D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah ini bertujuan untuk memperjelas permasalahan yang akan diteliti, maka untuk itu perlu dirumuskan masalah-masalah
penelitian. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat ketersediaan sarana belajar dan peralatan praktik
berdasarkan standar Badan Standar Nasional Pendidikan? 2. Bagaimana manajemen penggunaan sarana dan peralatan praktik yang
tersedia untuk siswa? 3. Apa hambatan penggunaan sarana dan peralatan praktik saat kegiatan
praktik siswa?
E. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui gambaran nyata jumlah dan jenis sarana belajar dan
peralatan praktik yang ada pada dalam memenuhi kebutuhan kompetensi Las Busur dengan standar yang diterapkan BSNP.
2. Untuk mengetahui model perencanaan dan manajerial serta proses pembelajaran praktik siswa dengan perhitungan jumlah siswa, jumlah mata
ajar, dan jumlah sarana dan peralatan praktik yang tersedia. 3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan saat pelaksanaan praktik siswa
dalam penggunaan sarana dan peralatan praktik.
F. Kegunaan Penelitian
1. Memberikan informasi ilmiah tentang tingkat kesiapanketersediaan sarana belajar yang ada dengan standar di Jurusan Teknik Pengelasan SMK Negeri
1 Sedayu Bantul, Yogyakarta dengan standar yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan?
2. Dapat digunakan sebagai kajian pembanding dalam pelaksanaan penelitian yang relevan di masa yang akan datang.
3. Sebagai bahan masukan pada pihak guru, sekolah, dan instansi terkait tentang pentingnya sarana belajar yang memadai, efektif, dan efisien dalam
menunjang kegiatan belajar mengajar.
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Tentang Ketersediaan Sarana Belajar a. Konsep Dasar Relevansi Sarana Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, 2005, ketersediaan diartikan sebagai, 1 kesiapan suatu sarana tenaga, barang,
modal, anggaran untuk dapat digunakan atau dioperasikan dalam waktu yang telah ditentukan; 2 keadaan tersedia; hal tersedia. Sesuatu yang
memiliki kaitan dengan kesiapan dalam perencanaan atau sebelum pelaksanaan kegiatan. Makna ketersediaan dalam penelitian ini merujuk
pada tingkat ketersediaan dan kesiapan sarana dan peralatan praktik yang digunakan di Jurusan Teknik Pengelasan, SMK Negeri 1 Sedayu dengan
standar yang telah dikeluarkan oleh BSNP. Sedangkan mengenai sarana belajar, Badan Standar Nasional
Pendidikan mendefinisikannya
sebagai perlengkapan
dalam pembelajaran yang dapat dipindah-pindah atau bersifat tetap. Sarana
meliputi perabot, peralatan, dan media pendidikan. Perabot adalah sarana pengisi ruang, seperti: meja kerja, kursi kerja, lemari penyimpan alat dan
bahan. Peralatan adalah sarana yang digunakan secara langsung untuk pembelajaran, seperti: alat praktikum.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka makna yang dimaksud sarana belajar dalam penelitian ini adalah semua bentuk peralatan dan
bahan praktikum yang digunakan dalam menunjang proses pembelajaran siswa di Jurusan Teknik Pengelasan pada semester ganjil tahun ajaran
20112012. b. Standar Sarana Belajar Sekolah Menengah Kejuruan SMK
Dalam PP Menteri Nomor 40 tahun 2008, standar sarana dan prasarana untuk SMKMAK, mencakup kriteria minimum sarana dan
kriteria minimum prasarana. Kriteria minimum sarana meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku, dan sumber belajar
lainnya, teknologi informasi dan komunikasi, serta perlengkapan lain yang wajib dimiliki oleh setiap SMK. Sedangkan kriteria minimum
prasarana meliputi lahan, bangunan, ruang, dan instalasi daya, serta jasa yang wajib dimiliki oleh setiap SMK.
Sedangkan menurut Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP —
yang merupakan lembaga mandiri, profesional, dan independen yang memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi pelaksanaan standar nasional
pendidikan dan memberikan panduan yang detail standar sarana pembelajaran dalam semua jenjang pendidikan. Adapun standar sarana
belajar untuk SMK program keahlian Teknik Las: 1 Ruang praktik Program Keahlian Teknik Las berfungsi sebagai
tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran: pekerjaan logam
dasar dan kerja pelat, pemotongan dan pengelasan dengan pembakar las oksi-asetilin, pengelasan dengan busur las.
