Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kerangka Berpikir

1.2 Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana makna kritik sosial dan politik karikatur “Clekit” pada Surat Kabar Jawa Pos Edisi Sabtu, 31 Juli 2010.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana makna kritik sosial dan politik yang dikomunikasikan karikatur “Clekit” pada Surat Kabar Kompas Edisi Sabtu, 31 Juli 2010 dengan menggunakan pendekatan semiotika.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran pada Ilmu Komunikasi mengenai makna karikatur Clekit pada Surat Kabar Jawa Pos “Kontroversi Pencoretan Gedung DPR” edisi Sabtu, 31 Juli 2010 yang berkaitan dengan krtik sosial dan politik.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan dan dapat menjadi pertimbangan atau masukan untuk mengetahui penerapan tanda dalam studi semiotik sehingga dapat memberi makna bagi para pembaca Surat Kabar Jawa Pos mengenai makna dari karikatur khususnya tentang kritik sosial dan politik yang terjadi di dalam karikatur. BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Media Massa

Media massa merupakan “kependekan” dari komunikasi massa. Media massa lahir untuk menjembatani komunikasi antar massa. Massa adalah masyarakat luas yang heterogen, tetapi saling bergantung satu sama lain. Ketergantungan antar massa menjadi penyebab lahirnya media yang mampu menyalurkan hasrat, gagasan dan kepentingan masing - masing agar diketahui dan dipahami oleh yang lain. Penyaluran hasrat, gagasan dan kepentingan tersebut dinamai pesan message. Dengan demikian, pada hakikatnya media massa adalah saling - silang pesan antar massa. Oleh karena itu, kita patut memahami posisi kedudukan media massa dan saling - silang pesan. Pareno: 2005,7. Media massa yang kita kenal saat ini adalah : 1. Media cetak, terdiri dari surat kabar, tabloid, majalah. 2. Media elektronik, terdiri dari radio siaran, televise siaran Abdullah: 2001, 9 16 Menurut Pareno 2005:7 dalam berbagai wacana tentang fungsi media massa, disebutkan empat fungsi media massa yaitu : penyalur informasi, fungsi mendidik, fungsi menghibur, dan fungsi mempengaruhi. Keempat fungsi tersebut melekat dalam media massa secara utuh, dalam arti luas harus dilaksanakan secara bersama - sama, tidak boleh mengutamakan satu atau dua fungsi tapi mengabaikan fungsi - fungsi lainnya. Media juga mengubah bentuk kontrol sosial. Paul Lazarsfeld dan Robert K. Merton Rivers dan Peterson, 2003:39 juga melihat media dapat menghaluskan paksaan sehingga tampak sebagai bujukan. Mereka mengatakan bahwa kelompok - kelompok kuat kian mengandalkan teknik manipulasi melalui media untuk mencapai apa yang diinginkannya, termasuk agar mereka bisa mengontrol secara lebih halus. Sebagai suatu sistem, media massa berinteraksi dengan system - system sosial, politik, dan ekonomi. Sistem media massa dengan sistem tersebut saling mempengaruhi dan saling bergantung. Artinya, sistem media massa tidak dapat berjalan apabila system - system lainnya itu juga tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Demikian juga sebaliknya, sistem sosial ataupun sistem politik atau juga system ekonomi tidak berfungsi manakala sistem media massa juga tidak berfungsi. Pareno: 2005, 69

2.1.1.1 Surat Kabar

Salah satu komunikasi massa dalam bentuk media cetak adalah surat kabar. Dengan sendirinya surat kabar juga mempunyai fungsi - fungsi komunikasi massa. Hal ini dapat diketahui batasan ataupun kriteria standard surat kabar. Menurut Assegaf 1991: 140 surat kabar adalah penerbitan yang berupa lembaran yang berisi berita - berita, karangan - karangan dan iklan yang dicetak dan terbit secara tetap dan periodik dan dijual untuk umum. Selain itu surat kabar juga mempunyai beberapa karakteristik. Menurut Pareno 2005 : 24 karakteristik surat kabar adalah sebagai berikut : 1 Berita merupakan unsur utama yang dominan. 2 Memiliki ruang yang relatif lebih leluasa. 3 Memiliki waktu untuk “dibaca ulang” lebih lama. 4 Umpan balik relatif lebih lamban. 5 Kesegaran immediately relatif lebih lamban. 6 Dalam hal kenyataan relatif kurang kredibel. 7 Ditentukan oleh jalur distribusi. Ada beberapa alasan orang membaca surat kabar. Seseorang ingin tahu sesuatu karena berbagai alasan : untuk meraih prestise, menghilangkan kebosanan, agar merasa lebih dekat dengan lingkungannya, atau untuk menyesuaikan perannya di masyarakat. Bagi sebagian orang, koran merupakan sumber informasi dan gagasan tentang berbagai masalah publik yang seruis. Bagi sebagian yang lain, koran bukan untuk mencari informasi, melainkan untuk mengisi rutinitas. Sebagian pembaca juga menjadikan koran sebagai alat kontak sosial. Ada pula yang menjadikan koran untuk membuang kejenuhan dari kehidupan sehari - hari. Rivers dan Peterson, 2003: 313

