Yuni Istiqomah R0107082

(1)

commit to user

HUBUNGAN PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN BAYI USIA 0-6 BULAN

DI RSU ASSALAM GEMOLONG

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

Yuni Istiqomah R0107082

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

(3)

(4)

commit to user ABSTRAK

Yuni Istiqomah, R0107082. Hubungan Pemberian Susu Formula dengan Tahap Perkembangan Bayi Usia 0-6 Bulan di RSU Assalam Gemolong, Program Studi D1V Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011

Latar Belakang: Proses tumbuh kembang bayi menentukan masa depan anak sebagai generasi penerus masa depan bangsa, maka perhatian terhadap keadaan gizi dan kesehatan merupakan hal yang penting. Salah satu upaya untuk mencapai tumbuh kembang optimal adalah dengan memberikan ASI eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan. Sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia hanya sebesar 32%. Bayi yang mendapatkan ASI memiliki tahap perkembangan yang lebih baik dari pada bayi dengan susu formula. Tujuan: Mengetahui hubungan pemberian susu formula dengan tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan di RSU Assalam Gemolong.

Metode: Penelitian mengunakan observasional analitik dengan pendekatan cross

sectional. Variabel dalam penelitian ini adalah pemberian susu formula sebagai

variabel bebas dan untuk variabel terikatnya adalah tahap perkembangan. Jumlah sample terdiri dari 37 subjek kasus dan 37 subjek kontrol diambil dengan teknik

purosive sampling. Sedangkan untuk analisisnya menggunakan uji chi square

dengan software SPSS 16.

Hasil: Ada hubungan yang signifikan antara pemberian susu formula dengan tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan di RSU Assalam Gemolong, dimana ditunjukkan dari hasil probabilitas hitung adalah 0,001.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah: Ada hubungan yang signifikan antara pemberian susu formula dengan tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan di RSU Assalam Gemolong dengan derajat kekuatan hubungan sedang yang ditunjukkan dari nilai koefisien kontingensi 0,533.


(5)

commit to user ABSTRACT

Yuni Istiqomah, R0107082. Formula Feeding Relationships with Developmental Stages of Infants aged 0-6 Months at General Hospital Assalam Gemolong, Program Studi D1V Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011

Background: Growth process determining the future baby as the nation’s future generations, so attention to nutrition and health situation is very important. One way to achieve an optimal growth and development is to provide exclusively breastfeeding from birth until baby is 6 months old. And the coverage of exclusive breastfeeding in Indonesia is only 32%. Babies who are breastfed have better developmental stages than babies with formula fed. Objective: To find out the correlation between formula feeding and developmental stages of infants aged 0-6 months at general hospital Assalam Gemolong.

Methods: The study uses an observational analytic with cross sectional approach. In this study were formula feeding as an independent variable and for the dependent variable are developmental stages. The number of sample consists of 37 case subjects and 37 control subjects taken with a purposive sampling technique. For the analysis using chi square test with SPSS 16.

Results: There was a significant correlation between formula feeding and developmental stages of infants aged 0-6 months at general hospital Assalam Gemolong, which is shown from the results of probability count is 0,001.

The conclusion of this study is: There was a significant correlation between formula feeding and developmental stages of infants aged 0-6 months at general hospital Assalam Gemolong with the degree of correlations are medium shown from the contingency coefficient is 0,533.

Keywords: Formula Feeding, Developmental Stages, Infant


(6)

commit to user KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Hubungan Pemberian Susu Formula dengan Tahap Perkembangan Bayi Usia 0-6 Bulan di RSU Assalam Gemolong”.

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk mengikuti pendidikan program studi Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Karya Tulis Ilmiah ini dapat disusun dengan lancar tidak lepas dari bantuan yang diberikan oleh semua pihak baik secara moril maupun material. Maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi M.S, Rektor Univesitas Sebelas Maret Surakarta

2. Prof. dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR FINASIM, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. H. Tri Budi Wiryanto, dr, SpOG (K), Ketua Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Univesitas Sebelas Maret Surakarta 4. Sri Mulyani, S.Kep. NS, M.Kes, Sekretaris Program Studi DIV

Kebidanan Fakultas Kedokteran Univesitas Sebelas Maret Surakarta 5. Erindra Budi C, S.Kep. Ns, M.Kes. Selaku Ketua Tim Karya Tulis

Ilmiah

6. Suhanantyo, drg.Msi Med. Selaku pembimbing utama yang dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan

7. Agus Eka NY, S.ST, M.Kes. Selaku pembimbing pendamping yang sabar dalam memberikan bimbingan dan dukungan

8. Seluruh dosen pengajar dan staf program studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Univesitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu kelancaran pelaksanaan pembuatan skripsi ini

9. Teman-teman mahasiswa program studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Univesitas Sebelas Maret Surakarta angkatan 2007

10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik serta saran untuk memperbaiki karya ini. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua. Amien

Surakarta, 7 Juli 2011 Penulis


(7)

commit to user DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN VALIDASI ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 5

1. Konsep Susu Formula a. Pengertian ... 5

b. Tujuan dan Manfaat Pemberian Susu Formula ... 5


(8)

commit to user

d. Perbandingan komposisi zat gizi antara ASI dan

susu formula……….. ... 6

e. Keadaan yang memungkinkan Ibu untuk memberi susu formula pada bayi ... 7

f. Resiko pemberian susu formula ... 8

2. Konsep Perkembangan a. Pengertian ... 8

b. Tujuan penilaian perkembangan ... 9

c. Ciri-ciri perkembangan ... 9

d. Aspek-aspek perkembangan ... 10

e. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak ... 12

f. Penyebab gagalnya tumbuh kembang anak ... 13

3. Konsep Hubungan Pemberian Susu Formula dengan Tahap Perkembangan... 13

B. Kerangka Konsep ... 15

C. Hipotesis……….. ... 15

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian ... 16

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

C. Populasi Penelitian ... 17

D. Sampel dan Teknik Sampling ... 17

E. Estimasi Besar Sampel ... 18


(9)

commit to user

G. Definisi Operasional Variabel ... 19

H. Cara Kerja ... 20

I. Rencana Pengolahan dan Analisis Data... 22

BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Responden ... 24

B. Pemberian Susu Formula ... 26

C. Tahap Perkembangan ... 26

D. Hasil Analisis ... 27

BAB V. PEMBAHASAN A.Pemberian Susu Formula ... 29

B.Tahap Perkembangan ... 30

C.Hubungan Pemberian Susu Formula dengan Tahap Perkembangan……… . 31

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 33

B. Saran ... 34 DAFTAR PUSTAKA


(10)

commit to user DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel II.1 Perbandingan Komposisi Zat Gizi antara ASI dan Susu Formula .. 6