2 Luas minimum ruang praktik Program Keahlian Las adalah 256 m
2
untuk menampung 32 peserta didik, yang meliputi: area kerja bangku 64 m
2
, area kerja las oksi-asetilin 96 m
2
, area kerja las busur listrik 48 m
2
, ruang penyimpanan dan instruktur 48 m
2
. 3 Ruang praktik Program Keahlian Las dilengkapi prasarana
sebagaimana tercantum pada Tabel 2. Untuk standar Las Busur Manual dalam Tabel 3. Sedangkan untuk standar praktik Kerja
Bangku dapat dilihat dalam Tabel 4. Standar sarana pada Area Kerja Las Oksi-asetilin pada Tabel 5. Terakhir adalah standar sarana pada
ruang penyimpanan dan instruktur dalam Tabel 2. Tabel 2.
Jenis, Rasio, dan Deskripsi Standar Prasarana Ruang Praktik Program Keahlian Teknik Las
No Jenis
Rasio Deskripsi
1 Area kerja
bangku 8 m
2
peserta didik
Kapasitas untuk 8 peserta didik. Luas minimum adalah 64 m
2
. Lebar minimum adalah 8 m.
2 Area kerja
las oksi- asetilin
6 m
2
peserta didik
Kapasitas untuk 16 peserta didik. Luas minimum adalah 96 m
2
. Lebar minimum adalah 8 m.
3 Area kerja
las busur listrik
manual 6 m
2
peserta didik
Kapasitas untuk 8 peserta didik. Luas minimum adalah 96 m
2
. Lebar minimum adalah 6 m.
4 Ruang
penyimpanan dan
instruktur 4 m
2
peserta didik
Luas minimum adalah 48 m
2
. Lebar minimum adalah 6 m.
13 Tabel 3.
Standar Sarana pada Area Melakukan Rutinitas Pengelasan Menggunakan Las Busur Manual
No Jenis
Rasio Deskripsi
1 Perabot
1.1 Meja kerja
1 setarea Untuk minimum 8
peserta didik pada pekerjaan pengelasan
dengan busur las. 1.2
Meja las 1.3
Kursi kerjastool 1.4
Lemari simpan alat dan bahan
2 Peralatan
2.1 Peralatan untuk
pekerjaan pengelasan dengan busur las
1 setarea Untuk minimum 8
peserta didik pada pekerjaan pengelasan
dengan busur las.
3 Media pendidikan
3.1 Papan tulis
1 buaharea Untuk mendukung
minimum 8 peserta didik pada pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar yang bersifat
teoritis.
4 Perlengkapan lain
4.1 Kotak kontak
Minimum 4 buaharea
Untuk mendukung operasional peralatan
yang memerlukan daya listrik.
4.2 Tempat sampah
Minimum 1 buaharea
Tabel 4. Standar Sarana pada Area Kerja Bangku
No Jenis
Rasio Deskripsi
1 Perabot
1.1 Meja kerja
1 setarea Untuk minimum 8
peserta didik pada pekerjaan logam dasar
dan kerja pelat. 1.2
Kursi kerjastool 1.3
Lemari simpan alat dan bahan
2 Peralatan
2.1 Peralatan untuk
pekerjaan kerja bangku
1 setarea Untuk minimum 8
peserta didik pada pekerjaan logam dasar
dan kerja pelat.
3 Media pendidikan
No Jenis
Rasio Deskripsi
3.1 Papan tulis
1 buaharea Untuk mendukung
minimum 8 peserta didik pada pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar yang bersifat
teoritis.
4 Perlengkapan lain
4.1 Kotak kontak
Minimum 4 buaharea
Untuk mendukung operasional peralatan
yang memerlukan daya listrik.
4.2 Tempat sampah
Minimum 1 buaharea
Tabel 5. Standar Sarana pada Area Kerja Las Oksi-asetilin
No Jenis
Rasio Deskripsi
1 Perabot
1.1 Meja kerja
1 setarea Untuk minimum 16
peserta didik pada pekerjaan pemotongan
dan pengelasan dengan pembakar las oksi-
asetilin. 1.2
Meja las 1.3
Kursi kerjastool 1.4
Lemari simpan alat dan bahan
2 Peralatan
2.1 Peralatan untuk
pekerjaan las oksi- asetilin.
1 setarea Untuk minimum 16
peserta didik pada pekerjaan pemotongan
dan pengelasan dengan pembakar las oksi-
asetilin.
3 Media pendidikan
3.1 Papan tulis
1 buaharea Untuk mendukung
minimum 16 peserta didik pada pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar yang bersifat
teoritis.
