VALIDASI PRAKIRAAN PENGERTIAN HUJAN

Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari data spasial dan data atribut dalam bentuk digital, dengan demikian analisis yang dapat digunakan adalah analisis spasial dan analisis atribut. Data spasial merupakan data yang berkaitan dengan lokasi keruangan yang umumnya berbentuk peta. Sedangkan data atribut merupakan data tabel yang berfungsi menjelaskan keberadaan berbagai objek sebagai data spasial. 17 Bentuk produk suatu SIG dapat bervariasi baik dalam hal kualitas, keakuratan dan kemudahan pemakainya. Hasil ini dapat dibuat dalam bentuk peta-peta, tabel angka-angka: teks di atas kertas atau media lain hard copy, atau dalam cetak lunak seperti file elektronik Barus dan Wiradisastra, 2000.

2.9 VALIDASI PRAKIRAAN

Validasi dapat diterapkan pada berbagai model prakiraan karena pada dasarnya data yang dipakai dalam proses validasi adalah sama, yaitu observasi data real dan hasil prakiraan. Validasi dapat dilakukan melalui cara sebagai berikut : 1. Menghitung Koefisien Korelasi Korelasi dinyatakan dengan suatu koefisien dinotasikan dengan r yang menunjukkan hubungan linear relatif antara dua variabel. Dalam validasi hasil prakiraan, dua variabel yang dimaksud adalah observasi atau data real dinotasikan dengan Y dan hasil prediksi dinotasikan dengan Yˆ . Koefisien korelasi dihitung dengan menggunakan persamaan :            n i i n i i n i i i Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y r 1 2 1 2 1 ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ 2.2 dimana Universitas Sumatera Utara Y Y r ˆ = koefisien korelasi antara observasi data real dengan hasil prakiraan i Y = observasi data real pada periode ke– dengan i i n , , 2 , 1   18 Y = nilai rata–rata observasi data real i Yˆ = hasil prakiraan pada pada periode ke– i dengan n i , , 2 , 1   Yˆ = nilai rata–rata hasil prakiraan n = panjang periode Nilai korelasi berkisar antara -1 sampai dengan +1. Secara umum interpretasi nilai korelasi dijelaskan sebagai berikut : 1 __________ 5 . __________ __________ 5 . __________ 1                                 kuat positif korelasi lemah positif korelasi lemah negatif korelasi kuat negatif korelasi Untuk validasi hasil prakiraan dengan menggunakan koefisien korelasi, semakin kuat korelasi maka semakin bagus hasil validasi semakin tinggi tingkat akurasi prakiraan. Sutamto dan Alifi Maria Ulfah, 2007 .

2.10 PENGERTIAN HUJAN

Hujan adalah jatuhnya hydrometeor yang berupa partikel-partikel air dengan diameter 0.5 mm atau lebih. Jika jatuhnya sampai ketanah maka disebut hujan, akan tetapi apabila jatuhannya tidak dapat mencapai tanah karena menguap lagi maka jatuhan tersebut disebut Virga. Hujan juga dapat didefinisikan dengan uap yang mengkondensasi dan jatuh ketanah dalam rangkaian proses hidrologi. Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi uap air yang berasal dari awan yang terdapat di atmosfer. Bentuk presipitasi lainnya adalah salju dan es. Untuk dapat terjadinya hujan diperlukan titik-titik kondensasi, amoniak, debu dan asam belerang. Titik-titik kondensasi ini mempunyai sifat dapat mengambil uap air dari udara. Satuan curah hujan selalu dinyatakan dalam satuan millimeter atau inchi namun untuk Universitas Sumatera Utara di Indonesia satuan curah hujan yang digunakan adalah dalam satuan millimeter mm. Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 satu milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter. 19 Intensitas hujan adalah banyaknya curah hujan persatuan jangka waktu tertentu. Apabila dikatakan intensitasnya besar berarti hujan lebat dan kondisi ini sangat berbahaya karena berdampak dapat menimbulkan banjir, longsor dan efek negatif terhadap tanaman. Hujan merupakan unsur fisik lingkungan yang paling beragam baik menurut waktu maupun tempat dan hujan juga merupakan faktor penentu serta faktor pembatas bagi kegiatan pertanian secara umum. Oleh karena itu klasifikasi iklim untuk wilayah Indonesia Asia Tenggara umumnya seluruhnya dikembangkan dengan menggunakan curah hujan sebagai kriteria utama Lakitan, 2002. Bayong 2004 mengungkapkan bahwa dengan adanya hubungan sistematik antara unsur iklim dengan pola tanam dunia telah melahirkan pemahaman baru tentang klasifikasia iklim, dimana dengan adanya korelasi antara tanaman dan unsur suhu atau presipitasi menyebabkan indeks suhu atau presipitasi dipakai sebagai kriteria dalam pengklasifikasian iklim.

2.10 TIPE HUJAN