Tabel III.1 Koefisien Kontingensi ... 23

Tabel IV.1 Distribusi Usia Bayi……... ... 25

Tabel IV.2 Distribusi Makanan Bayi ... 26

Tabel IV.3 Distribusi Tahap Perkembangan ... 26

Tabel IV.4 Distribusi frekuensi hubungan pemberian susu formula dengan tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan ... 27


(11)

commit to user DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar II.1. Bagan Kerangka Konsep Hubungan Pemberian Susu Formula

dengan Tahap Perkembangan Bayi ... 15 Gambar III.1. Bagan Desain Penelitian Hubungan Pemberian Susu


(12)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Permohonan Menjadi Responden Lampiran 2. Informed Consent

Lampiran 3. Formulir Pemberian Susu Formula

Lampiran 4. Lembar Pengamatan Tahap Perkembangan Bayi Usia 0-6 Bulan Lampiran 5. Lembar Pengamatan Tahap Perkembangan Bayi Usia 0-6 Bulan Lampiran 6. Lembar pengamatan tes psikomotorik DDST-R

Lampiran 7. Petunjuk Penilaian

Lampiran 8. Kriteria Penilaian Abnormal Lampiran 9. Kriteria Penilaian Meragukan Lampiran 10. Kriteria Penilaian Normal

Lampiran 11. Permohonan Ijin Penelitian dan Pengambilan Data Lampiran 12. Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian

Lampiran 13. Hasil Uji Statistik Hubungan Pemberian Susu Formula dengan Tahap Perkembangan Bayi Usia 0-6 Bulan

Lampiran 14. Jadwal Penelitian

Lampiran 15. Lembar Konsultasi Pembimbing Utama Lampiran 16. Lembar Konsultasi Pembimbing Pendamping Lampiran 17. Daftar Riwayat Hidup


(13)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Proses tumbuh kembang bayi merupakan proses yang penting untuk diketahui dan dipahami karena proses tersebut menentukan masa depan anak baik fisik, jiwa, maupun perilakunya. Mengingat bayi dan anak-anak adalah generasi pewaris masa depan bangsa, maka perhatian terhadap keadaan gizi dan kesehatan merupakan hal yang penting untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia serta kualitas kehidupan dan usia harapan hidup mereka.

Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategy

for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan

empat hal penting yang harus dilakukan yaitu; pertama memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga memberikan MP-ASI sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan keempatmeneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih.

Menurut WHO cakupan pemberian ASI eksklusif di Asia pada tahun 2008 sebesar 43% dan di Indonesia sebesar 32%. Berdasarkan data Survey Kesehatan Nasional 2009, provinsi Jawa Tengah menduduki peringkat kedua terendah yaitu 52,2% dalam cakupan pemberian ASI eksklusif. Sedangkan berdasarkan data yang diperoleh dari profil kesehatan kabupaten/kota di Jawa


(14)

commit to user

Tengah tahun 2006 cakupan pemberian ASI eksklusif di kota Surakarta sebesar 65%.

Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif disebabkan karena masih kurangnya pemahaman masyarakat bahkan petugas kesehatan sekalipun tentang manfaat dan pentingnya pemberian ASI eksklusif kepada bayi. Masih banyak pula Rumah Sakit yang belum mendukung peningkatan pemberian ASI eksklusif, yang ditandai dengan belum melakukan rawat gabung antara ibu dan bayinya dan masih bebas beredarnya susu formula di lingkungan Rumah Sakit.

Studi di Kota Bogor (2002) pada bayi usia 5-10 bulan sebanyak 54,6 % sudah mulai diberikan susu formula. Data SDKI tahun 2002 menunjukkan pada bayi berusia kurang dari 6 bulan yang menggunakan susu formula dan sudah tidak disusui sebanyak 76,6% sedangkan yang menggunakan susu formula tetapi masih disusui sebanyak 18,1%.

Studi kasus serupa pernah dilakukan oleh Drane, DL, & Logemann, JA (2000) dengan judul “A Critical Evaluation of The Evidence on The

Association Between Type of Infant Feeding and Cognitive Development”. Hal

yang membedakan dengan studi kasus sebelumnya yaitu mereka melakukan kompilasi meta-analisis dari semua studi yang telah dipublikasikan selama dua puluh tahun terakhir untuk mengevaluasi hubungan antara jenis makanan bayi dan efek pada perkembangan kognitif. Mereka menyimpulkan bahwa bayi yang diberi ASI menunjukkan tingkat IQ dua sampai lima poin lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok yang mendapatkan susu formula.


(15)

commit to user

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam sebuah karya ilmiah yang berjudul Hubungan Pemberian Susu Formula dengan Tahap Perkembangan Bayi Usia 0-6 Bulan di RSU Assalam Gemolong.

B.Rumusan Masalah

Adakah hubungan pemberian susu formula dengan tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan di RSU Assalam Gemolong?

C.Tujuan Penelitian 1) Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pemberian susu formula dengan tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan di RSU Assalam Gemolong

2) Tujuan Khusus

a) Mengetahui dampak pemberian susu formula terhadap perkembangan bayi usia 0-6 bulan di RSU Assalam Gemolong

b) Mengetahui tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan di RSU Assalam Gemolong

c) Menganalisis hubungan pemberian susu formula dengan tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan di RSU Assalam Gemolong

D.Manfaat Penelitian a) Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan tentang hubungan pemberian susu formula dengan tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan.


(16)

commit to user b) Aplikatif

a) Bagi institusi

Menambah bahan pustaka dan kajian tentang susu formula dan tahap perkembangan serta sebagai referensi bagi pihak lain yang ingin meneliti hal yang sama di kemudian hari.

b) Bagi masyarakat

Meningkatkan pengetahuan tentang dampak pemberian susu formula serta penilaian tahap perkembangan anak dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.


(17)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A.Tinjauan Pustaka

1. Konsep Susu Formula a. Pengertian

Susu formula adalah susu yang dirancang khusus untuk meniru ASI dan memiliki kandungan nutrien yang hampir sama walaupun tidak mengandung antibodi yang terdapat dalam ASI (Handayani, 2005).

b. Tujuan dan Manfaat Pemberian Susu Formula

Susu formula dibuat dengan komposisi yang diterapkan mendekati atau hampir sama dengan komposisi ASI guna memenuhi segala kebutuhan nutrisi bayi (Krisnatuti, 2008). Susu formula tidak dapat dipergunakan sebagai pengganti ASI, tetapi dipergunakan sebagai pelengkap makanan bayi.

c. Menurut Pudjiadi (2005), Jenis susu formula antara lain: 1) Formula adaptasi

Susu yang disesuaikan untuk bayi baru lahir sampai umur 6 bulan. Susunan formula adaptasi sangat mendekati susunan ASI sehingga tidak memberatkan fungsi pencernaan dan ginjal bayi yang belum sempurna.