4 Perlengkapan lain
No Jenis
Rasio Deskripsi
4.1 Kotak kontak
Minimum 4 buaharea
Untuk mendukung operasional peralatan
yang memerlukan daya listrik.
4.2 Tempat sampah
Minimum 1 buaharea
Tabel 6. Standar Sarana Ruang Penyimpanan dan Instruktur
No Jenis
Rasio Deskripsi
1 Perabot
1.1 Meja kerja
1 setarea Untuk minimum 12
instruktur. 1.2
Kursi Kerja 1.3
Rak alat dan bahan 1.4
Lemari simpan alat dan bahan
2 Peralatan
2.1 Peralatan untuk ruang
penyimpanan dan instruktur.
1 setarea Untuk minimum 12
instruktur.
3 Media pendidikan
3.1 Papan data
1 buaharea Untuk pendataan
kemajuan siswa dalam pencapaian tugas
praktik dan jadwal.
4 Perlengkapan lain
4.1 Kotak kontak
Minimum 2 buahruang
Untuk mendukung operasional peralatan
yang memerlukan daya listrik.
4.2 Tempat sampah
Minimum 1 buaharea
Mengenai sarana belajar yang digunakan dalam praktik, Bustami Achir 1995: 27 menggunakan istilah yang berbeda dengan BSNP
dalam perhitungan kebutuhan jenis sarana praktik, yaitu:
1 Tempat Siswa Student Place Tempat siswa adalah satuan dari ukuran kelas atau ruangan praktik.
Misal, dikatakan 36 student place apabila setiap kali ruangan dipakai belajar, artinya ruangan tersebut dapat menampung 36 siswa. Jadi
student place suatu sekolah tidak sama dengan jumlah siswa keseluruhan dari sekolah tersebut.
2 Tempat Kerja Working Station Tempat kerja menunjukkan status dari suatu alat atau mesin dan
sekaligus merupakan satuan dari jumlah alat. Alat atau mesin merupakan tempat siswa mempelajari satu atau beberapa keahlian
kompetensi. Dilihat dari wujud dan fungsinya, alat yang berstatus working station disebut sebagai alat atau mesin utama.
3 Tempat Kerja Ganda Double Working Station Tempat kerja ganda adalah alat atau mesin yang berstatus working
station tetapi menurut ketentuan pemakai harus dilayani oleh lebih dari satu orang. Hal ini disebabkan oleh kekurangan alat siswa lebih
banyak jumlahnya dibandingkan dengan alat utama, sehingga diperlukan pengaturan sedemikian rupa.
4 Tempat Kerja Tunggal Single Working Station Tempat kerja tunggal adalah alat yang berstatus working station dan
pengoperasiannya hanya boleh dilayani oleh satu orang. Dari ketentuan ini dalam pelaksanaannya, bahwa jumlah working station
sama dengan student place. 5 Tempat Penyimpanan Alat Working Tool BoxSet
Tempat penyimpanan alat merupakan seperangkat alat-alat tangan. Berlawanan dengan tempat kerja ganda, pada working tool boxset
alat yang digunakan hanya dimiliki atau dikuasai oleh satu orang siswa selama praktik.
6 Alat Kelengkapan Tool Equipment Alat kelengkapan adalah alat atau bagian-bagian sebagai kelengkapan
dari suatu alat atau mesin tersebut. Alat kelengkapan ada yang bersifat standar dan yang bersifat tambahan.
7 Modul Modul adalah satu satuan utuh dari suatu ruangan praktik sesuai
dengan jenis dan macamnya. Tanda modul ruang praktik menunjukkan ukuran ruang praktik tersebut yang dinyatakan dalam
student place. Pada saat praktik, jumlah alat yang digunakan harus mengacu pada jumlah siswa yang melaksanakan praktik dan lamanya
praktik tersebut dilaksanakan. Menurut ketentuan dasar, penyajian mata pelajaran praktik harus secara bergilir rotasi, baik penyajian
kepada siswa seorang demi seorang, maupun kepada regu kerja per
regu kerja. Efisiensi pemakaian alat dihitung dengan menggunakan rumus:
� ℎ � �
� ×
� � �
� �
ℎ �
× �
� � ��
� Agar setiap siswa dalam satu kelompok dapat melaksanakan
praktik sesuai dengan materi praktiknya, maka jumlah single working station dalam ruang praktik harus sama dengan jumlah student place-
nya. Sedangkan jumlah double working station dalam ruangan praktik sama dengan jumlah regu kerja dalam ruangan praktik tersebut.
