Pola asuh permisif Tingkat Pendidikan

posisi mutlak, tetapi juga tidak mendasarkan pada kebutuhan anak semata Widyarini, 2009.

c. Pola asuh permisif

Pola asuh permisif cenderung membiarkan anak berkembang dengan sendirinya. Orang tua memberikan rambu-rambu apapun kepada anak, yang ada hanyalah rambu-rambu dari lingkungan Senjaya, 2011. Pola asuh permisif ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas kepada anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan anak. Orang tua cenderung bersikap mengalah, menuruti semua keinginan, melindungi secara berlebihan, serta memberikan atau memenuhi semua keinginan anak secara berlebihan PsikologID, 2013. Orang tua yang memiliki pola asuh jenis ini berusaha berperilaku menerima dan bersikap positif terhadap impuls dorongan emosi, keinginan-keinginan, dan perilaku anaknya, hanya sedikit menggunakan hukuman, berkonsultasi kepada anak, membiarkan anak untuk mengatur aktivitasnya sendiri dan tidak mengontrol, berusaha mencapai sasaran tertentu dengan memberikan alasan, tetapi tanpa menunjukkan kekuasaan Widyarini, 2009. Pola asuh permisif atau serba membolehkan adalah salah satu pola asuh yang paling banyak diterapkan di tengah-tengah keluarga. Alasan yang paling sering dikemukakan oleh para orang tua yang menerapkan pola asuh permisif terhadap anak-anak remaja mereka adalah kurangnya waktu untuk mengawasi anak-anak remaja mereka karena kesibukan sehari-hari dan berbagai alasan lainnya. Kenyataan membuktikan bahwa para remaja yang dibesarkan dengan disiplin dan bimbingan yang konsisten jauh lebih unggul dan berhasil dalam banyak hal daripada remaja yang bertumbuh dalam suasana serba membolehkan permisif Surbakti, 2009.

d. Pola asuh penelantaran laissez faire

Kegiatan pola asuh ini merupakan pola asuh yang paling buruk dibandingkan kegiatan pola asuh yang lain. Jenis pola asuh ini tidak memiliki kontrol orang tua sama sekali. Orang tua cenderung menolak keberadaan anak dan tidak memiliki cukup waktu bersama anak karena orang tua sendiri memiliki banyak masalah. Orang tua sama sekali tidak mengurus anak dan respon anak cenderung sadis. Orang tua merespon anak dengan cara memenuhi kebutuhan anak berupa makanan atau minuman namun tidak berusaha ke hal-hal yang bersifat jangka panjang, seperti aturan pekerjaan rumah dan standar tingkah laku. Anak dari kegiatan pola asuh seperti ini cenderung terbatas secara akademis dan sosial Judy et all, 2012. Menurut Hauck 1993 dalam Putra 2012, pada pola asuh ini anak dipandang sebagai makhluk hidup yang berpribadi bebas. Anak adalah subjek yang dapat bertindak dan berbuat menurut hati nuraninya. Orang tua membiarkan anaknya mencari dan menentukan sendiri apa yang diinginkannya. Kebebasan sepenuhnya diberikan kepada anak. Orang tua seperti ini cenderung kurang perhatian dan acuh tak acuh terhadap anaknya. Pola asuh laissez faire membuat anak merasa boleh berbuat sekehendak hatinya. Anak memang memiliki rasa percaya yang lebih besar, kemampuan sosial baik, dan tingkat depresi lebih rendah. Tapi juga akan lebih mungkin terlibat dalam kenakalan remaja dan memiliki prestasi yang rendah di sekolah. Anak tidak mengetahui norma-norma sosial yang harus dipatuhinya. Penulis berkesimpulan membedakan empat macam tipe pola asuh, yaitu pola asuh otoriter dimana orang tua memaksa anak-anak untuk patuh pada nilai-nilai mereka, serta mencoba membentuk tingkah laku sesuai dengan tingkah lakunya serta cenderung mengekang keinginan anak; pola asuh demokratis dimana orang tua memandang sama kewajiban dan hak antara orang tua dan anak; pola asuh permisif dimana orang tua cenderung selalu memberikan kebebasan pada anak tanpa memberikan kontrol sama sekali; dan pola asuh laissez faire dimana orang tua sama sekali tidak mengontrol anak-anaknya.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua

Setiap orang tua memiliki cara dan kemampuan yang berbeda dalam mengasuh anaknya, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut:

a. Tingkat Pendidikan

Pendidikan yang dimiliki oleh orang tua akan mempengaruhi kesiapan orang tua dalam melakukan kegiatan pengasuhan. Pendidikan diartikan sebagai pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan berbagai macam perubahan. Perubahan-perubahan tersebut dapat bersifat tetap atau permanen didalam keebiasaan tingkah laku, pikiran, dan sikap Putra, 2012.

b. Budaya