2.1.2 Komunikasi Non Verbal

Istilah non verbal biasanya digunakan untuk melakukan semua peristiwa komunikasi diluar kata - kata terucap dan tertulis. Pada saat yang sama kita harus menyadari bahwa banyak peristiwa dan perilaku non verbal ini ditafsirkan melalui simbol - simbol verbal. Dalam pengertian ini, peristiwa dan perilaku non verbal itu tidak sungguh - sungguh bersifat non verbal Mulyana, 2001: 312. Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat non verbal menjadi beberapa bagian, antara lain: 1 Isyarat Tangan Isyarat tangan atau “berbicara dengan tangan” termasuk apa yang disebut emblem, yang dipelajari yang punya makna suatu budaya atau subkultur. Meskipun isyarat tangan yang digunakan sama, maknanya boleh jadi berbeda, atau isyarat fisiknya berbeda namun maksudnya sama. 2 Postur Tubuh Postur tubuh sering bersifat simbolik. Postur tubuh memang mempengaruhi citra diri. Beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara fisik dan karakter atau temperamen. Klasifikasi bentuk tubuh yang dilakukan William misalnya menunjukkan hubungan antara bentuk tubuh dan temperamen. 3 Ekspresi Wajah dan Tatapan Mata Secara umum dapat dikatakan bahwa makna ekspresi wajah dan padangan mata tidaklah universal, melainkan sangat dipengaruhi oleh budaya. Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan mata yang paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya adalah terang atau gelap. Mata yang lebih kompleks dipergunakan untuk memberikan pengertian visual. Bagian - bagian pada organ mata bekerjasama mengantarkan cahaya dari sumbernya menuju ke otak untuk dapat dicerna oleh sistem saraf manusia. Bagian - bagian tersebut adalah: 1 Kornea Merupakan bagian terluar dari bola mata yang menerima cahaya dari sumber cahaya. 2 Pupil dan Iris Selaput Pelangi Dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil menentukan kuantitas cahaya yang masuk ke bagian mata yang lebih dalam. Pupil mata akan melebar jika kondisi ruangan yang gelap, dan akan menyempit jika kondisi ruangan terang. Lebar pupil dipengaruhi oleh iris di sekelilingnya. Iris berfungsi sebagai diafragma. Iris inilah terlihat sebagai bagian yang berwarna pada mata. 3 Lensa mata Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada retina. Fungsi lensa mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh tepat pada bintik kuning retina. Untuk melihat objek yang jauh cahaya datang dari jauh, lensa mata akan menipis. Sedangkan untuk melihat objek yang dekat cahaya datang dari dekat, lensa mata akan menebal. 4 Retina Selaput Jala Retina adalah bagian mata yang paling peka terhadap cahaya, khususnya bagian retina yang disebut bintik kuning. Setelah retina, cahaya diteruskan ke saraf optik. 5 Saraf optik Saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina, untuk menuju ke otak. Sedangkan definisi mata terbelalak adalah melihat sesuatu dengan membelalakkan mata karena penegasan. Tangan adalah bagian tubuh di ujung suatu lengan. Sebagian besar manusia memiliki dua tangan, biasanya dengan empat jari dan satu ibu jari. Bagian dalam tangan adalah telapak tangan. Jika jari - jari ditekuk erat, tangan akan membentuk suatu kepalan. Selain manusia, banyak jenis hewan lain yang memiliki tangan, terutama dari kelompok primata.

2.1.3 Gedung

Definisi gedung adalah bangunan tembok dan sebagainya yang berukuran besar sebagai tempat kegiatan seperti perkantoran, pertemuan, perniagaan, pertunjukan, olahraga, dan sebagainya. Ataupun juga rumah tembok yang berukuran besar. Gedung DPR terdiri dari Gedung Utama Nusantara yang berbentuk kubah.