Menurut Mulyasa 2007: 49, sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung digunakan dan
menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media
pengajaran. Sedangkan menurut Dirjen Dikdasmen 1997: 134 sarana
pendidikan adalah semua fasilitas yang digunakan dalam mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan pembelajaran baik yang bergerak
maupun tidak bergerak sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam penjelasan tersebut, semua hal yang terkait dengan
fasilitas belajar dimasukkan dalam sarana pendidikan, termasuk juga peralatan praktik siswa. Ini juga menunjukkan bahwa sarana adalah
salah satu elemen penting dalam menunjang proses pembelajaran siswa.
Penjelasan yang sama dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana 2009: 273 yang mendefinisikan sarana pendidikan
adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan
pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif, dan efisien. Berdasarkan penjelasan dan definisi dari para ahli tersebut,
dapat dikatakan bahwa sarana peralatan praktik adalah bagian dari prasarana pendidikan dari semua unsur yang ada, baik yang berupa
bergerak dan tidak bergerak, namun pada intinya sebagai penunjang dalam proses dan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dalam hal jenis kebutuhan sarana belajar, tiap satuan jenjang pendidikan memiliki kebutuhan sarana pendidikan yang berbeda
dengan yang lainnya, seperti kebutuhan sarana belajar SMA tentu memiliki perbedaan dengan sarana kebutuhan belajar untuk SMK.
Adapun kebutuhan, jenis, dan standar sarana SMK telah diatur dalam Permen Nomor 40 Tahun 2008 tentang sarana dan prasarana untuk
Sekolah Menengah
KejuruanMadrasah Aliyah
Kejuruan SMKMAK yang dijelaskan dalam Pasal 1 berikut ini:
1 Sarana adalah perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah- pindah.
2 Prasarana adalah fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi SMKMAK.
3 Perabot adalah sarana pengisi ruang. 4 Peralatan adalah sarana yang secara langsung digunakan untuk
pembelajaran. 5 Set adalah seperangkat peralatan dalam satu ruang untuk
mendukung kegiatan pembelajaran. 6 Media pendidikan adalah peralatan yang digunakan untuk
membantu komunikasi dalam pembelajaran. 7 Buku teks pelajaran adalah buku pelajaran yang menjadi
pegangan peserta didik dan guru untuk setiap mata pelajaran. 8 Buku pengayaan adalah buku yang memperkaya pengetahuan
peserta didik dan guru. 9 Buku referensi adalah rujukan untuk mencari informasi atau data
tertentu. 10 Sumber belajar lainnya adalah sumber informasi dalam bentuk
selain buku meliputi jurnal, majalah, surat kabar, poster, situs website, dan compact disc.
11 Bahan habis pakai adalah barang yang digunakan dan habis dalam waktu relatif singkat.
12 Perlengkapan lain adalah alat mesin kantor dan peralatan tambahan yang digunakan untuk mendukung fungsi SMKMAK.
13 Teknologi informasi dan komunikasi adalah satuan perangkat keras dan lunak yang berkaitan dengan akses dan pengelolaan
informasi dan komunikasi. 14 Lahan adalah bidang permukaan tanah yang di atasnya terdapat
prasarana SMKMAK meliputi bangunan, lahan praktik, lahan untuk prasarana penunjang, dan lahan pertanaman.
15 Infrastruktur adalah prasarana penunjang untuk keamanan dan kenyamanan lingkungan sekolah.
16 Bangunan adalah gedung yang digunakan untuk menjalankan fungsi SMKMAK.
17 Ruang kelas adalah ruang untuk pembelajaran teori dan praktik yang tidak memerlukan peralatan khusus.
18 Ruang praktik meliputi, bengkel, studio, demplot, kandang, bangsal, dan ruang sejenis, adalah tempat pelaksanaan kegiatan
praktik, perawatan dan perbaikan peralatan. 19 Lahan praktik adalah sebidang lahan untuk melaksanakan
kegiatan praktik. 20 Area kerja adalah tempat melaksanakan kegiatan pendidikan dan
pelatihan dalam ruang yang hanya dibatasi dengan garis lantai. 21 Ruang guruinstruktur adalah ruangan kerja instruktur dalam
ruang praktikbengkel kerjastudio.
