Gambaran Perekonomian Sumatera Utara

sehari-hari memakan umbi-umbian. Demografi penderita gizi buruk juga tidak terlampau berkilau. Satu kepala keluarga mempunyai anak 5 hingga 12. Dengan ekonomi pas-pasan, tentu sangat berat menjamin pertumbuhan anak sejalan dengan kebutuhan gizi. Terlebih, kesadaran sanitasi dan keluarga berencana yang tidak sukses semakin menjerumuskan anak- anak pada bencana gizi buruk. Miris, dari tahun ke tahun kondisi dan jumlah penderita gizi buruk tidak pernah mengecil. Sebagai kabupaten baru diresmikan 26 Mei 2009-red, nias mempunyai permasalahan, sangat terbelakang dan tertinggal dari daerah yang lain. Dapat dilihat dari perekonomian minim, pendapatan berkurang dan itu sangat berpengaruh dengan tingkat kesehatan.

4.1.3 Gambaran Perekonomian Sumatera Utara

Sumatera Utara sangat kaya akan Sumber Daya Alamnya seperti gas alam yang berada di daerah Tandam dan Binjai, serta minyak bumi di Pangkalan Brandan dan Kabupaten langkat yang telah di eksplorasi sejak zaman Belanda. Selain itu di Kuala Tanjung, Kabupaten Asahan juga terdapat PT Inalum yang bergerak di bidang penambangan bijih dan peleburan aluminium yang merupakan satu-satunya di Asia Tenggara. Sungai- sungai yang berhulu di pegunungan sekitar Danau Toba juga merupakan sumber daya alam yang cukup berpotensi untuk dieksploitasi menjadi sumber daya pembangkit listrik tenaga air. PLTA Asahan yang merupakan PLTA terbesar di Sumatera terdapat di Kabupaten Toba Samosir. Selain itu, di kawasan pegunungan terdapat banyak sekali titik-titik panas geotermal yang sangat berpotensi dikembangkan sebagai sumber energi panas maupun uap yang selanjutnya dapat ditransformasikan menjadi energi listrik. Hal tersebut merupakan indikator sebagai motor penggerak perekonomian Sumatera Utara, namun masih banyak lagi indikator- indikator sebagai pemicu penggerak perkonomian Sumatera Utara dan dimana banyak memberikan kontribusi besar terhadap Pendapatan Per kapita Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara Gambaran perekonomian Sumatera Utara selain dipengaruhi oleh faktor internal juga dipengaruhi oleh lingkungan eksternal. Pada tahun 1995-2001 perekonomian Sumatera Utara mengalami kenaikan yang cukup signifikan, dimana dapat dilihat dari tingkat persentase tingkat pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto PDRB daerah Sumatera Utara dari tingkat harga berlaku dan harga konstantnya. Peningkatan tersebut dilihat dari sektor perdaganganhotelrestoran, pengangkutan dan komunikasi, keuanganasuransi usaha, dan industri pengolahan. Namun pada tahun 2002 Produk Domestik Regional Bruto PDRB Sumatera Utara mengalami penurunan dilihat dari PDRB harga berlaku dan harga konstantnya. Namun hal tersebut hanya sementara sebab pada tahun 2003- 2009 perekonomian Sumatera Utara dari tingkat PDRBnya mengalami kenaikan kembali dilihat juga dari sektor perdaganganhotelrestoran, pengangkutan dan komunikasi, keuanganasuransi usaha dan industri pengolahan. Dapat dilihat pada Produk Domestik Regional Bruto PDRB periode 2004-2006, perekonomian Sumatera Utara ditandai oleh peningkatan PDRB atas dasar harga berlaku dari 33,12 trilyun rupiah pada tahun 2004 menjadi 42,79 trilyun rupiah pada tahun 2005 dan 48,92 trilyun rupiah pada tahun 2006, atau mengalami peningkatan rata-rata 23,87 persentahun. Dimana dalam hal ini lapangan usahalah yang banyak memberikan kontribusi cukup besar terhadap pembentukan PDRB Sumatera Utara selama periode 2004-2006 adalah seperti sektor perdaganganhotelrestoran, disusul transportasitelekomunikasi, sektor industri pengolahan, dan sektor keuanganjasa perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa perekonomian Sumatera Utara digerakkan sektor-sektor tersier dan sekunder secara dominan. Selain itu juga perkembangan PDRB jika dilihat dari harga konstan 2000, selama periode 2004-2006 juga menunjukkan peningkatan yang menggambarkan tumbuhnya sektor dan sub sektor produksi perdagangan barang