 12,82857* 2,26607 ,000 8,3029 17,3542 750 mg kontrol -9,82143* 2,26607 ,000 -14,3471 -5,2958 250 mg -11,01429* 2,26607 ,000 -15,5399 -6,4886 500 mg -7,98571* 2,26607 ,001 -12,5114 -3,4601 1000 mg 4,84286* 2,26607 ,036 ,3172 9,3685 1000 mg kontrol -14,66429* 2,26607 ,000 -19,1899 -10,1386 250 mg -15,85714* 2,26607 ,000 -20,3828 -11,3315 500 mg -12,82857* 2,26607 ,000 -17,3542 -8,3029 750 mg -4,84286* 2,26607 ,036 -9,3685 -,3172 *. The mean difference is significant at the 0.05 level.


(44)

99

Lampiran 16. Hasil analisis SPSS kadar ALT dan kreatinin

Descriptives

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Min Max Lower Bound Upper Bound

kadar ALT

kontrol 5 24,2600 7,67222 3,43112 14,7337 33,7863 11,90 31,60

250 mg 5 48,5000 7,00321 3,13193 39,8044 57,1956 36,60 55,10

500 mg 4 73,5000 19,46244 9,73122 42,5309 104,4691 55,80 92,00

750 mg 3 99,5000 12,99038 7,50000 67,2301 131,7699 92,00 114,50

1000 mg

2 151,1000 ,28284 ,20000 148,5588 153,6412 150,90 151,30

Total 19 66,2368 40,97605 9,40055 46,4870 85,9867 11,90 151,30

kadar kreati nin

kontrol 5 ,1200 ,04637 ,02074 ,0624 ,1776 ,05 ,17

250 mg 5 ,1840 ,04450 ,01990 ,1287 ,2393 ,13 ,23

500 mg 4 ,3325 ,05252 ,02626 ,2489 ,4161 ,30 ,41

750 mg 3 ,4667 ,04933 ,02848 ,3441 ,5892 ,41 ,50

1000 mg

2 ,7100 ,08485 ,06000 -,0524 1,4724 ,65 ,77

Total 19 ,2984 ,19577 ,04491 ,2041 ,3928 ,05 ,77

Tests of Normality

Perlakuan

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. kadar

kreatinin

kontrol ,267 5 ,200* ,930 5 ,593

250 mg ,249 5 ,200* ,877 5 ,298

500 mg ,344 4 . ,753 4 ,041

750 mg ,349 3 . ,832 3 ,194

1000 mg ,260 2 .

kadar ALT kontrol ,249 5 ,200* ,898 5 ,399

250 mg ,362 5 ,031 ,823 5 ,123

500 mg ,293 4 . ,794 4 ,092

750 mg ,385 3 . ,750 3 ,000

1000 mg ,260 2 .

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction


(45)

100

Lampiran 16.(lanjutan)

NPAR TESTS

/K-W=kadar kdr BY perlakuan(1 5) /MISSING ANALYSIS.

NPar Tests

Kruskal-Wallis Test

Ranks

Perlakuan N Mean Rank

kadar ALT Kontrol 5 3,00

250 mg 5 8,00

500 mg 4 12,75

750 mg 3 15,67

1000 mg 2 18,50

Total 19

kadar kreatinin Kontrol 5 3,90

250 mg 5 7,10

500 mg 4 12,63

750 mg 3 15,83

1000 mg 2 18,50

Total 19

Test Statisticsa,b

kadar ALT kadar kreatinin

Chi-Square 16,989 15,930

Df 4 4

Asymp. Sig. ,002 ,003

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Perlakuan


(46)

101

NPAR TESTS

/M-W= kadar kdr BY perlakuan(1 2) /MISSING ANALYSIS.

NPar Tests

Mann-Whitney Test

Test Statisticsa

kadar ALT kadar kreatinin

Mann-Whitney U ,000 4,500

Wilcoxon W 15,000 19,500

Z -2,611 -1,687

Asymp. Sig. (2-tailed) ,009 ,092

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008b ,095b a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

NPAR TESTS

/M-W= kadar kdr BY perlakuan(1 3) /MISSING ANALYSIS.

NPar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks

kadar ALT kontrol 5 3,00 15,00

500 mg 4 7,50 30,00

Total 9

kadar kreatinin kontrol 5 3,00 15,00

500 mg 4 7,50 30,00

Total 9

Ranks

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks

kadar ALT kontrol 5 3,00 15,00

250 mg 5 8,00 40,00

Total 10

kadar kreatinin kontrol 5 3,90 19,50

250 mg 5 7,10 35,50

Total 10


(47)

102 Test Statisticsa

kadar ALT kadar kreatinin

Mann-Whitney U ,000 ,000

Wilcoxon W 15,000 15,000

Z -2,449 -2,470

Asymp. Sig. (2-tailed) ,014 ,014

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,016b ,016b a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.

NPAR TESTS

/K-W=kadar kdr BY perlakuan(1 4) /STATISTICS DESCRIPTIVES

/MISSING ANALYSIS.

NPar Tests

Kruskal-Wallis Test

Ranks

Perlakuan N Mean Rank

kadar ALT Kontrol 5 3,00

250 mg 5 8,00

500 mg 4 12,75

750 mg 3 15,67

Total 17

kadar kreatinin Kontrol 5 3,90

250 mg 5 7,10

500 mg 4 12,63

750 mg 3 15,83

Total 17

Test Statisticsa,b

kadar ALT kadar kreatinin

Chi-Square 14,762 13,445

Df 3 3

Asymp. Sig. ,002 ,004

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Perlakuan


(48)

103

NPAR TESTS

/M-W= kadar kdr BY perlakuan(1 5) /MISSING ANALYSIS.

NPar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks

kadar ALT Kontrol 5 3,00 15,00

1000 mg 3 7,00 21,00

Total 8

kadar kreatinin Kontrol 5 3,00 15,00

1000 mg 3 7,00 21,00

Total 8

Test Statisticsa

kadar ALT kadar kreatinin

Mann-Whitney U ,000 ,000

Wilcoxon W 15,000 15,000

Z -2,249 -2,263

Asymp. Sig. (2-tailed) ,024 ,024

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,036b ,036b a. Grouping Variable: Perlakuan

b. Not corrected for ties.


(49)

50

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, D.R. (2008). Gambaran Makroskopik dan Mikroskopik Hati dan Ginjal Mencit Akibat Pemberian Plumbum Asetat. Tesis. Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Halaman 52.

Anonim. (2012). Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Grey, Asteraceae. Diakses

tanggal 26 Desember 2

diversifolia.htm.

Anonymous. (2009). Reference Values for Laboratory Animals, Normal Hematology Values. ReseachAnimal Resources. University of Minnesota. Halaman275.

Arifin, H., Leny, S., dan Netty, M. (2006). Kajian Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Capo (Blumea Balsamifera L.) dan Pengaruhnya Terhadap Gambaran Histologi Ginjal Mencit Putih Jantan. Media farmasi. 14(2): 120-124.

Chang, J .(1986). Synopsis of Pahatology. Printed Abrahan Publication. Halaman 26-27.

Cheville, N.F. (1999). Introduction to Veterinary Pathology. Edisi II. Iowa: Iowa State University Press. Halaman 214.

Covelli, V. (1972). Guide to The Necropsy of The Mouse. Diakses tanggal 26

Desember 2015.

file=Chapter-4htmL.

Contran, RS., Rennke, H., Kumar, V.(2007). Ginjal dan Sistem Penyalurannya. dalam: Kumar, Cotran,Robbin (ed). Buku Ajar Patologi Robbins Volume 2. Edisi VII. Jakarta:ECG. Halaman 594-7.

Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 7, 33, 744, 748.

Dewoto, H.R. (2007). Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi Fitofarmaka. Jurnal Majalah Kedokteran Indonesia. 57(7). Halaman 208. Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.

Cetakan Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 3-5, 10-11. Ditjen POM. (2014). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan

MakananRepublik IndonesiaNomor 7 Tahun 2014TentangPedoman Uji Toksisitas Nonklinik Secara In Vivo.Jakarta: Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI. Halaman 3-4, 9,11-12,28-32.