(18)

commit to user 2) Formula awal lengkap

Formula awal lengkap (complete starting formula) berarti susunan zat gizinya lengkap dan pemberiannya dapat dimulai setelah bayi dilahirkan. Serta dibuat dengan kadar protein yang lebih tinggi dan tidak disesuaikan dengan ASI.

3) Formula Follow-Up

Formula follow-up (follow-up diartikan lanjutan, mengganti formula bayi yang sedang dipakai dengan formula tersebut). Formula ini diperuntukan bagi bayi berumur 6 bulan keatas.

d. Perbandingan komposisi zat gizi antara ASI dan susu formula

Tabel II.1 Perbandingan Komposisi Zat Gizi antara ASI dan Susu Formula (Krisnatuti, 2008)

Komposisi (g/100ml) ASI (g/100ml) Susu Formula (g/100ml)

Lemak (g) 3,0-5,5 1,3-3,6

Protein (g) §whey §kasein 1,1 0,7 0,4 3,3 0,6 2,7

Karbohidrat (kkal) 6,6-7,1 7,32-9,6

Mineral §Na (mg) §K (mg) § Ca (mg) §P(mg) §Cl (mg) §Mg (mg) §Fe (mg) §Cu (฀g) §Zn (mg) §Mn (฀g)

0,2 10 40 30 10 30 4 0,2 - - - 0,3-0,6 24-33 61-112 41-102 36-90 41-71 4-7 0,7-1,0 3,5-5,0 0,1-0,3 4-6,9


(19)

commit to user Vitamin

§A (SI) §D (SI) §B1 (mg)

§B2 (mg) §C (mg) §B6 (mg) § B12(฀g) §Niasin

§pantotenat A (฀g) §asam Folat (฀g) §biotin (mg)

150-270 6 0,017 0,03 4,4 0,02 0,04 0,17 0,24 0,2 0,2 60 2 0,03 0,17 1 0,07 0,3 0,1 0,34 0,2 3,0 Keterangan:

SI : standar internasional g : gram

mg : miligram ϻg : mikrogram

e. Menurut Pudjiadi (2005), keadaan yang memungkinkan Ibu untuk memberi susu formula pada bayi antara lain:

1) Berhubungan dengan penyakit ibu dan dilarang oleh dokter untuk menyusui

2) Bayi yang dilahirkan dengan kelainan metabolik bawaan yang akan bereaksi jelek jika bayi tersebut mendapat ASI

3) Ibu sedang di rawat di rumah sakit dan di pisahkan dari bayinya 4) Produksi ASI tidak cukup atau bahkan tidak keluar sama sekali 5) Ibu bekerja


(20)

commit to user f. Resiko pemberian susu formula

1) Untuk bayi dan anak-anak: Meningkatkan risiko asma, alergi, ISPA, oklusi gigi pada anak, kurang gizi atau gizi buruk, kanker pada anak, penyakit kronis, diabetes, kardiovaskuler, obesitas, infeksi saluran pencernaan, kematian, otitis media dan infeksi saluran telinga, efek samping kontaminasi lingkungan serta menghambat perkembangan kognitif.

2) Untuk ibu : meningkatkan risiko kanker payudara, kelebihan berat badan, kanker ovarium dan kanker endometrium, osteoporosis, rheumatoid arthritis, stress dan kecemasan, diabetes, serta mengurangi jarak alami kelahiran anak.

2. Konsep Perkembangan a. Pengertian

Perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Perkembangan berarti perubahan secara kualitatif. Jadi perkembangan bukan sekedar penambahan beberapa centimeter pada tinggi badan seseorang atau peningkatan kemampuan seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks (Hurlock, 2008). Tujuan perkembangan adalah untuk memungkinkan orang menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana ia hidup.


(21)

commit to user

Perkembangan tidak diatur oleh pendewasaan internal ataupun pendewasaan dari luar tetapi merupakan sebuah proses konstruktif yang aktif dimana anak-anak lewat aktivitas-aktivitas mereka sendiri membangun struktur-struktur kognitif yang semakin berbeda dan komprehensif (Crain, 2007).

b. Tujuan penilaian perkembangan

Perkembangan kesehatan memiliki rentang “normal’ yang lebar. Menurut Meadow (2005), tujuan dari penilaian perkembangan adalah: 1) Deteksi dini jika terjadi keterlambatan sehingga dapat segera

diberikan pertolongan (saran, fisioterapi, alat bantu penglihatan, alat bantu pendengaran) sedini mungkin

2) Untuk lebih meyakinkan kedua orang tua.

Ada 2 bagian penting dalam penilaian perkembangan, riwayat yang didapat dari orang tua dan hasil observasi dokter

c. Ciri-ciri perkembangan

1) Perkembangan selalu melibatkan proses pertumbuhan yang diikuti dari perubahan fungsi, seperti perkembangan sistem reproduksi akan diikuti perubahan pada fungsi alat kelamin

2) Perkembangan memiliki pola yang konstan dengan hukum tetap, yaitu perkembangan dapat terjadi dari daerah kepala menuju kearah kaudal atau dari bagian proksimal kebagian distal.


(22)

commit to user

3) Perkembangan memiliki tahapan yang berurutan mulai dari kemampuan melakukan hal yang sederhana menuju kemampuan melakukan hal yang sempurna

4) Perkembangan setiap individu memiliki kecepatan pencapaian perkembangan yang berbeda

5) Perkembangan dapat menentukan pertumbuhan tahap selanjutnya dimana tahapan perkembangan harus dilewati tahap demi tahap

(Hidayat, 2009).

d. Aspek-aspek perkembangan 1) Perkembangan fisik (motorik):

Perkembangan motorik merupakan proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Setiap gerakan yang dilakukan anak merupakan pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan system dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Perkembangan motorik meliputi:

a) Perkembangan motorik kasar

Perkembangan motorik kasar dipengaruhi oleh proses kematangan anak. Otot-otot besar dan sebagian atau seluruh anggota tubuh digunakan oleh anak untuk melakukan gerakan tubuh. Misalnya: kemampuan anak untuk duduk, berlari dan melompat.


