Pak The sendiri memilih TEMPO dengan pertimbangan khusus. TEMPO kan belum punya surat kabar. Kalau saya serahkan kepada rekan yang sudah
punya surat kabar, tentu surat kabar saya ini akan dinomorduakan, begitu kata Pak The saat itu. Dengan pertimbangan seperti itu Pak The ingin perkembangan
JAWA POS tidak terhambat.
Pak The sendiri dalam usianya yang sudah 89 tahun akhirnya memang berangkat ke Inggris bersama istrinya, Megah Endah, yang berusia 71 tahun. Dia
berpesan agar JAWA POS bisa dikembangkan sebagaimana di masa mudanya. Maka pada suatu malam sebelum keberangkatannya ke Inggris sebuah pesta kecil
diadakan di halaman rumahnya di Jalan Pregolan. Di situlah diadakan kebulatan tekad. Kami bertekad merebut kembali sejarah yang pernah dibuat Pak The,
begitu kata-kata akhir sambutan Dahlan Iskan yang saat itu ditunjuk untuk memimpin Jawa Pos.
4.2 Penyajian Data
Dari hasil pengamatan peneliti yang dilakukan pada gambar karikatur Clekit pada Surat Kabar Jawa Pos maka akan disajikan data - data
yang didapat dari gambar karikatur edisi Sabtu, 31 Juli 2010. Data - data yang dianalisis terdiri dari sekumpulan tanda - tanda yang secara spesifik
akan dipilah - pilah yang disesuaikan dengan materi data yang tersedia. Tanda - tanda tersebut berupa tanda yang digunakan sebagai
indikator pengamatan dalam penelitian. Pengkategorian tanda pada karikatur
ini berdasarkan landasan teori Semiotika Charles Sanders Peirce untuk mengetahui makna yang terkandung dalam karikatur Clekit pada Surat
Kabar Jawa Pos edisi 31 Juli 2010. Peirce membagi tanda menjadi tiga kategori yaitu : ikon, indeks,
simbol. Untuk mengungkap makna serta pesan yang disampaikan dalam karikatur tersebut, sistem tanda dibagi berdasarkan pembagian fungsi tanda
Peirce. Dalam pendekatan semiotik Peirce terdapat tiga komponen, yaitu : Tanda sign, Objek object, dan Interpretan interpretant.
4.2.1 Karikatur Clekit Pada Surat Kabar Jawa Pos “Kontroversi Pencoretan Gedung DPR” Edisi Sabtu, 31 Juli 2010
Gambar Karikatur Clekit “Kontroversi Pencoretan Gedung DPR” ditampilkan di sebuah surat kabar yaitu Jawa Pos, merupakan surat kabar
yang sasarannya umum untuk khalayak yang luas dan heterogen serta sangat menarik perhatian. Pada dasarnya karikatur tersebut menggunakan sistem
tanda bahasa dan sistem tanda visual atau gambar.
Dalam hal ini peneliti memaknai kritik sosial dan politik dalam gambar karikatur editorial Clekit yang bertema “Kontroversi Pencoretan
Gedung DPR” pasca terjadinya kejadian pencoretan yang dilakukan oleh artis senior Indonesia, Pong Harjatmo. Seperti yang diketahui Pong
Harjatmo pada jum’at 30 Juli 2010 melakukan aksi tersebut dengan nekat menaiki atap gedung kura-kura gedung nusantara. Di atap gedung tersebut
Pong menulis kata-kata “Jujur, adil, dan tegas”. Insiden tersebut memicu
perhatian seluruh Bangsa Indonesia. Ini jelas dipicu karena faktor kinerja DPR yang kebanyakan masih tidak atau jauh dari kata jujur, adil dan tegas.
Dalam gambar editorial Clekit, ditampilkan diantaranya dengan visualisasi gambar seorang rakyat yang mengkomentari pencoretan gedung
DPR, yakni yang dilakukan oleh Pong Harjatmo seorang artis senior Indonesia. Seorang tersebut berkata “KALAU ANGGOTA DEWAN
TETAP NGGAK BERUBAH KELAKUANNYA, LAIN KALI CORAT- CORETNYA LANGSUNG DI JIDAT MEREKA SAJA”.
Gambar karikatur tersebut jelas merupakan suatu sindiran kepada wakil rakyat. Aksi Pong Harjatmo yang kemudian diteruskan oleh kartunis
melalui karikaturnya merupakan bentuk kritik sekaligus koreksi dari rakyat terhadap wakilnya, ini mengindikasikan sebuah otokritik bagi anggota
dewan. Dalam gambar karikatur editorial tersebut seakan - akan menggambarkan tanggapan permasalahan yang terjadi dalam sudut pandang
masyarakat Indonesia. Ini adalah suatu bentuk spontanitas dan kejujuran dari seorang rakyat baik melalui aksi tersebut ataupun juga karikuatur yang
diwakili. Sebuah kontrol politik yang bisa dianggap tulus dan tidak ditumpangi kepentingan apapun.
