Penentuan Kualitas Karet Remah Standard Indonesian Rubber

Dengan pengolahn karet remah diperoleh beberapa keuntungan yaitu proses pengolahannya lebih cepat, produk lebih bersih dan lebih seragam dan penyajiannya lebih menarik. Karet spesifikasi teknis adalah jenis produk karet : a. Yang diperdagangkan dengan spesifikasi mutu teknis dengan bermacam-macam karakteristik antara lain : SIR 5 CV, SIR 5 LV, SIR 5 L, SIR 5, SIR 10, SIR 20 dan SIR 50. b. Yang diperdagangkan dengan bentuk bongkah berukuran 28 x 14 x 6,5 inci 3 atau 70 cm x 35 x 16,25 cm dengan bobot 33,3 kg, 34 kg, dan 35 kg per bongkah, terbungkus rapi dengan plastik polietin setebal 0,03 mm dengan titik pelunakan 108 o C, berat jenis specific gravity 0,92 dan bebas dari macam-macam pelapis coating. Berbagai bahan olahan karet dapat diolah menjadi karet remah. Dalam pengolahan karet remah digolongkan dua macam bahan baku, yaitu lateks kebun dan lump serta gumpalan mutu rendah. Proses pengolahan karet remah dapat dilaksanakan dengan bermacam-macam processing. Setyamidjaja, D., 1993

2.4.3.1. Penentuan Kualitas Karet Remah

Tiap jenis kualitas karet remah mempunyai standar tertentu. Klasifikasi kualitas dilaksanakan menurut cara-cara baru dengan penggolongan berdasarkan ciri-ciri teknis. Yang menjadi dasar spesifikasi teknis adalah kadar beberapa zat dan unsur-unsur tertentu yang terdapat dalam karet yang berpengaruh terhadap sifat akhir produk yang dibuat dari karet. Universitas Sumatera Utara Unsur-unsur dalam penetapan kualitas secara spesifikasi teknis adalah : 1. Kadar kotoran dirt content Kadar kotoran menjadi dasar pokok dan kriterium terpenting dalam spesifikasi, karena kadar kotoran sangat besar pengaruhnya terhadap ketahanan retak dan kelenturan barang-barang dari karet. 2. Kadar abu ash content Penentuan kadar abu dimaksudkan untuk melindungi konsumen terhadap penambahan bahan-bahan pengisi kedalam karet pada waktu pengolahan. 3. Kadar zat menguap volatile content Penentuan kadar zat menguap ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa karet yang disajikan cukup kering. Selain penentuan ketiga bahan tersebut di atas, masih dianalisis juga kadar tembaga, mangan, dan nitrogen. Pada akhirnya hasil spesifikasi teknis disimpulkan dalam suatu standar yaitu Standar Indonesia Rubber SIR. Hofmann, W., 1989

2.4.3.2. Standard Indonesian Rubber

Standard Indonesian Rubber SIR adalah produk karet alam yang baik processing ataupun penentuan kualitasnya, dilakukan secara spesifikasi teknis. Ketentuan-ketentuan tentang SIR mulanya Universitas Sumatera Utara didasarkan pada Surat Keputusan Menteri Perdagangan No. 147KepV1969 yang isinya berupa ketentuan-ketentuan yang menyangkut SIR yang kriterianya tercantum pada tabel. Tabel 2.3. Standar Spesifikasi SIR Spesifikasi SIR 5 SIR 20 SIR 35 SIR 50 Kadar Kotoran 0,05 0,20 0,35 0,50 Kadar Abu 0,50 0,75 1,00 1,25 Kadar Zat Menguap 1,00 1,00 1,00 1,00 Untuk tiap golongan SIR tersebut harus ditentukan nilai Plastisity Retention Index PRI-nya dan digolongkan dengan menggunakan symbol huruf H, M, dan S. H menunjukkan nilai PRI-nya sebesar 80; M untuk nilai PRI-nya antara 60- 79; dan S untuk nilai PRI-nya antara 30- 59. Karet remah dengan nilai PRI kurang dari 30 tidak boleh dimasukkan kedalam anggota golongan SIR. PRI adalah ukuran terhadap tahan usangnya karet dan juga sebagai penunjuk mudah tidaknya karet tersebut dilunakkan dalam gilingan pelunak. Makin tinggi nilai PRI makin tinggi pula kualitas karet tersebut. Untuk menentukan nilai PRI digunakan alat yang disebut Wallace Plasatemeter. Mubyarto, dan Awan Setya Dewanta., 1991 Dengan perkembangnya penelitian dewasa ini sebagai dasar penetuan SIR dipakai Surat Keputusan Menteri Perdagangan tahun 1972. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.4. Spesifikasi karet SIR yang diubah revised sesuai SK Menperdeg No. 230KpX1972 Spesifikasi Standar Indonesia Rubber SIR 5 CV 5 LV 5 L 5 10 20 50 Kadar Kotoran ,maks. 0,05 0,05 0,05 0,05 0,10 0,20 0,50 Kadar abu ,Maks. 0,05 0,50 0,50 0,50 0,75 1,00 1,50 Kadar zat menguap ,maks. 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 PRI min. - - 60 60 50 40 30 Po min. - - 30 30 30 30 30 Indeks warnaLovibond, maks. - - 6 - - - - ASH-T maks. 8 8 - - - - - Sari aseton - 6 – 8 - - - - - Warna kode Hijau Hijau Hijau Hijau Coklat Merah Kuning Dengan demikian hingga saat ini, semua karet remah SIR yang diekspor harus memiliki persyaratan mutu seperti yang ditetapkan dalam surat keputusan Menpardag tersebut. Untuk mengamankan kualitas SIR, suatu produk SIR harus mendapat pengawasan 4 macam laboratorium, yaitu laboratorium standard, laboratorium control, laboratorium komersial, dan laboratorium pabrik. Semua sarana penentu kualitas ini dimaksudkan agar SIR dapat bersaing dengan produk karet bongkah yang berasal dari Negara produsen karet bongkah selain Indonesia yang memiliki standar sendir- Universitas Sumatera Utara sendiri, seperti Standard Malaysian Rubber SMR dari Malaysia, Standard Singapore Rubber SSR dari Singapura, dan sebagainya. Stevens., 2001

2.5. Karet Alam Siklik

Teknologi siklisasi karet alam yang pertama kali ditemukan adalah siklisasi karet alam padat, diikuti siklisasi pada larutan karet yang terakhir pada lateks pekat. Siklisasi karet padat merupakan metode pembuatan karet alam siklik, metode siklisasi larutan karet berkembang hingga tahap komersil, karena mampu menghasilkan produk yang tinggi dan mudah larut dalam pelarut karet.

2.5.1. Siklisasi Karet Alam Padat

Siklisasi karet alam padat dilakukan dengan mencampurkan karet alam padat dengan 10 bagian katalis asam pada gilingan rol ganda atau pada mesin pencampur, kemudian dipanaskan pada suhu 125 - 145ºC selama 1 – 4 jam. Jika katalis asam digunakan dalam bentuk cair, maka sebelum ditambahkan pada karet terlebih dahulu dicampur dengan bahan inert. Universitas Sumatera Utara