Analisis Pengaruh Suku Bunga Dan Pendapatan Per Kapita Terhadap Kredit Konsumsi Pada Bank Umum Di Sumatera Utara.

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA DAN PENDAPATAN PER KAPITA TERHADAP KREDIT KONSUMSI PADA BANK UMUM PEMERINTAH DI

SUMATERA UTARA.

DIAJUKAN OLEH :

NAMA : RAHMAD KHADAFI NIM : 040501078

JURUSAN : EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008


(2)

ABSTRACT

This research titled is “Analyze Influence of Interest Rate of Credit and Income Per Capita to Consumption Credit In General Bank of Government In North Sumatera”. This research uses annual data during 1992 until 2006 which employ econometric model and using statistical analyze tools, named Ordinary Least of Square (OLS). The purpose of this research is to know how big the influence of interest rate of credit and income per capita to consumption credit in general bank of government in North Sumatera. The variable used are rate of interest consumption credit (X1) and income per capita (X2).

The result from estimation of two variables shows that variables significant to consumption credit in general bank of government in North Sumatera. Determinan cooficient value equal to 0.90 describe that independent variable together give an influence to dependent variable equal 90% and 10% describe by other variable which not include in to the model or caused by disturbance error.


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul ”Analisis Pengaruh Suku Bunga Kredit dan Pendapatan Per Kapita terhadap Jumlah Kredit Konsumsi Pada Bank Umum Pemerintah di Sumatera Utara”. Penelitian ini menggunakan data tahunan dari tahun 1992 sampai dengan tahun 2006 yang menggunakan model ekonometrik dan cara menganalisisnya dengan menggunakan analisis statistic yang dinamakan regresi variabel dengan persamaan kuadrat terkecil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari suku bunga kerdit dan pendapatan perkapita tersebut. Variabel-variabel yang digunakan adalah Suku Bunga Kredit (X1) dan Pendapatan Per Kapita (X2).

Hasil estimasi dari kedua varibel menyatakan bahwa variabel X1 dan X2 signifikan atau berpengaruh nyata terhadap jumlah kredit konsumsi pada bank umum pemerintah di Sumatera Utara. Nilai koofisien determinasi (R-Square) sebesar 0,90. hal ini menjelaskan bahwa variabel bebas yang secara bersamaan memberikan pengaruhnya terhadap variabel terikat sebesar 90% sedangkan sisanya 10% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam estimasi model atau disebabkan oleh disturbance error.


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah subhanahu wa ta’ala atas limpahan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Dan shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam, keluarga beliau, sahabat serta orang-orang yang mengikuti beliau hingga hari akhir.

Skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Suku Bunga Dan Pendapatan Per Kapita Terhadap Kredit Konsumsi Pada Bank Umum Di Sumatera Utara” ditujukan sebagai salah satu syarat dalam rangka meraih gelar Sarjana Ekonomi dari program pendidikan Strata-1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Sebagaimana ada pepatah yang berbunyi “Tak ada gading yang tak retak, Tak ada Sungai yang tak beriak” sehingga penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tentu belum sempurna. Karena penulis hanyalah manusia yang tidak luput dari kekhilafan dan kesalahan oleh karena itu penulis mohon maaf dan berharap dalam kesempatan lain akan lebih baik lagi.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan serta dorongan dari pihak lain. Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda Alm. Anwar Sani dan Ibunda Juslina Zakir, yang telah mendidik, mengasihi, dan membimbing serta mendukung penulis didalam doa sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Serta telah


(5)

Kepada ketiga Kakanda Julita Anuvia, Ans Reni dan Ans Rina yang memberi inspirasi dan motivasi bagi penulis serta ketiga ipar Rizaldi, Ian Harries dan Akhyar Helmi untuk segala dukungannya.

2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga,M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo,SE,M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. A. Samad Zaino,MS selaku dosen pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran didalam membantu penulisan skripsi ini. 5. Bapak Rahmad Sumanjaya,SE,M.Si selaku dosen penguji I yang telah banyak

memberikan petunjuk, saran, dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Arifin Siregar,M.Sp selaku dosen penguji II yang juga telah banyak memberikan petunjuk, saran, dan kritik dalam penyusunan skripsi ini. 7. Bapak Kasyful Mahalli,SE,M.Si selaku dosen wali yang telah memberikan

semangat dalam penulisan skripsi ini.

8. Seluruh staf pengajar dan karyawan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.

9. Kepada sahabat-sahabatku (Momon, Hera, Ema, Sonya, Hikmah, Windy, Champol, Mitha, Zia, Lindy, Irfan, Adi, Putra, Andi, Andre, Rahmat, Woko, Novrido) yang telah memberikan dukungan serta semangatnya kepada penulis.

10. Teman-teman di Ekonomi Pembangunan khususnya angkatan 2004 yang juga telah mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(6)

11. Kakak-kakak Senior dan Adik-adik Junior (Fahmi, Dedi, Alm. Helmi, Riri, Rini,) di Ekonomi Pembangunan yang juga telah mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Kepada seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga Allah membalas segala budi dan pengorbanan yang telah diberikan. Akhir kata penulis mengharapkan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan membantu semua pihak yang memerlukannya, terutama rekan mahasiswa Ekonomi Pembangunan.

Medan, July 2008 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Hipotesis ... 7

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

BAB II URAIAN TEORITIS ... 9

2.1 Bank ... 9

2.1.1 Pengertian Bank ... 9

2.1.2 Fungsi Bank ... 10

2.1.3 Sumber-sumber Dana Bank ... 11

2.2 Kredit ... 13

2.2.1 Pengertian Kredit ... 13

2.2.2 Unsur-unsur Kredit ... 14


(8)

2.2.4 Jenis-jenis Kredit ... 17

2.2.5 Jaminan Kredit ... 20

2.2.6 Prinsip-prinsip Pemberian Kredit ... 22

2.3 Suku Bunga ... 26

2.3.1 Pengertian Suku Bunga ... 26

2.3.2 Fungsi Tingkat Suku Bunga ... 27

2.3.3 Jenis Suku Bunga ... 27

2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga ... 30

2.4 Pendapatan Per Kapita ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Lokasi Penelitian . ... 35

3.2 Jenis Dan Sumber Data ... 35

3.3 Metode dan Pengumpulan Data ... 35

3.4 Pengolahan Data ... 36

3.5 Model Analisis Data ... 36

3.6 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 38

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 40

3.8 Defenisi Operasional ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43


(9)

4.1.1 Gambaran Perekonomian Sumatera Utara ... 43

4.1.2 Perkembangan Perbankan di Sumatera Utara ... 47

4.1.3 Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum Pemerintah di Sumatera Utara.. ... 53

4.1.4 Perkembangan Kredit Konsumsi pada Bank Umum Pemerintah di Sumatera Utara ... 55

4.1.5 Perkembangan Tingkat Bunga Kredit pada Bank Umum Pemerintah di Sumatera Utara ... 57

4.1.6 Perkembangan Pendapatan Per Kapita di Sumatera Utara.. .. 59

4.2 Hasil Penelitian ... 62

4.2.1 Interpretasi Model ... 63

4.2.2 Uji Kesesuaian (Test Of Goodness of Fit) ... 64

4.2.3 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

5.1 Kesimpulan ... 71

5.2 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1 Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum di Sumatera Utara 49 2 Posisi Dana yang Dihimpun oleh Bank di Sumatera Utara

Menurut Jenis Bank

51

3 Total Kredit yang Disalurkan Menurut Sektor Ekonomi 52 4 Jumlah Kantor Bank Umum Pemerintah yang Beroperasi

di Sumatera Utara

54

5 Perkembangan Kredit Konsumsi pada Bank Umum Pemerintah, Suku Bunga Kredit Konsumsi, Pendapatan Per Kapita Atas Harga Berlaku di Sumatera Utara


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

3.1 Kurva Uji t-Statistik 41

4.1 Uji-t variabel Suku Bunga Kredit 65

4.2 Uji-t variabel Pendapatan Per Kapita (X2) 66

4.3 Uji F-statistik 67


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. LAMPIRAN

1

2

3

4

: Hasil Regresi Variabel Jumlah Kredit Konsumsi (Y) terhadap Suku Bunga Kredit (X1 ) dan Pendapatan Per Kapita (X2) : Hasil Regresi Variabel Suku Bunga Kredit (X1 ) terhadap Suku

Pendapatan Per Kapita (X2)

: Hasil Regresi Variabel Pendapatan Per Kapita (X2) terhadap Suku Bunga Kredit (X1 )


(13)

ABSTRACT

This research titled is “Analyze Influence of Interest Rate of Credit and Income Per Capita to Consumption Credit In General Bank of Government In North Sumatera”. This research uses annual data during 1992 until 2006 which employ econometric model and using statistical analyze tools, named Ordinary Least of Square (OLS). The purpose of this research is to know how big the influence of interest rate of credit and income per capita to consumption credit in general bank of government in North Sumatera. The variable used are rate of interest consumption credit (X1) and income per capita (X2).

The result from estimation of two variables shows that variables significant to consumption credit in general bank of government in North Sumatera. Determinan cooficient value equal to 0.90 describe that independent variable together give an influence to dependent variable equal 90% and 10% describe by other variable which not include in to the model or caused by disturbance error.


(14)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul ”Analisis Pengaruh Suku Bunga Kredit dan Pendapatan Per Kapita terhadap Jumlah Kredit Konsumsi Pada Bank Umum Pemerintah di Sumatera Utara”. Penelitian ini menggunakan data tahunan dari tahun 1992 sampai dengan tahun 2006 yang menggunakan model ekonometrik dan cara menganalisisnya dengan menggunakan analisis statistic yang dinamakan regresi variabel dengan persamaan kuadrat terkecil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari suku bunga kerdit dan pendapatan perkapita tersebut. Variabel-variabel yang digunakan adalah Suku Bunga Kredit (X1) dan Pendapatan Per Kapita (X2).

