Tasawuf Klasik dan Tasawuf Modern

Ada tokoh yang kritis terhadap kesenjangan ekonomi yang terjadi di lingkungannya. Sikap dan prilaku kritis itu berupa sikapnya yang penuh perhatian dan merelakan yang dimilikinya untuk kepentingan para miskin. Ada tokoh yang bersikap menyerahkan segala masalah yang ada secara total kepada Tuhan tetapi ada juga yang menyerahkannya kepada Tuhan setelah melakukan usaha. Bahkan ada juga tokoh yang bersikap menentang kehendak Tuhan itu. Dengan demikian, dalam kumpulan cerpen Gergasi karya Danarto ini dijumpai juga sikap yang ambivalen. Berdasarkan uraian mengenai prikalu dan sikap sufistik tokoh dalam kumpulan cerpen karya Danarto ini, dapat disimpulkan tentang sikap implied author terhadap tasawuf itu. Dalam hal ini, implied author melandasinya dengan pandangan tasawuf, baik tasawuf klasik maupun tasawuf modrn. Oleh sebab itu, berikut ini akan dikemukakan kedua jenis tasawuf itu.

3.2 Tasawuf Klasik dan Tasawuf Modern

Aktifitas tasawuf dari satu masa ke masa yang lain sering memperlihatkan perbedaan. Bahkan antara sufi yang satu dengan sufi yang lain dalam satu masa pun kadang-kadang memperlihatkan adanya perbedaan itu. Hal ini dipandang biasa seperti dikemukakan Imam Junaid sebagaimana dikutip Siraj 2000:46 bahwa seorang sufi itu ibarat air. Ia tidak mempunyai warna tertentu sehigga warnya tergantung pada tempatnya. Bila air itu ditempatkan dalam bejana merah, ia akan tampak merah, dan bila ia berada di dalam bejana hijau ia pun akan tampak hijau pula. Ia akan selalu menyesuaikan diri pada zamannya. Akhir-akhir ini sering disebut ada tasawuf modern yang dipertentangkan dengan tasawuf klasik. Tasawuf klasik lebih banyak menekankan dimensi theo filosofis, membicarakan masalah ketuhanan dan menyatu dengan-Nya. Tasawuf jenis ini jarang sekali membicarakan bagaimana membina moral umat. Para sufi cenderung menarik diri dari kramaian dunia dan menjauhi kekuasaan. Oleh sebab itu, tasawuf klasik ini sering diidentikkan dengan pelarian dari dunia kasat mata ke dunia spiritual. Para sufi menjadi individu yang egois, lari dari dunia yang penuh kebengisan dan kezaliman Syukur,1997:108-110. Sikap para sufi seperti ini merupakan sikap protes mereka terhadap kenyataan sejarah pada masanya berupa ketidakpuasan terhadap praktik Islam yang cenderung formalisme dan legalisme, serta munculnya ketimpangan politik, moral, dan ekonomi di kalangan umat Islam, khusunya di kalangan penguasa. Protes yang dilakukan para sufi ini dapat juga dikatakan sebagai tanggung jawab sosial Syukur,1997:111. Beberapa sufi yang dapat dikatakan dari kelompok tasawuf klasik ini antara lain adalah Ibrahim bin Adham, Rabiah al-adawiyah, Hasan al-Basri, Abu Zar al-Gifari, Abdul Qodir Jailani, dan Ibn Atailah Syukur, 1997:105 —111. Istilah tasawuf modrn di Indonesia digunankan oleh Hamka untuk judul bukunya yang membicarakan masalah tasawuf, yaitu Taswuf Modern 1987. Tasawuf modern ini sering juga disebut dengan noe-sufisme Syukur, 1997:139. Ada juga yang menyebutnya dengan tasawuf positif Madjid,1998:1 dan ada juga yang menyebutnya sebagai akhlak atau etika Islam Rahman, 1987:167. Al-Jauziyah dalam bukunya Madarijus Salikin: Pendakian Menuju Allah 2000, menyebutnya sebagai penjabaran konkrit iyyaka na’budu wa iyyaka nastain hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan, yang merupakan ayat kelima surat al-Fatihah. Tasawuf modern merupakan tasawuf yang terintergaerasi di dalam kehidupan sehingga tidak eksklusif. Tasawuf modern ini mengambil rujukannya dari Quran dan hadis Nabi Muhammad Saw., serta kehidupan Nabi Muhammad Saw. itu sendiri. Al-Quran tidak melarang umatnya menikmati dunia, Quran membolehkan memakai perhiasan yang baik, dan memakan makanan bergizi. Yang dilarang adalah yang berlebih-lebihan surat al- A’raf:31. Semua kesenangan ini memang