istirahat yang dianjurkan adalah selama 5 menit antar set, untuk mencegah terlalu lamanya waktu istirahat Nala, 2011.
3. Frekuensi
Frekuensi merupakan kekerapan atau kerapnya pelatihan per-minggu. Dalam pelatihan keseimbangan, frekuensi yang biasa digunakan adalah 3-5 kali
seminggu Nala, 2011. Hal ini sesuai bagi atlet sehingga menghasilkan peningkatan kemampuan otot yang baik serta tanpa menimbulkan kelelahan
yang berarti Harsono, 1996. Latihan dalam penelitian ini dilakukan tiga kali pertemuan dalam satu
minggu, dengan diberi jeda waktu tidak lebih dari 48 jam. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya waktu senggang selama 2 hari berturut-turut, ini
mengakibatkan jika berturut-turut terdapat istirahat selama lebih dari dua hari dikhawatirkan kondisi fisik anak akan kembali ke keadaan semula Nala, 1998.
2.6 Proprioceptive Exercise
Proprioceptive umumnya didefinisikan sebagai kemampuan untuk menilai dimana masing-masing posisi ekstremitas berada tanpa bantuan indera penglihatan.
Proprioceptive exercise akan merangsang sistem saraf yang mendorong terjadinya respon otot dalam mengontrol sistem neuromuskuler. Proprioceptive diatur oleh
mekanisme saraf pusat dan saraf tepi yang datang terutama dari reseptor otot, tendon, ligamen, persendian dan fascia Lephart, et al., 2013.
Pelatihan proprioseptif dapat meningkatkan keseimbangan karena proprioseptif merupakan salah satu komponen yang berperan dalam terbentuknya
keseimbangan. Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari sistem
sensorik vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk proprioseptif dan muskuloskeletal otot, sendi, dan jaringan lunak lain yang diatur di dalam otak
kontrol motorik, sensorik, basal ganglia, dan serebelum Mamun, 2000. Proprioceptive dapat juga diartikan sebagai keseluruhan kesadaran dari
posisi tubuh. Kesadaran posisi akan berpengaruh terhadap gerak yang akan dilakukan, gerak yang timbul tersebut akibat impuls yang diberikan stimulus yang
diterima dari reseptor yang selanjutnya informasi tersebut akan diolah di otak yang kemudian informasi tersebut akan diteruskan oleh reseptor kembali ke bagian tubuh
yang bersangkutan Swandari, 2015. Proprioceptive merupakan rasa sentuhan atau tekanan pada sendi yang
disusun oleh komponen pembentuk sendi dari tulang, ligamen, dan otot serta jaringan spesifik lainnya. Proprioceptive merupakan bagian dari somatosensoris
dimana proprioceptive bekerjasama dengan persepsi dan taktil untuk memberikan informasi tentang daerah sekitar, kondisi permukaan sehingga dapat mengirimkan
sinyal ke otak untuk mengatur perintah kepada otot dan sendi seberapa menggunakan kekuatan dan bagaimana menyikapi lingkungan. Proprioception
memberikan gambaran yang sama seperti sistem kerja visual, dimana memberikan informasi tentang daerah sekitar, namun hal yang membedakannya adalah
proprioceptive bekerja saat sebuah sendi terjadi kontak langsung dengan permukaan sebuah benda. Pada kondisi tanpa cahaya visual gelap tidak dapat
memberikan banyak informasi untuk tubuh, maka proprioceptive bekerja lebih dominan saat sendi menyentuh atau terjadi tekanan langsung dengan
permukaannya. Saat mata tertutup kaki masih bisa merasakan dimana kita berdiri
sekarang, tempat miring, berbatu kasar, atau datar, dll. Informasi yang diterima oleh golgi tendon dan muscle spindle terkumpul cukup baik selanjutnya neuron akan
meneruskan untuk dikirim ke sistem saraf pusat melalui ganglion basalis hingga sampai ke sistem saraf pusat seperti perjalanan di gambar kemudian otak
menentukan bagaimana kita menyikapi terhadap permukaan tersebut Kisner, 2007.