2.1.4 Kartun dan Karikatur

Secara singkat dapat dijelaskan, bahwa karikatur seperti halnya kartun strip, kartun gags kartun kata, kartun komik dan kartun animasi adalah bagian dari apa yang dinamakan kartun. Karikatur adalah produk suatu keahlian seorang karikaturis, baik dari segi pengetahuan, intelektual, teknik melukis, psikologis, cara melobi, referensi bacaan, maupun bagaimana dia memilih topik isu yang tepat. Karena itu, kita bisa mendeteksi intelektual seorang karikaturis dari sudut ini. Juga, cara dia mengkritik yang secara langsung membuat orang yang dikritik justru tersenyum Sobur, 2006: 140 Karikatur adalah bagian dari opini penerbit yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar khusus. Semula, karikatur ini hanya merupakan selingan atau ilustrasi belaka. Namun, pada perkembangan selanjutnya, karikatur dijadikan sarana untuk menyampaikan kritik yang sehat. Dikatakan kritik yang sehat karena penyampaiannya dilakukan dengan gambar-gambar lucu dan menarik Sobur, 2006: 40. Kritik ditulis dengan huruf besar semua. Menggunakan huruf besar telah dianggap sama dengan berteriak. Huruf besar mungkin merupakan sebuah cara untuk menarik perhatian seseorang, tetapi huruf besar tidak mempertahankan perhatian, terutama kalau dipakai terus-menerus.

2.1.5 Karikatur Dalam Media Massa

Komunikasi massa secara umum diartikan sebagai komunikasi yang dilakukan melalui media massa seperti majalah, surat kabar, radio, televisi dan lain sebagainya. Komunikasi massa merupakan komunikasi dimana penyampaian pesan kepada sejumlah orang dilakukan melalui media massa. Baik kartun maupun karikatur di Indonesia belakangan ini sudah bisa menjadi karya seni yang menyimpan gema panjang, sarat oleh pesan dan estetika, disamping kadar humornya. Karikatur penuh dengan perlambangan-perlambangan yang kaya akan makna, oleh karena itu karikatur merupakan ekspresi dari situasi yang menonjol di dalam masyarakat. Setajam atau sekeras apapun kritik yang diampaikan sebuah gambar karikatur, tidak akan menyebabkan terjadinya evolusi. Dengan kata lain, karikatur dapat mengetengahkan suatu permasalahan yang sedang hangat di permukaan. Menurut Anderson, dalam memahami studi komunikasi politik di Indonesia akan lebih mudah dianalisa mengenai konsep politik Indonesia dengan membedakan dalam dua konsep, yaitu dengan Direct Speech komunikasi langsung dan Symbolic Speech komunikasi tidak langsung. Komunikasi langsung merupakan konsepsi politik yang analisanya dipahami sejauh penelitian tersebut ditinjau dari komunikasi yang bersifat langsung, seperti humor, gossip, diskusi, argumen, intrik, dan lain - lain. Sedangkan komunikasi tidak langsung, tidak dapat secara langsung dipahami maupun diteliti seperti patung, monument dan simbol - simbol lainnya Bintoro dalam Marliani, 2004: 49. Peran karikatur yang tertulis seperti yang telah diuraikan di atas, merupakan alasan utama dijadikannya karikatur sebagai objek studi ini. Selain karena karikatur merupakan suatu penyampaian pesan lewat kritik yang sehat dan juga suatu keahlian karikaturis adalah bagaimana dia memilih topik - topik isu yang tepat dan masih hangat.