Donatus, A.I. (2001). Toksikologi Dasar. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Gajahmada. Halaman 67-79.


(50)

51

Elya, B., Amin, J., dan Emiyanah. (2010). Toksisitas Akut Daun Justicia gendarussa Burm.Jurnal Makara Sains. 14(2). Halaman 129-134.

Elufioye,T., Alatise, O.I., Fakoya, F.A., Agbedahunsi,J.M., dan Houghton,P.J.(2009). Toxicity Studies of Tithonia diversifolia A.Gray (Asteraceae) in Rats.Journal of Ethnopharmacology 122. Halaman 410-415.

Elufioye,T., danAgbedahunsi,J.M.(2004). Antimalaria Activities of Tithonia diversifolia (Asteraceae) and Crossopteryx febrifuga (Rubiaceae) on mice

in vivo. Journal of Ethnopharmacology 94. Halaman 167-171.

Eroschenko, V.P. (1996). AtlasHistologi Manusia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 325.

Ganiswara, S.G. (1995). Farmakologi Dan Terapi. Edisi IV. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman 763-764.

Gupta, D., dan Bhardwaj, S. (2012). Study of Acute, Subacute and Chronic Toxicity Test. International Journal of Advanced Research in Pharmaceutical and Bio Sciences (IJARPB) 1(2):104. Halaman 14.

Guyton, A.C., dan Hall,J.E. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi XXII. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 34.

Hage, L.S. (1982). The Anatomy Workbook. Philadelphia: Printed Lipincott Company. Halaman 83.

Hagerman.(2002). The Tannin Hand Book. Diakses tanggal 9 September 2015.

http://www.users.miamioh.edu/hagermae/What%20Is%20a%20Tannin.pdf

Hasnisa, Juswono,Unggul, P., Wardoyo, Arinto, Y.P.(2014). Pengaruh Paparan Asap Kendaraan Bermotor terhadap Gambaran Histologi Organ Ginjal Mencit (Mus musculus): Universitas Brawijaya. Halaman 2.

Hendriani, R. (2007). Uji Toksisitas Subkronis Kombinasi Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) Dan Rimpang Jahe Gajah (Zingiber officinale rosc.) Pada Tikus Wistar. Karya Ilmiah. Halaman 11.

Husada, Y. (1996). Fisiologi dan Pemeriksaan Biokimiawi Hati dalam:

Soeparman. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi III. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Halaman 244- 37.

Hutapea, J.R. (1994). Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Halaman. 297.

Ichwan. (2003). Membuat Pakan Ayam Ras Pedaging. Cetakan I. Agromedia Pustaka Utama. Jakarta. Halaman 56.


(51)

52

Ikatan Dokter Anak Indonesia. (1994).Nefrologi Anak Jilid I. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman 32.

Jones, L.M., Nicholson, H.B.,Leslie, E.M., Donald. (1997). Veterinary Pharmacology and Therapeutics.Edisi IV. New Delhi: Oxford and IBH Publishing. Halaman 1223-1232.

Jubb, K.V.F., Kennedy, P.C., dan Peter, C. (1993). Pathology of Domestic Animal. London: Academic Press. Halaman 325-327.

Juhriyyah, S. (2008). Gambaran Histopatologi Organ Hati Dan Ginjal Tikus Pada Intoksikasi Akut Insektisida (Metofluthrin, D-Phenothrin, D-Allethrin) Dengan Dosis Bertingkat. Skripsi. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Junqueira,L.C., dan Corneiro,J.(2005). Basic Histology Text and Atlas Edisi XI.

Jakarta: EGC. Halaman 71-75.

Klasseen, H. (2001). Casarett and Doull’s Toxicology. The Basic Science of Poison. Edisi VI.United States of America: McGraw-Hill. Halaman 38,87,91.

Lee, S.S.T., Butter, J.T.M., Pinaeu, T., Fernandez, S.P., danGonzalez, F.J. (1997). Role of CYP2E1 in the hepatotoxicity of acetaminophen.Journal BiologyChemical. 271:12063–12067.

Lefever, K.J. (2007). Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnosis, Edisi VI. Jakarta: EGC. Halaman 23.

Lu, F.C. (1995). Toksikologi Dasar : Asas, Organ, Sasaran, dan Penilaian Risiko,

diterjemahkan oleh Nugroho, E., Bustami,Z.S., dan Darmansjah, I. Edisi II. Jakarta: UI Press. Halaman 46, 92, 206-220.

Mardihusodo, H.(2011). Sitotoksisitas Campuran Ekstrak Etanol Daun KembangBulan (Tithonia diversifolia(Hemsley) A. Gray.) dan Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) pada Sel Widr.Majalah Obat Tradisional 16 (3). Halaman 174.

Macfarlane, P.S., Reid, R., dan Callander. (2000). Pathology Illustrated. Toronto: Huerchill Livingstone. Halaman 342.

Menkes RI. (2007). Kepmenkes Nomor 381/MENKES/SK/III/2007 tentang kebijakan obat tradisional. Jakarta:Kementrian Kesehatan.Halaman 4. Michael.(2013). Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Kesum (Polygonum

minusHuds.) Terhadap Peningkatan Kadar Kreatinin dan Ureum Serum Tikus Putih Galur WistarTerinduksi Sisplatin. Naskah Publikasi Skripsi.Pontianak: Program Studi Farmasi Fakulas Kedokteran Universitas Tanjung Pura. Halaman 6.


(52)

53

Murtini,J.T.,Priyanto, N.,dan Siregar,T.H.(2010).Toksisitas Subkronik Alginat pada Histopatologi Hati, Ginjal dan Lambung Mencit. Prosiding Universitas Brawijaya. Halaman 98.

Oktriana,N.H., dan Nurlela. (2011). Toksisitas Pemberian Berulang Infusa Pegagan (Centella asiatica (L.) Urb) Terhadap Tikus Jantan Galur Aprague-Dawley Tinjauan Terhadap Parameter Hematologis.Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi ke-2. Halaman 57.

OECD. (2008). Organization for Economic Cooperation and Development Guidelines for the Testing of Chemicals TG 407. Halaman 1-14.

Permatasari, P.(2013). Gambaran Histopatologi Hepar Dan Ginjal Pasca Pemberian Ekstrak Etanol Daun Kembang Bulan (Thitonia Diversifolia) (Studi Pada Tikus Putih Galur Wistar). Skripsi. Halaman 2.

Praptiwi, Wulansari, dan Chairul.(2010). Efek Toksisitas Ekstrak Pegagan (Centella asiatica Linn.) pada Organ dan jaringan mencit (Mus musculus).

Majalah Farmasi Indonesia 21 (1). Halaman 45-46.

Price, SA., dan Wilson L.M. (2006). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi VI. Jakarta: ECG. Halaman 867- 75.

Priyanto. (2009). Toksikologi Mekanisme, Terapi Antidotum, dan Penilaian Resiko. Jakarta: Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi Indonesia (LESKONFI). Halaman 1, 7, 8.

Purnomo, B. (2009). Dasar-dasar Urologi. Jakarta: Sagung Seto. Halaman 45-47. Rippey, J.J (1994). General Phatology. Perth Western Australia: Witwaesrand

University Press. Pages 19-31.

Sagita, A.A., Wahyuningsih, S.P.A., dan Husen, S.A. (2012). Uji Toksisitas Subkronik Polisakarida Krestin Dari Ekstrak Coriolus versicolor Terhadap Kadar ALT Mus musculus L. Artikel Karya Tulis Ilmiah. 87(3): 412-419.

Santoso,H., dan Nurliani, A. (2006). Efek Doksisiklin Selama Masa Organogenesis Pada Struktur Histologi Organ Hati dan Ginjal Fetus Mencit. Bioscientiae 3(1). Halaman 15-27.

Sibagariang, P.(2014). Skrining Fitokimia dari Beberapa Ekstrak Daun Kembang Bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A.Gray).Skripsi.Medan:Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.Halaman 34.


(53)

54

Spector, W.G. (1993). Pengantar Patologi Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 30.