disediakan bagi umat yang beriman di akhirat kelak surat al- A’raf:32. Quran juga mengajarkan umat agar menjalani kehidupan di dunia ini secara wajar dan proporsional, jangan sampai mengejar dunia tetapi melupakan akhirat, atau sebaliknya mengejar akhirat dengan mengabaikan kehidupan di dunia ini, dan jangan sampai melupakan Allah Swt. surat al- Munafiqun:9; Quran memang melarang umat jangan sampai tergantung kepada materi sehingga menjadikan mereka amat bersedih jika hartanya lepas dari tangannya dan amat bergembira terhadap harta yang diperolehnya surat al-Hadid:23. Di dalam kehidupan, manusia diperintahkan untuk bekerja keras sebagai bekal di dunia ini surat al- Jumu’ah:10 dan hasilnya diperuntukkan bagi kehidupan akhirat, tanpa melupakan porsinya di dunia ini surat al-Qashash:77. Harta yang lebih diinfakkan ke jalan Allah, kedudukan yang diraih dipakai sebagai sarana pengabdian kepada Allah. Harta tidak saja dipandang sebagai aset ekonomi tetapi difungsikan sebagai aset sosial dan aset Ilahiyah. Dengan demikian, akan tercipta keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat. Menurut al-Quran kedudukan manusia di muka buni ini adalah sebagai hamba Allah surat az-Zariyat:56 dan sebagai khalifah-Nya surat al-Baqarah:30 dan surat Shad:26. Sebagai hamba Allah, manusai wajib beribadah kepada-Nya dalam arti seluas- luasnya. Dalam arti sempit, manusia harus melaksanakan ibadah seseuai dengan aturan agama yang telah ditetapkan. Dalam arti luas, manusia diwajibkan melakukan amal saleh dengan niat yang iklas hanya untuk mengharap rida-Nya. Seorang khlaifah yang bertugas di bumi seharusnya memiliki kualifikasi tertentu dalam mengemban tugas mulia itu. Kualifikasi yang dimaksud antara lain adalah 1 memiliki kemampuan intelektual, 2 memiliki kreativitas tinggi, 3 memiliki kemampuan melakuakan pengembangan diri dan berkmunikasi, 4 memiliki kemampuan teknis, dan 5 memiliki kesanggupan meneladani Tuhan Syukur,1997:172-175. Nabi Muhammad Saw. dalam menjalani kehidupannya memperlihatkan perilaku sufi yang ideal. Jalan sufi yang dibangunnya bukanlah jalan berbalik untuk membangun mahligai di langit, tetapi jalan turun dari kesadaran langit untuk memenangkan perjuangan di bumi Syukur, 1997:143. Kehidupan Nabi Muhammad Saw. beserta para sahabatnya merupakan pengejawantahan Quran. Meraka aktif menggeluti kehidupan dunia dalam rangka menuju kehidupan akhirat. Mereka tidak mengisolasi diri dan tidak eksklusif terhadap dunia. Nabi Muhammad juga terkenal hidup sederhana, bahkan cenderung miskin, tetapi kedermawanannya luar biasa. Ibadahnya kepad Allah juga amat kuat, walaupun ia dijamin Allah masuk surga. Beliau tidak memisahkan kehidupan dunia dan akhirat, bahkan bagi beliau “dunia ini merupakan ladang akhirat “. Intergritas kehidupan Nabi Muhammad Saw. dan para sahabatnya ini dapat dilihat dari aktivitas mereka di dunia. Di samping sebagai kepala rumah tangga, beliau juga aktif dalam lapangan sosial, politik ekonomi, perang, dan sebagainya. Akhlak beliau pun teladan bagi semua umatnya Syukur,1997:17-30. Dari segi akhalak, Nabi Muahammad Saw. sendiri dalam salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dalam Idrus, 1996:11 mengatakan, “Saya diutus adalah untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak yang mulia”. Itulah sebabnya, Nurbakhsh dalam jurnal Sufi 1993:4 mengemukakan bahwa ajaran utama dalam tasawuf ada dua hal. Pertama, merupakan pesan sosial etika mengajarajan agar para sufi menjadi manusia mulia, berprikemanusiaan, menyayangi, dan melayani sesama makhluk. Kedua, merupakan pesan psikologis dan berhubungan dengan batin, yang mengajarkan para sufi untu meyakini, mencari, dan memandang Tuhan sebagai realitas Mutlak. Pesan ini memfokuskan pada ajaran kesatuan dalam semua ciptaan atau makhluk.

3.3 Pandangan Implied Author tentang Tasawuf