17
Kewajiban Pembayaran Utang yang menyebutkan bahwa: “Permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara
sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang telah dipenuhi”.
2. Kerangka Konsepsional
Kerangka konsepsional mengungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum.
34
Konsep adalah suatu konstruksi mental, yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh suatu proses yang berjalan
dalam pikiran penelitian untuk keperluan analitis.
35
Konsep merupakan salah satu bagian penting dari sebuah teori dalam suatu penelitian. Konsepsi dapat diartikan
sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkret, yang disebut
sebagai definisi
operasional. Definisi
operasional adalah
untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua dubius dari suatu
istilah yang dipakai. Bertitik tolak dari kerangka teori sebagaimana tersebut di atas, berikut disusun
kerangka konsepsi yang dapat dijadikan sebagai definisi operasional, yaitu antara lain:
a. Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang menimbulkan hak dan kewajiban kepada kedua belah pihak dan hak serta kewajiban itu mempunyai
34
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001, hal. 7.
35
Satjipto Raharjo, Konsep Ilmu Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996, hal.397.
Universitas Sumatera Utara
18
hubungan satu dengan lainnya. Yang dimaksud dengan mempunyai hubungan antara yang satu dengan yang lain adalah bahwa bilamana dalam perikatan
yang muncul dari perjanjian tersebut, yang satu mempunyai hak, maka pihak yang lain berkedudukan sebagai pihak yang memikul kewajiban.
36
b. Prinsip exceptio non adimpleti contractus adalah tangkisan yang menyatakan bahwa debitor tidak melaksanakan perjanjian sebagaimana mestinya justru
karena kreditor sendiri tidak melaksanakan perjanjian itu sebagaimana mestinya.
37
c. Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitor pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah pengawasan
hakim pengawas sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. d. Wanprestasi adalah pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya
atau dilakukan tidak menurut selayaknya.
38
e. Kreditor adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau undang-undang yang dapat ditagih di muka pengadilan. Berdasarkan
ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
f. Debitor adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang- undang yang pelunasannya dapat ditagih di muka pengadilan. Berdasarkan
36
J. Satrio, Op.cit, hal. 43.
37
H. Riduan Syahrani, Loc.cit.
38
M. Yahya Harahap, Op.cit, hal. 60.
Universitas Sumatera Utara
19
ketentuan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
g. Debitor Pailit adalah debitor yang sudah dinyatakan pailit dengan putusan pangadilan. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor
37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
h. Pihak Pemohon Pailit adalah pihak yang mengajukan dan memohon kepada Pengadilan Niaga yang berwenang agar debitor dinyatakan pailit dengan
segala akibat hukumnya, kemudian ditunjuk kurator dan hakim pengawas terhadap harta kekayaan debitor pailit.
39
i. Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara
langsung maupun yang akan timbul di kemudian hari atau kontigen, yang timbul karena perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh
debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada kreditor untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan debitor. Berdasarkan ketentuan Pasal 1
angka 3 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
G. Metode Penelitian
Menurut Sunaryati Hartono, metode penelitian adalah cara atau jalan atau proses pemeriksaan atau penyelidikan yang menggunakan cara penalaran dan teori-
teori yang logis-analitis logika, berdasarkan dalil-dalil, rumus-rumus dan teori-teori
39
Lilik Mulyadi, Perkara Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU Teori dan Praktik
, Bandung: PT Alumni, 2010, hal. 127.
Universitas Sumatera Utara
20
suatu ilmu atau beberapa cabang ilmu tertentu, untuk menguji kebenaran atau mengadakan verifikasi suatu hipotesis atau teori tentang gejala-gejala atau peristiwa
alamiah, peristiwa sosial atau peristiwa hukum tertentu.
40
Metode penelitian hukum merupakan suatu cara yang teratur sistematis dalam melakukan sebuah penelitian.
41
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu
atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya, kecuali itu, juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk
kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan.
42
Penelitian hukum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penelitian hukum normatif doctrinal yang condong bersifat kualitatif dan penelitian hukum empiris
atau sosiologis non doctrinal yang condong bersifat kuantitatif.
43
Adapun metode penelitian yang dipergunakan dalam menjawab permasalahan yang timbul dalam tesis
ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis dan sifat Penelitian