2.1.6 Kritik Sosial

Indonesia terbangun ketika budaya tulis sudah menyebar luas, ketika segala tatanan kehidupan dirumuskan secara tertulis dan tidak tertulis baik dalam bentuk buku, majalah, surat kabar, radio, televisi, dan internet. Semakin luas melalui pendidikan modern dan yang tak kalah pentingnya, ketika segala bentuk tulisan sebagian besar menyampaikan berbagai informasi melalui bahasa Indonesia dijadikan media resmi pendidikan nasional dan sebagai alat komunikasi dalam birokrasi Masoed, 1999: 42. Dengan demikian melestarikan atau mempertahankan kritik terselubung dalam konteks budaya yang tidak lagi menopangnya, sama saja dengan membunuh eksistensi kritik sehingga sebuah institusi sosial yang lahir dari kebutuhan pengembangan hidup bersama manusia. Dalam konteks budaya tulis, budaya modern materialistis yang berpenopang pada budaya tulis di atas pembangunan, pengembangan, dan penyebaran kritik sama statusnya dengan pembangunan dan pengembangan, dan penyebaran kritik itu sendiri. Dalam beberapa pengertian kritik sosial mengandung konotasi negatif seperti “celaan”, namun kata “kecaman” mengandung kemungkinan kata positif yaitu dukungan, usulan, atau saran, penyelidikan yang cermat. Masoed, 1999: 36. Definisi “kritik” menurut kamus Oxford adalah “one who appreises literaryor artistic work” atau suatu hal yang membentuk dan memberikan penilaian untuk menemukan kesalahan terhadap sesuatu. Kritik awalnya dari bahasa Yunani Kritike = pemisahan, Krinoo = memutuskan dan berkembang dalam bahasa Inggris “critism” yang berarti evaluasi atau penilaian tentang sesuatu. Sementara sosial adalah suatu kajian yang menyangkut kehidupan dalam bermasyarakat menciptakan suatu kondisi sosial yang tertib dan stabil Susanto, 1986: 7. Dalam kritik sosial, pers dan politik Indonesia kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai sumber kontrol terhadap jalannya sebuah sistem sosial atau proses bermasyarakat. Dalam konteks inilah kritik sosial merupakan salah satu unsur penting dalam memelihara sistem sosial. Dengan kata lain, kriti sosial dalam hal ini berfungsi sebagai wahana untuk konservasi dan reproduksi sebuah sistem sosial atau masyarakat Abar dalam Masoed, 1999: 47. Kritik sosial juga dapat berarti sebuah inovasi sosial dalam arti bahwa kritik sosial menjadi sarana komunikasi gagasan baru, sembari menilai gagasan lama, untuk suatu perubahan sosial. Kritik sosial konservatif, status quo dalam masyarakat untuk perubahan sosial, kritik sosial dalam pengertian ini sering muncul ketika masyarakat atau sejumlah orang atau kelompok sosial dalam masyarakat yang menginginkan suasana baru, suasana yang lebih bai dan lebih maju, atau secara kritik sosial yang demikian yang lebih banyak dianut kaum oleh kritis dan strutualis. Mereka melihat kritik sosial adalah wahana komunikatif untuk suatu tujuan perubahan sosial. Suatu kritik sosial selalu menginginkan perbaikan, ini berarti bahwa suatu kritik sosial yang murni kurang didasarkan pada peneropongan kepentingan diri saja, melainkan justru menitikberatkan dan mengajak masyarakat atau khalayak untuk memperhatikan kebutuhan - kebutuhan nyata dalam masyarakat. Suatu kritik sosial kiranya didasarkan pada rasa tanggung jawab atas perkembangan lingkungan sosialnya, sehingga diharapkan dapat menuju ke arah perbaikan dalam masyarakat untuk mewujudkan suatu ketertiban sosial. Susanto, 1986: 105. Kritik sosial dapat disampaikan melalui berbagai wahana, mulai dari cara yang paling tradisional, seperti berjemur diri, ungkapan - ungkapan sindiran melalui komunikasi antar personal dan komunikasi sosial melalui berbagai pertunjukan sosial dan kesenian dalam komunikasi publik, seni sastra, dan melalui media massa. Kritik dari masyarakat ini hendaknya ditanggapi dengan serius oleh pemerintah. Memang dalam menanggapi kritik dari masyarakat, belum menjamin persoalan akan selesai, tetapi itu menunjukkan adanya perhatian dari pemerintah. Perhatian inilah yang secara akumulatif membentuk kesan, pemerintah mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap rakyatnya. Apabila masyarakat sudah diperhatikan aspirasinya, masyarakat tidak akan lupa budi, sehingga apabila pemerintah mempunyai program kerja maka partispasi masyarakat akan muncul dengan sendirinya Panuju, 1999: 49. Kritik sosial itu sebenarnya merupakan sesuatu yang positif karena ia mendorong sesuatu yang terjadi didalam masyarakat untuk kembali ke kriteria yang dianggap wajar dan telah disepakati bersama. Menurut Aris Susanto dalam bidang politik istilah kritik sosial seringkali memperoleh konotasi negatif karena diartikan mencari kelemahan - kelemahan pihak lain dalam pertarungan politik sehingga arti yang substansial dari kritik sosial itu menjadi kabur Masoed, 1999: 71. Kesan oposisi sejauh mungkin harus dapat dihindarkan, masyarakat awam menganggap kritik sama dengan oposisi, yang artinya “pihak sana” out group sehingga kritik tertuju kebijaksanaan atau oknum aparat pemerintah, diidentifikasi sebagai penentang atau melawan pemerintah. Padahal, kritik bukanlah seperti itu. Kritik tidak selamanya berarti melawan. Kritik itu mengandung muatan - muatan saling memberi arti. Setidaknya menjadi masukan yang dapat dipertimbangkan dalam merumuskan kebijaksanaan dan tindak lanjutnya. Ali, 1999: 84. Kritik - kritik terbaik, sesuai dengan setting sosial, politik, dan budaya kita adalah kritik yang membuat saran kritik menangis, tapi dalam mimik mukanya yang tetap tertawa, artinya jika kita melaksanakan kritik kepada sasaran tertentu, kritik tersebut tidak boleh membuat malu sasaran kritik dihadapan publik, apalagi secara meluas. Sesuai dengan ciri makhluk rasional, maka keterbukaan dan kritik harus mengandung beberapa unsur utama. Diantaranya adalah peningkatan supremasi individu, kompetisi dan membuka peluang pengarahan bagi tindakan manusia untuk meraih sukses dan keuntungan di planet bumi ini. Ali, 1999: 194. Dengan demikian, melestarikan atau mempertahankan kritik terselubung dalam konteks budaya yang tidak lagi menopangnya sama saja membunuh eksistensi kritik sebagai sebuah institusi sosial yang lahir dari kebutuhan pengembangan hidup kebersamaan manusia. Dalam konteks budaya tulis, budaya modern materialistis yang berpenopang pada budaya tulis diatas, pembangunan, pengembangan, penyebaran kritik sama statusnya dengan pembangunan, pengembangan, dan penyebaran kritik itu sendiri.