Dengan adanya karikatur Clekit “Kontroversi Pencoretan Gedung DPR” ini, akan menjadi sebuah daya tarik bagi khalayak yang membaca
Surat Kabar Jawa Pos. Hal ini merupakan salah satu bentuk kritik sosial terhadap pemerintah yang diwakili oleh karikaturis. Dapat dikatakan bahwa
dengan memberi stimulus pada khalayak akan sebuah karikatur yang menjadi daya tarik dapat diingat selamanya oleh khalayak yang membaca
Surat kabar Jawa Pos, bahwa dengan memberi umpan kepada khalayak yang membaca Surat Kabar Jawa Pos maka tergantung bagaimana respons yang
diterima khalayak yang membaca Surat Kabar Jawa Pos dan dapat memberi efek sebesar apa terhadap sebuah iklan yang disajikan karikaturis tersebut.
4.2.2 Karikatur Clekit Pada Surat Kabar Jawa Pos “Kontroversi Pencoretan Gedung DPR” Edisi Sabtu, 31 Juli 2010 Dalam Kategori Tanda Pierce
Menurut Pierce sebuah tanda itu mengacu pada sebuah acuan, dan representasi adalah fungsi utamanya. Hal ini sesuai dengan definisi dari
tanda itu sendiri yaitu sebagai sesuatu yang memiliki bentuk fisik dan harus merujuk pada sesuatu yang lain dari tanda tersebut. Pierce ingin
mengidentifikasikan partikel dasar dari tanda dan mengembangkannya kembali semua komponen dalam struktur tunggal. Dalam pendekatan
semiotik model Charles S. Pierce, diperlukan adanya 3 unsur utama yang bisa digunakan sebagai model analisis, yaitu objek, tanda, dan interpretant.
Menurut pierce salah satu bentuk tanda adalah kata, sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretant adalah tanda yang ada
dalam benak seseorang, maka muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut.
Dalam pendekatan semiotik Peirce terdapat tiga komponen, yaitu : Tanda sign, Objek object, dan Interpretan interpretant. Sebagai
interpretan, peneliti menganalisa karikatur Clekit pada surat kabar Jawa Pos dalam pencarian gambar, yang dijadikan korpus sample terbatas
dengan menggunakan hubungan antara tanda dengan acuan tanda dalam model Semiotik Peirce yang membagi tanda atas tiga bagian kategori yaitu
: ikon, indeks, simbol, sehingga akan diperoleh interpretasi dari karikatur melalui kategori tanda tersebut.
Ikon di karikatur Clekit “Kontrovesi Pencoretan gedung DPR” ditunjukkan dengan :
1 Gambar kartun laki-laki yang memakai topi. 2 Gambar gedung DPR.
Indeks di karikatur Clekit “Kontrovesi Pencoretan gedung DPR” dengan tulisan, seperti :
1 “KALAU ANGGOTA DEWAN TETAP NGGAK BERUBAH KELAKUANNYA, LAIN KALI CORAT-CORETNYA LANGSUNG DI
JIDAT MEREKA SAJA”. 2 “Jujur, adil, tegas”.
3 Tanda garis-garis di atas tulisan “Jujur, adil, tegas”. Simbol di karikatur Clekit “Kontrovesi Pencoretan gedung DPR”
ditunjukkan dengan : 1 Gambar gedung DPR.
Karikatur Clekit yang terdapat pada surat kabar Jawa Pos dalam pencarian gambar, jika digambarkan dalam model Semiotik Peirce adalah
sebagai berikut :
Ikon
1 Gambar kartun laki- laki yang memakai topi.
2 Gambar gedung DPR.
Indeks Simbol
1 Gambar gedung DPR. 1 “KALAU ANGGOTA DEWAN TETAP
NGGAK BERUBAH KELAKUANNYA, LAIN KALI CORAT-CORETNYA
LANGSUNG DI JIDAT MEREKA SAJA”. 2 “Jujur, adil, tegas”.
3 Tanda garis-garis di atas tulisan “Jujur, adil, tegas”.
Gambar 4.1
Gambar karikatur Clekit dalam kategori tanda Peirce
Gambar di samping merupakan gambar interpretasi yang dilakukan terhadap karikatur Clekit pada Surat Kabar Jawa Pos. Karikatur Clekit
merupakan suatu bentuk sistem yang merujuk pada sesuatu diluar tanda itu sendiri yang ada didalam karikatur tersebut. Karikatur Clekit digunakan
oleh peneliti untuk menginterpretasikan sistem tanda dalam penelitian ini.
4.3 Analisis Pemaknaan Karikatur Clekit Pada Surat Kabar Jawa Pos