menandakan yang dikomentari yaitu pokok permasalahan tersebut. Yakni tentang kinerja anggota dewan yang bekerja di dalam gedung DPR yang
sebagai tempat perkantoran wakil rakyat atau pemerintah.
4.4 Makna keseluruhan Pemaknaan Kritik Sosial dan Politik Karikatur
Clekit Pada Surat Kabar Jawa Pos “Kontroversi Pencoretan Gedung DPR” Edisi Sabtu, 31 Juli 2010 dalam model Triangel of Meaning
Peirce
Melalui segitiga makna Peirce Triangel of Meaning, peneliti memaknai secara keseluruhan tampilan karikatur Clekit Pada Surat Kabar
Jawa Pos “Kontroversi Pencoretan Gedung DPR” Edisi Sabtu, 31 Juli 2010. Segitiga tersebut terdiri atas tanda yaitu setiap bentuk pemaknaan yang bisa
ditimbulkan oleh rubrik suatu Koran, baik konotatif maupun denotatif. Objek dalam penelitian ini adalah keseluruhan karikatur mulai dari
bentuk, jenis, dan bentuk dari penyajian pesan yang ingin disampaikan. Kemudian diinterpretan, peneliti akan menganalisis karikatur yang diambil
dari korpus, yaitu karikatur Clekit Pada Surat Kabar Jawa Pos “Kontroversi Pencoretan Gedung DPR” Edisi Sabtu, 31 Juli 2010 secara keseluruhan
dengan menghubungkan antara tanda dan acuan tanda dalam model kategori Peirce, yaitu : ikon, indeks, simbol. Hasil dari interpretasi merupakan hasil
yang diserap peneliti. Pemilihan karikatur Clekit Pada Surat Kabar Jawa Pos “Kontroversi Pencoretan Gedung DPR” Edisi Sabtu, 31 Juli 2010 menjadi
pertimbangan tersendiri bagi pihak peneliti
.
Pemilihan gambar karikatur Clekit yang bertema “Kontroversi Pencoretan Gedung DPR” sebagai objek penelitian karena gambar
karikaturnya yang unik. Dapat dikatakan unik karena gambar tersebut jelas merupakan suatu sindiran kepada wakil rakyat. Aksi Pong Harjatmo yang
kemudian diteruskan oleh kartunis melalui karikaturnya merupakan bentuk kritik sekaligus koreksi dari rakyat terhadap wakilnya, ini mengindikasikan
sebuah otokritik bagi anggota dewan. Juga karena apa yang disajikan dalam gambar karikatur editorial tersebut seakan - akan menggambarkan
tanggapan permasalahan yang terjadi dalam sudut pandang masyarakat Indonesia. Ini adalah suatu bentuk spontanitas dan kejujuran dari seorang
rakyat baik melalui aksi tersebut ataupun juga karikatur yang diwakili. Sebuah kontrol politik yang bisa dianggap tulus dan tidak ditumpangi
kepentingan apapun. Pada objek penelitian ini, bentuk karikaturnya adalah berbentuk
persegi panjang layaknya karikatur-karikatur yang terdapat pada rubrik- rubrik Koran. Kemudian, jenis karikatur yang dijadikan penelitian ini adalah
jenis kartun komik. Sedangkan, untuk penyajian pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa rakyat Indonesia menginginkan politik dan
sistem pemerintahan yang jujur, adil dan tegas yang diwujudkan dalam sebuah karikatur.
Dengan adanya karikatur yang merupakan sebuah perwujudan dari ekspresi yang dimiliki oleh karikaturis, menunjukkan kegigihan serta rasa
emosional yang sangat tinggi untuk memberantas kebohongan ketidakadilan
dan juga keinginan atau harapan mereka terhadap sistem pemerintahan atau politik yang tegas.
Makna keseluruhan dari ikon, indeks dan simbol pada karikatur clekit kontroversi pencoretan gedung DPR adalah, seorang rakyat yang
mengkomentari pencoretan gedung DPR. Seorang rakyat tersebut digambarkan dengan gambar kartun laki-laki dengan ekspresi wajah mata
yang terbelalak dengan posisi wajah condong kearah kanan menghadap depan, jadi terlihat jelas mata kirinya terarah pada gedung DPR sedangkan
mata sebelah kanan seakan menandakan mengajak bicara pada khalayak atau masyarakat Indonesia.
Gambar kartun laki-laki tersebut berdiri tegak sambil satu tangannya bersandar di pinggang sementara tangan kirinya mengacungkan
ibu jari dan menunjuk ke arah gedung DPR. Tangan yang bersandar di pinggang menandakan sedang berkomentar dengan santai namun komentar
tersebut tajam nan lugas, sedangkan tangan kiri mengacungkan ibu jari dan menunjuk ke arah gedung DPR menandakan yang dikomentari yaitu pokok
permasalahan tersebut adalah kinerja anggota dewan yang bekerja di dalam gedung DPR yang sebagai tempat perkantoran wakil rakyat atau pemerintah.