Hasil estimasi dari kedua varibel menyatakan bahwa variabel X1 dan X2 signifikan atau berpengaruh nyata terhadap jumlah kredit konsumsi pada bank umum pemerintah di Sumatera Utara. Nilai koofisien determinasi (R-Square) sebesar 0,90. hal ini menjelaskan bahwa variabel bebas yang secara bersamaan memberikan pengaruhnya terhadap variabel terikat sebesar 90% sedangkan sisanya 10% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam estimasi model atau disebabkan oleh disturbance error.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemerintah Indonesia pada dasarnya melakukan pembangunan bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur sesuai yang tertuang dalam Pancasila dan UUD 1945. Salah satu penentu keberhasilan pembangunan adalah sumber pembiayaan pembangunan. Pemerintah dapat menggunakan dana yang berasal dari dalam maupun luar negeri sebagai sumber dana untuk pembiayaan pembangunan tersebut. Pemerintah telah menggariskan bahwa pelaksanaan pembangunan yang dijalankan diupayakan dengan pembiayaan kemampuan sendiri tanpa mengabaikan peranan bantuan dari luar negeri.

Upaya pemenuhan dana pembiayaan pembangunan yang berasal dari dalam negeri diperoleh dari berbagai alternatif antara lain pungutan pajak, devisa dari ekspor barang/jasa, serta simpanan masyarakat.

Lembaga keuangan perbankan mempunyai peran amat penting dalam pembangunan yang dilakukan pemerintah. Perbankan mempunyai kegiatan yang mempertemukan pihak yang membutuhkan dana (borrower) dan pihak yang mempunyai kelebihan dana (saver). Melalui kegiatan perkreditan, bank berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat bagi kelancaran usahanya untuk memperoleh dana sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan serta berbagai pilihan jangka waktu pelunasan dan sistem pembayaran. Sedangkan dengan kegiatan penyimpanan dana, bank


(16)

berusaha menawarkan akan likuidasi, keamanan dananya, dan meningkatkan berbagai pilihan bentuk penyimpanan dana dan sistem balas jasanya.

Dengan adanya lembaga keuangan perbankan dapat meningkatkan kemampuan individu, rumah tangga dan perusahaan, dalam mengoptimalisasi diri dengan memanfaatkan sumber daya keuangan. Bagi pemerintah, lembaga keuangan merupakan sarana dalam pelaksanaan kebijakan ekonomi dan moneter. Karena dengan adanya keberadaan lembaga keuangan masyarakat dapat lebih mudah merespon setiap kebijakan ekonomi yang diterapkan pemerintah, agar kebijakan-kebijakan tersebut dapat melakukan perbaikan kesejahteraan, meningkatkan efisiensi dan aktifitas perekonomian.

Perbankan merupakan lembaga keuangan yang paling besar di Indonesia, yang memiliki posisi yang penting dan strategis dalam kehidupan perekonomian dan dalam upaya pembangunan yang dilakukan pemerintah. Hal ini dapat dibuktikan dengan fungsi bank antara lain, menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi, menciptakan uang, menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat serta menawarkan jasa-jasa keuangan lainnya.

Lembaga keuangan bank merupakan lembaga keuangan yang memberikan jasa keuangan yang paling lengkap. Usaha keuangan yang dilakukan disamping menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan (tabungan, giro, deposito) juga menyalurkan dana atau memberikan pinjaman (kredit) kepada masyarakat. Kemudian usaha bank lainya memberikan jasa-jasa keuangan yang mendukung dan mempelancar kegiatan memberikan pinjaman dengan kegiatan


(17)

Dengan kata lain bank beroprasi sebagai perantara dalam memobilsasi dana dari masyarakat yang mempunyai daya beli dalam bentuk kredit. Hal ini sesuai dengan Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998

1. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau badan-badan lainnya dalam rangka peningkatan taraf hidup masyarakat banyak.

2. Bank umum dalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan atau berdasarkan prisip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Dimana pengertian kredit dalam Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan adalah:

Penyedian uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian keuntungan.

Kredit adalah istilah yang tidak asing lagi bagi masyarakat indonesia. Perkataan kredit bukan hanya dikenal masyarakat perkotaan, tetapi juga di kenal oleh masyarakat pedesaan. Para karyawan, ibu-ibu rumah tangga, bahkan masyarakat sekarang ini, banyak melakukan kegiatan konsumsi melalui kegiatan perkreditan. Hal ini menandakan kegiatan kredit sudah menyatu dengan pola dan gaya hidup masyarakat, baik kota maupun desa.


(18)

Dalam pelaksanaan fungsinya, bank menempuh berbagai upaya dalam menarik nasabah, antara lain memberikan pelayanan yang memuaskan pada masyarakat (excellent service), memberikan rangsangan berupa bunga yang menarik, meningkatkan penggunaan teknologi yang canggih dan menawarkan berbagai produk yang menarik dan diminati masyarakat.

Konsekuensi bank sebagai lembaga intermediasi yang bermotivasikan laba adalah meyalurkan dana dalam bentuk pinjaman (kredit) demi meraih keuntungan yang ditargetkan. Karena bagi bank, kredit adalah aset yang dapat menghasilkan pendapatan. Keuntungan bank yang diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank dan juga untuk membesarkan usaha bank.

Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha para nasabah yang memerlukan dana untuk investasi, modal kerja maupun dana untuk konsumsi. Dengan dana tersebut debitur akan dapat mengembangkan usahanya atau memenuhi kebutuhannya. Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak bank maka semakin baik, berarti semain banyak kucuran dana dalam rangka peningkatan taraf hidup masyarakat dan peningkatan serta pemerataan pembangunan di berbagai sektor. Pengelolaan kredit sangat perlu diperhatikan karena kredit merupakan produk pebankan yang penting dan sangat strategis. Tujuan utama pengelolaan kredit adalah agar bank dapat meningkatkan kesehatan dan kinerja dengan peningkatan kuantitas dan kualitas kredit. Kuatitas kredit dinilai dari jumlah dan tingkat pertumbuhan kredit


(19)

yang disalurkan. Kualitas kredit secara sederhana dan ringkas dapat diukur dari jumlah dan porsi kredit macet atau bermasalah (non performing loans).

Penyaluran kredit harus dinilai berdasarkan kriteria-kriteria yang objektif. Penilaian kredit berorientasi pada resiko kredit (credit risk) yang besarnya sangat tergantung pada kemampuan membayar (ability to pay) dan keinginan membayar

(willingness to pay). Untuk mengetahui kemampuan dan keinginan membayar, maka

bank harus menganalisis nasabah berdasarkan karakter, kapasitas, modal yang dimiliki calon debitur, jaminan yang diberikan, dan kondisi ekonomi yang dijalani. Jika kredit telah diterima maka besarnya pembayaran atau tingkat bunga (loan

pricing) ditetapkan berdasarkan pertimbangan resiko kredit (risk) dan tingkat

pengembaliannya (return).

Pinjaman atau kredit yang disalurkan tersebut terdiri dari beberapa jenis, tergantung dengan yang diinginkan atau dibutuhkan masyarakat, salah satunya adalah kredit konsumsi. Kredit konsumsi adalah kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini bagi konsumen tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh sesorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit pemilikan rumahan (KPR), kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah tangga dan kredit konsumsi lainnya.

Dengan adanya kredit konsumsi tersebut, maka dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat dapat memanfaatkan sumber daya keuangan, yang nantinya akan meningkatkan kemampuan daya beli masyarakat dengan menggunakan kredit konsumsi.


(20)

Pada tahun 2006, jumlah kredit yang disalurkan perbankan di Sumatera Utara sebesar 42,119 milyar rupiah, yaitu dari bank umum pemerintah sebesar 51,05 %, bank swasta nasional 39,89 % dari bank perkreditan rakyat 0,70 % ,dan dari bank asing dan campuran 8,35%. Kredit konsumsi di Sumatera Utara khususnya pada bank umum pemerintah selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari tahun 2002 kredit konsumsi terus mengalami peningkatan sampai pada tahun 2006 hingga mencapai 4.408.674 triliun rupiah.

Kredit perbankan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah tingkat suku bunga kredit dan pendapatan per kapita. Secara teori bila terjadi peningkatan pada suku bunga kredit maka jumlah kredit yang diminta masyarakat akan turun atau berkurang. Dan bila terjadi kenaikan pada tingkat pendapatan perkapita maka kredit yang disalurkan akan meningkat. Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa peran perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara sangat besar. Begitu besarnya peran dunia perbankan sehingga ada anggapan bahwa perbankan merupakan nyawa untuk menggerakan roda perekonomian suatu negara. Anggapan ini tidaklah berlebihan karena fungsi bank sebagai lembaga keuangan sangatlah vital.

Dalam perekonomian suatu negara, kredit merupakan produk perbankan yang sangat penting. Hal ini dikarenakan kredit merupakan produk perbankan dalam penyaluran dana dan peningkatan taraf hidup masyarakat serta merupakan sumber utama pendapatan bank. Dengan demikian, kredit merupakan salah satu upaya dalam memajukan perekonomian dan pemerataan pembangunan, oleh sebab itu penulis akan


(21)

bunga dan pendapatan per kapita terhadap konsumsi. Untuk itu penulisan memberi judul skripsi ini “ Analisis Pengaruh Suku Bunga dan Pendapatan Per Kapita

Terhadap Kredit Konsumsi pada Bank Umum Pemerintah di Sumatera Utara”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka ada beberapa perumusan masalah yang dapat diambil sebagai dasar kajian penelitian yang dilakukan, antara lain:

1. Berapa besar pengaruh suku bunga kredit dan pendapatan per kapita terhadap kredit konsumsi pada bank umum pemerintah di Sumatera Utara?

1.3 Hipotesa

Hipotesa merupakan jawaban sementara tehadap permasalahan yang masih menjadi objek penelitian, di mana tingkat kebenaranya masih perlu dibuktikan atau diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah di atas maka penulis membuat hipotesa sebagai berikut:

1. Apabila suku bunga kredit meningkat maka kredit konsumsi akan berkurang, demikian pula sebaliknya.

2. Apabila pendapatan perkapita meningkat maka kredit konsumsi yang diminta oleh masyarakat akan meningkat, demikian pula sebaliknya.