Sumarny,R., dan Soetjipto,A.(2011). The Effect of Administrastion of N-Hexne Extraxt of Kembang Bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A.Gray)Leaf to Alloxan Diabetes Mice.International Conference. Halaman 212. Surasa, Ngudy J., Utami, Nur R., dan Isaneni, W.(2014). Struktur Mikroanatomi

Hati dan Kadar Kolesterol Total Plasma Darah Tikus Putih Starin Wistar Pasca Suplementasi Minyak Lemuru dan Minyak Kelapa Sawit.

Biosaintifika 6 (2). Halaman 6.

Syamsuni, H.A. (2006). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 23, 32.

Syarif,R.A., Mae, Wahyuningsih, dan Mustofa.(2006). Aktivitas Antiplasmodium

In VitroEstrak Kembang Bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray)terhadap Plasmodium falciparum.Yogyakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Halaman 7.

Suyanti, L. (2008). Gambaran Histopatologi Ginjal Tikus Pada Pemberian Fraksi Asam Amino Non Protein Lantara Nera (Acacia villosa) pada Uji Toksisitas Akut. Skripsi. Bogor: IPB.

Taofik., M.I., Yulianti E., Barizi A.,dan Hayati, E.K. (2010).Isolasi dan Identifikasi Senyawa Aktif Ekstrak Air Daun Paitan (Tithonia diversifolia

(Hemsley) A.Gray) Sebagai Bahan Insektisida Botani untuk Pengendalian Hama Tungau Eriophyidae.Alchemy VoLume II No I.Halaman 138.

Takutude,Rico.,Loho, Lilliy., dan Lintong,M.P.(2014). Gambaran Histopatologi Hati Tikus Wistar yang Diberikan Boraks. Jurnal e-Bimedil (eBM) volume II ,Nomor IV. Halaman 4.

Underwood, J.C.E. (1994). Cedera Hepar Akibat Obat. Editor: Sarjadi. Edisi Patologi Umum dan Sistemik Volume 2. Edisi II. Jakarta: EGC. Halaman 483.

Verawati.,Mimi A., Novicaresa, M.(2011). Aktifitas Anti Inflamasi Ekstrak Etanol Daun Kembang Bulan (Tithonia diversifolia. A. Gray) Terhadap Mencit Putih Betina. Scientia Vol. INo .I. Halaman 47.

Wicaksono, S. (2002). Efek Toksik dan Cara Menentukan Toksisitas Bahan Kimia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Cermin Dunia Kesehatan No 135. Halaman 33.

Widjaja,S. (2010). Gangguan Faal (Fungsi) Hati yang Sering Dipertanyakan oleh Penderita. Diakses tanggal 10 September 2015.


(54)

55

106.

Widyaningrum, H., dan Tim Solusi Alternatif (2011). Kitab Tanaman Obat Nusantara. Yogyakarta: Media Pressindo. Halaman820-821.

Wirasuta, Gelgel M.A., Niruri,Rasmaya. (2007). Toksikologi Umum (Buku Ajar). Bali: Jurusan Farmasi Fakultas MIPA Universitas Udayana. Halaman 28.


(55)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan tahapan penelitian yaitu pengumpulan tumbuhan, identifikasi tumbuhan, pembuatan simplisia, pembuatan ekstrak, pengamatan meliputi gejala toksik, berat badan,jumlah pakan kematian,makropatologi dan histopatologi organ hati dan ginjal, pengujian biokimia darah meliputi ALT dan kreatinin serta kemudian dilakukan analisis statistik.

3.1Alat dan Bahan 3.1.1Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas laboratorium, alat bedah (Wells spencer), alat destilasi, blender (Miyako), lemari pengering, neraca digital (Vibra), neraca hewan (Presica Geniweigher GW-1500), neraca kasar (ohaus), oral sonde,rotary evaporator (heidolph VV-300), sentrifuge dan spuit 1mL (Terumo).

3.1.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bahan tumbuhan dan bahan kimia. Bahan tumbuhan yang digunakan yaitu daun kembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray). Bahan kimia yang digunakan yaitu akuades, CMC-Na, etanol 80%, formalin 10% dan natrium klorida 0,9%.

3.2 Hewan Percobaan

Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit jantan dengan berat badan 20-30 g, berumur 2-3 bulan. Sebelum percobaan dimulai,


(56)

27

hewandiaklimatisasi di ruang percobaan selama lebih kurang 7 hari (Ditjen, POM., 2014). Hewandikelompokkan secara acak sedemikian rupa sehingga penyebaran berat badan merata untuk semua kelompok. Sebanyak 25 ekor mencit dibagi dalam 5 kelompok.

3.3 Penyiapan Sampel

3.3.1 Pengumpulan tumbuhan

Pengumpulan tumbuhan dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Tumbuhan yang digunakan adalah daunkembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) yang diperoleh dari bumi perkemahanSibolangit Provinsi Sumatera Utara.

3.3.2 Identifikasi tumbuhan

Identifikasidaunkembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) dilakukan di Herbarium Medanense (MEDA), Universitas Sumatera Utara.

3.3.3 Pembuatan simplisia

Daun kembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) yang masih segar dipisahkan dari tangkainya, dicuci kemudian ditiriskan dan ditimbang beratnya sebagai berat basah (6500 g). Daun kemudian dikeringkan dalam lemari pengering hingga kering yang ditandai dengan sampel mudah dipatahkan, kemudian ditimbang kembali sebagai berat kering selanjutnya diblender dan ditimbang sebagai berat serbuk simplisia (750 g). Serbuk simplisia dimasukkan kedalam kantong plastik, diberi etiket dan disimpan di tempat yang sesuai.

3.4 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Kembang Bulan

Pembuatan EEDKBdilakukan secara maserasi menggunakan etanol 80%. Cara kerja:


(57)

28

Sebanyak 750 g serbuk simplisia daun kembang bulandimasukkan ke dalam bejana, kemudian dituangi dengan 5,5 liter etanol 80%. Ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, diserkai dan diperas. Ampas dicuci kembali dengan2 liter etanol 80%, dipindahkan ke dalam bejana tertutup, dibiarkan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari, selanjutnya disaring (Depkes, RI., 1979). Maserat etanol yang diperoleh diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator ± 40oC sampai diperoleh ekstrak kental.

3.5 Pengujian Efek Toksisitas

Pengujian efek toksisitas meliputi pembuatan sediaan uji EEDKB, uji pendahuluan, pengujian toksisitas subkronik meliputi gejala toksik, perubahan berat badan,jumlah pakan, kematian hewan,makropatologi dan histopatologi organ ginjal dan hati dan pengukuran kadarALT dan kreatinin.

3.5.1 Pembuatan sediaan uji ekstrak etanol daun kembang bulan

Sediaan ujidibuat dengan konsentrasi 6 %, ditimbang ekstrak kemudian dimasukkan ke dalam lumpang, dan ditambahkan CMC-Na 0,5 % digerus hingga merata. Sediaan uji EEDKB dimasukkan ke dalam labu ukur, cukupkan dengan CMC-Na 0,5 % hingga dicapai batas volume.

3.5.2 Uji pendahuluan

Dosis pada uji toksisitas subkronik biasanya dipilih berdasarkan informasi yang diperoleh dari uji toksisitas akut, juga diusulkan suatu penelitian untuk menentukan rentang dosis. Ini dilakukan dengan memberikan tiga atau empat tingkat dosis selama 7 hari kepada hewan uji (Lu, 1995).

Sebanyak12 ekor mencit dibagi dalam 6 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 2 ekor. Kelompok kontrol diberi CMC-Na 1% bb, kelompok perlakuan


(58)

29

diberi EEDKB dosis250, 500, 1000, 1500,3000mg/kgbb secara oral selama 7 hari dan dilakukan pengamatan.

3.5.3Pengujian toksisitas subkronik

Berdasarkan hasil uji pendahuluan maka didapatkan dosis untuk dilakukan pengujian toksisitas subkronik. Mencit dikelompokkan menjadi 5 kelompok, masing-masing terdiri dari 5 ekor mencit yaitu: kelompok kontrol (1) dan kelompok perlakuan (2-5).