Tulisan “KALAU ANGGOTA DEWAN TETAP NGGAK BERUBAH KELAKUANNYA, LAIN KALI CORAT-CORETNYA
LANGSUNG DI JIDAT MEREKA SAJA”. Ini mengindikasikan kekesalan terhadap wakil rakyat. Kata “ANGGOTA DEWAN” menandakan mereka
yang sebagai wakil rakyat terutama anggota DPR. Kemudian kata “NGGAK BERUBAH KELAKUANNYA” menandakan perilaku selama ini anggota
dewan yang disesali rakyat yang tak mau kunjung berubah yakni jauh dari kata-kata jujur, adil dan tegas. Yang menarik adalah kata “JIDAT MEREKA
SAJA” kata tersebut mengandung penegasan tanpa kompromi yakni langsung coret di jidat mereka saja.
Dalam tulisan “Jujur, adil, tegas” mempunyai makna bahwa pemerintah harus memiliki sikap Jujur, adil dan tegas dalam menjalankan
pemerintahan di Indonesia. Jujur yakni dengan sistem pemerintahan yang transparansi dan tidak korupsi. Adil dimaksudkan yaitu memandang seluruh
rakyat Indonesia memiliki hak-hak yang sama yang harus dipenuhi dan diperhatikan oleh pemerintah. Tegas dalam artian konsisten dalam
menjalankan segala keputusan dalam sistem pemerintahan. Tanda garis-garis yang memanjang di atas tulisan “Jujur, adil,
tegas”, menunjukkan identik dengan “ketegasan” pernyataan yang kuat dalam tulisan tersebut. Tanda garis-garis tersebut juga sebagai daya tarik.
Gedung DPR di dalam karikatur Clekit adalah Gedung Utama Nusantara yang berbentuk kubah. Gedung DPR tersebut sebagai tempat
perkantoran wakil rakyat atau pemerintah. Di dalam gedung DPR digunakan sebagai tempat bekerja anggota dewan. Kegiatan – kegiatan yang terjadi di
dalam gedung DPR tersebut adalah rapat anggota dewan dan menjalankan sistem pemerintahan.
Disamping itu, pemilihan gambar gedung DPR yang dimuat sendiri merupakan perwakilan dari pemerintahan di Indonesia. Gedung DPR
diidentikkan dengan wakil rakyat atau disebut juga sebagai pemerintah. Kemudian karikaturnis ingin membandingkan pemuatan gambar gedung
DPR tersebut dengan realitas yang terjadi saat ini yang kebanyakan pemerintah masih jauh dari kata-kata jujur, adil dan tegas. Kritik dalam
karikatur tersebut ingin membawa Indonesia ke sistem pemerintahan yang jujur, adil dan tegas untuk menyongsong masa depan yang lebih baik.
Oleh karena itu, kritik sosial dan politik yang disampaikan dalam karikatur tersebut menginginkan suasana baru, suasana yang lebih baik dan
lebih maju, seperti halnya, lembaga pemerintahan yang jujur, adil dan tegas. Kritik yang dilakukan oleh karikaturis dalam sebuah karikatur tidak
selamanya berarti melawan, tetapi mengandung muatan saling memberi arti, setidaknya masukan yang dapat dipertimbangkan oleh pemerintah.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil interpretasi dan penjelasan peneliti dalam pemaknaan kritik sosial dan politik secara keseluruhan dalam karikatur Clekit pada
Surat Kabar Jawa Pos “Kontroversi Pencoretan Gedung DPR” Edisi Sabtu, 31 Juli 2010, maka kesimpulan yang dapat digambarkan oleh penulis
adalah, karikatur tersebut tidak menginginkan adanya sistem pemerintahan atau politik yang kotor, seperti halnya jauh dari kata-kata jujur, adil dan
tegas yang masih dilakukan oleh sebagian besar pemerintah atau anggota DPR. Yang berarti memiliki makna menginginkan suasana baru, suasana
yang lebih baik dan lebih maju, yaitu sistem politik atau pemerintahan yang bersih, transparan, serta melayani dengan adil dan sepenuh hati yang
sesuai dengan kata-kata jujur, adil dan tegas. Penulis berusaha memaknai kritik sosial dan politik dalam karikatur sebagai perwujudan aksi protes
tersebut. Kritik yang diwujudkan dalam sebuah karikatur, tujuannya bukan memberikan nilai yang negatif untuk para anggota DPR, namun tujuannya
adalah memberikan sebuah kritik yang bersifat membangun, yang harus dipelajari serta dipertimbangkan oleh pemerintah atau anggota DPR.