2.1.7 Politik

Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik. Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional. Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain :  politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama  politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara  politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat  politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik. Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara lain: kekuasaan politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik, proses politik, dan juga tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk tentang partai politik. teori klasik Aristoteles

2.1.8 Pendekatan Semiotika

Kata “semiotika” berasal dari bahasa Yunani, Semeion yang berarti tanda, atau Seme yang berarti penafsir tanda. Semiotika sendiri berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika, poetika. Semiotika adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang tanda. Tanda terdapat dimana - mana “kata” adalah tanda, demikian pula gerak isyarat, lampu lalu lintas, bendera, dan sebagainya. Struktur karya sastra, struktur film, bangunan arsitektur atau nyanyian burung dapat dianggap sebagai tanda. Segala sesuatu dapat menjadi tanda, tanda - tanda tersebut menyampaikan suatu informasi atau pesan baik secara verbal maupun non verbal sehingga bersifat komunikatif. Hal tersebut memunculkan suatu proses pemaknaan oleh penerima tanda akan makna informasi atau pesan dari pengirim pesan. Semiotika merupakan cabang ilmu yang semula berkembang dalam bidang bahasa. Dalam perkembangannya kemudian semiotika bahkan masuk pada semua segi kehidupan manusia, sehingga Derrida dalam kurniawan, 2008: 34, mengikrarkan bahwa tidak ada sesuatu pun di dunia ini sepenting bahasa. “there is nothing outside languange”. Bahasa dalam hal ini dibaca sebagai “teks” atau “tanda”. Dalam konteks ini tanda memegang peranan penting dalam kehidupan umat manusia sehingga : “manusia yang tak mampu mengenal tanda, tak akan bertahan hidup” Widagdo dalam Kurniawan, 2008. Charles Sanders Peirce merupakan ahli filsafat dan tokoh terkemuka dalam semiotika modern Amerika menegaskan bahwa, manusia hanya dapat berfikir dengan sarana tanda dan manusia hanya dapat berkomunikasi dengan tanda. Tanda yang dapat dimanfaatan dalam seni rupa berupa tanda visual yang bersifat non verbal, terdiri dari unsur dasar berupa seperti grafis, warna, bentuk, tekstur, komposisi, dan sebagainya. Tanda - tanda yang bersifat verbal adalah objek yang dilukiskan, seperti objek, manusia, binatang, alam, imajinasi atau hal hal lainnya yang abstrak. Apapun alasan senirupawan, designer untuk berkarya, karyanya adalah sesuatu yang kasat mata, karena itu secara umum bahasa digunakan untuk merangkul segala yang kasat mata dan merupakan media atara perupa dengan pemerhati atau penonton. Seniman dan designer membatasi bahasa rupa pada segitiga, estetis - simbolis - bercerita story telling . Bahasa merupakan imaji dan tata ungkapan. Imaji mencakup makna yang luas, baik imaji yang kasat mata maupun imaji yang ada khayalnya. Menurut John Fiske pada intinya semua model yang membahas mengenai makna dalam studi semiotik memiliki bentuk yang sama, yaitu membahas tiga elemen antara lain: 1 Sign atau tanda itu sendiri Pada wilayah ini akan dipelajari tentang macam - macam tanda. Cara seseorang dalam memproduksi tanda, macam - macam makna yang terkandung di dalamnya dan juga bagaimana mereka saling berhubung dengan orang - orang yang menggunakannya. Dalam hal ini tanda dipahami sebagai komunikasi makna dan hanya bisa dimaknai oleh orang - orang yang telah mempersiapkannya. 2 Codesi atau kode Sebuah sistem yang terdiri dari berbagai macam tanda yang terorganisasikan dalam usaha memenuhi kebutuhan masyarakat atau budaya untuk mengeksploitasi media komunikasi yang sesuai dengan transmisi pesan mereka. 3 Budaya Lingkungan dimana tanda atau kode itu berada. Kode dan lambang tersebut segala sesuatunya tidak dapat lepas dari latar belakang budaya dimana tanda dan lambang itu digunakan. Dalam semiotik model yang digunakan dapat berasal dari berbagai ahli, seperti Saussure, Peirce, dan sebagainya. Pada penelitian ini yang akan digunakan adalah model semiotik milik Peirce karena adanya kelebihan yang dimiliki yaitu tidak mengkhususkan analisisnya pada studi linguistik.