(23)

commit to user b) Perkembangan motorik halus

Perkembangan motorik halus dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar dan berlatih. Perkembangan motorik halus merupakan perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu. Misalnya kemampuan menilis, menggunting dan menyusun balok.

2) Perkembangan emosi

Perkembangan pada aspek ini meliputi kemampuan anak untuk mencintai, merasa nyaman, berani, gembira, takut dan marah serta bentuk-bentuk emosi lainnya. Pada aspek ini anak sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan orangtua dan orang-orang disekitarnya.

3) Perkembangan kognitif

Pada aspek kognitif, perkembangan anak nampak pada kemampuannya dalam menerima, mengolah dan memahami informasi-informasi yang sampai kepadanya. Kemampuan kognitif berkaitan dengan perkembangan berbahasa (bahasa lisan maupun isyarat), memahami kata dan berbicara.

4) Perkembangan psikososial

Aspek psikososial berkaitan dengan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya.


(24)

commit to user

e. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak menurut Hidayat (2009), antara lain:

1) Faktor herediter

Meliputi bawaan, jenis kelamin, ras dan suku bangsa. Ras atau suku bangsa memiliki peran dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, hal ini dapat dilihat pada suku bangsa tertentu yang memiliki kecenderungan lebih besar atau tinggi.

2) Faktor lingkungan

a) Lingkungan prenatal: merupakan lingkungan dalam kandungan mulai dari konsepsi sampai lahir yang meliputi : gizi pada waktu ibu hamil, lingkungan mekanis, zat kimia atau toksin, dan hormonal.

b) Lingkungan post natal: lingkungan setelah lahir yang meliputi budaya lingkungan, sosial ekonomi keluarga, nutrisi, iklim dan cuaca

c) Olahraga atau latihan fisik, posisi anak dalam keluarga, status kesehatan.

3) Faktor hormonal:

a) Somatotropin: mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan dengan menstimulasi terjadinya proliferasi sel kartilago dan sistem skeletal. b) Tiroid: menstimulasi metabolisme tubuh

c) Glukokortikoid: menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis dan ovarium dan akan menstimulasi perkembangan seks.


(25)

commit to user f. Penyebab gagalnya tumbuh kembang anak

1) Asupan makanan tidak adekuat: masalah/kesulitan makan atau tidak diperhatikan, buruknya selera makan, masalah mekanis seperti: sumbing palatum, palsi serebral

2) Muntah-muntah: refluks gastroesofageal, stenosis pilori, masalah pemberian makanan, intoleransi makanan

3) Gangguan/defek pada sistem pencernaan atau sistem penyerapan: fibrosis kistik, intoleransi makanan, diare infektif kronis

4) Gagal fungsi: infeksi kronis, gagal jantung, gagal ginjal, gangguan metabolik

5) Gangguan emosional (Meadow, 2005)

3. Konsep Hubungan Pemberian Susu Formula dengan Tahap Perkembangan

Pasca kelahiran menuntut bayi untuk mandiri. Semua pasokan oksigen, sari-sari makanan, sirkulasi darah, proses pembuangan serta pengaturan temperatur masih tergantung pada ibu. Ketika dilahirkan, bayi harus berusaha melakukan berbagai hal tersebut dengan upayanya sendiri. Oleh karena itu bayi harus mengembangkan diri (Pratisti, 2008).

Air susu ibu dan susu formula memberikan nutrien bagi bayi untuk mendukung setiap tahap perkembangannya. Namun, air susu ibu adalah sumber nutrien satu-satunya yang juga berperan pada pertumbuhan dan


(26)

commit to user

perkembangan yang cepat dan sehat dari otak dan sistem saraf bayi, pematangan sistem pencernaan, dan perkembangan sistem kekebalan tubuhnya (imunitas). Meskipun ada susu formula bayi yang difortifikasi dengan zat besi, namun ternyata setelah diteliti hal tersebut tidak meningkatkan pertumbuhan maupun perkembangan pada bayi.

Hasil studi analisis statistik di Provinsi Sumatra Selatan (2003) pada bayi usia 6-12 bulan menunjukkan ada hubungan bermakna riwayat pemberian kolostrum dengan perkembangan bayi (p=0,039), ada hubungan bermakna pola pemberian ASI dengan perkembangan bayi (p=0,025) dan ada hubungan bermakna pola pemberian MP-ASI dengan perkembangan bayi (p=0,028).

Menyusui terbukti dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang, karena memiliki pengaruh positif pada pendidikan dan perkembangan kognitif di masa kanak-kanak, tegas sebuah penelitian di Inggris. Analisis regresi yang dilakukan pada sebuah penelitian menyatakan bahwa menyusui secara signifikan berkorelasi positif dengan pendidikan dan kecerdasan. (Richards, 2002).

Selain itu dikatakan oleh The American Academy of Pediatric

(AAP), cara pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi sangat mempengaruhi kesejahteraan fisik, sosial, dan emosional. Memberi makanan bayi dengan penuh kasih sayang dan cinta dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi (Simkin, 2008).


(27)

commit to user B.Kerangka Konsep

Keterangan:

Diteliti Tidak diteliti

Gambar II.1. Bagan Kerangka Konsep Hubungan Pemberian Susu Formula dengan Tahap Perkembangan

C.Hipotesis

Ada hubungan antara pemberian susu formula dengan tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan.

Variabel Dependen:

Tahap Perkembangan

Variabel Independen:

Pemberian Susu Formula Lingkungan

Asupan Makanan

1. Lingkungan Prenatal ·Gizi waktu ibu hamil ·Lingkungan mekanis ·Zat kimia atau toksin

3. Latihan fisik dan status kesehatan

Hormonal

Asupan Zat Gizi 2. Lingkungan Postnatal

·Budaya lingkungan ·Sosial ekonomi keluarga ·Perilaku/sikap orangtua ·Iklim dan cuaca


(28)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan

cross sectional yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan pengamatan

sesaat atau dalam suatu periode waktu tertentu dan setiap subjek studi hanya dilakukan satu kali pengamatan selama penelitian (Machfoedz, 2009).

Gambar III.1. Bagan Desain Penelitian Hubungan Pemberian Susu Formula dengan Tahap Perkembangan Bayi 0-6 Bulan

Populasi Sampel Susu Formula Pemberian Uji Square

Chi-() ASI

Susu Formula

Abnormal

Meragukan

Normal

ASI ditambah

Susu Formula

Abnormal

Meragukan

Normal

Abnormal

Meragukan


(29)

commit to user B.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSU Assalam Gemolong pada bulan Mei-juli 2011

C.Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti (Sugiyono,2009).