Gambar 2.7 Lintasan Proprioceptive Sumber: Riemer, 2015
Neuron yang dikirim melalui lintasan ke korteks cerebri memuat informasi lingkungan dikirim ke otak untuk mengatur kontraksi dan sistem tubuh, sedangkan
neuron yang melalui korteks cerebri memuat informasi yang akan diberikan ke otak kecil untuk diolah sehingga hasil yang didapat adalah menjaga keseimbangan
tubuh. Cara penyampaian reseptor proprioceptive ke cortex cerebri menggunakan tiga neuron berbeda, neuron I sel berada di ganglion spinal akan dikirimkan melalui
proprioception dihasilkan melalui respon secara simultan, visual, vestibular, dan sistem sensorimotor, yang masing-masing memainkan peran penting dalam
menjaga stabilitas postural Rienmann, 2002.
Paling diperhatikan dalam meningkatkan proprioception adalah fungsi dari sistem sensorimotor, meliputi integrasi sensorik, motorik, dan komponen
pengolahan yang terlibat dalam mempertahankan homeostasis bersama selama tubuh bergerak, sistem sensorimotor mencakup informasi yang diterima melalui
reseptor saraf yang terletak di ligamen, kapsul sendi, tulang rawan, dan geometri tulang yang terlibat dalam struktur setiap sendi. Mekanoreseptor sensorik khusus
bertanggung jawab secara kuantitatif terhadap peristiwa hantaran mekanis yang terjadi dalam jaringan menjadi impuls saraf Rienmann, 2002.
Proprioceptive berkaitan dengan dimana rasa posisi mekanoreseptor berada. Hal tersebut meliputi dua aspek yaitu posisi statis dan dinamis. Posisi statis
di definisikan yaitu memberikan orientasi sadar pada satu bagian tubuh yang lain sedangkan arti dinamis yaitu memberikan fasilitasi pada sebuah sistem
neuromuskular berkaitan dengan tingkat dan arah gerakan kelincahan Laskowski, 2012.
Latihan wobble board selama 5 minggu dapat meningkatkan keseimbangan dan juga cidera ankle pada atlet Waddington et al., 2004. Pelatihan di atas wobble
board merupakan latihan pada permukaan tidak stabil yang dapat merangsang mekanoreseptor sehingga mengaktifkan joint sense atau rasa pada sendi. Pelatihan
ini sangat berpengaruh terhadap jaringan intrafusal dan serabut ekstrafusal karena rangsangan yang diterima oleh neuromuscular junction akan mengaktifasi serabut
myofibril untuk memerintahkan otot segera berkontraksi sesuai kebutuhan Swandari, 2015.
Selama pelatihan berlangsung maka serabut intrafusal dan ekstrafusal memperkaya input sensoris yang akan dikirim dan diolah di otak untuk di proses
sehingga dapat menentukan seberapa besar co-kontraksi otot yang dapat diberikan. Sebagian respon yang dikirim kembali ke ekstrafusal akan mengaktifasi golgi
tendon kemudian akan terjadi perbaikan koordinasi serabut intrafusal dan serabut ekstrafusal dengan saraf afferent yang ada di muscle spindle sehingga terbentuklah
proprioceptif yang baik. Permukaan dari wobble board akan mengakibatkan adanya stimulasi yang tidak konsisten akibat ketidakstabilan permukaan yang diterima oleh
otot dan sendi berpengaruh sangat cepat terhadap penangkapan informasi sensoris dan lebih efisien diproses di sistem saraf pusat Swandari, 2015.
Pelatihan di atas wobble board memberikan efek meningkatkan fungsi proprioseptif pada stabilisator aktif sendi dan menstabilkan tonus, meningkatkan
recruitmen motor unit yang akan mengaktifasi golgi tendon dan memperbaiki koordinasi serabut intrafusal dan serabut ekstrafusal dengan saraf efferent yang ada
di muscle spindel sehingga dapat meningkatkan fungsi dari proproseptif sehingga meningkatkan input sensoris yang akan di proses di otak sebagai central
processing. Central processing berfungsi untuk menentukan titik tumpu tubuh dan alligment gravitasi pada tubuh membentuk kontrol postur yang baik dan
mengorganisasikan respon sensorik motor yang di perlukan tubuh selanjutnya otak akan meneruskan impuls tersebut ke efektor agar tubuh mampu menciptakan
stabilitas yang baik ketika bergerak Swandari, 2015.
2.7 Zig-zag Run Exercise