2.1.9 Semiotika Charles Sanders Peirce

Semiotik untuk studi media massa tidak hanya terbatas sebagai kerangka teori, namun sekaligus juga sebagai metode analisis Sobur, 2004: 83. Bagi Peirce tanda “is something which stand to somebody for something in some respect or capacity”. Kita misalnya dapat menjadikan teori Segitiga Makna Triangel Meaning, menurut Peirce salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sesuatu yang digunakan agar tanda dapat berfungsi, oleh Peirce disebut ground. Konsekuensinya, tanda Sign atau Represetamen selalu terdapat dalam sebuah triadik, yakni ground, object dan interpretant Sobur, 2004: 41. Sementara itu interpretant adalah suatu tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Makna adalah persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi Barthes dalam Kurniawan, 2008: 37. Charles Sanders Peirce membagi antara tanda dan acuannya tersebut menjadi kategori yaitu : ikon, indeks, simbol adalah tanda yang hubungan antara penanda dan penandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain ikon adalah hubungan antara tanda objek atau acuan yang bersifat kemiripan, misalnya potret dan peta. Indeks adalah tanda yang menunjuk adanya hubungan alamiah antara tanda dan penanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Contoh yang paling jelas ialah asap sebagai tanda adanya api. Tanda dapat pula mengacu pada denotatum melalui konvensi. Tanda seperti itu adalah tanda konvensional yang biasa disebut simbol. Jadi, simbol tanda yang menunjuk hubungan alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat arbitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi atau perjanjian masyarakat Sobur, 2004: 42. Hubungan segitiga makna Peirce lazimnya ditampilkan dalam gambar berikut. Fiske dalam Sobur, 2001: 85 Sign Interpretant Object Gambar 2.1 : Hubungan Tanda, Objek, dan Interpretant Peirce Menurut Pierce sebuah tanda itu mengacu pada sebuah acuan, dan representasi adalah fungsi utamanya. Hal ini sesuai dengan definisi dari tanda itu sendiri yaitu sebagai sesuatu yang memiliki bentuk fisik, dan harus merujuk pada sesuatu yang lain dari tanda tersebut. Pierce ingin mengidentifikasikan partikel dasar dari tanda dan mengembangkannya kembali semua komponen dalam struktur tunggal. Dalam pendekatan semiotik model Charles S. Pierce, diperlukan adanya 3 unsur utama yang bisa digunakan sebagai model analisis, yaitu tanda, objek, dan interpretant. Charles S. Peirce membagi antara tanda dan acuannya tersebut menjadi tiga kategori, yaitu : ikon, indeks, simbol. Ketiga kategori tersebut digambarkan dalam sebuah model segitiga sebagai berikut : Icon Index Simbol Gambar 2.2 : Model Kategori Tanda Oleh Peirce