22 Bangunan praktik adalah bangunan bukan gedung untuk mendukung pelaksanaan praktik di lahan.
23 Ruang laboratorium adalah ruang pembelajaran secara praktik yang memerlukan peralatan khusus.
24 Ruang sirkulasi adalah ruang penghubung antar bagian bangunan SMKMAK.
25 Ruang perpustakaan adalah ruang untuk menyimpan dan memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka.
26 Ruang guru adalah ruang untuk guru bekerja di luar ruang kelas, beristirahat, dan menerima tamu.
27 Ruang pimpinan adalah ruang untuk pimpinan melakukan kegiatan pengelolaan SMKMAK.
28 Ruang tata usaha adalah ruang untuk pengelolaan administrasi SMKMAK.
29 Ruang konseling adalah ruang untuk peserta didik mendapatkan layanan konseling dari konselor berkaitan dengan pengembangan
pribadi, sosial, belajar, karir, dan bursa kerja. 30 Ruang UKS adalah ruang untuk menangani peserta didik yang
mengalami gangguan kesehatan dini dan ringan di SMKMAK. 31 Ruang organisasi kesiswaan adalah ruang untuk melakukan
kegiatan kesekretariatan pengelolaan organisasi peserta didik. 32 Jamban adalah raung buang air besar danatau kecil.
33 Gudang adalah
ruang untuk
menyimpankan peralatan
pembelajaran di luar ruang kelas, peralatan SMKMAK yang tidakbelum berfungsi, dan arsip SMKMAK.
34 Tempat berolahraga adalah ruang terbuka atau tertutup yang dilengkapi dengan sarana untuk melakukan kegiatan bebas,
termasuk kegiatan kesenian. 35 Tempat bermain adalah raung terbuka atau tertutup untuk peserta
didik dapat melakukan kegiatan bebas, termasuk kegiatan kesenian.
36 Tempat ibadah adalah tempat warga SMKMAK melakukan ibadah yang diwajibkan oleh agama masing-masing pada waktu
sekolah. 37 Program keahlian adalah program studi yang ditawarkan di
SMKMAK. 38 Rombongan belajar adalah kelompok peserta didik yang terdaftar
pada satu satuan kelas. c. Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan SMK
Sejak diterapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia No. 22, 23, dan 24 Tahun 2006, maka kurikulum untuk satuan pendidikan dasar menengah yang semula
mempergunakan kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi
KBK disempurnakan dan diubah menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan
suatu bentuk operasional kurikulum dalam konteks desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah. Standar Nasional Pendidikan Pasal 1
ayat 5 menyatakan bahwa, ―Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing- masing satuan pendidikan‖.
Dalam penyusunannya, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan melibatkan guru, kepala sekolah, komite sekolah, dan dewan pendidikan.
Penyusunan kurikulum dilakukan dengan berpedoman pada Standar isi dan Standar Kompetensi Lulusan.
1 Standar isi Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan dalam Bab I yang memuat tentang ketentuan umum menyatakan bahwa,
―Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan,
kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang
dan jenis pendidikan tertentu.‖ Sedangkan dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 22 Tahun 2006, Standar isi mencakup beberapa pokok pikiran bahwa, pemerintah memberikan arahan tentang
perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu: standar isi, standar proses, standar kompetensi
lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar
penilaian pendidikan. 2 Standar Kompetensi Lulusan
Berdasarkan Standar Nasional Pendidikan pasal 1 ayat 4 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Standar Kompetensi Lulusan adalah,
―Standar Kompetensi Lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan.‖ Adapun
cakupan dari Standar Kompetensi Lulusan sebagai berikut: a Standar Kompetensi Lulusan
–Satuan Pendidikan SKL–SP b Standar Kompetensi
–Kelompok Mata Pelajaran SK–KMP c Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SKD
2. Tinjauan Tentang Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP BSNP adalah lembaga mandiri, profesional, dan independen yang
mengemban misi untuk mengembangkan, memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi pelaksanaan standar nasional pendidikan, sedangkan tugas
dalam membantu Menteri Pendidikan Nasional dan memiliki kewenangan sebagai berikut:
a. Mengembangkan standar nasional pendidikan b. Menyelenggarakan ujian nasional
c. Memberikan rekomendasi kepada Pemerintah dan pemerintah daerah dalam penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan
d. Merumuskan kriteria kelulusan pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah
e. Menilai kesiapan isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikaan buku teks pelajaran
Standar yang dikembangkan dan diputuskan oleh BSNP berlaku efektif dan bersifat mengikat untuk semua satuan pendidikan dalam lingkup
nasional. Dalam menjalankan tata kelola organisasinya, BSNP dipimpin oleh seorang ketua dan seorang sekretaris yang dipilih langsung oleh dan
dari anggota atas dasar suara terbanyak. Sedangkan dalam pelaksanaan tugasnya, BSNP didukung oleh sebuah sekretariat yang secara ex-officio
diketuai oleh pejabat Departemen Pendidikan Nasional Depdiknas yang ditunjuk oleh Mendiknas. BSNP dapat menunjuk tim-tim ahli yang bersifat
adhoc sesuai kebutuhan. Dalam hal koordinasi dengan lembaga lain, BSNP didukung oleh Depdiknas dan departemen yang menangani urusan
pemerintahan di bidang agama dan dinas yang menangani pendidikan di tingkat provinsikabupatenkota. Sedangkan Mengenai fungsi dan tujuan
standar yang dikeluarkan BSNP adalah: a. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu
b. Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
c. Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal,
nasional, dan global. Menurut BSNP, standar nasional pendidikan adalah, kriteria
minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Adapun rumusan kajian standar nasional
pendidikan adalah: a. Standar Kompetensi Lulusan
b. Standar Isi c. Standar Proses
d. Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan e. Standar Sarana dan Prasarana
f. Standar Pengelolaan e. Standar Pembiayaan Pendidikan
f. Standar Penilaian Pendidikan Hingga saat ini Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP telah
mengeluarkan sembilan bidang standar nasional pendidikan dan telah menjadi Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Permendiknas. Adapun
sembilan standar pendidikan tersebut adalah sebagai berikut: a. Standar Isi
No Nomor Permen
Isi
1 Nomor 22 tahun 2006
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
No Nomor Permen
Isi
2 Nomor 24 tahun 2006
Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang standar Isi
untuk satuan pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23
Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan Dasar dan Menengah
3 Nomor 14 Tahun 2007
Standar Isi Program Paket A, Program Paket B, dan Program Paket C
b. Standar Kompetensi Lulusan
No Nomor Permen
Isi
1 Nomor 23 Tahun 2006
Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
2 Nomor 24 tahun 2006
Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang standar Isi
untuk satuan pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23
Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan Dasar dan Menengah
c. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
No Nomor Permen
Isi
1 No. 12 Tahun 2007
Standar pengawas SekolahMadrasah 2
No. 13 Tahun 2007 Standar Kepala SekolahMadrasah
3 No. 16 Tahun 2007
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
4 No. 24 Tahun 2008
Standar Tenaga Administrasi SekolahMadrasah 5
No. 25 Tahun 2008 Standar Tenaga Perpustakaan SekolahMadrasah
6 No. 26 Tahun 2008
Standar Tenaga Laboratorium SekolahMadrasah 7
No. 27 Tahun 2008 Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Konselor 8
No. 40 Tahun 2009 Standar Penguji Pada Kursus dan Pelatihan
9 No. 41 Tahun 2009
Standar Pembimbing Pada Kursus Pelatihan 10
No. 42 Tahun 2009 Standar Pengelola Kursus
11 No. 43 Tahun 2009
Standar Tenaga Administrasi Program paket A , Paket B, dan Paket C
12 No. 44 Tahun 2009
Standar Pengelola Pendidikan pada Program Paket A, Paket B dan Paket C
No Nomor Permen
Isi
13 No. 45 Tahun 2009
Standar Teknisi Sumber Belajar Pada Kursus dan Pelatihan
d. Standar Pengelolaan
No Nomor Permen
Isi
1 No. 20 Tahun 2007
Standar Penilaian Pendidikan
f. Standar Sarana Prasarana
No Nomor Permen
Isi
1 No. 24 Tahun 2007
Standar Sarana dan Prasarana untuk SDMI, SMPMTs, dan SMAMA
2 No. 33 Tahun 2008
Standar Sarana dan Prasarana untuk SDLB, SMPLB, dan SMALB
3 No. 40 Tahun 2008
Standar Sarana dan Prasarana untuk SMKMAK
g. Standar Proses
No Nomor Permen
Isi
1 No. 41 Tahun 2007
Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
2 No. 1Tahun 2008
Standar Proses Pendidikan Khusus 3
No. 3 Tahun 2008 Standar Proses Pendidikan Kesetaraan Program
Paket A, Paket B, dan Paket C
h. Standar Biaya
No Nomor Permen
Isi
1 No. 69 Tahun 2009
Standar Biaya Operasi Non-personalia Untuk Sekolah DasarMadrasah Ibtidaiah SDMI,