-Kelompok 1: kontrol, diberi CMC-Na 1% bb - Kelompok 2: diberi EEDKB dosis 250 mg/kg bb - Kelompok 3: diberi EEDKB dosis 500 mg/kg bb - Kelompok 4: diberi EEDKB dosis 750 mg/kg bb - Kelompok 5: diberi EEDKB dosis 1000 mg/kg bb

3.5.4Pengamatan

Penimbangan mencit dilakukan pada hari ke-0 kemudian pada hari ke-1 diberi sediaan uji secara oral setiap hari selama 28 hari dan dilakukan pengamatan (Ditjen, POM., 2014).

3.5.4.1Gejala toksik

Pengamatan terjadinya gejala-gejala toksik dan gejala klinis yang berupaperubahan kulit, bulu, sekresi, ekskresi,perubahan cara jalan, tingkah laku yang aneh (misalnya berjalan mundur),kejang dsb, dilakukan setiap hari selama 28 hari (Ditjen, POM., 2014).

3.5.4.2Berat badan

Mencit ditimbang setiap hari selama 28 hari untuk menentukan volume sediaan uji yang diberikan. Perubahan berat badan dianalisis setiap minggu. Pada akhir penelitian, hewan yang masih hidup ditimbang dan diotopsi (OECD, 2008).


(59)

30

3.5.4.3Jumlah pakan

Jumlah makanan yang dikonsumsi ditimbang dan diamati dua hari sekali (Ditjen, POM., 2014)

3.5.4.4Kematian hewan

Kematian mencit diamati dari hari pertama sampai hari terakhir dan mencit yang mati selama waktu pemberian sediaan uji segera diotopsi (Hendriani, 2007; Klasseen, 2001).

3.5.4.5Pengukuran kadar ALT dan kreatinin

Pada akhir periode pemberian sediaan uji semua mencit yang masih hidup diotopsi.Hewan dibunuh dengan melakukan dislokasi leher,kemudian selagi jantung masih berdenyut darah diambil melalui jantung (intra cardiac) secara perlahan-lahan menggunakan alat suntik steril sebanyak 1-3 mL. Sebanyak 1mL darah dimasukkan kedalam tabung mikrosentrifuge dan didiamkan pada suhu kamar selama 10 menit, kemudian dipindahkan kedalam tangas es dan segera disentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm.Serum dipisahkan dan disimpan dalam lemari beku(OECD, 2008; Sagita, dkk., 2012; Ditjen, POM., 2014). Kadar ALT dan kreatininselanjutnya diperiksa di Balai Laboratorium Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara.

3.5.4.6Makropatologi

Mencit yang mati segera diotopsi dan dilakukan pengamatan (OECD, 2008). Pengamatan meliputi warna, permukaan dan konsistensi organ hati secara visual (Anggraini, 2008; Praptiwi,2010)

3.5.4.7Histopatologi organ ginjal dan hati

Selanjutnya diambil organ hati dan ginjal kemudian dicuci dengan larutan fisiologis 0,9% kemudian dimasukkan dalam larutan dapar formaldehida


(60)

31

10% dan hasilnya dilihat di bawah mikroskop (OECD, 2008; Hendriani, 2007).Pembuatan preparat histopatologi dilakukan di rumah sakit Murni Teguh.

3.5.5 Analisis statistik

Pengamatan berat badan,jumlah pakan danpengukuran ALT dan kreatinin dianalisisnormalitasnya terlebih dahulu menggunakan Shapiro- Wilk . Apabila data terdisribusi normal diuji dengan one-way analysis of variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Tukey. Apabila data tidak terdistribusi normal diuji dengan

Kruskall-Wallis Hdan dilanjutkan dengan Mann-Whitney U. Pengujian dilakukan menggunakan program Statistic Product and Service Solutions (SPSS) versi 22.


(61)

32

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Medanense (MEDA), Universitas Sumatera Utara Medan, disebutkan sampel yang digunakan adalah tumbuhan daunkembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) suku Asteraceae. Hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1 dan gambar tumbuhan pada Lampiran 2.

4.2 Hasil Ekstraksi Serbuk Daun Kembang Bulan

Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 80%. Hasil maserasi dari 750 g serbuk simplisia diperoleh ekstrak kental 71 g (randemen 9,466 %).

4.3 Hasil Uji Pendahuluan

Hasil uji pendahuluan selama 7 hari ditemukan adanya gejala toksik dan kematian pada dosis 1500 dan 3000 mg/kgbb. Tidakada perbedaan yang signifikan antara kenaikan berat badan dengan pemberian EEDKB (p > 0,05) pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan dosis 250, 500, 1000, 1500 dan 3000 mg/kg bb. Hasil uji pendahuluan dapat dilihat pada Lampiran 7.

4.4 Hasil Pengujian Toksisitas Subkronik

Dari hasil uji pendahuluan EEDKB didapatkan dosis untuk pengujian toksisitas subkronik yaitu 250, 500, 750 dan 1000 mg/kg bb. Pengamatan dilakukan selama 28 hari meliputi gejala toksik, berat badan, jumlah pakan, kematian hewan, kadar ALT dan kreatinin, makropatologi dan histopatologi organ


(62)

33 hati dan ginjal.

4.4.1 Hasil pengamatan gejala toksik

Hasil pengamatan yang dilakukan setiap hari selama 28 hari terhadap adanya kejang, salivasi, diare, lemas, perubahan bulu, gerak-gerik hewan seperti berjalan mundur dan berjalan dengan perut dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil pengamatan gejala toksik

Perlakuan Kejang Salivasi Diare Lemas

Perubahan bulu Gerak gerik Rontok Warna

Jalan

mun-dur

Jalan dengan

perut

Gelisah

Kontrol - - - -

Dosis

250 mg - - - -

Dosis

500 mg - - - + - - - - +

Dosis

750 mg + - - + + - - - +

Dosis

1000 mg + - + + + - - - +

Pada Tabel 4.1 terlihat bahwa pemberian EEDKB tidak ditemukan adanya gejala toksik pada kelompok kontrol dan dosis 250 mg/kg bb. Pada dosis 500 mg/kg bb terdapat gejala toksik yaitu lemas dan gelisah sedangkan pada dosis 750 dan 1000 mg/kg bb ditemukan gejala toksik yaitu terjadi kejang, lemas,gelisah dan perubahan bulu pada mencit.

Sifat toksik dari suatu senyawa sangat ditentukan oleh dosis. Kenaikan dosis biasanya akan menyebabkan lebih banyak sistem organ yang dikenai dan akan memberikan efek kerja yang jauh berbeda. Jumlah individu yang menunjukkan efek toksik atau efek terapetik tergantung dari dosisnya.Setelah dosis berada pada dosis toksik maka zat tersebut dapat menimbulkan keracunan (Wirasuta dan Niruni, 2007).

Setiap zat biladiberikan pada dosis yangcukupbesar akan menimbulkan


(63)

34

gejala-gejala toksik (Ganiswara, 1995).Makin besar dosis yang diberikan makin besar efek toksik yang timbul (Lu, 1995). Tanda toksik yang muncul pada organ dan sistem antara lain : pada sistem gastrointestinal meliputi melemas, diare, salivasi, keluar air seni, pada perilaku meliputi sedasi, gelisah, depresi berat, sikap agresif atau defensif, ketakutan, bingung , aktivitas yang aneh,dll (Lu, 1995).