2.1.10 Konsep Makna

Para ahli mengakui, istilah makna meaning memang merupakan kata dan istilah yang membingungkan. Dalam bukunya The Meaning of Meaning , Odgen dan Richards dalam buku Kurniawan, 2008: 27 telah mengumpulkan tidak kurang dari 22 batasan mengenai makna. Makna sebagaimana dikemukakan oleh Fisher dalam Sobur, 2004: 248, merupakan konsep yang abstrak yang telah menarik perhatian para ahli filsafat dan para teoritis ilmu sosial selama 2000 tahun silam. Semenjak Plato mengkonseptualisasikan makna manusia sebagai salinan “ultrarealitas”, para pemikir besar telah sering mempergunakan konsep itu dengan penafsiran yang sangat luas yang merentang sejak pengungkapan mental dari Locke sampai ke respon yang dikeluarkan dari Skinner. “Tetapi”, kata Jerold Katz dalam Kurniawan, 2008: 47, “setiap usaha untuk memberikan jawaban yang langsung telah gagal. Beberapa seperti misalnya Plato, telah terbukti terlalu samar dan pekulatif. Yang lainnya memberikan jawaban salah.” Menurut Devito, makna bukan terletak pada kata - kata melainkan pada manusia. “Kita”, lanjut Devito, menggunakan kata - kata untuk mendekati makna yang ingin kita komunikasikan. Tetapi kata - kata ini secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang kita maksudkan. Demikian pula makna yang didapat pendengar dari pesan - pesan akan sangat berbeda dengan makna yang ingin kita komunikasikan. Komunikasi adalah proses yang kita gunakan untuk memproduksi dibenak pendengar dan apa yang ada dalam benak kita. Ada tiga hal yang dijelaskan para filusuf dan linguis sehubungan dengan usaha menjelaskan istilah makna. Ketiga hal tersebut adalah 1 menjelaskan makna secara alamiah, 2 mendeskripsikan secara alamiah, 3 menjelaskan makna dalam proses komunikasi Kempson dalam Sobur, 2004: 258. Ada beberapa pandangan yang menjelaskan teori atau konsep makna. Model konsep makna Johnson dalam Devito 1997: 123 - 125 sebagai berikut : 1 Makna dalam diri manusia. Makna tidak terletak pada kata - kata melainkan pada manusia. Kita menggunakan kata - kata untuk mendekati makna yang ingin kita komunikasikan, tetapi kata - kata tersebut tidak secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang ingin kita gunakan untuk memproduksi dibenak pendengar apa yang ada dalam benak kita dan proses ini adalah proses yang bisa salah. 2 Makna berubah. Kata - kata relatif statis, banyak dari kata - kata yang kita gunakan 200 atau 300 tahun yang lalu. Tetapi makna dari kata - kata ini dan berubah khusus yang terjadi pada dimensi emosional makna. 3 Makna membutuhkan acuan, walaupun tidak semua komunikasi mengacu pada dunia nyata. Komunikasi hanya masuk akal bilamana ia mempunyai kaitan dengan dunia atau lingkungan eksternal. 4 Penyingkiran berlebihan akun mengubah makna. Berkaitan erat dengan gagasan bahwa acuan tersebut kita butuhkan bilamana terjadi masalah komunikasi yang akibat penyingkatan berlebihan tanpa mengaitkan acuan yang diamati. Bila kita berbicara tentang cerita, persahabatan, kebahagiaan, kejahatan dan konsep - konsep lain yang serupa tanpa mengaitkannya dengan sesuatu yang spesifik, kita tidak akan bisa berbagi makna dengan lawan bicara. 5 Makna tidak terbatas jumlahnya. Pada suatu saat tertentu, jumlah kata dalam suatu bahasa terbatas, tetapi maknanya tidak terbatas. Karena itu kebanyakan kita mempunyai banyak makna. Ini bisa menimbulkan masalah bila ada sebuah kata diartikan secara berbeda oleh dua orang yang sedang berkomunikasi. Makna yang dikomunikasikan hanya sebagian. Makna yang kita peroleh dari suatu kejadian bersifat multi aspek dan sangat kompleks. Tetapi hanya sebagian saja dari makna - makna ini yang benar - benar dapat dijelaskan. Banyak dari makna tersebut yang tetap tinggal dalam benak kita, karenanya pemaknaan yang sebenarnya mungkin juga merupakan tujuan yang ingin kita capai tetap tidak pernah tercapai Sobur, 2003: 285 - 289.