Sekolah Menengah PertamaMadrasah Tsanawiyah SMPMTs, Sekolah Menengah
AtasMadrasah Aliyah SMAMA, Sekolah Menengah Kejuruan SMK, Sekolah Dasar Luar
Biasa SDLB, Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa SMPLB, dan Sekolah Menengah Atas
Luar Biasa SMALB
i. Standar Pendidikan Anak Usia Dini
No Nomor Permen
Isi
1 No. 58 Tahun 2009
Standar Pendidikan Anak Usia Dini
Adapun yang akan dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah Peraturan Menteri Nomor 40 Tahun 2008 tentang Standar Sarana dan
Prasarana untuk SMKMAK. 3. Tinjauan Tentang SMK Negeri 1 Sedayu, Bantul, Yogyakarta
Pada 1975, SMKN 1 Sedayu, Bantul semula bernama STM Argomulyo atau STM Surobayan Argomulyo. Mulanya sekolah ini adalah
sekolah swasta yang dikelola oleh Yayasan Argomulyo. STM Argomulyo sebelumnya adalah sekolah gabungan dari STM Sariharjo, Godean dan
STM Sentolo. Bergabungnya kedua STM tersebut atas inisiatif dari beberapa tokoh-tokoh kedua sekolah tersebut. Tokoh-tokoh dari STM
Sariharjo seperti Sutarno, BE. Drs. Kaswadi, Drs. Wakijan; Suyanto, BE, Sardiman, Mardi, Asarudin, dan Sudariyah, BA. Sedangkan pemuka dari
STM Sentolo adalah, Suratman, BA Kades Salamrejo, R. Merdiraharjo, BE, FX. Tukimin, Y. Suharjo DS, Marzuki, dan Mento. Sedangkan untuk
pengurus Yayasannya adalah tokoh masyarakat setempat seperti R. Noto Suwito; Y. Suprayitno; Bibit, BA; dan Dulhari.
Alasan bergabungnya kedua sekolah tersebut, karena memiliki jurusan atau program studi yang serumpun. Hal dilakukan agar fokus dalam
arah dan tujuan visi dan misi pengembangan sekolah. Jurusan yang dimiliki oleh STM Sariharjo adalah jurusan mesin, sedangkan STM Sentolo
memiliki jurusan pertambangan. Setidaknya pada saat itu dari kedua jurusan yang dimiliki sudah ada kesamaan visi dalam tujuan pengajaran pendidikan
dengan sasaran tenaga terampil yang siap kerja pada dunia industri. Dua STM yang bergabung menjadi satu tersebut akhirnya mencari tempat yang
dianggap layak, walaupun hanya sebatas meminjam. Hingga pada 1 Januari 1975 resmi menempati kawasan Sedayu, Bantul, Yogyakarta. Adapun
gedung yang ditempati saat itu adalah SMP Negeri Argomulyo. Sistem kegiatan belajar dan mengajar mengikuti jumlah gedung yang terbatas. Pagi
hari digunakan untuk siswa SMP dan di waktu siang untuk STM Argomulyo. Proses kegiatan belajar dan mengajar pada siang hari tersebut
berjalan selama kurang lebih 5 bulan. Baru pada bulan Juni 1975 menempati gedung baru di Surobayan,
Argomulyo. Dari keberadaan gedung yang beralamat di kampung Surobayan itulah sekolah ini menjadi STM Surobayan Argomulyo. Gedung
pindahan dari SMP Negeri Argomulyo tersebut berada di Jln. Wates Km, 9 Bantul, Yogyakarta. Walaupun hanya sebatas sekolah swasta, sekolah
tersebut sudah terdaftar dalam Departemen Pendidikan dan Kebudayaan saat itu atau lebih tepatnya Bidang Pendidikan Menengah dan Kejuruan
Dikmenjur dengan nama: STM Surobayan. Adapun kepala sekolah saat itu Suhardi, B.Sc. Setelah terdaftar pada bidang Dikmenjur tersebut, mau tidak
mau sekolah harus mengikuti peraturan yang ditetapkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Nasional. Salah satu peraturan tersebut adalah, siswa yang
dimiliki agar dikutkan dalam ujian negara, sebagai syarat kelulusan. Untuk
menjadi pelaksana ujian dibutuhkan persyaratan tertentu, maka STM Surobayan bergabung dalam ujian siswa dengan sekolah yang memiliki izin
resmi. Adapun untuk jurusan mesin ujiannya bergabung dengan STM Negeri Wates, sedangkan untuk jurusan Pertambangan di STM
Muhammadiyah Prambanan. Bergabungnya STM Surobayan dalam hal ujian dengan otomatis
cap untuk ijazah siswa kedua jurusan tersebut pun berbeda. Untuk jurusan mesin dengan cap ijazah STM Wates dan jurusan Pertambangan dengan cap
STM Muhammadiyah Prambanan. Dari sinilah keinginan sekolah untuk mencoba mengusahakan agar melakukan ujian sendiri, agar para lulusannya
memiliki ijazah dengan cap sekolah sendiri. Hingga keinginan tersebut terpenuhi juga. Masa ikut bergabung dalam pelaksanaan ujian tersebut
berlangsung selama satu tahun, di tahun 1975. Selanjutnya melakukan ujian di STM Surobayan dengan cap sendiri. Keberhasilan hal tersebut usaha
pihak sekolah dan pasca kunjungan dari Probosutejo dan R. Noto Suwito yang mengetahui akan dua stempel ijazah yang berbeda, padahal dalam satu
lingkup sekolah sama. Maka pada tahun 1976 kedua tokoh tersebut mengirimkan peralatan praktik untuk sarana belajar siswa yang lebih baik.