4.4.2 Hasil pengamatan berat badan

Penimbangan berat badan dilakukan setiap hari dari hari 0 sampai hari ke 28 untuk menentukan volume sediaan yang diberikan, sedangkan yang dianalisis secara statistik dilakukan seminggu sekali. Hasil pengamatan rata-rata berat badan dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini:

Tabel 4.2 Hasil rata-rata berat badan

Hari Rata-rata berat badan (g) ± SD

Kontrol 250 mg 500 mg 750 mg 1000 mg 0 22,52±2,40 23,82±3,60 24,42±2,32 26,04±4,14 25,34±2,03 7 24,00±3,29 25,14±3,94 25,70±2,57 26,00±4,11 25,26±5,70 14 24,30±4,38 25,08±3,88 24,68±3,42 21,30±6,11 23,58±6,22 21 24,84±3,80 25,42±4,29 25,08±3,65 22,26±6,64 22,36±4,14 28 26,16±4,13 25,88±3,89 25,46±4,77 22,9±7,00 22,8±4,43

Berdasarkan hasil uji statistik pengamatan berat badan pada minggu pertama diketahui tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari setiap kelompok perlakuan setelah pemberian EEDKB (sig. 0,947; p > 0,05). Hasil uji statistik pada minggu kedua pengamatan berat badan, tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari setiap kelompok perlakuan setelah pemberian EEDKB (sig. 0,765; p > 0,05), pada perlakuan dosis 750 dan 1000 mg/kg bb terdapat kematian hari ke 12 dan dosis 1000 mg/kg bb pada hari ke-11 dan ke-14.

Hasil uji statistik berat badan mencit pada minggu ketiga menunjukkan masih tidak terdapat perbedaan signifikan dari setiapkelompok perlakuan setelah


(64)

35

pemberian EEDKB (sig. 0,695; p > 0,05). Terdapat kematian pada hari ke-16 pemberian dosis 750 mg/kg bb dan hari ke-17 dosis 1000 mg/kg bb.

Analisis data berat badan mencit minggu keempat menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan (sig. 0,700; p > 0,05). Pada pemberian dosis 500 mg/kg bb terjadi kematian pada hari ke-26.

Parameter yang merupakan indikator sensitif untuk mengetahui toksisitas yaitu gejala klinis dan berat badan. Hewan uji diamati setiap hari untuk gejala klinis dan berat badan diukur secara berkala (Gupta dan Bhardwaj, 2012).

Berdasarkan pengamatan selama 28 hari dan analisis data yang dilakukan setiap minggunya, dapat diketahui bahwa EEDKB tidak memberikan pengaruh terhadap perubahan kenaikan berat badan secara signifikan (p > 0,05), akan tetapi pada beberapa mencit yang mengalami kematian yaitu pada dosis 500,750 dan 1000 mg/kg bb diamati adanya penurunan berat badan sebelum terjadinya kematian.

Hal tersebut menunjukkan adanya pengaruh berat badan terhadap efek toksik, dimana berkurangnya pertambahan berat badan merupakan indeks efek toksik yang sederhana namun sensitif (Lu, 1995).

4.4.3 Hasil pengamatan jumlah pakan

Jumlah asupan makanan dan minuman merupakan salah satu faktor utama yang dapatmempengaruhi perkembangan berat badan (Oktriana dan Nurlaela, 2011). Hasil pengukuran asupan makanan menunjukkan bahwa kelompok kontrol dan dosis 250 mg/kg bb memiliki nilai asupan makanan rata-rata terbesar dibandingkan kelompok perlakuan lainnya, sedangkan kelompok perlakuan dosis 1000 mg/kg bb memiliki nilai asupan makanan rata-rata terendah dibandingkan kelompok perlakuan yang lain.


(65)

36

Jumlah pakan yang diberikan pada mencit, diamati setiap 2 hari sekali. Hasil pengamatan jumlah pakan dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil pengamatan jumlah pakan

Hari Jumlah pakan (g)

kontrol 250 mg 500 mg 750 mg 1000 mg

2 40,0 43,1 42,0 46,1 44,8

4 36,9 35,4 39,0 39,0 32,7

6 35,6 40,0 37,7 39,2 39,4

8 36,8 41,0 38,4 30,5 31,0

10 39,6 43,2 41,2 32,3 25,1

12 36,5 37,8 38,5 31,0 23,4

14 41,2 41,0 39,2 29,1 25,2

16 38,6 39,4 40,7 22,5 20,2

18 37,0 36,5 37,6 23,4 16,1

20 36,7 41,6 33,5 20,5 15,7

22 42,1 42,5 34,1 22,7 18,2

24 43,2 38,7 33,3 21,6 15,6

26 38,7 37,5 31,2 23,4 14,8

28 40,2 42,1 31,0 24,3 15,6

Hasil statistik rata-rata asupan makanan menunjukkan nilai signifikansip<0,05 yang menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan terhadap jumlah pakan yang dikonsumsi oleh mencit selama 28 hari pengamatan. Hasil dari Post Hoc Test dengan menggunakan uji Tukey menunjukkan bahwa perbedaan yang signifikan terdapat antara perlakuan dosis 750 dan 1000 mg/kg bb terhadap kelompok kontrol (p<0,05), sedangkan pada perlakuan dosis 250 dan 500 mg/kg bb tidak terdapat perbedaan yang signifikan jumlah pakan mencit terhadap kontrol (p>0,05). Dengan demikian pemberian EEDKB memberikan pengaruh terhadap jumlah pakan mencit jantan. Salah satu metabolit sekunder yang dimiliki kembang bulan adalah tanin. Tanin adalah senyawa polifenol yang bersifat terhidrolisa dan kental. Senyawa ini telah dikembangkan oleh tanaman sebagai bentuk pertahanan terhadap serangan eksternal dari predator yang memiliki rasa


(66)

37 sangat pahit atau kelat (Hagerman, 2002)

Kekurangan protein dalam ransum dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan. Secara umum penambahan berat badan akan dipengaruhi oleh jumlah konsumsi pakan yang dimakan dan kandungan nutrisi yang terdapat dalam pakan tersebut (Ichwan, 2003). Konsumsi makanan juga merupakan indikator yang berguna, konsumsi makanan yang nyata berkurang dapat menimbulkan efek yang mirip atau memperberat manifestasi toksik zat kimia tersebut (Lu, 1995).

4.4.4 Hasil pengamatan kematian

Mencit yang mati selama waktu pemberian sediaan uji dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil pengamatan kematian

.

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol dan 250 mg/kg bb tidak ada mencit yang mati selama waktu pemberian sediaan uji, sedang pada dosis 500 mg/kg bb jumlah mencit yang mati 1 ekor (pada hari ke-26), dosis 750 mg/kg bb 2 ekor(pada hari ke- 12 dan 16) dan dosis 1000 mg/kg bb 3 ekor (pada hari ke- 11, 14 dan 17).Hal tersebut dikarenakan pemberian EEDKB setiap hari selama 28 hari pada berbagai tingkat dosis.Suatu zat pada dasarnya bersifat racun dan terjadinya keracunan ditentukan oleh dosis dan cara pemberian namun dosis merupakan faktor utama yang terpenting (Ganiswara, 1995).

Pemberian EEDKB selama 28 hari juga menyebabkan terjadi kerusakan organ yang dapat menyebabkankematian pada mencit. Penelitian sebelumnya

Kelompok Jumlah mencit Jumlah kematian

Kontrol 5 0

Dosis 250 mg 5 0

Dosis 500 mg 5 1

Dosis 750 mg 5 2

Dosis 1000 mg 5 3


(67)

38

menunjukkan bahwa ekstrak etanol kembang bulan memiliki efek sitotoksik pada sel yang membelah dengan cepat (Elufioye, et al., 2008).Pemberian ekstrak etanol kembang bulan untuk pengujian antimalaria juga menunjukkan bahwa jumlah rata-rata mencit yang bertahan pada pemberian dosis berulang kelompok perlakuan lebih rendah dibandingkan kontrol (Elufioye and Agbedahunsi,2004). Uji toksisitas ekstrak kembang bulan dengan pemberian dosis tunggal juga menunjukkan adanya efek toksik akut dan reversibel pada hati dan ginjal , (Elufioye, et al., 2008).

Kandungan senyawa metabolit sekunder dalam EEDKB juga merupakan penyebab kematian mencit. Alkaloid cukup toksik sehingga pemberian dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan kematian (Elya, dkk., 2010).

Efek toksik merupakan efek yang sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kematian. Efek toksik suatu zat dipengaruhi oleh zatnya, target organ, besar dosis dan kondisi fisiologi membran biologi yang terpapar (Priyanto, 2009).

