1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak-anak pada masa ini kurang dalam melakukan aktivitas fisik. Kemajuan teknologi menyebabkan anak-anak semakin pasif dan memiliki gaya
hidup yang santai sedentary lifestyle. Anak-anak lebih suka duduk lama untuk menonton TV, bermain video game, serta laptop daripada bermain permainan
tradisional bersama teman-temannya. Berdasarkan hasil penelitian Indonesia’s
Hottest Insight 2013 didapatkan bahwa 85 anak-anak memiliki kebiasaan untuk memotret dengan handphone dan 51 anak meminta hadiah smartphone atau
gadget canggih saat kenaikan kelas atau lulus. Empat dari sepuluh orang tua di Indonesia merasakan bahwa anak-anaknya lebih memilih bermain menggunakan
gadget dibandingkan berinteraksi langsung dengan mereka Estri, 2013. Studi berjudul “Keamanan Penggunaan Media Digital pada Anak dan Remaja di
Indonesia ” menemukan bahwa 98 persen dari anak-anak dan remaja yang disurvei
tahu tentang internet dan bahwa 79,5 persen diantaranya adalah pengguna internet. Hanya sekitar 20 persen responden yang tidak menggunakan internet, alasan utama
mereka adalah tidak memiliki perangkat atau infrastruktur untuk mengakses internet atau bahwa mereka dilarang oleh orang tua untuk mengakses internet
Broto, 2014. Saat menggunakan gadget, anak-anak cenderung kurang bergerak sehingga
akan berdampak pada hambatan perkembangan dan menurunnya kebugaran
jasmani. Kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tugas sehari-hari dengan mudah tanpa merasa lelah yang berlebihan sehingga masih dapat
menikmati waktu luang Suharjana dan Purwanto, 2008. Fungsi kebugaran jasmani bagi anak-anak sangat penting untuk menyediakan tugas-tugas belajar di
sekolah dan berguna dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik yang baik. Aspek-aspek dari kebugaran jasmani terdiri dari daya tahan kardiovaskular, daya
tahan otot, kekuatan otot, kelentukan, komposisi tubuh, kecepatan gerak, kelincahan, keseimbangan, kecepatan reaksi, dan koordinasi. Keseimbangan adalah
kemampuan tubuh dalam melakukan suatu reaksi atas perubahan sikap dan posisi tubuh, sehingga tercapainya keadaan yang stabil dan terkendali baik dalam keadaan
statis maupun dinamis Nala, 2011. Penelitian yang dilakukan oleh Habut menunjukkan hasil bahwa adanya
hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan keseimbangan dinamis. Aktivitas fisik yang kurang dan gaya hidup bermalas-malasan dapat melemahkan
dan menurunkan kemampuan tonus otot. Tonus otot sangat berperan dalam menjaga keseimbangan tubuh manusia. Keseimbangan dinamis yang tidak optimal
akan meningkatkan risiko cedera yang akan dialami ketika berjalan atau melakukan aktivitas lain terutama aktivitas yang berat Habut, 2015.
Keseimbangan anak yang tidak baik akan berpengaruh dalam melakukan kegiatan olahraga serta aktivitas sehari-hari misalnya berjalan, melompat dan
berlari akan sangat susah untuk dilakukan. Anak-anak akan lebih mudah cedera dan sering terjatuh, serta gagal dalam melakukan aktivitas individu sampai kegagalan
dalam tim yang melibatkan mereka. Akibat dari semua itu anak akan menarik diri
dari lingkungannya Permana, 2013. Angka kejadian morbiditas dan mortalitas pada anak akibat jatuh sebesar 25 sampai 44. Efek jatuh pada anak dapat berupa
kecacatan. Dilaporkan Disability Adjusted Life Year, anak-anak memiliki presentase sebesar 16 mengalami kecacatan fisik diakibatkan jatuh Siamy,
2015. Penelitian yang dilakukan oleh Permana 2013 bahwa anak usia 9-10 tahun
mengalami peningkatan perkembangan keseimbangan statis dan dinamis yang tidak begitu besar sedangkan anak-anak dengan usia 11-12 tahun mengalami penurunan
pada keseimbangan dinamisnya. Anak-anak usia 9-11 tahun termasuk ke dalam masa usia emas the golden age Suparlan, 2014. Masa ini merupakan masa yang
membutuhkan latihan pembentukan tubuh karena otot-otot tumbuh cepat dan postur tubuh cenderung buruk Yudanto, 2014.
Mengatasi masalah di atas diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan kebugaran jasmani salah satunya adalah keseimbangan dinamis pada anak-anak
usia 9-11 tahun. Pemecahan masalah ini dapat dilakukan dengan memberikan aktivitas fisik baru atau memodifikasi kegiatan berolahraga sehingga mampu
menarik minat dan membangkitkan semangat anak-anak yang nantinya dapat berlatih dengan sungguh-sungguh dalam pelatihan olahraga bersama guru olahraga
Winartha, 2015. Pelatihan keseimbangan dan koordinasi yang baik akan berdampak pada perkembangan motorik anak yang baik pula. Tanpa adanya
kemampuan motorik kasar yang baik, anak akan mengalami masalah dengan kemampuan motorik halusnya yang akan dibutuhkan untuk hal-hal formal seperti
sekolah Tussakdiah, 2014.
Salah satu latihan untuk meningkatkan keseimbangan adalah pelatihan proprioseptive yang menggunakan wobble board. Proprioceptive umumnya
didefinisikan sebagai kemampuan untuk menilai dimana masing-masing posisi ekstremitas berada tanpa bantuan indera penglihatan Lephart, et al., 2013.
Penelitian yang dilakukan oleh Berbudi 2015 bahwa pemberian latihan ini selama 5 minggu dapat meningkatkan keseimbangan pada orang dengan aktivitas fisik
yang kurang. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Swandari 2015 menunjukkan hasil bahwa pelatihan proprioceptive efektif dalam
meningkatkan keseimbangan dinamis pada pemain sepak bola dengan functional ankle instability.
Diperlukan alternatif lain untuk meningkatkan keseimbangan, salah satunya dengan zig-zag run exercise. Zig-zag run exercise adalah suatu macam bentuk
latihan yang dilakukan dengan gerakan berkelok-kelok melewati pembatas yang telah disiapkan Mutiarningsih, 2014. Zig-zag run exercise dapat meningkatkan
fungsi fisiologis dari unsur kebugaran jasmani seperti kekuatan otot tungkai, kecepatan, fleksibilitas sendi lutut dan pinggul, elastisitas otot, dan keseimbangan
dinamis sehingga akan berpengaruh terhadap peningkatan kelincahan kaki. Peningkatan keseimbangan dapat diperoleh jika terjadi peningkatan pada faktor-
faktor yang mempengaruhi kelincahan tersebut. Pelatihan ini akan meningkatkan keseimbangan dinamis karena harus mampu mengontrol tubuh agar tetap terkendali
saat melakukan pergerakan Sukadiyanto, 2005. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk membedakan dua bentuk
latihan dalam meningkatkan keseimbangan dinamis dengan judul “Perbedaan
Proprioceptive Exercise dan Zig-zag Run Exercise Terhadap Peningkatan Keseimbangan Dinamis pada Anak Usia 9-11 Tahun Di Sekolah Dasar Negeri 4
Sanur ”.
1.2 Rumusan Masalah