1. Populasi Target

Semua ibu dan bayi usia 0-6 bulan di RSU Assalam Gemolong.

2. Populasi Aktual

Semua ibu dan bayi usia 0-6 bulan di RSU Assalam Gemolong pada bulan Mei-Juli 2011.

D.Sampel dan Teknik Sampling

Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu dan bayi usia 0-6 bulan di RSU Assalam Gemolong pada bulan Mei-Juli 2011 yang memenuhi kriteria restriksi.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu pemilihan subjek berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat tertentu yang berkaitan dengan karakteristik populasi (Arief, 2008).


(30)

commit to user E.Estimasi Besar Sampel

Karena jumlah populasi kurang dari 10.000 maka besar estimasi sampel penelitian ditentukan menurut Notoatmodjo (2007), dengan rumus:

1

²

41 1 41 0,05

41 1,1025 37,19 37 Keterangan:

n : besar sampel penelitian

N : besarnya populasi

d : penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang diinginkan

Sedangkan pemilihan subjek kontrol menurut Arief (2008) dapat dilakukan dengan:

1) Memilih kontrol dari populasi yang sama dengan kasus, dalam penelitian ini subjek kontrol dapat diperoleh di RSU Assalam Gemolong

2) Secara matching yaitu setiap menemukan 1 subjek sampel penelitian dicari 1 kontrol


(31)

commit to user

3) Memilih kontrol dapat dilakukan lebih dari 1 kelompok. Dalam penelitian ini jika kontrol tidak dapat diperoleh di RSU Assalam Gemolong maka kontrol dicari didaerah asal kasus.

Dalam penelitian ini perbandingan antara subjek kasus dan kontrol adalah 1:1, jadi jumlah sampel kasus sama dengan jumlah sampel kontrol yaitu 37:37. Namun, ukuran sampel yang diperoleh dari rumus ukuran sampel apapun tetap saja bukan merupakan harga mati, boleh kurang atau boleh lebih dari perhitungan rumus sebab peneliti memiliki diskresi untuk memilih nilai elemen-elemen dalam rumus sesuai keinginannya dan adanya sejumlah kriteria lain diluar masalah statistik yang perlu dipertimbangkan antara lain etika, biaya dan waktu (Murti, 2010).

F. Kriteria Retriksi 1) Kriteria inklusi

a) Semua ibu dan bayi usia 0-6 bulan di RSU Assalam Gemolong pada bulan Mei-Juli 2011

b) Ibu yang bersedia menjadi responden 2) Kriteria eksklusi

a) Bayi yang menderita kelainan bawaan b) Ibu yang menolak untuk menjadi responden G.Definisi Operasional

1) Variabel Independen : Pemberian susu formula

Definisi :Susu formula adalah susu buatan yang komposisinya dibuat hampir sama dengan ASI.


(32)

commit to user Skala Pengukuran : Nominal polikotomik

a) Diberikan ASI eksklusif

b) Diberikan susu formula ditambah ASI c) Diberikan susu formula

2) Variabel Dependen : Tahap Perkembangan

Definisi : Tahapan bertambahnya kemampuan fungsi tubuh dari sederhana menjadi lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan.

Skala Pengukuran : Ordinal

a) Abnormal b) Meragukan c) Normal H.Cara Kerja

1) Alat Ukur

a) Variabel Independen (Pemberian Susu Formula)

Pemberian Susu Formula diukur menggunakan formulir atau disebut juga daftar pertanyaan (terstruktur). Formulir berisi pertanyaan-pertanyaan untuk memperoleh data tentang variabel yang langsung bisa diidentifikasi (Notoatmodjo, 2007). Jenis pertanyaan dalam formulir, yakni pertanyaan terbuka, disini responden diberikan kebebasan penuh untuk menjawabnya dan dapat menjawab sedetil atau serinci mungkin


(33)

commit to user

atas apa yang ditanyakan peneliti. Sehingga peneliti dapat melihat bagaimana dan mengapa jawaban responden serta alasan-alasannya. b) Variabel Dependen (Tahap Perkembangan)

Cara pengukuran tahap perkembangan dilakukan dengan observasi langsung dan wawancara. Menurut Hidayat (2007), Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Sedangkan wawancara dilakukan dengan berinteraksi atau komunikasi secara langsung antara peneliti dengan orang tua bayi. Instrumen yang digunakan adalah lembar pengamatan tes psikomotorik DDST-R (Denver Developmental Screening Test -

Revised).

Cara melakukan penilaian DDST adalah sebagai berikut:

(1) Tetapkan terlebih dahulu umur bayi dengan menggunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun. Umur kurang dari 15 hari dibulatkan keb dan sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan keatas.

(2) Kemudian garis umur ditarik vertikal pada formulir DDST yang memotong kotak-kotak tugas perkembangan pada ke-4 sektor.

(3) Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P

(pulse) dan berapa yang F (failed) selanjutnya berdasarkan pedoman,


(34)

commit to user 2) Cara Pengukuran

Pada pengukuran variable pemberian susu formula dilakukan dengan pengisian formulir oleh ibu, sedangkan variable tahap perkembangan diukur dengan cara melakukan observasi langsung pada bayi usia 0-6 bulan dengan panduan formulir DDST-R.

I. Rencana Pengolahan dan Analisis Data

1) Langkah-langkah pengolahan data adalah sebagai berikut :

a) Editing

Editing adalah meneliti kembali data untuk mengetahui apakah data itu cukup baik dan dapat segera disiapkan untuk keperluan proses berikutnya.

b) Coding

Coding adalah memindahkan data dari daftar pertanyaan ke daftar yang akan memberi informasi. Data yang diubah menjadi bentuk angka untuk mempermudah perhitungan selanjutnya.

c) Tabulasi

Tabulasi adalah mengelompokkan data kedalam suatu tabel tertentu menurut sifat-sifat yang telah dimilikinya.

(Budiarto, 2002)

d) Entry data

Memasukkan data yang telah dikumpulkan untuk diolah memakai program komputer untuk dianalisis.


(35)

commit to user 2) Analisa data

a) Analisa Univariat

Menganalisa secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi tiap variabel penelitian. Variabel yang dianalisa secara univariat pada penelitian ini adalah karakteristik responden, variabel pemberian susu formula dan variabel tahap perkembangan bayi.

b) Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diteliti yaitu pemberian susu formula dan tahap perkembangan pada bayi.