4.4.5 Hasil pengukuran kadar ALT dan kreatinin

Pengukuran kadar ALTdan kreatinin dilakukan pada hari ke 29, hasil rata-rata kadar ALT dan kreatinin dapat dilihat pada Lampiran 9. Grafik rata-rata-rata-rata kadar ALTdapat dilihat pada Gambar 4.1, sedangkan kadar kreatinin dpat dilihat pada Gambar 4.2.

Pada Gambar 4.1 terlihat bahwa kadar ALT meningkat seiring peningkatan dosis. Berdasarkan hasil analisis statistika terdapat perbedaan yangsignifikan antara kelompok perlakuan dan kontrol (p < 0,05). Pada kelompok kontrol rata-rata kadar ALT (24,26IU/L), dosis 250 mg/kg bb (48,5IU/L),


(68)

39

dosis500 mg/kg bb (73,5IU/L), terlihat hasil rata-rata kadar ALT dari ketiga perlakuan

Gambar 4.1 Grafik rata-rata hasil pengukuran kadar ALT

tersebut masih dalam batas normal.Pada dosis 750 mg/kg bb (99,5IU/L) dan dosis 1000 mg/kg bb (151,1IU/L), rata-rata kadar ALTkelompok tersebut di atas batas normal. Kadar ALT darah mencit normal adalah 1777 IU/L(Anonymous, 2009).

GPT dan GOT merupakan indikator yang kuat dan peka terhadap kelainan sel –sel hati. Enzim glutamate piruvat transaminase (GPT)/ALT merupakan enzim sitosol yang sebagian besar terdapat di dalam hati, jantung dan otot. Enzim ini sebagai indikator yang lebih spesifik untuk kerusakan sel-sel hati dibandingkan


(69)

40

GOT, karena GOT merupakan enzim mitokondria ada dalam jumlah besar di jantung, hati otot rangka dan ginjal, jika kadardalam jantung hati, ALT tinggi ada indikasi terjadi kerusakan sel di dalam hati (Murtini, dkk.,2010; Widjaja,2010).

Gambar 4.2 Grafik rata-rata hasil pengukuran kadar kreatinin

Pada Gambar 4.2 terlihat bahwa kadar kreatinin juga meningkat seiring peningkatan dosis. Berdasarkan hasil analisis statistika terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan terhadap kontrol (p < 0,05).Pada kelompok kontrol rata-rata kadar kreatinin (0,12 mg/dL), dosis 250 mg/kg bb (0,184 mg/dL) ,dosis 500 mg/kg bb (0,33 mg/dL), dosis 750 mg/kg bb (0,47 mg/dL) dan dosis

0,12

0,184

0,3325

0,4667

0,71

KONTROL DOSIS 250 MG DOSIS 500 MG DOSIS 750 MG DOSIS 1000 MG

kadar kreatinin


(70)

41

1000 mg/kg bb (0,71 mg/dL). Terlihat kadar rata-rata kreatinin dari seluruh kelompok masih ada dalam batas normal, nilai kreatinin pada mencit yang sehat berada dalam rentang 0,2-0,9 mg/dL (Anonymous, 2009).

Analisis biokimia yang dapat dilakukan untuk mendeteksi fungsi ginjal yaitu kadar kreatinin dan ureum. Kreatinin serum secara khusus berguna dalam mengevaluasi fungsi glomerulus. Kreatinin serum dinilai lebih sensitif dan merupakan indikator penyakit ginjal yang lebih spesifik. Kreatinin ini kemudian meningkat dan tidak dipengaruhi diet atau masukan cairan(Lefever, K.J., 2007).

Kelemahan kadar kreatinin sebagai parameter fungsi ginjal yaitu peningkatannya dalam darah terjadi jika laju filtrasi glomerulus (LFG) telah menurun dibawah 70 % dari normal, sehingga tidak dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan ginjal dini (IDAI, 1993). Kadar kreatinin dan ureum bukanlah satu-satunya indikator kerusakan ginjal, tetapi perlu dikonfirmasi lagi dengan histologi jaringan ginjal (Michael,2013).

4.4.6 Hasil pengamatan makropatologi

Perubahan warna menjadi salah satu parameter terjadinya efek toksik yang bertujuan mendapatkan informasi mengenai toksisitas zat uji yang berkaitan dengan organ sasaran dan efek terhadap organ tersebut (Lu, 1995).

Kriteria normal pada organ bila tidak ditemukan perubahan warna, perubahan struktur permukaan dan perubahan konsistensi (Anggraini, 2008). Tidak terlihat adanya perubahan warna hati dan ginjal pada kelompok kontrol dan dosis 250 mg/kg bb warna organ merah kecoklatan, permukaan licin dan konsistensi kenyal.

Hasil pengamatan makropatologi meliputi pengamatan warna, permukaan


(71)

42

dan konsistensi organ hati dan ginjal.Hasil pengamatan makropatologi hati dan ginjal dapat dilihat pada Tabel4.5 dan Tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.5 Hasil pengamatan makropatologi hati

Tabel 4.6 Hasil pengamatan makropatologi ginjal

Kelompok Pengamatan

Warna Permukaan Konsistensi

Kontrol Merah kecoklatan Licin Kenyal Dosis 250 mg Merah kecoklatan Licin Kenyal

Dosis 500 mg Merah bata Licin Kenyal

Dosis 750 mg Merah bata Tidak licin Kenyal Dosis 1000 mg Merah bata,pucat Tidak licin Kenyal

Perubahan warna menjadi merah bata terjadi pada hati dan ginjal dosis 500 dan 750 mg/kg bb. Pada dosis 1000 mg/kg bb warna hati dan ginjal menjadi lebih pucat. Menurut Tang dalam Praptiwi (2010) Perubahan yang terjadi pada organ akibat pemberian ekstrak pegagan disebabkan adanya kandungan kimia pada ekstrak tersebut, misalnya saponin, turunan triterpenoid (asam asiastika, dan asam brahmida) dan ion potasium (K), sedangkan ekstrak kembang bulan juga memiliki kandungan saponin dan triterpenoid. Saponin yang merupakan salah satu kandungan ekstrak kembang bulan dapat menyebabkan hemolisis dan menurunkan tekanan permukaan sehingga dapat mengakibatkan kerusakan pada sel dan jaringan otot, pendarahan pada sinusoid, nekrosis pada tubuli dan juga adanya perubahan warna pada organ (Praptiwi,2010).

4.4.7 Hasil histopatologi organ hati dan ginjal

Kelompok Pengamatan

Warna Permukaan Konsistensi

Kontrol Merah kecoklatan Licin Kenyal Dosis 250 mg Merah kecoklatan Licin Kenyal

Dosis 500 mg Merah bata Licin Kenyal

Dosis 750 mg Pucat Licin Kenyal

Dosis 1000 mg Pucat Tidak licin Tidak kenyal


(72)

43

Organ hati dan ginjal pada mencit yang mati segera diambil dan pada akhir periode pemberian sediaan uji, semua mencit yang masih hidup diotopsi. Organ hati dan ginjal diambil kemudian dibuat menjadi preparat histopatologi dan selanjutnya dilihat kerusakan jaringan di bawah mikroskop.

Tabel 4.7 Hasil histopatologi organ hati

Keterangan : (-) = normal; (+) = ringan; (++) = sedang; (+++) = parah

Gambaran histopatologi hati mencit jantan dapat dilihat pada gambar berikut : Kelompok Jenis kerusakan hepatosit Pelebaran

sinusoid Degenerasi hidropik Nekrosis

Kontrol - - -

Dosis 250 mg - - -

Dosis 500 mg - - Melebar

Dosis 750 mg ++ + Melebar

Dosis 1000 mg + +++ Melebar

Jaringan hati kelompok kontrol Jaringan hati dosis 250 mg/kg bb

Jaringan hati dosis 500 mg/kg bb Jaringan hati dosis 500 mg/kg bb


(73)

44

Gambar 4.3Jaringan hati mencit (perbesaran 40 x10)

Keterangan : 1 = hepatosit, 2 =vena sentral, 3=sinusoid, 4 = pelebaran sinusoid, 5 = degenerasi hidropik, 6 = nekrosis

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol dan dosis 250 mg/kg bb tidak terdapat kerusakan pada jaringan hati mencit jantan. Pada dosis 500 mg/kg bb mulai terjadi kerusakan ditandai dengan adanya pelebaran sinusoid, sedangkan pada dosis 750 dan 1000 mg/kg bb kerusakan yang terjadi pada jaringan ginjal mencit jantan semakin parah ditandai dengan adanya pelebaran sinusoid, degenerasi hidropik dan terdapatnya nekrosis.