(22)

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat bunga kredit dan pendapatan per kapita terhadap kredit konsumsi pada bank umum pemerintah di Sumatera Utara.

2. Untuk memberikan sumbangan pikiran tentang pengaruh perkembangan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.

3. Untuk menambah pengetahuan penulis serta sebagai salah satu syarat bagi penulis dalam menyelesaikan perkuliahaan.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat digunakan sebagai bahan studi atau tambahan literature bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.

2. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi masyarakat dan mahasiswa/i yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

3. Untuk menambah dan memperkaya wawasan ilmiah penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni khususnya mengenai kredit konsumsi pada Bank Umum Pemerintah di Sumatera Utara.


(23)

BAB II

URAIAN PUSTAKA

2.1 BANK

2.1.1 Pengertian bank

Menurut Undang-Undang RI nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI nomor 10 Tahun 1998 :

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank umum adalah bank yang melakasanakan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Berdasarkan SK Menteri Keuangan RI Nomor 792 tahun 1990 pengertian bank adalah:

Bank merupakan suatu badan yang kegiatannya dibidang keuangan melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan

Dari pengertian di atas dapat diartikan secara luas lagi bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, artinya perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Aktivitas perbankan pertama adalah mehimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber dana bank. Demikian pula dari segi


(24)

penyaluran dananya, hendaknya bank tidak semata-mata memperoleh keuntungan yang sebesar-bersarnya bagi pemilik bank tapi juga kegiatan itu harus pula diarahkan pada peningkatan taraf hidup masyarakat. Defenisi tersebut merupakan komitmen bagi setiap bank yang menjalani usahanya di Indonesia. Seperti halnya tugas dan fungsi Perbankan Indonesia, Bank Umum juga merupakan agen of development, yang bertujuan meningkatan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

2.1.2 Fungsi Bank Umum

Fungsi dan tujuan utama dari pembentukan bank di Indonesia adalah sebagai

Agent of Development (terutama bagi bank-bank milik Negara) dan Financial intermediary.

Sebagai lembaga intermediasi keuangan, bank memberikan jasa-jasa keuangan baik kepada unit yang surplus maupun unit yang defisit. Bank melakukan beberapa fungsi dasar.

Bank umum memiliki fungsi pokok sebagai berikut:

♦ Menciptakan uang dalam bentuk uang giral.

♦ Menghimpun dana dari masyarakat melalui giro, tabungan, dan deposito.

♦ Menyalurkan dana ke masyarakat melalui pemberian kredit.

♦ Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi.


(25)

2.1.3 Sumber-Sumber Dana Bank

Yang dimaksud dengan sumber-sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana untuk membiayai operasinya. Hal ini sesuai dengan fungsinya bahwa bank dalah lembaga keuangan di mana kegiatan sehari-hari adalah dalam bidang jual beli uang. Tentu saja sebelum menjual uang (memberikan pinjaman) bank harus lebih dulu membeli uang (menghimpun dana) sehingga dai selisih bunga tersebutlah bank mencari keuntungan.

Adapun sumber-sumber dana bank tersebut adalah sebagai berikut: 1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri.

Sumber dana ini merupakan sumber dana dari modal sendiri. Modal sendiri sering disebut juga dana pihak I, yang terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. Modal inti terdiri atas modal disetor, agio saham, modal sumbangan, cadangan-cadangan dan laba operasional yang terdiri atas laba ditahan, laba tahun lalu dan laba berjalan. Sedangkan modal pelengkap terdiri atas cadangan revaluasi aktiva tetap, penyisihan penghapusan aktiva produktif, modal pinjaman dan modal subordinasi. 2. Dana yang berasal dari masyarakat luas.

Adapun dana dari masyarakat luas dapat dilakukan dalam bentuk:

Simpanan Giro (demand deposit)

Simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, surat perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pememindahbukuan. Dalam pelaksanaan tata usaha giro dilakukan melalui suatu rekening yang disebut dengan rekening koran. Rekening ini juga digunakan untuk menata usahakan kredit yang juga diberikan melalui rekening koran.


(26)

Simpanan Deposito (time deposit)

Deposito atau simpanan berjangka adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara pihak ketiga dengan bank yang bersangkutan.

Deposito ini dibedakan dengan jangka waktu temponya, masing masing bank mempunyai pembagian jangka waktu yang berbeda-beda tetapi pada umumnya waktu tersebut diatur dalam bentuk satu bulan, tiga bulan, enam bulan, satu tahun, dua tahun dan seterusnya. Tingkat suku bunga deposito berjangka juga berbeda-beda sesuai dengan jangka waktu jatuh temponya. Biasanya suku bunga deposito berjangka yang jangka waktunya lebih panjang, maka suku bunganya lebih tinggi.

Simpanan Tabungan (saving deposit)

Yaitu simpanan pada bank yang penyetorannya dan penarikan dananya dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan tidak perlu memperhatikan jatuh temponya seperti pada deposito berjangka. Motif masyarakat adalah untuk menanamkan dananya dan untuk berjaga-jaga atau untuk menghimpun dana untuk tujuan tertentu kemudian ditarik kembali.

3. Dana yang bersumber dari lembaga lainnya.

Sumber dana ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencarian sumber dana pertama dan kedua di atas. Dana ini sering disebut dengan dana pihak II. Pencarian dari sumber dana ini relatif lebih mahal dan sifatnya hanya sementara waktu saja. Kemudian dana yang diperoleh dari sumber ini digunakan


(27)

untuk membiayai atau membayar transaksi-transaksi tertentu. Perolehan dana dari sumber ini antara lain dapat diperoleh dari:

• Kredit likuiditas dari Bank Indonesia.

Pinjaman antar bank (Call money).

• Pinjaman dari bank-bank luar negeri.

• Surat Berharga Pasar Uang (SPBU).

2.2 KREDIT

2.2.1 Pengertian Kredit

Menurut pasal 1 ayat 11 UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No.7/1992 tentang perbankan; kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjaman antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu setelah pemberian bunga.

Kredit berasal dari kata Yunani, credere, yang berarti kepercayaan. Dengan demikian istilah kredit memiliki arti khusus, yaitu meminjamkan uang (atau penundaan pembayaran). Apabila orang mengatakan membeli secara kredit maka hal itu berarti si pembeli tidak harus membayarnya pada saat itu juga. Pada sisi penyaluran dana (landing of fund), kredit merupakan pembiayaan yang potensial menghasilkan pendapatan dibanding alternatif pendapatan lainnya. Sedangkan bagi penerima kredit berarti menerima kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktunya.


(28)

Dalam mekanisme kerja bank berkaitan dengan perannya sebagai lembaga perantara keuangan, penyaluran dana kepada masyarakat merupakan aktivitas yang dilakukan setelah penghimpunana dana dari masyarakat. Penyaluran dana yang dilakukan adalah dalam bentuk kredit (pinjaman kepada debitur). Melalui penyaluran kerdit bank memperoleh bunga sebagai pendapatan bagi bank.

Terdapat beberapa alasan bank melakukan penyaluran kredit. Menurut Dahlan Siamat (1995 : 94-95) alasan atau kondisi yang mendorong hal tersebut adalah : 1. Sifat usaha bank yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi antara unit

surplus dan unit defisit.

2. Penyaluran kredit memberikan spread yang pasti sehingga besarnya pendapatan dapat diperkirakan.

3. Melihat posisinya dalam bidang pelaksanaan kebijakan moneter, perbankan merupakan sektor usaha yang paling diatur oleh pemerintah sehingga bank-bank di beberapa negara kegiatannya dibatasi.

4. Sumber dana utama bank berasal dari dana masyarakat sehingga secara modal mereka harus menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

2.2.2 Unsur-Unsur Kredit

a. Kepercayaan

Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang, barang, atau jasa) akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu dimasa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara intern


(29)

maupun dari ekstern. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemihin kredit.

b. Kesepakatan

Disamping unsur percaya di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

c. Jangka Waktu

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang. d. Resiko

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya / macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar resikonya demikian pula sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun resiko yang tidak sengaja. Misalnya terjadi bencana alam tanpa ada unsur kesengajaan lainnya.

e. Balas Jasa

Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank yang berdasrkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.


(30)

2.2.3 Tujuan dan Fungsi Kredit

Tujuan kredit

Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian kredit tersebut tidak terlepas dari misi bank tersebut didirikan.

Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit antara lain: a. Mencari Keuntungan

Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian krdit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.

b. Membantu usaha nasabah

Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasbah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluaskan usahanya.

c. Membantu pemerintah

Bagi Pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor. Keuntungan tersebut antara lain:

- Penerimaan pajak

- Membuka kesempatan kerja

- Meningkatkan jumlah barang dan jasa - Menghemat devisa negara


(31)

Fungsi kredit

Terdapat beberapa fungsi kredit dalam hubungannya dalam siklus perekonomian, perdagangan lalu lintas moneter. Fungsi-fungsi itu dalam garis besarnya adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan daya guna uang.

b. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang c. Meningkatkan daya guna dan perederan barang. d. Sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi. e. Meningkatkan kegairahan berusaha. f. Meningkatkan pemerataan pendapatan. g. Meningkatkan hubungan nasional.

2.2.4 Jenis-Jenis Kredit

Kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk masyrakat terdiri dari berbagai jenis.

Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain: 1. Dilihat dari segi kegunaan

a. Kredit investasi

Biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Contoh kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin. Pendek kata masa pemakaian untuk suatu periode yang relatif lebih lama.