Variabel tersebut menggunakan skala nominal dan ordinal, maka analisis data yang digunakan adalah uji chi-kuadrat (X2) dengan taraf signifikansi ( 0,05) dan dk = 4. Titik kritis X2 (0,05; 4) = 9,488. Kriteria pengujian menolak Ho apabila X2 hitung > 9,488.

Untuk mengetahui keeratan hubungan tersebut maka peneliti menggunakan teknik interpretasi koefisien kontingensi dan penghitungan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16 seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel III.1 Koefisien kontingensi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat Sumber: Sugiyono, 2009


(36)

commit to user BAB IV

HASIL PENELITIAN

A.Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja RSU Assalam Gemolong yang tersebar di Kecamatan Gemolong, Plupuh, Miri, Andong, Tanon dan Sumberlawang. Subjek penelitian yaitu ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja RSU Assalam Gemolong pada bulan Mei-Juli 2011. Jumlah responden adalah 74 ibu dan bayinya. Terdiri dari subjek kasus, yaitu 37 (50%) ibu serta bayi yang mendapatkan susu formula dan bayi tidak menderita kelainan bawaan. Sedangkan subjek kontrol terdiri dari 37 (50%) ibu dan bayinya yang mendapatkan ASI secara eksklusif dengan distribusi usia bayi sebagai berikut:

Tabel IV.1 Distribusi Usia Bayi Usia Bayi

(Bulan)

Subjek Kasus Subjek Kontrol

Frekuensi % Frekuensi %

1 7 9,46 7 9,46

2 5 6,76 5 6,76

3 6 8,11 6 8,11

4 6 8,11 6 8,11

5 5 6,76 5 6,76

6 8 10,8 8 10,8

Jumlah 37 50,0 37 50,0


(37)

commit to user B.Pemberian Susu Formula

Klasifikasi data makanan bayi dari formulir pemberian susu formula adalah sebagai berikut :

Tabel IV.2 Distribusi Makanan Bayi

Makanan Bayi Frekuensi Persentase (%)

ASI 37 50

ASI ditambah susu formula 31 41,9

Susu formula 6 8,1

Jumlah 74 100,0

Sumber : Data Primer Diolah, 2011

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif sejumlah 50%, bayi yang mendapatkan ASI ditambah susu formula sejumlah 41,9% dan bayi yang hanya mendapatkan susu formula saja sejumlah 8,1%.

C.Tahap Perkembangan

Dari data hasil observasi tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan dengan tes skrining perkembangan DDST diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel IV.3 Distribusi Tahap Perkembangan

Perkembangan Frekuensi Persentase (%)

Abnormal 31 41,9

Meragukan 14 18,9

Normal 29 39,2

Jumlah 74 100,0


(38)

commit to user

Dari hasil penelitian diperoleh distribusi perkembangan meliputi perkembangan yang abnormal sejumlah 41,9%, perkembangan yang meragukan sejumlah 18,9% dan perkembangan yang normal sejumlah 39,2%.

D.Hasil Analisis

Berikut analisis hubungan antara pemberian susu formula dengan tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan:

Tabel IV.4 Distribusi frekuensi hubungan pemberian susu formula dengan tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan

Tahap Perkembangan

Total Abnormal Meragukan Normal

Pemberian Susu Formula

ASI Count 6 6 25 37

Expected Count 15.5 7.0 14.5 37.0 ASI

ditambah susu formula

Count 20 8 3 31

Expected Count

13.0 5.9 12.1 31.0

Susu formula

Count 5 0 1 6

Expected Count 2.5 1.1 2.4 6.0

Total Count 31 14 29 74

Expected Count 31.0 14.0 29.0 74.0 Sumber : Data Primer Diolah, 2011

Hasil analisis ini menunjukkan bahwa terdapat 3 cells (33,3%) yang memiliki frekuensi harapan kurang dari 5, maka sebelum dilakukan perhitungan dengan uji chi-square harus dilakukan penggabungan cells terlebih dahulu menggunakan Statistical Programs For Social Science (SPSS) for


(39)

commit to user

Tabel IV.5 Distribusi frekuensi analisis uji Chi-square

Value Df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 29.395a 4 .000

Likelihood Ratio 33.014 4 .000

Linear-by-Linear Association 23.056 1 .000

N of Valid Cases 74

Sumber : Data Primer Diolah, 2011

Dari hasil pengujian tersebut diketahui bahwa X2hitung = 29,395 lebih

besar dari X 2tabel = 9,488 dengan df = 4, maka hipotesis nihil (Ho) ditolak dan

hipotesis kerja (Ha) diterima. Jadi, ada hubungan yang signifikan antara pemberian susu formula dengan tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan di RSU Assalam Gemolong.

Derajat kekuatan hubungan diukur menggunakan koefisien kontingensi dengan hasil Chit = 0,533 dimana interval koefisien antara 0,40-0,599


(40)

commit to user BAB V PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini, peneliti mengukur hubungan pemberian susu formula dengan tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja RSU Assalam Gemolong pada 74 responden yang sesuai kriteria inklusi dengan menggunakan formulir dan tes skrining perkembangan DDST-R. Menurut Notoatmodjo (2007), Formulir yaitu kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk memperoleh data tentang variabel yang langsung bisa diidentifikasi. Sedangkan DDST adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak. DDST memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat (15-20 menit), dapat diandalkan dan menunjukkan validitas yang tinggi (Nugroho, 2009).

Pengukuran tahap perkembangan dengan DDST dilakukan dengan wawancara kepada ibu dan observasi langsung pada bayi. Subjek penelitian dilakukan pada bayi usia 0-6 bulan karena WHO, UNICEF, begitu juga para ahli kesehatan dan organisasi-organisasi kesehatan sepakat bahwa ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman yang diperlukan oleh bayi pada 6 bulan pertama kehidupan mereka. Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk membandingkan tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif dan susu formula.


(41)

commit to user A.Pemberian Susu Formula

Pada penelitian yang dilakukan Fitrisia (2002) yang mengamati tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian susu formula pada bayi umur 0-12 bulan menemukan sebanyuak 70% ibu mendapatkan informasi mengenai susu formula melalui iklan televisi maupun radio. Disamping itu promosi susu formula juga menggunakan petugas-petugas yang mengunjungi ibu dirumah maupun dirumah sakit dan membagi-bagikan contoh susu formula secara cuma-cuma kepada ibu. Bahkan petugas kesehatan dipengaruhi oleh pemberian hadiah, dan sebagainya.

