15 7.
Uji mutagenik Uji mutagenik adalah uji yang dilakukan untuk memperoleh informasi
mengenai kemungkinan terjadinya efek mutagenik suatu senyawa. Efek mutagenik merupakan efek yang menyebabkan terjadinya perubahan pada sifat
genetika sel tubuh makhluk hidup Lu, 1995. 8.
Uji karsinogenik Uji karsinogenik dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai efek
korsinogenik suatu senyawa pada hewan percobaan. Suatu senyawa bersifat karsinogenik jika senyawa tersebut dapat menginduksi karsinoma pembentukan
tumor. Uji ini memerlukan biaya yang banyak dan waktu yang lama Lu, 1995.
2.4 Hati
Salah satu organ yang sering menderita karena adanya zat-zat toksik adalah hati, bahan kimia kebanyakan mengalami metabolisme dalam hati dan oleh
karenanya maka banyak bahan kimia yang berpotensi merusak sel-sel hati. Bahan kimia yang dapat mempengaruhi hati disebut hipotoksik Wicaksono, 2002.
2.4.1 Anatomi hati
Secara anatomi hati terdiri dari beberapa lobus, tergantung pada spesiesnya. Hepar mencit Mus musculus L. memiliki empat lobus utama yang
saling berhubungan satu sama lain dan dapat tampak keseluruhannya pada bagian dorsal organ ini. Keempat lobus tersebut dapat dibedakan, yakni: sebuah lobus
median, dua lobus lateral kiri dan kanan, dan satu lobus caudal yang terbagi setengah dibagian dorsal dan setengah lainnya di bagian ventral Covelli, 1972.
Manusia Homo sapiens memiliki hepar dengan dua lobus utama, yakni lobus kanan dan kiri yang masing-masing terdiri dari dua segmen Hage, 1982.
Universitas Sumatera Utara
16 Hati merupakan organ tubuh terbesar kedua di tubuh dan kelenjar terbesar dalam
tubuh, dengan berat rata-rata sekitar 1,5 kg. Organ ini terletak dalam rongga perut di bawah diafragma Junqueira dan Carneiro, 2005.
2.4.2 Fisiologi hati
Organ hati terlibat dalam metabolisme zat makanan serta sebagian besar obat dan toksikan Lu, 1994. Hati mempunyai fungsi yang sangat banyak dan
kompleks yang penting untuk mempertahankan hidup Husada, 1996 yaitu : a. Fungsi pembentukan dan ekskresi empedu
Hal ini merupakan fungsi utama hati. Hati mengekskresikan sekitar satu liter empedu setiap hari. Garam empedu penting untuk pencernaan dan absorbsi
lemak dalam usus halus. b. Fungsi metabolik
Hati berperaan penting dalam metabolisme karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan juga memproduksi energi. Hati mengubah ammonia menjadi urea,
untuk dikeluarkan melalui ginjal dan usus. c. Fungsi pertahanan tubuh
Gambar 2.1
Gambaran makroskopik hati manusia Putz dan Pabst, 2007
Universitas Sumatera Utara
17 Hati mempunyai fungsi detoksifikasi dan fungsi perlindungan. Fungsi
detoksifikasi dilakukan oleh enzim- enzim hati yang melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisis, atau konjugasi zat yang kemungkinan membahayakan dan
mengubahnya menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif. Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupfer yang terdapat di dinding sinusoid hati.
d. Fungsi vaskuler hati Pada orang dewasa jumlah aliran darah ke hati diperkirakan mencapai 1500
cc tiap menit. Hati berfungsi sebagai ruang penampung dan bekerja sebagai filter karena letaknya antara usus dan sirkulasi umum.
2.4.3 Histologi hati
Sel–sel yang terdapat di hati antara lain: hepatosit, sel endotel, dan sel makrofag yang disebut sebagai sel kuppfer, dan sel ito sel penimbun lemak. Sel
hepatosit berderet secara radial dalam lobulus hati dan membentuk lapisan sebesar 1-2 sel serupa dengan susunan bata. Lempeng sel ini mengarah dari tepian lobulus
ke pusatnya dan beranastomosis secara bebas membentuk struktur seperti labirin dan busa. Celah diantara lempeng-lempeng ini mengandung kapiler yang disebut
sinusoid hati Junquiera dan Carneiro, 2007. Sinusoid hati adalah saluran yang berliku–liku dan melebar, diameternya
tidak teratur, dilapisi sel endotel bertingkat yang tidak utuh. Sinusoid dibatasi oleh 3 macam sel, yaitu sel endotel mayoritas dengan inti pipih gelap, sel kupffer
yang fagositik dengan inti ovoid, dan sel stelat atau sel Ito atau liposit hepatik yang berfungsi untuk menyimpan vitamin A dan memproduksi matriks
ekstraseluler serta kolagen. Aliran darah di sinusoid berasal dari cabang terminal vena portal dan arteri hepatik, membawa darah kaya nutrisi dari saluran
pencernaan dan juga kaya oksigen dari jantung Eroschenko, 2010; Junqueira and
Universitas Sumatera Utara
18 Carneiro, 2005.Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus, masuk ke hati
melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis Macfarlane,et al., 2000.