(32)

b. Kredit modal kerja

Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

2. Dilihat dari segi tujuan kredit a. Kredit produktif

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Sebagai contoh kreditnya untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang, kredit pertanian yang akan menghasilkan produk pertanian atau kredit tambang yang menghasilkan bahan tambang atau kredit industri lainnya.

b. Kredit konsumtif

Kredit yang digunakan secara pribadi yaitu untuk pembelian barang tertentu bukan keperluan usaha (aktivitas produktif) melainkan untuk pemakaian (konsumsi). Dalam kredit ini bagi konsumen tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah tangga dan kredit konsumtif lainnya. Dua kredit konsumsi yang biasanya cukup laris adalah Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan. Tentunya, karena uang itu oleh nasabah akan digunakan untuk tujuan konsumtif, maka risiko bagi bank bahwa nasabahnya tidak mampu membayar pinjamannya akan


(33)

nasabah untuk Kredit Konsumsi akan lebih besar ketimbang bunga kredit untuk tujuan usaha.

c. Kredit perdagangan

Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada suplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor dan impor.

3. Dilihat dari segi jangka waktu a. Kredit jangka pendek

Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. Contohnya untuk perternakan misalnya kredit perternakan ayam atau jika untuk pertanian misalnya tanaman padi atau palawija.

b. Kredit jangka menengah

Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, biasanya untk investasi. Sebagai contoh kredit untuk pertanian seperti jeruk, atau perternakan kambing.

c. Kredit jangka panjang

Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka waktu pengembaliannya di atas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan.


(34)

4. Dilihat dari segi jaminan a. Kredit dengan jaminan

Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur.

b. Kredit tanpa jaminan

Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan charakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama ini.

2.2.5 Jaminan Kredit

Seperti yang sudah dibahas bahwa kredit dapat diberikan dengan jaminan atau tanpa jaminan. Kredit tanpa jaminan sangat membahyakan posisi bank, mengingat jika nasabah mengalami suatu kemacetan maka akan sulit untuk menutupi kerugian terhadap kredit yang disalurkan. Sebaliknya dengan jaminan kredit relatif lebih aman mengingat setiap kredit macet akan dapat ditutupi oleh jaminan tersebut.

Adapun jaminan yang dapat dijadikan jaminan kredit oleh calon debitur adalah sebagai berikut.

1. Dengan jaminan

a. Jaminan benda berwujud

yaitu barang-barang yang dapat dijadikan jaminan seperti: - tanah


(35)

- kendaraan bermotor - mesin-mesin / peralatan - barang dagangan

- tanaman / kebun / sawah - dan lainnya

b. Jaminan benda tidak berwujud

yaitu benda-benda yang merupakan surat-surat yang jaminan seperti: - Sertifikat Saham

- Sertifikat Obligasi - Sertifikat Tanah - Sertifikat Deposito

- Rekening Tabungan yang dibekukan - Rekening Giro yang dibekukan - Promes

- Wesel

- dan surat tagihan lainnya 2. Tanpa Jaminan

Kredit tanpa jaminan maksudnya adalah bahwa kredit yang diberikan bukan dengan jaminan barang tertentu. Biasanya diberikan untuk perusahaan yang memang benar-benar bonafid dan profesional, sehingga kemungkinan kredit tersebut macet sangat kecil. Dapat pula kredit tanpa jaminan hanya dengan


(36)

penilaian terhadap prospek usahanya atau dengan pertimbangan untuk pengusaha-pengusaha ekonomi lemah.

2.2.6 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit

Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya, seperti melalui prosedur penilaian yang benar.

Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria serta aspek penilaiannya tetap sama. Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standart penilaian setiap bank. Biasanya penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisa 5 C dan 7 P.

Adapun penjelasan untuk analisis dengan 5 C kredit adalah sebagai berikut: a. Character

Suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit dapat dipercaya, hali ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun bersifat pribadi seperti : cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobby dan sosial standingnya. Ini semua merupakan ukuran “kemauan” membayar.

b. Capacity


(37)

kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu pula dengan kemampuannya dalam menjalankan usahanya selama ini. Pada akhirnya akan terlihat “kemampuan” dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.

c. Capital

Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi

likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital juga harus dilihat dari

sumber mana saja modal yang ada sekarang ini. d. Colleteral

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteiliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.

e. Condition

Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan politik sekarang dan di masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta prospek usaha dari sektor yang ia jalankan. Penilaian prospek di bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.


(38)

Kemudian penilaian kredit dengan metode 7 P adalah sebagai berikut : a. Personality

Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkahlakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup emosi, sikap, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.

b. Party

Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapat fasilitas yang berbeda dari bank.

c. Perpose

Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam. Sebagai contoh apakah modal kerja atau investasi, konsumtif atau produktif dan lain sebagainya.

d. Prospect

Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga nasabah.

e. Payment


(39)

sumber penghasilan debitur maka semain baik. Sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sektor lainnya.

f. Profitability

Untuk menganalisa bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.

Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan

semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya. g. Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.

Tujuh unsur dalam konsep 7P sebenarnya mempunyai kesamaan dengan lima unsur dalam 5C. Misalnya unsur kepribadian memilki kesamaan dengan unsur karakter. Sedangkan unsur tujuan, prospek, dan pembayaran dapat memperjelas unsur kapasitas dalam konsep 5C. Unsur perlindungan dalam 7P mungkin dapat disamakan dengan kollateral dalam konsep 5C.

Prinsip 3R

Tiga komponen dalam prinsip 3R adalah : a. Tingkat pengembalian usaha (return)

b. Kemampuan membayar kembali (repayment)

c. Kemampuan menanggung resiko (risk bearing ability)

Unsur-unsur yang dibahas dalam konsep 3R telah dibahas dalam analisis aspek-aspek yang harus dipertimbangkan dalam pemberian kredit. Hanya saja konsep 3R memberi penekanan kepada aspek financial dari analisis kredit.


(40)

2.3 SUKU BUNGA

2.3.1 Pengertian Suku Bunga

Bunga merupakan hal penting bagi bank dalam penarikan tabungan dan penyaluran kreditnya. Penarikan tabungan dan penyaluran kredit selalu dihubungkan dengan tingkat suku bunganya. Bunga bagi bank bisa menjadi biaya (cost of fund) yang harus dibayar kepada penabung, tetapi dilain pihak, bunga dapat juga merupakan pendapatan bank yang diterima dari debitur karena kredit yang diberikan bank.

Beberapa defenisi mengenai pengertian bunga :

- Menurut Kasmir (2002 : 121) bunga dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai

harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan

yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).

- Menurut Fabozzi et.al. suku bunga adalah harga yang harus dibayar “peminjam” (debitur) kepada “pihak yang meminjamkan” (kreditur) untuk pemakaian sumber daya selama interval waktu tertentu. Jumlah pinjaman yang diberikan disebut prinsipal dan harga yang dibayar biasanya diekspresikan sebagai persentase dari prinsipal per unit waktu (umumnya setahun)


(41)

Bagi dunia perbankan, suku bunga dapat dinyatakan sebagai harga yang harus dikeluarkan bank kepada nasabah yang menyimpan dananya atau uangnya di bank (yang memiliki simpanan), dan di sisi lain dapat dikatakan sebagai harga yang dibayar nasabah kepada bank atas dana yang telah dipinjamkan (nasabah yang memperoleh pinjaman).

2.3.2 Fungsi Tingkat Suku Bunga

Tingkat suku bunga terbentuk di pasar sebagai akibat interaksi kekuatan pasar uang dan modal. Sunariyah (2004) menguraikan fungsi-fungsi tingkat bunga pada suatu perekonomian negara yaitu :

1. Sebagai daya tarik bagi para penabung baik individu, institusi atau lembaga yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.

2. Tingkat bunga dapat dipergunakan sebagai alat kontrol bagi pemerintah terhadap dana langsung atau investasi pada sektor-sektor ekonomi.

3. Tingkat bunga dapat dipergunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian.

4. Pemerintah dapat memanipulasi tingkat bunga untuk mengendalikan produksi, sebagai akibatnya tingkat bunga dapat digunakan untuk mengkontrol tingkat inflasi.

2.3.3 Jenis Suku Bunga Bank

Dalam realitas sehari-hari terdapat beragam jenis suku bunga. Jenis-jenis suku bunga ini dapat dikelompokan menjadi empat jenis suku bunga, yaitu :


(42)

a. Suku Bunga Dasar (Bank Rate)

Suku Bunga Dasar (Bank Rate) adalah tingkat suku bunga yang ditentukan oleh bank sentral atas kredit yang diberikan oleh perbankan, dan tingkat suku bunga yang ditetapkan bank sentral untuk mendiskonto surat-surat berharga yang ditarik atau diambil oleh bank sentral. Dasar perhitungan tingkat suku bunga ini juga dipakai oleh bank komersial untuk menghitung suku bunga kredit yang dikenakan kepada nasabahnya.

b. Suku Bunga Efektif (Effective Rate)

Suku Bunga Efektif (Effective Rate) adalah tingkat suku bunga yang dibayar atas harga beli suatu obligasi (BOND). Semakin rendah harga pembelian obligasi dengan tingkat bunga nominal tertentu, maka semakin tinggi tingkat bunga efektifnya, dan semakin tinggi harga pembelian obligasi dengan tingkat bunga nominal tertentu, maka semakin rendah tingkat bunga efektifnya. Jadi ada hubungan terbalik antara harga yang dibayar untuk obligasi dengan tingkat bunga efektifnya. c. Suku Bunga Nominal (Nominal Rate)

Suku Bunga Nominal (Nominal Rate) adalah tingkat suku bunga yang dibayar tanpa dilakukan penyesuaian terhadap akibat-akibat inflasi.

d. Suku Bunga Padanan (Equivalent Rate)

Suku Bunga Padanan (Equivalent Rate) adalah suku bunga yang besarnya dihitung setiap hari (bunga harian), setiap minggu (bunga mingguan), setiap bulan (bunga bulanan) dan setiap tahun (bunga tahunan), untuk sejumlah pinjaman atau investasi selama jangka waktu tertentu, yang apabila dihitung secara anuitas (bunga


(43)

Berdasarkan kegiatan bank dalam menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat (dalam hubungannya dengan nasabah), maka suku bunga yang dikelompokan dalam 2 (dua) jenis yaitu :

a. Bunga Simpanan

Bunga Simpanan adalah bunga yang diberikan sebagai rangsangan atas balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank yang merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya.

b. Bunga Pinjaman

Jika menurut sejarah falsafahnya, perkreditan berasal dari ungkapan jiwa tolong-menolong tanpa pamrih, akhirnya perkembangan ekonomi modern menjurus orang untuk berfikir pada penghargaan uang, waktu dan jasa. Timbullah perhitungan sewa modal berupa bunga yang tinggi rendahnya mengikuti dalil ekonomi, yaitu penawaran dan permintaan.