Hal tersebut juga sesuai dengan kenyataan yang peneliti temukan dilapangan saat melakukan penelitian ini. Sebagian besar alasan ibu dalam memberikan susu formula kepada bayinya adalah melanjutkan jatah susu formula yang diberikan dari rumah sakit saat mereka bersalin.

Sedangkan pada penelitian Afifah (2007) yang meneliti tentang faktor yang berperan dalam kegagalan praktik pemberian ASI eksklusif menemukan salah satu faktor penguat gagalnya pemberian ASI eksklusif adalah kuatnya pengaruh ibu (nenek) dalam pengasuhan bayi secara non-ASI eksklusif. Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian ini, dimana pemberian susu formula juga dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat maupun pengalaman ibu (nenek) dimasa lalu.

Saraswati (2008) yang menganalisis hubungan sosial ekonomi keluarga


(42)

commit to user

dengan endemisitas GAKI di daerah endemis GAKI di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara juga menemukan adanya hubungan yang signifikan antara pemberian susu formula dengan faktor sosial ekonomi, dimana keluarga dengan ekonomi lemah sering membuat susu formula dengan takaran yang tidak sesuai anjuran. Takaran susu formula umumnya sudah dibuat sedemikian rupa dengan memperhatikan osmolaritas (tingkat kekentalan) yang disesuaikan dengan kemampuan fungsi pencernaan bayi. Jika standar pengenceran itu dilanggar, maka sistem pencernaan bayi tidak bisa menerima, sehingga dapat menimbulkan berbagai gangguan pencernaan. Selain itu, fungsi pencernaan bayi juga umumnya belum optimal dan mudah terganggu jika asupan yang diterima tidak sesuai dengan kemampuannya.

B.Tahap Perkembangan

Khasanah (2008) dalam penelitiannya yang mengamati tentang pengaruh lama pemberian bedong terhadap perkembangan motorik pada bayi usia 4 bulan di Desa Jenowo Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali menemukan bahwa stimulasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan. Bayi yang sering dibedong jarang mendapatkan stimulasi sehingga perkembangan pada bayi yang dibedong kurang dapat dioptimalkan.

Selain itu pada penelitian Halimah (2010) yang meneliti pengaruh stimulasi bayi terhadap perkembangan motorik kasar pada bayi usia 3-8 bulan juga menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang bermakna setelah pemberian stimulasi bayi berupa pijat bayi, senam bayi dan permainan. Untuk itu


(43)

commit to user

diharapkan kepada para ibu untuk memberikan stimulasi dan memberikan keleluasaan gerak pada bayinya dan tidak terlalu protektif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan susu formula sebesar 89,19% mengalami keterlambatan perkembangan. Sedangkan bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif sebanyak 67,57% mengalami tahap perkembangan yang normal. Hal ini juga sesuai dengan teori yang diungkapkan Hurlock (2008), bahwa penghisapan ASI dengan adanya refleks mengisap merupakan stimulan dini terhadap tumbuh kembang anak. Perkembangan kecerdasan anak dapat terganggu oleh kondisi lingkungan atau fisik yang kurang mendukung, seperti kekurangan gizi dan stimulasi dari lingkungan.

C.Hubungan Pemberian Susu Formula dengan Tahap Perkembangan

Berdasarkan hasil analisis uji Chi-Square bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pemberian susu formula dengan tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan di RSU Assalam Gemolong. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Hidayat (2009) bahwa perkembangan dipengaruhi oleh faktor lingkungan postnatal, salah satunya nutrisi.

Pada penelitian yang dilakukan Zakiyah (2010) tentang pengaruh lama pemberian ASI terhadap tingkat perkembangan motorik kasar pada anak usia 1-3 tahun dengan analisa uji regresi linier sederhana juga didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara lama pemberian ASI dan tingkat perkembangan motorik kasar. Faktor lain yang diduga berpengaruh


(44)

commit to user

terhadap perkembangan motorik kasar antara lain gizi, pola pengasuhan anak, dan lingkungan. Lama pemberian ASI berkaitan dengan faktor gizi. Sama halnya pemberian susu formula yang berkaitan dengan faktor gizi mempengaruhi tahap perkembangan.

Dan hasil Penelitian yang dilakukan oleh Kurniati (2003) pada bayi usia 6-12 bulan di Sumatra Selatan yang juga menemukan hubungan yang signifikan antara pola pemberian ASI dengan perkembangan bayi. Hal ini terlihat dari nilai probabilitas 0,025 < 0,05.

Berdasarkan hasil penelitian dan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, maka peneliti berpendapat bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemberian susu formula dengan tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan.


(45)

commit to user BAB VI

PENUTUP

A.Kesimpulan

Dari hasil penelitian hubungan antara pemberian susu formula dengan tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja RSU Assalam Gemolong, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan berdampak negatif terhadap perkembangan bayi. Dibuktikan dari hasil penelitian, diperoleh distribusi bayi yang mendapatkan susu formula dan mengalami keterlambatan perkembangan sejumlah 89,19%.

2. Tahap perkembangan yang dicapai bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja RSU Assalam Gemolong masih mengalami banyak keterlambatan, dengan distribusi perkembangan abnormal sejumlah 41,9%, perkembangan yang meragukan sejumlah 18,9% dan perkembangan yang normal sejumlah 39,2%.

3. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-square

diperoleh hasil yang membuktikan bahwa terdapat hubungan antara pemberian susu formula dengan tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan dengan nilai probabilitas hitung 0,001.


(46)

commit to user B.Saran

Dari kesimpulan hasil penelitian diatas, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi Rumah Sakit

Melakukan tindakan promotif pemberian ASI secara eksklusif yaitu dengan melakukan rawat gabung antara ibu dan bayi.

2. Bagi masyarakat

Melakukan tindakan preventif terjadinya keterlambatan perkembangan dengan meningkatkan pengetahuan tentang dampak pemberian susu formula serta penilaian tahap perkembangan anak dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti lain yang tertarik melanjutkan penelitian ini disarankan agar melibatkan faktor-faktor lain yang diduga mempengaruhi tahapan perkembangan bayi karena masih banyak faktor yang diperkirakan memiliki kontribusi tetapi belum dipelajari pada penelitian ini.


(1)

commit to user

A.Pemberian Susu Formula

Pada penelitian yang dilakukan Fitrisia (2002) yang mengamati tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian susu formula pada bayi umur 0-12 bulan menemukan sebanyuak 70% ibu mendapatkan informasi mengenai susu formula melalui iklan televisi maupun radio. Disamping itu promosi susu formula juga menggunakan petugas-petugas yang mengunjungi ibu dirumah maupun dirumah sakit dan membagi-bagikan contoh susu formula secara cuma-cuma kepada ibu. Bahkan petugas kesehatan dipengaruhi oleh pemberian hadiah, dan sebagainya.