2.4.4 Pat ologi hati
Kerusakan pada hati dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu onset pemaparan yang terlalu lama, durasi pemaparan, dosis dan sel inang yang rentan
Jubb, 1993. Kerusakan yang terjadi pada sel hati dapat bersifat sementara reversible dan tetap irreversible Wicaksono, 2002. Sel akan mengalami
perubahan untuk beradaptasi mempertahankan hidupnya, perubahan ini biasa disebut degenerasi. Degenerasi sel dapat berupa degenerasi hidropis dan
degenerasi lemak.Degenerasi terjadi karena adanya gangguan biokimiawi yang disebabkan oleh iskemia, anemia, metabolisme abnormal dan zat kimia yang
bersifat toksikCheville, 1999. Degenerasi hidropis merupakan peristiwa meningkatnya kadar air di
intraseluler yang menyebabkan sitoplasma dan organel-organel membengkak dan membentuk vakuola-vakuola. Rusaknya permeabilitas membran sel menyebabkan
Gambar 2.2 Lobulus hepatik Gartner, 2003
Universitas Sumatera Utara
19 terhambatnya aliran Na
+
keluar dari sel sehingga menyebabkan ion-ion dan air masuk secara berlebihan kedalam sel. Degenerasi hidropis merupakan respon
awal sel terhadap bahan-bahan yang bersifat toksik, serta merupakan proses awal dari kematian sel Jones, et al., 1997; Cheville, 1999. Kadar Na
+
intrasel diatur oleh pompa Na
+
yang memerlukan ATP, jika ATP berkurang maka akan mengakibatkan masuknya Na
+
ke intrasel melebihi jumlah normalnya Priyanto, 2009.
Kerusakan sel secara terus-menerus akan mencapai suatu titik sehingga terjadi kematian sel Lu, 1995.Paparan zat toksik pada sel apabila cukup hebat
atau berlangsung cukup lama, maka sel tidak dapat lagi mengkompensasi dan tidak dapat melanjutkan metabolismeJuhriyyah, 2008. Inti sel yang mati dapat
terlihat lebih kecil dan menjadi lebih padat piknosis, hancur bersegmen-segmen karioreksis dan kemudian inti sel menghilang kariolisisUnderwood, 1994.
2.4.5 SGPT
Kerusakan pada sel hati yang sedang berlangsung dapat diketahui dengan mengukur parameter fungsi hati berupa zat dalam peredaran darah yang dibentuk
oleh sel hati yang rusak atau mengalami nekrosis. Pemeriksaan enzim seringkali menjadi satu-satunya petunjuk adanya penyakit hati yang dini atau setempat
Widman, 1995.Tes fungsi hati yang umum untuk mengetahui adanya gangguan dalam organ hati adalah SGPT Serum Glutamic Pyruvic Transaminase atau
ALT Alanine Aminotransferase Wibowo, dkk., 2005. ALTSGPT merupakan suatu enzim yang ditemukan terutama pada sel-sel hepar, efektif dalam
mendiagnosa kerusakan hepatoseluler Lefever, 2007. GPT dan GOT merupakan indikator yang kuat dan peka terhadap kelainan
sel –sel hati. Enzim glutamate piruvat transaminase GPT merupakan enzim
Universitas Sumatera Utara
20 sitosol yang sebagian besar terdapat di dalam hati, jantung dan otot. Enzim ini
sebagai indikator yang lebih spesifik untuk kerusakan sel-sel hati dibandingkan GOT, karena GOT merupakan enzim mitokondria yang ada dalam jumlah besar di
dalam jantung, hati, otot rangka dan ginjal Murtini, dkk.,2010. Jika kadar ALT tinggi maka ada indikasi terjadi kerusakan sel di dalam hati Widjaja,
2010.SGPT darah mencit normal adalah 17–77 IUL Anonymous, 2009.
2.5 Ginjal 2.5.1 Anatomi ginjal