Perkreditan dijadikan objek pencarian keuntungan dengan jalan memutarkan uang atau dana sebagai potensi yang dimiliki oleh pihak yang dibutuhkan oleh pihak lain karena bersedia memberi jasa modal berupa bunga menurut ukuran jangka waktu pemakaian.

Batas tinggi rendahnya suku bunga bergantung pada sumber pemberi kredit. Kredit swasta atau liar menghitung suku bunga atas dasar penwaran dan kesanggupan masing-masing pihak. Suku bunga untuk perkreditan dari sumber tersebut dipengaruhi oleh iklim peredaran uang dalam masyarakat.


(44)

Jadi dapat diartikan bunga pinjaman adalah bunga atau harga yang diberikan oleh nasabah (peminjam) kepada bank atas dana atau pinjaman yang diperolehnya. Contoh : bunga kredit.

2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga Kredit

Tingkat bunga kredit yang dikenakan kepada nasabah debitur dipengaruhi oleh berbagai faktor, beberapa faktor yang mempengaruhi suku bunga adalah :

1. Kebijakan Pemerintah

Untuk suku bunga pinjaman dan suku bunga simpanan yang ditetapkan oleh bank tidak boleh melebihi tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh pemerintah. 2. Target laba yang diinginkan

Apabila laba yang ingin dicapai (spread) besar maka bunga yang ditetapkan juga semakin besar dan demikian pula sebaliknya.

3. Jangka waktu

Semakin panjang jangka waktu pinjaman maka semakin tinggi tingkat suku bunganya, hal ini disebabkan besarnya resiko kerugian dimasa mendatang. Demikian pula sebaliknya semakin pendek jangka waktu pinjaman maka suku bunganya relatif lebih rendah.

4. Persaingan

Dalam perebutan dana simpanan maka disamping faktor promosi, yang paling utama pihak perbankan harus memperhatikan persaingan. Dalam arti jika membutuhkan dana secepat sebaiknya bunga simpanan dinaikan di atas bunga pesaing, dan apabila ingin melakukan ekspansi kredit dapat diusahakan dengan


(45)

5. Kualitas jaminan

Semakin likuid jaminan yang diberikan maka semakin rendah bunga kredit yang dibebankan kepada debitur dan semakin tidak likuid jaminan yang diberikan maka semakin besar pula bunga kredit yang dibebankan. Alasan ini berhubungan dengan pencairan jaminan apabila kredit yang diberikan bermasalah. Jaminan yang likuid seperti sertifikat deposito atau rekening giro akan lebih mudah untuk dicairkan dibanding dengan jaminan tanah.

6. Jaminan pihak ketiga

Dalam hal ini pihak yang memberi jaminan kepada penerima kredit, biasanya jika pihak yang memberikan kredit bonafid, baik dari segi kemampuan membayar, nama baik maupun loyalitas terhadap bank maka bunag yang ditetapkan juga berbeda.

7. Hubungan baik

Biasanya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama (primer) dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan kepada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank. Nasabah utama biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan pihak bank sehingga dalam penentuan suku bunganya pun berbeda dengan nasabah biasa.

8. Reputasi perusahaan

Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan suku bunga yang akan dibebankan. Karena biasanya perusahaan yang bonafid kemungkinan resiko kredit macet dimasa yang akan datang relatif lebih kecil dan sebaliknya.


(46)

9. Produk yang kompetitif

Artinya produk yang akan dibiayai tersebut adalah produk yang laku dipasaran. Untuk produk yang kompetitif bunga kredit yang dibebankan relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif.

10. Kebutuhan dana

Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut dapat dipenuhi adalah dengan meningkatkan bunga simpanan. Namun apabila dana yang ada banyak sementara permohonan pinjaman sedikit maka bunga simpanan akan turun.

2.4 PENDAPATAN PERKAPITA

Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk, oleh sebab itu untuk memperoleh pendapatan per kapita pada suatu tahun, yang harus dilakukan adalah membagi pendapatan nasional pada tahun itu dengan jumlah penduduk pada tahun yang sama. Dengan demikian besarnya pendapatan nasional akan menentukan besarnya pendapatan per kapita. Pendapatan perkapita selalu digunakan untuk menentukan lajunya tingkat perkembangan ekonomi suatu negara. Tingkat perkembangan pendapatan perkapita yang dicapai sering sekali digunakan sebagai ukuran dari kesuksesan suatu negara dalam mencapai cita-cita untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang pesat. Di samping kegunaannya ini, data pendapatan per kapita mempunyai kegunaan lain. Dua di antaranya, adalah :


(47)

- Untuk membandingkan tingkat kesejahteraan masyarakat.

- Untuk membandingkan lajunya perkembangan ekonomi yang dicapai oleh berbagai negara di dunia dari masa ke masa.

Pendapatan perkapita sangat erat hubungannya dengan pertambahan penduduk. Apabila pertambahan pendapatan nasional lebih besar daripada pertambahan penduduk maka tingkat pendapatan perkapita meningkat. Sebaliknya apabila pertambahan nasional lebih kecil daripada pertambahan penduduk maka pendapatan perkapita mengalami penurunan. Untuk mempertahankan tingkat per kapita relatif perlu dicapai tingkat pertambahan nasional yang sama dengan tingkat pertambahan penduduk.

Pendapatan nasional dan pendapatan per kapita itu sendiri akan naik apabila produktifitas per kapita mengalami kenaikan. Untuk menaikan produksi per kapita berarti harus ada perubahan-perubahan dalam perekonomian misalnya perubahan struktur ekonomi, teknik produksi, struktur produksi dan masyarakat statis berkembang menjadi masyarakat dinamis.

Menurut Hasibuan (1987 : 42-43), faktor-faktor ekonomis dan nonekonomis yang mempengaruhi produksivitas :

a. Jumlah dan mutu faktor produksi. Semakin banyak jumlah semakin baik mutu modal, tenaga, alam, skill oleh suatu negara produktivitas akan semakin besar. b. Alokasi dari sumber-sumber. Artinya perimbangan-perimbangan cara

pemakian faktor-faktor produksi di antara berbagai faktor ekonomi dalam masyarakat dan kombinasi faktor-faktor tersebut.


(48)

c. Distribusi pendapatan yang adil. Artinya adanya distribusi pendapatan yang adil akan mendorong semangat kerja dan apabila semangat kerja meningkat otomatis produktivitas pun akan meningkat.

d. Aspek-aspek masyarakat. Kegiatan ekonomi selalu berlangsung dalam suatu masyarakat, karena itu dalam pembanganan tidak lepas dan harus memperhitungkan corak hidup, kebudayaan, politik dan nilai-nilai sosial masyarakat. Pertumbuhan cara berfikir masyarakat merupakan prakondisi untuk menciptakan pembanguan ekonomi yang sehat dan dinamis.


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di bank umum pemerintah Sumatera Utara dan kantor Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara.

3.2 Jenis dan Sumber data

Jenis data yang dipergunakan adalah data sekunder, yaitu berupa data yang berbentuk angka-angka (kuantitatif). Sumber datanya adalah data dari Kantor Bank Indonesia (KBI) Kota Medan. Di samping itu, data lainnya yang mendukung penelitian ini diperoleh dari sumber bacaan seperti, buletin penelitian, jurnal, majalah, dan buku bacaan dan Badan Pusat Statistik (BPS) Medan.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(50)

 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan metode kepustakaan (library research), yaitu dengan menelaah berbagai bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah, jurnal, artikel, majalah dan laporan yang berkaitan dengan topic yang akan diteliti.

 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melakukan pencatatan langsung berupa data seri waktu (time series) yaitu tahun 1992-2006 (sampel data selama 15 tahun) yang diperoleh dari laporan tahunan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia(BI).

3.4 Pengolahan Data

Dalam pengolahan data penulis menggunakan program komputer E-views 4.1.

3.5 Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dimulai dengan pembentukan model matematis, yaitu suatu pernyataan yang berhubungan matematis yang digunakan dalam menentukan hubungan yang berlaku di antara suku bunga kredit, dan pendapatan per kapita terhadap kredit konsumsi pada bank umum pemerintah di Sumatera Utara.

Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, penelitian ini menggunakan alat analisa ekonometrika yaitu meregresikan


(51)

digunakan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisa statistik yaitu persamaan regresi linear berganda.

Model persamaannya adalah sebagai berikut:

Y = f ( X1, X2,

Dengan model spesifikasi model sebagai berikut:

)...( I )

Y = α + β1X1 + β2X2

Dimana:

+ µ………...(II)

Y = kredit konsumsi (juta rupiah)

α = Intercept/konstanta X1

X

= suku bunga kredit (%) 2

β

= pendapatan per kapita (rupiah) 1, β2

µ = variabel pengganggu (term of error) = koefisien

bentuk hipotesis di atas secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

0 1

< ∂∂X

Y

Artinya jika terjadi kenaikan tingkat suku bunga kredit, maka

kredit konsumsi akan berkurang dan sebaliknya, ceteris paribus.