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa kelompok kontrol dan 250 mg/kg bb menunjukkan gambaran histopatologi masih dalam keadaan normal yaitu dengan menunjukkan hepatosit tersusun secara radial dalam lobulus hati. Celah antara lempeng-lempeng ini mengandung sinusoid-sinusoid kapiler yang dinamakan sinusoid hati. Sinusoid merupakan pembuluh yang melebar tidak teratur dan hanya terdiri atas satu lapisan endotel yang tidak kontinyu (Junqueira dan Corneiro, 2005). Pada dosis 500 mg/kg bb tampak sinusoid yang tidak utuh lagi, sedangkan pada dosis 750 dan 1000 mg/kg bb telah terjadi pelebaran sinusoid, degenerasi hidropik dan nekrosis pada sebagian hepatosit. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa akumulasi bahan toksik dan metabolit lain menyebabkan degenerasi sel (Tatukude, dkk., 2014).

Menurut Rippey (1994) zat yang memiliki sifat toksik akan menyebabkan gangguan pada organel mitokondria yang menghasilkan energi Adenosin Triposphat (ATP) dan ATP tersebut dibutuhkan untuk berjalannya pompa natrium (Na+). Apabila tidak ada ATP maka Na+ yang ada dalam sel tidak akan keluar dari sel. Dimana Na+ memiliki sifat menarik air. Hal ini menyebabkan

Jaringan hati dosis 1000 mg/kg bb


(74)

45

terganggunya permeabilitas sel sehingga cairan yang ada di ekstrasel akan masuk ke dalam intrasel dalam jumlah yang banyak yang mengakibatkan terbentuknya vakuola yang jernih, kecil dan banyak. Vakuola-vakuola yang tersebar bersatu membentuk vakuola yang lebih besar atau vakuola tunggal yang menempati di dalam sitoplasma dan menggantikan inti sel serta terjadinya pembengkakan sel sehingga terjadilah degenerasi hidropik (Chang, 1986).

Degenerasi hidropik merupakan respon awal sel terhadap bahan-bahan yang bersifat toksik, serta merupakan proses awal dari kematian sel (Jones, et al.,

1997; Cheville, 1999). Kerusakan sel secara terus-menerus akan mencapai suatu titik sehingga terjadi kematian sel. Kematian sel ada dua macam yaitu nekrosis dan apoptosis, nekrosis ditandai dengan pembengkakan sel,kebocoran, kehancuran inti sel dan aliran dari sel-sel inflamasi (Klassen,2001). Lu (1995) mengatakan bahwa jika sebuah sel hati mendapat paparan zat yang dicurigai toksik secara terus menerus, maka akan mengganggu metabolisme hati yang akhirnya menyebabkan kerusakan mikroanatomi hati berupa nekrosis hati. Nekrosis hati adalah kematian hepatosit yang umumnya merupakan kerusakan akut.

Gambaran histopatologi pada dosis 500, 750 dan 1000 mg/kg bb meunnjukkan adanya pelebaran sinusoid. Menurut Junqueira dan Carneiro (1998) melebarnya sinusoid terjadi karena toksikan pada sel hati mudah berkontak dengan sinusoid. Melebarnya sinusoid disebabkan karena penyaluran aliran darah yang kuat dan rusaknya sel hati yang diakibatkan toksikan, dimana dinding sinusoid yang terdiri dari sel-sel endotel yang membentuk lapisan tidak utuh. Yang membatasi sel hati dan sinusoid adalah celah subendotel yang mengandung mikrovilli dari sel hati. Hal ini memudahkan kontak langsung antara permukaan


(75)

46

sel hati dan sinusoid sehingga memudahkan terjadinya pertukaran makromolekul termasuk toksikan. Toksikan pada sel hati yang rusak akan mudah berkontak dengan sinusoid, dan apabila konsentrasi toksikan tinggi maka akan menyebabkan pelebaran sinusoid (Surasa, dkk., 2014).

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol dan dosis 250 mg/kg bb tidak terdapat kerusakan pada jaringan ginjal mencit jantan. Pada dosis 500 mg/kg bb mulai terjadi kerusakan yaitu adanya pelebaran ruang bowman, sedangkan pada dosis 750 dan 1000 mg/kg bb kerusakan yang terjadi pada jaringan ginjal mencit jantan semakin parah ditandai dengan adanya pelebaran ruang bowman, pelebaran sinusoid dan nekrosis.

Tabel 4.8 Hasil histopatologi organ ginjal

Keterangan : (-) = normal; (+) = ringan; (++) = sedang; (+++) = parah

Gambaran mikroskopis ginjal selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.4, pada kelompok kontrol dan dosis 250 mg/kg bb jaringan ginjal tampak normal (Gambar 4.8 dan 4.9). Pada perlakuan dosis 500 mg/kg bb telah terjadi pelebaran ruang bowman sedangkan pada dosis 750 dan 1000 mg/kg bb terjadi kerusakan ginjal yang ditandai adanya pelebaran lumen tubulus, pelebaran ruang bowman dan kematian sel (nekrosis).

Pelebaran ruang bowman diakibatkan atrofi glomerolus, yaitu menurunnya ukuran jaringan yang disebabkan oleh berkurangnya jumlah sel atau berkurangnya ukuran sel (Spector, 1993). Kerusakan ini menyebabkan

Kelompok Pelebaran ruang bowman

Pelebaran

lumen tubulus Nekrosis

Kontrol - - -

Dosis 250 mg - - -

Dosis 500 mg + - -

Dosis 750 mg ++ + +

Dosis 1000 mg +++ ++ ++


(76)

47

terganggunya proses filtrasi darah. Jika kemampuan menyaring darah berkurang, maka sel darah dan protein dapat keluar bersama urin atau malah tertimbun pada tubulus karena dapat lolos pada proses filtrasi (Hasnisa, dkk., 2014).

Ginjal menghasilkan urin yang merupakan jalur utama peneluaran zat-zat toksik. Ginjal merupakan organ sasaran utama dari efek toksik karena ginjal mempunyai volume aliran darah yang tinggi, mengkonsentrasikan zat-zat toksik pada filtrat glomerolus dan membawanya melalui sel tubulus, serta mengaktifkan toksikan tertentu (Santoso dan Nurliani,2006).

Gambaran histopatologi ginjal dapat dilihat pada gambar berikut:

Jaringan ginjal kelompok kontrol Jaringan ginjal dosis 250 mg/kg bb

Jaringan ginjal dosis 500 mg/kg bb Jaringan ginjal dosis 500 mg/kg bb

Jaringan ginjal dosis 1000 mg/kg


(77)

48

Gambar 4.4Jaringan ginjal mencit (perbesaran 40 x10)

Keterangan : G = glomerolus, P = tubulus proksimal, D = tubulus distal, 1 = pelebaran ruang bowman, 2 = pelebaran lumen tubulus, 3 = nekrosis

Bila ginjal bekerja terlalu berat, maka sel mengalami kerusakan yang irreversibel dan menyebabkan kematian sel. Perubahan ini sesuai dengan pendapat Himawan (1992) yang menyatakan bahwa zat kimia yang terlalu banyak dalam ginjal diduga akan mengakibatkan kerusakan sel (Soepaptini, dkk., 2012). Kerusakan sel-sel epitel tubulus yang mengalami kontak langsung dengan bahan yang direabsorbsi dapat mengakibatakan terjadinya degenerasi maupun nekrosis pada sel ginjal (Cotran, 2007).

Hati dan ginjal memiliki kapasitas yang besar dalam mengikat senyawa kimia. Kedua organ ini mungkin memiliki konsentrasi toksikan yang lebih banyak dibandingkan seluruh organ lainnya (Klassen, 2001). Sel-sel endotelium pada sinusoid hati dan kapiler peritubular ginjal memiliki saluran yang lebih luas (diameter 50-150 nm) yang memungkinkan lewatnya bahkan ikatan-protein xenobiotik. Hal ini yang menyebabkan akumulasi zat-zat kimia pada hati dan ginjal (Klassen, 2001).