2.2 Kerangka Berpikir

Setiap individu mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda - beda dalam memahami suatu peristiwa atau obyek. Hal ini dikarenakan latar belakang pengalaman field of experience dan pengetahuan frame of reference yang berbeda - beda dari setiap individu tersebut. Begitu juga penelitian yang memahami lambang dan tanda yang ada, dalam obyek yang berdasarkan pengalaman dan pengetahuan peneliti. Berdasarkan landasan teori yang telah disampaikan, maka peneliti dalam memaknai kartun editorial Clekit melakukan pemaknaan terhadap tanda dan lambang berbentuk gambar dengan menggunakan teori segitiga makna Pierce triangle meaning yang meliputi tanda, obyek, dan interpretan sehingga diperoleh hasil intrepetasi data mengenai kartun editorial Clekit tersebut. Tanda yang dimaksud disini adalah gambar dalam media cetak yang kemudian tanda tersebut dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu : ikon, indeks, dan symbol. Obyek disini adalah karikatur Clekit pada surat kabar Jawa Pos yang bertema “Kontroversi Pencoretan Gedung DPR” pada edisi Sabtu, 31 Juli 2010. Setelah menganalisis kategori tanda tersebut, maka peneliti akan mengetahui makna gambar kartun editorial Clekit tersebut. Sistematika tersebut digambarkan sebagai berikut : Pemaknaan dengan Pendekatan Semiotika Charles Sanders Pierce Karikatur Clekit Hasil Interpretan 1. Ikon “Kontroversi Pencoretan Gedung DPR”  Gambar kartun laki - laki yang memakai topi.  Gambar gedung DPR. 2. Indeks  Tulisan “KALAU ANGGOTA DEWAN TETAP NGGAK BERUBAH KELAKUANNYA, LAIN KALI CORAT-CORETNYA LANGSUNG DI JIDAT MEREKA SAJA”.  Tulisan “Jujur, adil, tegas”.  Tanda garis-garis di atas tulisan “Jujur, adil, tegas 3. Simbol  Gambar gedung DPR. Gambar 2.3 : Bagan Kerangka Berpikir 40

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan semiotik. Alasan digunakannya metode deskriptif kualitatif terdapat beberapa faktor pertimbangan, yaitu pertama metode deskriptif kualitatif akan lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian ini kenyataannya ganda, kedua metode deskriptif kualitatif menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek peneliti, ketiga metode deskriptif kualitatif lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola - pola nilai yang dihadapi Moeloeng, 2002: 33. Selain itu pada dasarnya semiotik bersifat kualitatif interpretatif, yaitu suatu metode yang memfokuskan dirinya pada tanda dan teks sebagai objek kajian, serta bagaimana menafsirkan dan memahami kode dibalik tanda dan teks tersebut Christomy dan Yuwono dalam Marliani, 2004: 48. Oleh karena itulah peneliti harus memperhatikan beberapa hal dalam penelitian ini, pertama adalah konteks atau situasi sosial di seputar dokumen atau teks yang diteliti. Disini peneliti diharapkan dapat memahami makna dari teks yang diteliti. Kedua adalah proses atau bagaimana suatu

Dokumen yang terkait

KRITIK POLITIK DAN KRITIK SOSIAL PADA KARIKATUR DI JAWA POS(Analisis isi Surat Kabar Harian Jawa Pos Edisi Bulan 01 Agustus- 30 September 2005 )

0 3 2

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA KOLOM OPINI JAWA POS (Studi Semiotik tentang Pemaknaan Karikatur Clekit pada Kolom Opini di Jawa Pos Edisi 3 April 2012).

0 0 81

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Editorial Clekit Pada Media Jawa Pos Edisi 17 Agustus 2010).

0 0 81

KRITIK SOSIAL KARIKATUR CLEKIT KEBOHONGAN PEMERINTAH (Studi Semiotik Kritik Sosial Karikatur Clekit Pada Surat Kabar Jawa Pos “Kebohongan Pemerintah” Edisi Sabtu, 15 Januari 2011).

0 1 110

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA SURAT KABAR HARIAN PAGI JAWA POS (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Karikatur “Clekit” Kualitas Kabinet Indonesia Bersatu II pada Harian Pagi Jawa Pos Edisi 24 September 2011 ).

0 1 74

KRITIK SOSIAL DAN POLITIK KARIKATUR CLEKIT PADA SURAT KABAR JAWA POS (Studi Semiotik Kritik Sosial dan Politik Karikatur Clekit Pada Surat Kabar Jawa Pos “Kontroversi Pencoretan Gedung DPR” Edisi Sabtu, 31 Juli 2010)

1 1 23

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Editorial Clekit Pada Media Jawa Pos Edisi 17 Agustus 2010)

0 0 18

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA SURAT KABAR HARIAN PAGI JAWA POS (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Karikatur “Clekit” Kualitas Kabinet Indonesia Bersatu II pada Harian Pagi Jawa Pos Edisi 24 September 2011 )

0 0 18

MAKNA KRITIK SOSIAL DALAM KARIKATUR EDITORIAL "OOM PASIKOM DAN CLEKTT" PADA SURAT KABAR KOMPAS DAN SURAT KABAR JAWA POS

0 1 17

Hasil Pengecekan Plagiasi dengan judul Makna Kritik Sosial Dalam Karikatur Editorial "Oom Pasikom dan Clekit" Pada Surat Kabar Jawa Pos

0 0 17