0 2

> ∂∂X

Y

Artinya jika terjadi kenaikan pendapatan per kapita maka


(52)

3.6 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) 3.6.1 Uji t-statistik

Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk melihat signifikan dari pengaruh variabel independen secara individu terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam uji ini dilakukan hipotesa sebagai berikut :

H0 : bi H

= 0 0 : bi Dimana b

= 0

i adalah koefesien variabel independen ke-I nilai parameter hipotesa, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel Xi terhadap Y. Bila nilai t-hitung > t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu H0

Sbi b) -(bi hitung

-t =

ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus :

Dimana : bi

b : nilai hipotesis nol

: koefisien variabel independen ke-i


(53)

3.6.2 Uji F-statistik

Uji F-statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independent secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini di gunakan hipotesa sebagai berikut :

H0 : bi = b2 H

= bk……….. bk = 0 (tidak ada pengaruh) 0 : bi

Pengujian ini dilakukan dengan membandingan nilai F-hitung dengan F-tabel. = 0……… ...i = 1 (ada pengaruh)

Jika F-hitung > F-tabel maka H0

k) -)/(n R -(1 b) -/(bi R hitung -F 2 2 =

ditolak, yang berarti variabel independent secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus :

Dimana: R2

k : jumlah variabel independen ditambah intercept dari suatu model persamaan. : koefisien determinasi (residual)

n : jumlah sampel hipotesis : H0 : H0: β1: β2 : β3

H

= 0

a: Ha : β1 : β2 : β3

KPK (Kriteria Pengambilan Keputusan)

≠ 0

H0 H

diterima jika F-hitung < F-tabel a diterima jika F hitung > F-tabel


(54)

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.7.1 Multikolinearity

Multikolinearity adalah alat untuk mengetahui apakah ada hubungan yang kuat (kombinasi linear) diantara variabel independen. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearity dapat dilihat dari R-square, F-hitung, t-hitung serta standart error. Kemungkinan adanya multikolinearity jika R2

3.7.2 Autokolerasi (Serial Correlation)

dan F-hitung tinggi sedangkan nilai t-hitungnya banyak yang tidak yang signifikan (uji tanda berubah tidak sesuai dengan yang diharapkan).

Serial correlation didefenisikan sebagai kolerasi antara anggota serangkaian

observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang. Model relasi linear klasik mengasumsikan autokolerasi terdapat di dalamnya distribusi atau gangguan µ i dilambangkan dengan

E (µ1 : µ2) = 0 i ≠ j

Terdapat beberapa cara untuk menguji keberadaan autokolerasi, yaitu : 1. Dengan menggunakan atau memplot grafik.

2. Dengan D-W Test (Uji Durbin-Watson) Uji D-W ini dirumuskan sebagai berikut :

= t e ) e -(e hitung -D 2 2 1 -t t


(55)

Bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut : H0

H

: p = 0, artinya tidak ada autokolerasi 0

Dengan jumlah sampel tertentu dan julah variabel independen tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-Watson untuk berbagai

nilai α. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :

: p ≠ 0, artinya ada autokolerasi

Gambar 3.1 Kurva Uji t statistic

Dimana: H0

DW < dl : Tolak H

: Tidak ada autokorelasi. 0

DW > 4-dl : Tolak H

(ada korelasi positif). 0

du < DW < 4-du : Terima H

(ada korelasi negatif). 0

dl ≤ DW ≤ du : Pengujian tidak bisa disimpulkan (inconclusive).

(tidak ada autokolerasi).


(56)

3.8 Defenisi Varaiabel Operasional

a. Kredit konsumsi yaitu, kredit yang dipergunakan untuk pembelian barang tertentu bukan keperluan usaha (aktifitas produktif) melainkan untuk pemakain (konsumsi), dimana satuan hitungnya dinyatakan dalam rupiah (Rp).

b. Tingkat bunga adalah rata-rata bunga pinjaman pada Bank Umum Pemerintah di Sumatera Utara yang ditetapkan sebagai kewajiban nasabah (peminjam) kepada bank sebagai balas jasa atas dana atau pinjama yang diperolehnya, dimana satuan hitungnya dinyatakan dalam persen (%).

c. Pendapatan per kapita adalah pendapatan perkapita dengan harga berlaku yang dapat diketahui dengan cara pembagian jumlah pendapatan nasional terhadap jumlah penduduk, dimana satuan hitungnya dinyatakan dalam rupiah (Rp).


(57)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 DESKRIPTIF DAERAH PENELITIAN 4.1.1 Gambaran Perekonomian Sumatera Utara

Gambaran perekonomian Sumatera Utara selain dipengaruhi oleh faktor internal juga dipengaruhi oleh lingkungan eksternal.. Terjadinya bencana alam gempa bumi dan gelombang tsunami di penghujung tahun 2004 yang melanda Nanggroe Aceh Darussalam dan sebagian Sumatera Utara telah memberikan dampak yang cukup berarti bagi perekonomian Sumatera Utara. Demikian pula dengan kebijakan kenaikan BBM pada bulan Maret dan Oktober 2005 yang disertai peristiwa Bom Bali II memberikan andil dalam situasi perekonomian Sumatera Utara. Beberapa indikator menunjukkan indikasi yang kurang menggembirakan, seperti inflasi dan nilai tukar rupiah. Namun laju perekonomian Sumatera Utara tetap menunjukkan pertumbuhan yang positif. Meningkatnya perekonomian Sumatera Utara memberikan dampak yang cukup berarti pada kondisi sosial masyarakatnya. Meskipun belum seluruhnya membaik seperti yang diharapkan, namun beberapa indikator setidaknya telah menunjukkan adanya perbaikan.

Pada tahun 1992 sampai tahun 1993 perekonomian sumatera utara terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari terus meningkatnya PDRB dari tahun ke tahun. Struktur perekonomian Sumatera Utara sejak tahun 1994 telah bergeser dari dominasi sektor pertanian ke sektor industri pengolahan. Hal ini ditandai dengan peranan sektor pertanian terhadap PDRB atas dasar harga berlaku


(58)

yang cenderung mengecil, sebaliknya peranan sektor industri semakin besar. Akan tetapi pada saat terjadi krisis ekonomi pada tahun 1998 ternyata peranan sektor pertanian kembali meningkat dimana tahun 1997 peranan sektor pertanian 24,71% dan hingga tahun 2002 cenderung meningkat menjadi 30,23%, di mana PDRB mencapai Rp. 24.156.699. Kemudian tahun 2003 meningkat kembali sebesar Rp. 25.789.491.

Pada tahun 2003 pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara naik menjadi 4,81 %. Hal ini tidak terlepas dari peranan sektor perbankan, sebagai sektor yang paling terpengaruh dengan adanya krisis ekonomi, mulai menunjukan perbaikan. Hal ini tercermin dari meningkatnya dana yang dihimpun dari masyarakat dan juga kredit yang disalurkan. Pulihnya sektor perbankan memberikan peluang dan harapan pada sektor riil untuk mengembangkan usahanya dan pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Pada tahun 2004 pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2003. Pertumbuhan tersebut juga lebih tinggi dari pertumbuhan nasional. Salah satu indikator membaiknya ekonomi Sumatera Utara pada tahun 2004 tumbuh sebesar 5,74 % yaitu meningkat dari Rp. 78,81 triliun pada tahun 2003 menjadi Rp. 83,33 triliun pada tahun 2004. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh sektor transportasi dan komunikasi yang tumbuh sebesar 13,49 %. Pertumbuhan yang cukup tinggi juga dicapai oleh sektor kontruksi sebesar 7,65 %.


(59)

Pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan dari 83,33 triliun rupiah pada tahun 2004 menjadi Rp. 87,9 triliun. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun 2005 mencapai 5,48 %. Namun laju pertumbuhan tersebut lebih rendah dari tahun 2004 yang sebesar 5,74 %.

Beberapa sektor yang mengalami pertumbuhan relatif tinggi, yaitu: sektor konstruksi sebesar 16,91 %, sektor perdagangan, hotel & restoran sebesar 9,04 % dan sektor pengangkutan & komunikasi sebesar 8,70 %. Pertumbuhan ketiga sektor ini berindikasi sangat baik pada perekonomian Sumatera Utara, baik dalam hal pendistribusian dan pemasaran hasil produksi maupun penyediaan energi dalam proses berproduksi. Selain itu, makin baiknya kinerja perbankan sebagai penyedia dana ke sector riil juga menjadi alasan makin baiknya ekonomi Sumatera Utara.

Berdasarkan harga berlaku, PDRB Sumatera Utara meningkat dari Rp. 118,1 triliun pada tahun 2004 menjadi Rp. 136,9 triliun rupiah pada tahun 2005. Meningkatnya PDRB ini berdampak pada naiknya kesejahteraan penduduk secara makro yang dapat dilihat secara tidak langsung dari besarnya PDRB perkapita. PDRB perkapita harga berlaku penduduk Sumatera Utara pada tahun 2005 tercatat sebesar Rp. 11,11 juta, lebih tinggi dibandingkan tahun 2004 yang sebesar Rp. 9,74 juta. Sedangkan PDRB perkapita harga konstan 2000 naik dari Rp. 6,87 juta pada tahun 2004 menjadi Rp. 7,13 juta pada tahun 2005.

Perekonomian Sumatera Utara pada tahun 2006, secara makro berhasil tumbuh sebesar 6,18 %. Pencapaian pertumbuhan ekonomi ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Nasional yang dicapai pada tahun yang sama sebesar 5,5 %.


(60)

Pencapaian pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara di tahun 2006 ini juga lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun 2005 yang dicapai sebesar 5,48 %. Kinerja perekonomian Sumatera Utara pada tahun 2006 ini ditopang oleh pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 11,91 %, sektor bangunan sebesar 10,33 %, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 9,87 %, sektor jasa-jasa sebesar 7,09 %, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 6,95 % dan sektor industri pengolahan sebesar 5,47 %. Sedangkan 3 (tiga) sektor yang lain hanya mampu tumbuh dibawah 5 % yaitu sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh sebesar 4,17 %, sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 3,08 %, dan sektor pertanian sebesar 2,32 %.

Secara umum seluruh indikator ekonomi mengalami perbaikan di tahun 2006. Namun demikian beberapa indikator lainnya yang terkait dengan aspek pengangguran, kesehatan dan pendidikan belum sesuai dengan target yang ditetapkan. Berkaitan dengan hal tersebut maka, kinerja perkonomian di masyarakat perlu terus ditingkatkan sehingga dapat berdampak pada meningkatnya kondisi sosial ekonomi pada umumya.

