Itulah sebabnya, Nurbakhsh dalam jurnal
Sufi
1993:4 mengemukakan bahwa ajaran utama dalam tasawuf ada dua hal. Pertama, merupakan pesan sosial etika
mengajarajan agar para sufi menjadi manusia mulia, berprikemanusiaan, menyayangi, dan melayani sesama makhluk. Kedua, merupakan pesan psikologis dan berhubungan
dengan batin, yang mengajarkan para sufi untu meyakini, mencari, dan memandang Tuhan sebagai realitas Mutlak. Pesan ini memfokuskan pada ajaran kesatuan dalam
semua ciptaan atau makhluk.
3.3 Pandangan Implied Author tentang Tasawuf
Pandangan tasawuf dipakai
implied author
untuk menyoroti masalah sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, dan keagamaan. Secara eksplisit, dijumpai sejumlah nama
tokoh spiritual, yaitu Rabiah al-Adawiyah, Nabi Musa, Maryam, Ibrahim bin Adham, para pemuda gua Ashabul Kahfi, dan Khidr. Tokoh sufi wanita Rabiah al-Adawiyah
dalam teks cerpen dijadikan sebagai referen untuk tokoh seorang istri yang amat bijaksana dalam mengurus rumah tangganya, dan memiliki cinta yang tulus kepada
suaminya sehingga di dadanya tidak ada sedebu kebencian pun kepada suaminya yang melakukan perselingkuhan dengan wanita lain. Dengan demikian, ia dapat menjaga
keharmonisan rumah tangganya dengan sikap dan perilakunya itu. Tokoh Nabi Musa dalam teks cerpen dijadikan referen secara tidak langsung
untuk tokoh laki-laki pembawa berita yang memiliki sifat patuh kepada Allah, rela menerima keputusan yang ditetapkan Allah, dapat berkomunikasi secara langsung dengan
Tuhan, serta dapat berkomunikasi dengan makhluk lain. Sifatnya yang seperti itu mengakibatkan Allah pun meridainya.
Tokoh Maryam dalam teks cerpen dijadikan sebagai referen untuk tokoh Nari, yang suci dan mengalami kehamilam tanpa disentuh laki-laki. Ia mengasingkan diri
bersama kehamilannya hingga anaknya lahir. Bahkan, ia membesarkan dan mendidik anaknya sendiri dalam pengasingannya itu.
Tokoh spiritual Ibrahim bin Adham, dijadikan sebagai referen untuk tokoh pangeran yang memiliki sifat-sifat penuh kasih sayang dalam memimpin kerajaannya,
sehingga ia amat dicintai, bukan saja oleh rakyatnya tetapi juga oleh rakyat negara
tetangganya. Akhirnya, tokoh ini meninggalkan istana dan jabatannya itu untuk mencari rida Allah.
Tokoh para pemuda dalam gua dijadikan sebagai referen untuk tokoh saya yang mengalami perjalanan spiritual yang lama, sehingga ketika ia kembali ke dunia faktual,
segala sesuatu yang ada telah berubah menjadi serba modern. Tokoh spiritual Khidr dijadikan sebagai referen untuk tokoh ibu yang memiliki
sifat rela, sabar, dan berdedikasi tinggi dalam pekerjaan. Ia melakukan tindakan yang dipandang mencelakai orang lain sehingga ia dihukum. Padahal, ia melakukan hal itu
dilandasi ilmu
laduni
yang dimikinya. Pandangan tasawauf