Adapun peralatan tersebut adalah, 1 unit Mesin bubut, 1 unit Mesin Frais, 1 unit Mesin bor, dan 1 unit Mesin Pres. Dari kegiatan belajar dan mengajar
yang makin menunjukkan peningkatan, maka di tahun yang sama sekolah mampu melakukan ujian sendiri.
Tidak hanya sampai pada keinginan untuk melakukan ujian sendiri dan peningkatan pada bidang-bidang yang lainnya. Usaha-usaha untuk
memajukan sekolah tetap dilakukan oleh semua elemen sekolah dan yayasan. Salah satunya adalah keinginan penambahan jumlah gedung
sebagai sarana kegiatan belajar teori dan praktik yang makin berkualitas. Usaha penambahan dan perluasan gedung terhalang, karena hambatan
tipografi tempat yang tidak mendukung. Maka dari pihak yayasan, salah satunya R. Noto Suwito mengajukan tawaran untuk pindah tempat yang
sekiranya memadai. Lokasi usulan tersebut adalah Karang Montong, dari tawaran tempat yang sudah dianggap memadai untuk lokasi sekolah yang
baru, pengurus sekolah pun menyetujui. Pembangunan sekolah ditempat yang baru bisa dikatakan cepat.
Proses pembangunannya hanya memakan waktu satu tahun, mulai pada awal 1977 dan selesai pada akhir 1977. Setelah semua bangunan yang telah
direncanakan selesai pada 1978 sudah menempati lokasi sekolah dan gedung yang baru. Proses relokasi tersebut tidak mengubah nama sekolah
sebelumnya. Walaupun lokasi yang baru berada di Karang Montong, nama STM Surobayan, Argomulyo tetap digunakan sebagai nama resmi. Namun,
pelafalan masyarakat menyebutnya dengan nama STM Argomulyo. Menginjak akhir 1978 sampai dengan tahun 1979 STM Argomulyo
sudah diarahkan untuk menjadi sekolah negeri. Hal ini tunjang dengan semua hal yang berkaitan dengan administrasi yang sudah dipersiapkan.
Adapun penasehat dalam pengarahan administrasi tersebut, Dulkarimin, BE
dan FA Prayogo. Tanpa melalui proses yang panjang, setelah semua pihak sekolah dan yayasan menyetujui akan peralihan menjadi negeri. Serta
dukungan administrasi model sekolah negeri yang sudah diadaptasikan selama satu tahun dan dianggap sudah memungkinkan. Maka pada 12
Januari 1980 resmi menjadi STM Negeri Sedayu. Dengan keputusan Menteri P K, yang dijabat oleh Prof. Dr. Daud Yusuf. Sebagai bukti
peresmian tersebut, dengan adanya penandatanganan batu prasasti. Sedangkan sebagai bentuk penghargaan juga dituliskan prasasti yang
ditandatangani oleh Probosutejo, yang bertuliskan sebagai penyantun dana dalam pembangunan gedung.
Walaupun sudah menjadi sekolah negeri, pengurus sekolah tetap tidak berubah sampai akhir tahun 1982. Dalam kelanjutannya STM Negeri
Sedayu berkembang dengan memiliki jurusan yang beragam dan hingga saat ini teknik gambar bangunan, teknik instalasi tenaga listrik, teknik
pengelasan, teknik kendaraan ringan, dan teknik komputer jaringan. Adapun kepala sekolah SMK Negeri 1 Sedayu saat ini dijabat oleh Andi
Primeriananto., M.Pd. Untuk jurusan teknik pengelasan, sebelumnya masuk dalam bagian jurusan teknik mesin. Namun, mengingat besarnya biaya yang
harus dibutuhkan dalam pengelolaannya, maka pada tahun 1996 lingkup keterampilan yang diajarkan dipersempit menjadi jurusan teknik pengelasan
hingga saat ini. Tujuannya tidak lain agar fokus dalam pelatihan dan pengajaran bidang las.
B. Penelitian yang Relevan