Hal tersebut juga sesuai dengan kenyataan yang peneliti temukan dilapangan saat melakukan penelitian ini. Sebagian besar alasan ibu dalam memberikan susu formula kepada bayinya adalah melanjutkan jatah susu formula yang diberikan dari rumah sakit saat mereka bersalin.

Sedangkan pada penelitian Afifah (2007) yang meneliti tentang faktor yang berperan dalam kegagalan praktik pemberian ASI eksklusif menemukan salah satu faktor penguat gagalnya pemberian ASI eksklusif adalah kuatnya pengaruh ibu (nenek) dalam pengasuhan bayi secara non-ASI eksklusif. Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian ini, dimana pemberian susu formula juga dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat maupun pengalaman ibu (nenek) dimasa lalu.

Saraswati (2008) yang menganalisis hubungan sosial ekonomi keluarga dan intake zat gizi dengan tinggi badan anak baru masuk sekolah (TBABS)


(2)

commit to user

dengan endemisitas GAKI di daerah endemis GAKI di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara juga menemukan adanya hubungan yang signifikan antara pemberian susu formula dengan faktor sosial ekonomi, dimana keluarga dengan ekonomi lemah sering membuat susu formula dengan takaran yang tidak sesuai anjuran. Takaran susu formula umumnya sudah dibuat sedemikian rupa dengan memperhatikan osmolaritas (tingkat kekentalan) yang disesuaikan dengan kemampuan fungsi pencernaan bayi. Jika standar pengenceran itu dilanggar, maka sistem pencernaan bayi tidak bisa menerima, sehingga dapat menimbulkan berbagai gangguan pencernaan. Selain itu, fungsi pencernaan bayi juga umumnya belum optimal dan mudah terganggu jika asupan yang diterima tidak sesuai dengan kemampuannya.

B.Tahap Perkembangan

Khasanah (2008) dalam penelitiannya yang mengamati tentang pengaruh lama pemberian bedong terhadap perkembangan motorik pada bayi usia 4 bulan di Desa Jenowo Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali menemukan bahwa stimulasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan. Bayi yang sering dibedong jarang mendapatkan stimulasi sehingga perkembangan pada bayi yang dibedong kurang dapat dioptimalkan.

Selain itu pada penelitian Halimah (2010) yang meneliti pengaruh stimulasi bayi terhadap perkembangan motorik kasar pada bayi usia 3-8 bulan juga menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang bermakna setelah pemberian stimulasi bayi berupa pijat bayi, senam bayi dan permainan. Untuk itu


(3)

commit to user

diharapkan kepada para ibu untuk memberikan stimulasi dan memberikan keleluasaan gerak pada bayinya dan tidak terlalu protektif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan susu formula sebesar 89,19% mengalami keterlambatan perkembangan. Sedangkan bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif sebanyak 67,57% mengalami tahap perkembangan yang normal. Hal ini juga sesuai dengan teori yang diungkapkan Hurlock (2008), bahwa penghisapan ASI dengan adanya refleks mengisap merupakan stimulan dini terhadap tumbuh kembang anak. Perkembangan kecerdasan anak dapat terganggu oleh kondisi lingkungan atau fisik yang kurang mendukung, seperti kekurangan gizi dan stimulasi dari lingkungan.

C.Hubungan Pemberian Susu Formula dengan Tahap Perkembangan

Berdasarkan hasil analisis uji Chi-Square bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara pemberian susu formula dengan tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan di RSU Assalam Gemolong. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Hidayat (2009) bahwa perkembangan dipengaruhi oleh faktor lingkungan postnatal, salah satunya nutrisi.

Pada penelitian yang dilakukan Zakiyah (2010) tentang pengaruh lama pemberian ASI terhadap tingkat perkembangan motorik kasar pada anak usia 1-3 tahun dengan analisa uji regresi linier sederhana juga didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara lama pemberian ASI dan tingkat perkembangan motorik kasar. Faktor lain yang diduga berpengaruh


(4)

commit to user

terhadap perkembangan motorik kasar antara lain gizi, pola pengasuhan anak, dan lingkungan. Lama pemberian ASI berkaitan dengan faktor gizi. Sama halnya pemberian susu formula yang berkaitan dengan faktor gizi mempengaruhi tahap perkembangan.

Dan hasil Penelitian yang dilakukan oleh Kurniati (2003) pada bayi usia 6-12 bulan di Sumatra Selatan yang juga menemukan hubungan yang signifikan antara pola pemberian ASI dengan perkembangan bayi. Hal ini terlihat dari nilai probabilitas 0,025 < 0,05.

Berdasarkan hasil penelitian dan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, maka peneliti berpendapat bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemberian susu formula dengan tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan.


(5)

commit to user BAB VI

PENUTUP

A.Kesimpulan

Dari hasil penelitian hubungan antara pemberian susu formula dengan tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja RSU Assalam Gemolong, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan berdampak negatif

terhadap perkembangan bayi. Dibuktikan dari hasil penelitian, diperoleh distribusi bayi yang mendapatkan susu formula dan mengalami keterlambatan perkembangan sejumlah 89,19%.

2. Tahap perkembangan yang dicapai bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja

RSU Assalam Gemolong masih mengalami banyak keterlambatan, dengan distribusi perkembangan abnormal sejumlah 41,9%, perkembangan yang meragukan sejumlah 18,9% dan perkembangan yang normal sejumlah 39,2%.

3. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-square

diperoleh hasil yang membuktikan bahwa terdapat hubungan antara pemberian susu formula dengan tahap perkembangan bayi usia 0-6 bulan dengan nilai probabilitas hitung 0,001.


(6)

commit to user

B.Saran

Dari kesimpulan hasil penelitian diatas, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi Rumah Sakit

Melakukan tindakan promotif pemberian ASI secara eksklusif yaitu dengan melakukan rawat gabung antara ibu dan bayi.

2. Bagi masyarakat

Melakukan tindakan preventif terjadinya keterlambatan perkembangan dengan meningkatkan pengetahuan tentang dampak pemberian susu formula serta penilaian tahap perkembangan anak dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti lain yang tertarik melanjutkan penelitian ini disarankan agar melibatkan faktor-faktor lain yang diduga mempengaruhi tahapan perkembangan bayi karena masih banyak faktor yang diperkirakan memiliki kontribusi tetapi belum dipelajari pada penelitian ini.