Selain itu iklim usaha yang kondusif juga perlu terus dijaga, sehingga akan menarik para investor untuk menanam modalnya di Sumatera Utara dan pada akhirnya dapat menciptakan lapangan kerja yang lebih luas agar tingkat pengangguran di Sumatera Utara dapat ditekan.


(61)

4.1.2 Perkembangan Perbankan di Sumatera Utara

Berdasarkan fungsinya sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat, peranan bank sangat strategis dalam menentukan jalannya roda perekonomian daerah. Oleh karena itu segala permasalahan yang menyangkut perbankan harus segera diatasi dengan cara mengeluarkan kebijakan-kebijakan di bidang moneter, perbankan dan perkreditan dalam mencapai sasaran makro ekonomi. Kebijakan perbankan terutama pada masalah pemberian kredit modal dunia usaha perlu dilakukan secara hati-hati namun harus mengalir untuk menghidupkan dunia usaha.

Permasalahan perbankan di Sumatera Utara hampir sama dengan masalah perbankan di Indonesia. Sejak krisis ekonomi dan moneter melanda Indonesia cukup banyak jumlah bank yang dilikuidasi atau bank take over (BTO) di Sumatera Utara. Pada umumnya bank yang ditutup oleh pemerintah pusat ini memiliki kantor cabang pembantu di Sumatera Utara. Kebijakan pemerintah menaikan suku bunga yang relatif tinggi pada tahun 1998 dan 1999 cukup menyulitkan pihak bank untuk menyalurkan kredit karena ketidaksanggupan pengusaha untuk meminjam dengan bunga yang tinggi, hal ini menimbulkan apa yang dinamakan dengan negative spread di mana bank harus membiayai sendiri bunga simpanan dari nasabah.

Untuk memperbaiki kondisi perbankan pemerintah membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional yang mulai beroprasi bulan Februari 1998. Dalam bulan Februari terdapat 54 bank (mencakup 40 % dari seluruh simpanan yang ada dalam perbankan pada waktu itu) yang dialihkan pengawasannya dari bank Bank Indonesia ke BPPN. Dari 54 bank tersebut manejemen tujuh bank diambil oleh BPPN dan tujuh bank ditutup oleh pemerintah


(62)

Peran bank dalam menunjang pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara sangat penting artinya. Untuk mendukung program pemerintah dan memperlancar modal usaha, bank yang ada di Sumatera Utara telah menyalurkan kredit yang cukup besar. Pada tahun 2006, jumlah kredit yang disalurkan perbankan di Sumatera Utara sebesar Rp. 42,119 milyar, yaitu dari bank umum pemerintah sebesar 51,05 %, bank swasta nasional 39,89 % dari bank perkreditan rakyat 0,70 % ,dan dari bank asing dan campuran 8,35%.

Perhimpunan dana rupiah dan Valuta Asing yang terkumpul oleh bank dari masyarakat pada tahun 2006 berjumlah Rp. 60,084 milyar. Bank umum pemerintah menerima tabungan dari masyarakat sebesar 42,71 %, bank swasta nasional menyerap tabungan masyarakat sebesar 49,75 %, bank asing dan campuran 7,54 %, sedangkan bank perkreditan rakyat hanya 0,48 %.

4.1.2.1 Perkembangan Jumlah Kantor Bank

Secara kelembagaan, jumlah kantor cabang, kantor cabang pembantu yang beroprasi di Sumatera Utara sampai dengan Maret 2006 sebanyak 486 kantor, tumbuh sebesar 14,35 % atau meningkat 61 kantor jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun sebelumnya sebanyak 425 kantor


(63)

Tabel 1

Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum di Sumatera Utara

Periode K. Cab K. Capemb K.kas Kas Mobil P.Point ATM

Maret 01 127 204 89 59 63 289

Maret 02 122 212 117 54 129 370

Maret 03 115 194 122 47 95 433

Maret 04 121 249 136 47 140 502

Maret 05 130 295 136 42 195 592

Maret 06 131 355 117 23 187 732

Sumber : LBU – Bank Indonesia 2007

Jumlah Payment Point, Kantor Kas dan Kas Mobil mengalami penurunan, masing-masing turun menjadi 187 unit, 117 unit dan 23 unit. Namum penurunan titik pelayanan tersebut ditutupi dengan naiknya jumlah mesin ATM yang menjadi 732 unit.

4.1.2.2 Dana yang Dihimpun oleh Bank

Salah satu fungsi bank adalah sebagai salah satu penerima simpanan dari masyarakat. Jumlah dana yang disimpan suatu daerah pada bank merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Semakin banyak uang yang ditabung masyarakat menunjukan bahwa masyarakat tersebut sudah semakin sejahtera, karena biasanya masyarakat menabung karena mempunyai kelebihan pendapatan. Pada tahun 1992 sampai tahun 1995, jumlah dana masyarakat yang dihimpun terus meningkat hingga sebesar Rp. 7,85 triliun. Jumlah ini meningkat sebesar 23,94 % menjadi Rp. 9,73 triliun pada tahun 1996 seiring dengan naiknya jumlah kantor bank.


(64)

Pada tahun 1997 posisi dana yang terhimpun naik menjadi Rp. 10,46 triliun. Pada tahun 1998 posisi dana yang terhimpun tumbuh sebesar 104,01 % hal ini disebabkan kebijakan pemerintah untuk menaikan suku bunga sehingga dapat menekan angka inflasi pada tahun 1997. Posisi dana terhimpun terus mengalami peningkatan sampai pada tahun 2003 hingga mencapai Rp. 40,01 triliun.

Pada tahun 2004, dana yang berhasil dihimpun kembali mengalami peningkatan 12,97 % menjadi Rp. 45,20 triliun. Jumlah ini kembali meningkat sebesar Rp. 49,69 triliun di tahun 2005. Untuk tahun 2006 jumlah dana yang berhasil dihimpun sebanyak Rp. 60.08 triliun atau meningkat sebesar 20,92 %.


(65)

Tabel 2

Posisi Dana yang Dihimpun oleh Bank di Sumatera Utara Menurut Jenis Bank Tahun 1992 – 2006 (Juta Rupiah)

Tahun Jenis Bank Jumlah

Pemerintah Swasta Asing & Campuran

1992 2.231.250 - - 2.231.250

1993 2.352.161 2.925.953 43.918 5.322.032

1194 2.618.278 3.541.113 48.197 6.207.588

1995 3.200.256 4.586.983 63.727 7.850.966

1996 3.421.325 6.239.169 74.460 9.734.954

1997 5.029.392 4.970.215 460.973 10.460.580

1998 9.569.847 10.836.755 935.125 21.341.727

1999 9.701.214 13.222.593 1.343.432 24.267.239

2000 11.916.875 14.443.441 1.104.853 27.465.169

2001 14.629.458 15.874.389 1.521.424 32.025.271

2002 15.634.659 17.370.233 1.574.844 34.579.376

2003 17.765.294 20.047.735 2.193.669 40.006.698

2004 18.954.500 24.075.640 2.165.920 45.196.060

2005 19.616.637 25.654.472 4.418.462 49.689.571

2006 25.660.514 29.891.722 4.532.313 60.084.549

Sumber : Statistik Ekonomi Keuangan Daerah, Bank Indonesia Medan 2007

4.1.2.3 Kredit yang disalurkan

Selain sebagai penghimpun dana masyarakat, bank juga berfungsi sebagai penyalur dana yang dihimpun berupa kredit/pinjaman pada berbagai sektor. Jumlah kredit yang disalurkan perbankan menurut sektor ekonomi pada tahun 1992 berjumlah Rp. 5,67 triliun, kemudian meningkat menjadi Rp. 6.14 triliun pada tahun 1993.


(66)

Pada tahun 1994 total kredit yang disalurkan tumbuh 27,36 % atau sebesar Rp. 7,82 triliun. Pada tahun 1995 total kredit naik kembali mencapai angka Rp.8,12 triliun. Hal tersebut juga terjadi pada tahun 1996 hingga mencapai Rp. 9,77 triliun. Pada tahun 1997 dan 1998 total kredit terus meningkat masing Rp.11,29 triliun dan Rp. 13,40 triliun.

Tabel 3

Total Kredit yang Disalurkan Menurut Sektor Ekonomi

Tahun Total Kredit (triliun rupiah)

1992 5,67

1993 6,14

1994 7,82

1995 8,12

1996 9,77

1997 11,29

1998 13,40

1999 8,15

2000 9,59

2001 13,74

2002 15,67

2003 20,36

2004 27,52

2005 36,50


(67)

Namun pada tahun 1999 total kredit yang disalurkan menurun 39,17 % dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 8,15 triliun. Pada tahun 2000 total kredit kembali perlahan mengalami kenaikan menjadi Rp. 9,59 triliun. Pada tahun 2001 tumbuh sebesar 43,27 % atau mencapai angka Rp. 13,74 triliun. Pada tahun 2002 total kredit yang disalurkan terus meningkat menjadi Rp. 15,67 triliun. Begitu juga terjadi pada tahun 2003 naik sebesar 29,93 % atau mencapai Rp. 20,36 triliun.

Pada tahun 2004 total kredit yang disalurkan kembali lagi naik sebesar 35,52 % atau mencapai Rp. 27,52 triliun. Pada tahun 2005 total kredit naik sebesar 32,63 % atau menjadi Rp. 36,50 triliun. Pada tahun 2006 total kredit yang disalurkan naik namun tidak sebesar seperti tahun sebelumnya yaitu naik sebesar 15,37 % atau mencapai Rp. 42,11 triliun.

4.1.3 Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum Pemerintah di Sumatera Utara.