dan jasa secara riil. Peningkatan PDRB atas dasar harga konstan ini rata-rata sebesar 7,65 persentahun atau dari Rp 23,62 trilyun tahun Universitas Sumatera Utara 2004, menjadi Rp 27,24 trilyun tahun 2006. Diketahui bahwa peningkatan PDRB secara riil terjadi hampir diseluruh lapangan usaha sektoral, terutama sektor perdaganganhotelrestoran dan transportasitelekomunikasi menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Sektor perdaganganhotelrestoran meningkat dari 6,20 trilyun pada tahun 2004 menjadi 7,27 trilyun pada tahun 2006. Sedangkan sektor transportasitelekomunikasi, meningkat dari 4,31 trilyun pada tahun 2004 menjadi 5,26 trilyun pada tahun 2006. Berdasarkan perbandingan peranan dan kontribusi antar lapangan usaha terhadap PDRB pada kondisi harga berlaku tahun 2004-2006 menunjukkan, sektor tertier mendominasi perekonomian Sumatera Utara sebesar 68,73 persen, disusul sektor sekunder sebesar 28,31 persen pada tahun 2006. Masing-masing lapangan usaha memberikan kontribusi yang relatif stabil. Sejalan dengan peningkatan PDRB ADH konstan tahun 2000 kota medan selama periode 2004-2006, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara selama periode yang sama, meningkat rata-rata di atas 5 persentahun yaitu 6,98 persen dari tahun 2004-2005 dan 7,77 persen dari tahun 2005-2006. Pertumbuhan ekonomi yang dicapai, selain relatif tinggi juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup stabil. Sedangkan dari segi pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun 2009 berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto PDRB atas dasar harga konstan 2000 terjadi peningkatan sebesar 6,56 persen terhadap tahun 2008. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pengangkutan dan komunikasi 9,22 persen. Disusul oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran 8,47 persen, sektor bangunan 8,22 persen, sektor jasa-jasa 7,42 persen, sektor listrik ,gas dan air bersih 5,06 persen, sektor pertanian 4,18 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh sebesar 2,94 persen, sektor industri 1,71 persen, dan penggalian tumbuh 0,46 persen. Universitas Sumatera Utara Besaran PDRB Sumatera Utara pada tahun 2009 atas dasar harga berlaku tercapai sebesar Rp.72,67 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp. 33,43 triliun. Terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun 2009 sebesar 6,56 persen, sektor perdagangan, hotel, dan restoran menyumbang perumbuhan sebesar 2,20 persen Disusul oleh sektor pengangkutan dan komunikasi 1,85 persen, sektor bangunan 0,91 persen, sektor jasa-jasa 0,76 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 0,43 persen, sektor industri 0,25 persen, sektor pertanian 0,10 persen, sektor listrik ,gas dan air bersih 0,07 persen dan sektor pertambangan dan penggalian menyumbang pertumbuhan 0,00 persen. Dari sisi penggunaan, sebagian besar PDRB Sumatera Utara pada tahun 2009 digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga yang mencapai 36,20 persen, disusul oleh ekspor neto 30,53 persen ekspor 50,82 persen dan impor 20,29 persen, pembentukan modal tetap bruto 20,61 persen, konsumsi pemerintah 9,54 persen dan pengeluaran konsumsi lembaga nirlaba 0,64 persen. PDRB per Kapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2009 mencapai Rp. 34,26 juta, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar Rp. 31,07 juta. Secara umum seluruh indikator ekonomi mengalami perbaikan yang cukup signifikan pada tahun 2009. Namun demikian beberapa indikator lainnya yang terkait dengan aspek pengangguran, kesehatan, dan pendidikan belum sesuai dengan target yang ditetapkan. Oleh sebab itu dalam hal ini kinerja perekonomian dimasyarakat harus terus ditingkatkan sehingga dapat berdampak pada meningkatnya taraf hidup dan kondisi sosial ekonomi masyarakat pada umumnya. Sehingga akan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat Sumatera Utara khusunya.

4.1.4 Perkembangan Perbankan di Sumatera Utara