Kesimpulan STUDI KETERSEDIAAN SARANA DAN PERALATAN PRAKTIK BERDASARKAN STANDAR BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (BSNP) DI JURUSAN TEKNIK PENGELASAN, SMK NEGERI 1 SEDAYU, BANTUL, YOGYAKARTA.

83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Tingkat ketersediaan sarana dan peralatan praktik dengan pedoman BSNP di Jurusan Teknik Pengelasan, SMK Negeri 1 Sedayu, adalah: luas area kerja bangku dengan tingkat ketersediaan kurang, yakni dengan luas 29,7 m 2 atau 46,4 dari 64 m 2 dari luas minimal BSNP; area kerja las Oksi- Asetilin dengan tingkat ketersediaan sangat kurang, yakni dengan luas 13,5 m 2 atau 14 dari 96 m 2 standar BSNP; area las busur manual dengan tingkat ketersediaan sangat lebih, yakni dengan luas 84 m 2 atau 175 dari luas minimum standar BSNP 48 m 2 ; terakhir adalah ruang penyimpanan dan instruktur dengan tingkat ketersediaan lebih, yakni dengan luas 71 m 2 atau 148 dari standar luas minimum yang ukurannya 48 m 2 . 2. Manajemen penggunaan sarana dan praktik yang ada dengan menggunakan sistem rolling. Sistem yang membagi siswa dalam tiap kelas dalam kelompok kecil sesuai dengan tingkat, jumlah peralatan, dan mata pelajaran praktik yang akan diajarkan dalam semester ganjil 20112012. Bila tanpa sistem rolling maka pihak jurusan harus memiliki ruangan berukuran dengan luas 256 m 2 dan 34 m untuk lebar minimum untuk 32 siswa dalam praktik kerja bangku, las busur, las Oksi-asetilin, dan ruang penyimpanan atau membutuhkan luas 1600 m 2 dan lebar 212 m untuk kebutuhan minimal 200 siswa. Dari segi peralatan praktik, Teknik Pengelasan memiliki 7 unit mesin las busur manual, 4 unit Brander las oksi-asetilin, 1 unit mesin las TIG, 1 unit mesin las MIG, 1 unit Kompresor, dan 1 unit mesin Bubut. Dengan sistem rolling rata-rata penggunaan 1 unit mesin las busur digunakan oleh 5-6 siswa tiap praktik, untuk las oksi-Asetilin rata-rata digunakan 4-5 siswa tiap praktik, untuk tiap unit las TIG, MIG, dan mesin bubut rata-rata digunakan oleh 8-9 siswa dari tiap unit yang ada. Jumlah penggunaan tiap unit masih kurang, idealnya 1 unit peralatanmesin digunakan oleh 3 orang dengan sistem rolling. 3. Hambatan yang ada dalam penggunaan sarana dan peralatan yang ada masih memiliki kelemahan dalam pelaksanaan sistem rolling. Luas bengkel secara keseluruhan 367 m 2 digunakan rata-rata 72 siswa setiap hari. Jumlah tersebut tidak bisa masuk bengkel secara keseluruhan dan bersamaan. Hal ini membuat siswa sebagian melakukan jenis praktik di luar bengkel. Sistem rolling juga tidak diimbangi dengan jenis kelipatan proses pengerjaan tiap job sheet, yang tidak sebanding dengan jumlah alat dan penggunanya, sehingga masih ada antri dalam penggunaan alat. Selain itu adanya waktu yang tidak efektif selama 3 jam dari 7 jam jadwal praktik tiap pertemuan untuk siswa tingkat XII Praktik jam ke, 3-10, karena jam praktiknya pada 3 jam terakhir bersamaan dengan jam praktik siswa tingkat X Praktik jam ke, 7-10, dengan peralatan praktik yang sama dalam penggunaannya. Sistem rolling tidak diimbangi dengan sistem perawatan alat yang sangat minimal, hanya 1 kali dalam satu semester. Hal ini membuat las busur yang semula 10 unit untuk praktik, hingga pertengahan semester tinggal 7 unit.

B. Implikasi Hasil Penelitian