Hak dan Kewajiban serta Tanggung Jawab Pelaku Usaha

26 Sebelum diundangkannya UUPK di Indonesia, ada beberapa peraturan yang dapat dijadikan dasar bagi penegakan hukum perlindungan konsumen Peraturan- peraturan tersebut adalah : a. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1961 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1961 tentang Barang menjadi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1966 tentang Hygiene b. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Metrologi Legal. c. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian. d. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang ketenagalistrikan. e. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan Industri. f. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1922 tentang Kesehatan. g. Undang-Undng Nomor 7 Tahun 1984 tentang Agreement Establishing the World Trade Organization Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia. h. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil. i. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1966 tentang Pangan. j. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. k. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Hak Paten. l. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran. m. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. n. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1988 tentang perbankan. o. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan. p. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1977 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. q. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan.

2.2 Hak dan Kewajiban serta Tanggung Jawab Pelaku Usaha

Dalam Pasal 1 angka 3 UUPK menyebutkan bahwa setiap orang perorangan atau badan usaha, yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. 27 Seperti halnya konsumen pelaku usaha juga memiliki hak dan kewajiban hak pelaku usaha diatur dalam Pasal 6 UUPK : a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan atau jasa yang diperdagangkan. b. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik. c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen. d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan atau jasa yang diperdagangkan. e. Hak-Hak yang diatur di dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. Hak pelaku usaha untuk menerima pembayaran sesuai kondisi dan nilai tukar barang dan jasa yang diperdagangkan, menunjukan bahwa pelaku usaha tidak dapat menuntut lebih banyak jika kondisi barang dan jasa yang diberikannya kepada konsumen tidak atau kurang memadai menurut harga yang berlaku pada umumnya atas barang dan jasa yang sama. Menyangkut hak pelaku usaha yang tersebut pada huruf b, c, dan d, sesungguhnya dengan pihak aparat pemerintah dan atau BPSK pengadilan dalam tugasnya melakukan penyeleseain sengketa. Melalui hak-hak tersebut diharapkan perlindungan konsumen secara berlebihan hingga mengabaikan kepentingan pelaku usaha dapat dihindari. Satu-satunya yang berhubungan dengan kewajiban atas hak-hak pelaku usaha yang disebutkan pada huruf b, c, dan d tersebut adalah kewajiban konsumen mengikuti upaya penyelesaian sengketa sebagaimana diuraikan sebelumnya. 25 Sedangkan kewajiban pelaku usaha menurut Pasal 7 UUPK adalah : a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya. b. Memberikan informasi yang benar, jelas, jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan. 25 Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, op.cit, hlm. 50. 28 c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif. d. Menjamin mutu barang danatau jasa yang diproduksi danatau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang danjasa yang berlaku. e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan atau mencoba barang dan atau jasa tertentu serta memberi jaminan danatau garansi yang dibuat danatau diperdagangkan. f. Memberi kompensasi, ganti rugi, dan atau penggantian bila barang danatau jasa yang diterima atau dimanfaatkan konsumen tidak sesuai dengan perjanjian. Jika diperhatikan dengan seksama hubungan hak dan kewajiban pelaku usaha bertimbal balik dengan hak dan kewajiban konsumen. Hak bagi konsumen adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha dan kewajiban konsumen adalah merupakan hak yang akan diterima pelaku usaha hakekatnya hukum perlindungan konsumen dibentuk untuk memenuhi atau memberikan kepastian hukum di dalam meningkatkan dan menciptakan sistem perlindungan konsumen terhindar dari perilaku pelaku usaha yang berbuat curang, kenyataannya terdapat banyak masalah yang kompleks dalam hal perlindungan hukum terhadap konsumen. Mengenai tanggung jawab pelaku usaha dikenal dengan 2 prinsip yang diakomodasikan yaitu tanggung jawab produk Product Libiality dan tanggung jawab professionalProfesional Libiality. Tanggung jawab produk atau Product Libiality adalah suatu tanggung jawab secara hukum dari orang atau badan yang menghasilkan suatu produk producer, manufacture atau dari orang atau badan yang bergerak dalam suatu proses untuk menghasilkan suatu produk processor, assembler atau dari orang atau badan yang menjual atau mendistribusikan seller,distributor produk tersebut. Bahkan dilihat dari konvensi tentang product libiality diperluas terhadap orangbadan yang terlibat dalam rangkaian komersial tentang 29 persiapan atau penyebaran dari produk, termasuk para pengusaha bengkel dan pergudangan. 