Ada 5 bank umum pemerintah di Sumatera Utara termasuk bank pembangunan daerah antara lain yakni BNI (Bank Negara Indoneisa), BRI (Bank Rakyat Indonesia), Bank MANDIRI, BTN (Bank Tabungan Negara) dan Bank SUMUT. Pada tahun 1992 kantor bank umum pemerintah di Sumatera Utara terus mengalami peningkatan sampai tahun 1999 hingga mencapai 104 kantor. Namun pada tahun 2000 jumlah kantor bank umum pemerintah berkurang, hal ini disebabkan adanya merger antar bank. Tahun 2001 tidak jauh berbeda dengan tahun 2000 di mana jumlah bank tidak mengalami perubahan. Tahun 2002 jumlah kantor bank umum pemerintah mengalami peningkatan, yaitu menjadi 107 kantor bank. Peningkatan jumlah kantor bank terjadi kembali pada tahun 2003, yaitu 123 kantor.


(68)

Sedangkan tahun 2004 jumlah kantor bank tidak mengalami perubahan (123 kantor bank). Namun pada tahun 2005 jumlah kantor bank umum pemerintah mengalami peningkatan menjadi 125 kantor. Data tentang perkembangan Bank Umum Pemerintah di Sumatera Utara disajikan dalam tabel berikut ini

Tabel 4

Jumlah Kantor Bank Umum Pemerintah yang Beroperasi di Sumatera Utara tahun 1992-2005

Akhir periode Jumlah Kantor

Kantor Wilayah

Kantor Cabang

Kantor Cabang Pembantu

Kantor kas

1992 75 2 50 3 20

1993 78 2 52 3 21

1994 83 3 53 7 20

1995 84 4 53 7 20

1996 88 4 53 12 19

1997 95 4 55 13 23

1998 97 4 55 15 23

1999 104 4 55 17 28

2000 86 3 49 18 16

2001 86 3 49 18 16

2002 107 3 48 38 18

2003 123 3 41 53 26

2004 123 3 41 53 26

2005 125 3 42 54 26


(69)

4.1.4 Perkembangan Kredit Konsumsi pada Bank Umum Pemerintah di Sumatera Utara

Berdasarkan jenis penggunaan kredit, selama empat tahun terakhir, kredit konsumsi menunjukan pertumbuhan yang cukup tinggi. Pendorongnya adalah kredit untuk pemilikan rumah (KPR), kredit pembelian kendaraan bermotor, kartu kredit dan kredit lainnya.

Kredit konsumsi menjadi primadona perbankan. Hal ini disebabkan oleh antara lain karena kredit ini mempunyai resiko yang relatif kecil, dilihat dari jumlah kredit yang kecil dan kepastian pembayaran melalui gaji/penghasilan yang relatif tetap. Selain itu kredit ini mampu menyerap kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh perbankan juga. Serta umunya berjangka waktu pendek sehingga dapat mudah dikendalikan.

Sejak tahun 1992 sampai tahun 1995 kredit konsumsi yang disalurkan bank umum pemerintah di Sumatera Utara terus meningkat. Namun pada tahun 1996 mengalami penurunan sebesar 61.61 % menjadi Rp. 175,37 miliyar.

Pada tahun 1997 kredit konsumsi pada bank umum pemerintah mengalami kenaikan yang cukup signifikan yakni naik sebesar 244,50 % yaitu sebesar Rp. 604,16 miliyar. Namun pada tahun 1998 mengalami penurunan kembali menjadi Rp. 549,60 miliyar. Pada tahun 1999 kredit konsumsi naik kembali menjadi Rp. 640,26 miliyar.


(1)

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut terlihat bahwa F-hitung > F-tabel (55.04876 > 9.07), dengan demikian Ha diterima artinya secara bersama-sama variabel suku bunga dan pendapatan per kapita berpengaruh nyata terhadap jumlah kredit konsumis pada tingkat kepercayaan 99%.

4.2.3 UJI PENYIMPANGAN ASUMSI KLASIK

a) Uji Multikolinearitas

Yaitu adanya korelasi yang kuat diantara variabel independen dalam suatu model estimasi. Dalam penelitian ini tidak terdapat adanya multikolinearitas. Hal ini terlihat dari setiap koefisien sesuai hipotesa, R2

Dari model analisis:

yang tidak terlalu tinggi, dan tidak terdapat adanya perubahan tanda.

Y = α+ β1X1 + β2X2

Dilakukan pengujian diantara masing-masing variabel dependen sebagai berikut:

+ µ... (1)

X1 = α + β2X2 Diperoleh R

+ μ ... (2) 2

sebesar 0,496487 X2 = α + β1X1

Diperoleh R

+ μ ... (3) 2

sebesar 0,496487


(2)

yaitu sebesar 0.89. Hal ini berarti bahwa diantara variabel independen tidak terdapat multikolinearitas.

b) Uji Durbin Watson (D-W Test)

Uji D-W digunakan untuk mengetahui apakah didalam model yang digunakan terdapat autokorelasi diantara variabel-variabel yang diamati.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: • Hipotesis

H0 H

: Dw = 0 a : Dw 0 ≠

• α = 1 %, k = 2, n = 15, maka;

dl = 0.70 4 – dl = 3.30 du = 1.25 4 – du = 2.75

• Statistik penguji: D-W = 1.077477

Dilihat dari tabel durbin-watson bernilai dl = 0.70; du = 1.25; dl) = 3.30; (4-du) = 2.75 dan D-W = 1.077477, maka posisinya berada pada dl < dw < du, maka hasilnya 0.70 < 1.077477 < 2.75.


(3)

0 dl=0.70 du=1.25 2 4-du=3.30 4-dl=2.75 Positif

autokorelasi Negatif

autokorelasi

H0 diterima

1.077477

Gambar 4.4 Uji durbin-watson

Tabel 4.7 Durbin-watson Test Dengan Dw

berdasarkan estimasi model regresi

Kesimpulan

(4-dl) < dw < 4 Ha diterima, artinya terdapat gejala autokorelasi yang negatif diantara disturbance term

(4-du) < Dw < (4-dl) Tidak ada kesimpulan 2 < Dw < (4-du) Ho diterima

Du < Dw < 2 Ho diterima

Dl < Dw < du Tidak ada kesimpulan

0 < Dw < dl Ha diterima, artinya terdapat gejala autokorelasi yang positif di antara disturbance term

Kesimpulan:


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1KESIMPULAN

1. Suku Bunga Kredit (X1), mempunyai pengaruh negatif terhadap Kredit Konsumsi pada bank Umum Pemerintah di Sumatera Utara. Koefisien variabel X1 adalah sebesar -42181.27 yang artinya bahwa setiap kenaikan tingkat suku bunga sebesar 1% akan menurunkan Kredit Konsumsi pada Bank Umum Pemerintah di Sumatera Utara sebesar Rp. 42181.27 juta. Hasil estimasi ini sejalan dengan hipotesis yang ada yaitu terdapat pengaruh yang negatif antara Suku Bunga Kredit dengan Kredit Konsumsi pada Bank Umum Pemerintah di Sumatera Utara.

2. Pendapatan Per Kapita (X2) mempunyai pengaruh positif terhadap Kredit Konsumsi pada Bank Umum Pemerintah di Sumatera Utara. Koefisien variabel X2 adalah sebesar 0.405128 yang artinya bahwa setiap kenaikan pendapatan per kapita sebesar 1% akan menaikan Kredit Konsumsi pada Bank Umum Pemerintah di Sumatera Utara sebesar Rp. 0.405128 juta. Hasil estimasi ini sejalan dengan hipotesis yang ada yaitu terdapat pengaruh yang positif antara Pendapatan Per Kapita dengan Kredit Konsumsi pada Bank Umum Pemerintah di Sumatera Utara.


(5)

3. Berdasarkan uji t-statistik untuk Suku Bunga Kredit (X1

4. Berdasarkan uji t-statistik untuk Jumlah Pendapatan Per Kapita (X

) diatas, dapat diketahui bahwa thitung > ttabel (hasil olahan data untuk 2.102377 > -3.055), artinya Ho diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Suku Bunga Kredit berpengaruh tidak nyata (tidak signifikan) terhadap Jumlah Kredit Konsumsi pada Bank Umum Pemerintah di Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan 99% (α = 1 %).

2

5. Berdasarkan uji F-statistik di atas, dapat diketahui bahwa F-hitung > F-tabel (hasil olahan data untuk 55.04876 > 9.07), artinya Ho ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama Suku Bunga Kredit dan Pendapatan Per Kapita berpengaruh nyata (signifikan) terhadap Jumlah Kredit Konsumsi pada Bank Umum Pemerintah di Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan 99% ( α = 1%).

) diatas, dapat diketahui bahwa t-hitung > t-tabel (hasil olahan data untuk 8.775891 > 3.055), artinya Ha diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Per Kapita berpengaruh nyata (signifikan) terhadap Jumlah Kredit Konsumsi pada Bank Umum Pemerintah di Sumatera Utara pada tingkat


(6)

6. Dari hasil regresi yang telah diolah tersebut maka diperoleh nilai koefisien determinasi R-square sebesar 0.901718. Hal ini menggambarkan bahwa variabel bebas yang secara bersamaan memberikan pengaruhnya terhadap variabel terikat sebesar 90 % sedangkan sisanya 10 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam estimasi model atau disebabkan oleh disturbance error.

5.2SARAN

1. Bagi pihak perbankan, bank harus lebih memperhatikan pelaksanaan, pengelolaan, perbaikan dan penyesuaian serta memperluas jaringan jumlah kantor dalam melaksanakan fungsi intermediasinya, terlebih lagi memberikan suku bunga kredit yang kompetitif sehingga dapat merangsang masyarakat dari semua lapisan untuk melakukan kredit khususnya pada kredit konsumsi. 2. Pemerintah Daerah Sumatera Utara agar lebih lagi meningkatkan PDRB

karena semakin besar PDRB maka semakin sejahtera masyarakat dan kredit konsumsi yang disalurkan bank juga akan semakin besar. Karena kredit konsumsi akan menjadi masalah besar apabila pendapatan masyarakat tidak lagi dapat mendukung kemampuan mengembalikan kredit.