commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses tumbuh kembang bayi merupakan proses yang penting untuk diketahui dan dipahami karena proses tersebut menentukan masa depan anak
baik fisik, jiwa, maupun perilakunya. Mengingat bayi dan anak-anak adalah generasi pewaris masa depan bangsa, maka perhatian terhadap keadaan gizi
dan kesehatan merupakan hal yang penting untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia serta kualitas kehidupan dan usia harapan hidup mereka.
Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam
Global Strategy for Infant and
Young
Child Feeding
, WHOUNICEF merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan yaitu; pertama
memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua
memberikan ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga
memberikan MP-ASI sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan keempat
meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih. Menurut WHO cakupan pemberian ASI eksklusif di Asia pada tahun
2008 sebesar 43 dan di Indonesia sebesar 32. Berdasarkan data Survey Kesehatan Nasional 2009, provinsi Jawa Tengah menduduki peringkat kedua
terendah yaitu 52,2 dalam cakupan pemberian ASI eksklusif. Sedangkan berdasarkan data yang diperoleh dari profil kesehatan kabupatenkota di Jawa
commit to user Tengah tahun 2006 cakupan pemberian ASI eksklusif di kota Surakarta sebesar
65. Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif disebabkan karena masih
kurangnya pemahaman masyarakat bahkan petugas kesehatan sekalipun tentang manfaat dan pentingnya pemberian ASI eksklusif kepada bayi. Masih
banyak pula Rumah Sakit yang belum mendukung peningkatan pemberian ASI eksklusif, yang ditandai dengan belum melakukan rawat gabung antara ibu dan
bayinya dan masih bebas beredarnya susu formula di lingkungan Rumah Sakit. Studi di Kota Bogor 2002 pada bayi usia 5-10 bulan sebanyak 54,6
sudah mulai diberikan susu formula. Data SDKI tahun 2002 menunjukkan pada bayi berusia kurang dari 6 bulan yang menggunakan susu formula dan sudah
tidak disusui sebanyak 76,6 sedangkan yang menggunakan susu formula tetapi masih disusui sebanyak 18,1.
Studi kasus serupa pernah dilakukan oleh Drane, DL, Logemann, JA 2000 dengan judul “
A Critical Evaluation of The Evidence on The Association Between Type of Infant Feeding and Cognitive Development”
. Hal yang membedakan dengan studi kasus sebelumnya yaitu mereka melakukan
kompilasi meta-analisis dari semua studi yang telah dipublikasikan selama dua puluh tahun terakhir untuk mengevaluasi hubungan antara jenis makanan bayi
dan efek pada perkembangan kognitif. Mereka menyimpulkan bahwa bayi yang diberi ASI menunjukkan tingkat IQ dua sampai lima poin lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kelompok yang mendapatkan susu formula.
commit to user Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dalam sebuah karya ilmiah yang berjudul Hubungan Pemberian Susu Formula dengan Tahap Perkembangan Bayi Usia 0-6 Bulan di RSU Assalam
Gemolong.
B. Rumusan Masalah