26 “Tanggung jawab produk ini berkaitan dengan produk barang sedangkan tanggung jawab professional berhubungan dengan suatu tindakan menyalahi tanggung jawab professional maka perlu adanya ukuran yang jelas. Indikator tidak ditetapkan oleh Undang-undang namun oleh asosiasi profesi yang berupa norma- norma berupa kode etik profesi”. 27 Mengenai tanggung jawab pelaku usaha diatur di dalam bab VI yaitu Pasal19 hingga Pasal 28 UUPK. Ketentuan tentang tanggung jawab produk menganut asas product libiality yang intinya pelaku usaha bertanggung jawab atas kerusakan, kecacatan, penjelasan, ketidaknyamanan dan penderitaan yang dialami oleh konsumen karena pemakaian atau mengkonsumsi barang danjasa yang dihasilkannya. Tanggung jawab produk product libiality menganut prinsip tanggung jawab mutlak strict libiality adalah prinsip tanggung jawab yang menetapkan kesalahan tidak sebagai faktor yang menentukan. Kecuali memungkinkan untuk dibebaskan karena adanya force majeur. Product Libiality mengandung prinsip Strict Libiality karena : 26 Celina Tri Siwi, op.cit, hlm.101 27 kuliahade, 2009, “Hukum Perlindungan Konsumen”, URL: https:kuliahade.wordpress.comcategoryhukum-perlindungan-konsumen diakses pada tanggal 22 Febuari 2016. 30 1. Diantara korban atau konsumen disatu pihak dan produsen di lain pihak beban kerugain resiko seharusnya ditanggung oleh pihak yang memproduksi atau mengeluarkan produk di pasaran. 2. Dengan menerapkan atau mengedarkan barang-barang di pasaran, berarti produsen menjamin bahwa barang – barang tersebut aman dan pantas untuk dipergunakan, dan bilamana terbukti tidak demikian maka produsen harus bertanggung jawab. 3. Sebenarnya tanpa menerapkan prinsip tanggung jawab mutlak produsen yang melakukan kesalahan dapat dituntut melalui proses tuntutan beruntun yaitu, konsumen kepada pedagang eceran, pedagang eceran kepada pedagang grosir, grosir kepada distributor, distributor kepada agen, dan agen kepada produsen. Penerapan Strict Libiality dimaksudkan untuk menghilangkan proses yang cukup panjang ini. 28 2.3 Hak dan Kewajiban Konsumen Istilah perlindungan konsumen berkaitan dengan perlindungan hukum, oleh karena itu perlindungan konsumen mengandung aspek hukum. Adapun materi yang mendapatkan perlindungan itu bukan sekedar fisik, melainkan terlebih hak-haknya yang bersifat abstrak. “Secara umum dikenal ada 4 hak dasar konsumen yaitu, Hak untuk mendapatkan keamanan the right to safety, Hak untuk mendapatkan informasi the right to be informed, Hak untuk memilih the right to choose, Hak untuk di dengar the right to be heard ”. 29 Empat hak dasar ini diakui secara internasional. Perkembangannya, organisasi- organisasi konsumen yang tergabung dalam The International Organization of Consumer Union IOCU menambahkan lagi beberapa hak, seperti hak mendapatkan pendidikan konsumen, hak mendapatkan ganti kerugian, dan hak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. 28 M. Yahya Harahap, 1997, Beberapa Tinjauan Tentang Permasalahan Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 22. 29 Shidarta, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen , Grasindo, Jakarta, hlm. 16. 31 Langkah untuk meningkatkan martabat dan kesadaran konsumen harus diawali dengan upaya untuk memahami hak-hak konsumen yang dapat dijadikan sebagai landasan perjuangan untuk mewujudkan hak-hak tersebut. Hak-hak konsumen sebagaimana tertuang dalam pasal 4 UUPK adalah : a. Hak atas kenyamanan dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan atau jasa. b. Hak untuk memilih barang dan jasa serta mendapatkan barang dan atau jasa tersebut dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan. c. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi jaminan barang dan atau jasa. d. Hak untuk di dengar pendapat dan keluhannya atas barang dan atau jasa yang digunakan. e. Hak untuk mendapatkan advokasi perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut. f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen. g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif h. Hak untuk mendapatkan kompensasi ganti rugi atau penggantian, apabila barang dan jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya. i. Hak – hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. Kewajiban konsumen menurut Pasal 5 UUPK yaitu : a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan atau jasa demi keamanan dan keselamatan. b. Bertikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan jasa. c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati. d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.

2.4 Pengertian dan Unsur–unsur Cacat Tersembunyi