Tetanus, Difteri, Batuk rejan pertusis, Polio Nyelitis, Campak dan Hepatitis B, pemberantasan vektor dilakukan dengan penyemprotan menggunakan insektisida,
Fogging dan abatisasi untuk DHF, Oiling, Drynage, genangan air, dan perbaikan
sistem pembuangan sampah untuk pemberantasan malaria. Dan 4 Upaya
Peningkatan Gizi yaitu untuk memantau pertumbuhan anak melalui penimbangan anak secara rutin setiap bulan, di Puskesmas atau di Pos timbanganPosyandu.
Melakukan pemeriksaan HB dan BB ibu hamil secara rutin, mengembangkan kegiatan perbaikan gizi, bekerja sama dengan masyarakat setempat, sektor agama,
pertanian, peternakan dan penerangan yang ada ditingkat kecamatan, masyarakat, pembagian Vitamin A untuk bayi 2x setahun, tablet besi untuk ibu hamil bersifat
suplemen dan pemberian obat cacing untuk anak yang kurang gizi karena gangguan parasit cacing Syafrudin, 2009.
Sasaran Posyandu adalah 1 Ibu Hamil, 2 Ibu Menyusui, 3 Pasangan
Usia Subur PUS dan 4 Balita.
2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ibu balita dalam memanfaatkan Posyandu. Menurut Green 1980 dalam Kresno, 2008
pemanfaatan pelayanan kesehatan khususnya Posyandu dapat dilihat dari tiga komponen, yaitu 1 Faktor predisposisi yaitu seseorang yang menggunakan
pelayanan kesehatan. Faktor ini menggambarkan karakteristik seseorang yang sudah ada sebelum ia memanfaatkan pelayanan kesehatan sehingga komponen ini
menjadi dasar atau motivasi bagi seseorang untuk berperilaku dalam
Universitas Sumatera Utara
memanfaatkan pelayanan kesehatan. Komponen ini terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai.
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan melalui panca
indra yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang overt
behavior Notoadmodjo, 2003. Notoadmodjo 2003 mendefinisikan sikap sebagai kesiapan seseorang
untuk bertindak tertentu pada situasi tertentu, dalam sikap positif. Kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi dan mengharapkan objek tertentu,
sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci dan tidak sama dengan menyukai objek tertentu. Sebagai
makhluk individual manusia mempunyai dorongan atau mood untuk mengadakan hubungan dengan dirinya sendiri, sedangkan sebagai makhluk sosial manusia
mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain, manusia mempunyai dorongan sosial. Dengan adanya dorongan atau motif sosial pada
manusia, maka manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau untuk mengadakan interaksi Walgito, 2003.
Kepercayaan adalah suatu sejarah, proses dependen yang didasarkan pada contoh-contoh pengalaman yang relevan namun terbatas. Dibutuhkan waktu untuk
dibentuk, dibangun bertahap dan terakumulasi. Dalam kepercayaan terdapat bukti-
Universitas Sumatera Utara
bukti yang ada, yaitu merujuk pada lima dimensi: 1 Integritas, yaitu merujuk pada kejujuran dan kebenaran, 2 Kompetensi meliputi pengetahuan serta
keahlian teknis dan antar personal, 3 Konsistensi berkaitan dengan keandalan, prediktabilitas, dan penilaian yang baik pada diri seseorang dalam menangani
sesuatu, 4 Kesetiaan yaitu kesediaan untuk melindungi dan menyelamatkan orang lain, dan 5 Keterbukaan yaitu keyakinan untuk mengatakan kepada
seseorang tentang kebenaran yang sesungguhnya Robbins, 2008. Menurut Stephen P. Robbins dan Timothi A. Judge 2009, kepercayaan
dimaknai sebagai “a positive expectation that another will not through words, action, or dicisions act opportuniscally”. Dalam pendapat tersebut terlihat bahwa
kepercayaan merupakan suatu harapan positif bahwa yang lain tidak akan mengambil kesempatan melalui kata-kata, tindakan atau keputusan. Jerald
Greenberg 2010 berpendapat bahwa kepercayaan “are referring to a person’s degree of confidence in the words and actions of another.” Jadi, menurut
Greenberg, kepercayaan mengacu kepada derajat kepercayaan diri seseorang terhadap kata-kata atau tindakan orang lain. Dalam kaitan tersebut, tampak bahwa
kepercayaan punya hubungan interpersonal. Sebab itu, menurut Jerald Greenberg terdapat dua jenis kepercayaan, yaitu calculus based trust dan identification based
trust. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere yang artinya ‘menerima’, kata
ini menjadi bahasa Inggris perception yang berarti ‘pengumpulan, penerimaan, pandangan, dan pengertian’. Persepsi adalah kesadaran intuitif berdasarkan
firasat terhadap kebenaran atau kepercayaan langsung terhadap sesuatu
Universitas Sumatera Utara
Komaruddin, 2000. Persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga
merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu Bimo,2001 dalam Sunaryo, 2004.
Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan
hubungan dengan lingkungannya melalui indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium Slameto, 2003. Menurut Neufeldt 1996 persepsi adalah
pemahaman, pengetahuan, dan lain-lain, yang diperoleh dengan merasakan atau mengobservasi ide, konsep, kesan, dan lain-lain.
Persepsi bersifat individual, karena persepsi merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif
dalam persepsi. Berdasarkan hal tersebut, maka persepsi dapat dikemukakan karena perasaan dan kemampuan berpikir. Pengalaman individu tidak sama, maka
dalam mempersepsi suatu struktur, hasil persepsi mungkin dapat berbeda satu dengan yang lain karena sifatnya sangat subjektif Roger, 1965 dikutip dari
Walgito 2004 Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan
berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Nilai sebagai sesuatu yang lebih diinginkan
harus dibedakan dengan yang hanya “diinginkan”, di mana “lebih diinginkan” mempengaruhi seleksi berbagai modus tingkah laku yang mungkin dilakukan
individu atau mempengaruhi pemilihan tujuan akhir tingkah laku Kluckhohn
Universitas Sumatera Utara
dalam Rokeach, 1973. “Lebih diiginkan” ini memiliki pengaruh lebih besar dalam mengarahkan tingkah laku, dan dengan demikian maka nilai menjadi
tersusun berdasarkan derajat kepentingannya. Jadi, nilai memiliki kecendrungan untuk menetap, walaupun masih mungkin berubah oleh hal-hal tertentu. salah
satunya adalah bila terjadi perubahan sistem nilai budaya di mana individu tersebut menetap Danandjaja, 1985.
Kemudian 2 Faktor enabling pendukung seseorang untuk menggunakan layanan kesehatan, dimana biaya dan jarak pelayanan kesehatan dengan rumah
berpengaruh terhadap perilaku pengguna atau pemanfaatan pelayanan kesehatan. Hal ini terwujud dalam lingkungan fisik dan tersedia atau tidak tersedianya
fasilitas atau sarana kesehatan. Dan 3 Faktor reinforcing pendorong yang hal ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang
merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
2.5. Kader Posyandu