(78)

49

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah:

a. EEDKBpada kelompok kontrol dan dosis 250 mg/kg bb tidak berpengaruh terhadap gejala klinis sedang dosis 500, 750 dan 1000 mg/kg bb berpengaruh pada mencit jantan.

b. EEDKB sampai dengan dosis 1000 mg/kg bb tidak berpengaruh secara signifikan terhadap berat badan mencit jantan, namun terjadi penurunan berat badan kepada mencit yang mengalami kematian.

c. EEDKB memberikan pengaruh terhadap jumlah pakan mencit jantan pada dosis 750 dan 1000 mg/kg bb.

d. EEDKBpada kelompok kontrol dan dosis 250 mg/kg bb tidak memberikan efek pada organ hati dan ginjal mencit jantan, sedangkan pada dosis 500,750 dan 1000 mg/kg bb memberikan efek pada hati dan ginjal mencit jantan.

e. EEDKB pada dosis 250 mg/kg bb tidak toksik sedang dosis 500,750 dan 1000 mg/kg bb toksik terhadap mencit jantan.

5.2Saran

Disarankan untuk peneliti selanjutnya untuk:

a. Melakukan ujitoksisitas kronikEEDKBpada organ hati, ginjal dan jantung b. Melakukan uji toksisitas khusus EEDKBseperti teratogenik dan karsinogenik. c. Meneliti lebih lanjut kandungan dari kembang bulan yang dapat menimbulkan

efek toksik.


(79)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1Uraian Tumbuhan

2.1.1 Habitat dan daerah tumbuh

Tumbuhan kembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray)umumnya tumbuh liar di tempat-tempat curam, misalnya di tebing-tebing, tepisungai dan selokan. Tumbuhan ini sekarang banyak ditanam sebagai tanamanhias karena warna bunganya yang kuning indah dan sebagai pagar untukmencegah kelongsoran tanah. Termasuk tumbuhan tahunan yang kerap tumbuhdi tempat terang dan banyak sinar matahari langsung. Tumbuh dengan mudahdi tempat atau di daerah berketinggian 5-1500 m di atas permukaan laut(Anonim, 2012).

2.1.2 Morfologi

Tumbuhan kembang bulan merupakan tumbuhan perdu yang tegakdengan ketinggian lebih kurang 5 m. Batang tegak, bulat, berkayu, danberwarna hijau. Daunnya tunggal, bertoreh sampai setengah panjang tulangdaun, bergerigi, berseling, panjang 26-32 cm dan lebar 15-25 cm, ujung danpangkal daun runcing, pertulangan menyirip, berwarna hijau. Bungamerupakan bunga majemuk yang terdapat di ujung ranting, berbentuk cawan,tangkai bulat, kelopak berbentuk tabung, berbulu halus, hijau. Mahkotaberlekatan, berbentuk pita, halus, dan berwarna kuning. Benang sari bulat,kuning, putik melengkung, kuning. Buahnya bulat, jika masih muda berwarnahijau setelah tua berwarna coklat. Bijinya bulat, keras, dan berwarna coklat.Akarnya berupa akar tunggang berwarna putih kotor (Widyaningrum, 2011).


(1)

v

2.1.4 Nama lain ... 7

2.1.5 Khasiat dan penggunaan ... 7

2.1.6 Kandungan Kimia ... 8

2.2Ekstraksi ... 8

2.3Toksisitas ... 11

2.4Hati ... 15

2.4.1 Anatomi hati ... 15

2.4.2 Fisiologi hati ... 16

2.4.3 Histologi hati ... 17

2.4.4 Patologi hati ... 18

2.4.5 SGPT ... 19

2.5Ginjal ... 20

2.5.1 Anatomi ginjal ... 20

2.5.2 Fisiologi ginjal ... 21

2.5.3 Histologi ginjal ... 23

2.5.4 Patologi ginjal ... 24

2.5.5 Kreatinin... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1 Alat dan Bahan ... 26

3.1.1 Alat ... 26

3.1.2 Bahan ... 26

3.2Hewan Percobaan... 26

3.3Penyiapan Sampel ... 27

3.3.1 Pengumpulan tumbuhan ... 27

3.3.2 Identifikasi tumbuhan ... 27


(2)

vi

3.3.3 Pembuatan simplisia ... 27

3.4 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Kembang Bulan ... 27

3.5 Pengujian Efek Toksisitas ... 28

3.5.1 Pembuatan sediaan uji ekstrak etanol kembang bulan ... 28

3.5.2 Uji pendahuluan ... 28

3.5.3 Pengujian toksisitas subkronik ... 29

3.5.4 Pengamatan ... 29 3

3.5.5.2 Berat badan ... 29

3.5.5.3 Jumlah pakan ... 30

3.5.5.4 Kematian hewan ... 30

3.5.5.5 Pengukuran kadar SGPT dan kreatinin ... 30 3

3.5.5.7 Histopatologi organ hati dan ginjal ... 30

3.5.5 Analisis statistik ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan ... 32

4.2 Hasil Ekstraksi Serbuk Daun Kembang Bulan ... 32

4.3 Hasil Uji Pendahuluan ... 32

4.4 Hasil Pengujian Toksisitas Subkronik ... 32

4.4.1 Hasil pengamatan gejala toksik ... 33

4.4.2 Hasil pengamatan berat badan ... 33

4.4.3 Hasil pengamatan jumlah pakan ... 35

4.4.4 Hasil pengamatan kematian ... 37

4.4.5 Hasil pengukuran kadar ALT dan kreatinin ... 38

4.4.6 Hasil pengamatan makropatologi ... 41

4.4.7 Hasil histopatologi organ hati dan ginjal ... 42


(3)

vii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

5.1 Kesimpulan ... 49

5.2 Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50

LAMPIRAN ... 56


(4)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Hasil pengamatan gejala toksik ... 33

4.2 Hasil rata-rata berat badan ... 34

4.3 Hasil pengamatan jumlah pakan ... 36

4.4 Hasil pengamatan kematian ... 37

4.5 Hasil pengamatan makropatologi hati ... 41

4.6 Hasil pengamatan makropatologi ginjal ... 41

4.7 Hasil histopatologi organ hati ... 42

4.8 Hasil histopatologi organ ginjal ... 46


(5)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Diagram kerangka pikir penelitian ... 5

2.1 Gambaran makroskopik hati manusia dari anterior ... 16

2.2 Gambaran makroskopik hati manusia dari anterior ... 18

2.3 Anatomi ginjal manusia... 21

2.4 Ginjal manusia ... 23

4.2 Lobulus hepatik ... 18

4.1 Grafik rata-rata hasil pengukuran kadar ALT ... 39

4.2 Grafik rata-rata hasil pengukuran kadar kreatinin ... 40

4.3 Jaringan hati mencit ... 43

4.4 Jaringan ginjal mencit ... 47


(6)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Hasil identifikasi tumbuhan ... 56

3 Gambar tumbuhan dan daun segar kembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) ... 57

4 Simplisia dan serbuk simplisia daun kembang bulan ... 58

5 Bagan pembuatan ekstrak ... 59

5 Bagan alur penelitian uji toksisitas subkronik ... 60

6 Contoh perhitungan dosis... 61

7 Hasil uji pendahuluan ... 62

8 Hasil pengukuran berat badan ... 63

9 Hasil pengukuran kadar sgpt dan kreatinin ... 67

10 Hasil rata-rata kadar sgpt dan kreatinin ... 84

11 Pengamatan makropatologi organ hati dan ginjal ... 85

12 Gambar alat, bahan, dan objek yang digunakan ... 88

13 Gambar hewan percobaan yang digunakan ... 90

14 Hasil analisis SPSSberat badan mencit jantan ... 91

15 Hasil analisis SPSSpakanmencit jantan ... 97

16 Hasil analisis SPSS kadar ALT dan kreatinin ... 99