Efek samping steroid inhalasi adalah efek samping lokal seperti kandidiasis orofaring, disfonia dan batuk karena iritasi saluran pernapasan atas.
Efek samping tersebut dapat dicegah dengan penggunaan spacer, higiene mulut yang baik atau berkumur-kumur setelah melakukan inhalasi kortikosteroid, untuk
membuang steroid yang tersisa pada rongga mulut.
b. Metilsantin
Teofilin adalah obat pelegabronkodilator turunan xanthine dan merupakan bronkodilator yang paling lemah dibandingkan dua golongan bronkodilator lain
yaitu agonis β2 dan Antikolinergik. Sampai saat ini, Teofilin tidak mempunyai bentuk sediaan inhalasi, jadi pemberian Teofilin dilakukan secara oral atau
pemberian sistemik parenteral lainnya, sehingga sering menimbulkan efek samping obat. Teofilin mempunyai efek menguatkan otot diafragma dan juga
mempunyai efek anti inflamasi, sehingga berperan juga sebagai obat pengontrol asma. Obat ini dapat diberikan bersama-sama obat anti inflamasi seperti
Kortikosteroid, pada pasien asma persisten berat dan sedang, bila steroid inhalasi pemberian belum memberikan hasil yang optimal. Pada pasien asma dengan
gejala asma pada malam hari, pemberiannya pada sore hari dapat menghilangkan gejala yang timbul pada malam hari.
Teofilin atau aminophylline lepas lambat dapat juga digunakan sebagai obat pengontrol, meskipun potensinya tidak dapat menyamai Kortikosteroid.
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian Teofilin jangka lama, efektif mengontrol gejala dan memperbaiki faal paru. Preparat lepas lambat
mempunyai aksiwaktu kerja yang lama, sehingga dapat digunakan untuk mengontrol gejala asma pada malam hari, dikombinasi dengan anti inflamasi yang
lazim digunakan. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa Metilsantin
sebagai terapi tambahan pada pemberian glukoKortikosteroid inhalasi dalam berbagai tingkat dosis adalah efektif untuk mengontrol asma. Namun, sebagai
terapi tambahan, kombinasi ini tidak seefektif inhalasi kombinasi Kortikosteroid dengan agonis kerja lama, meskipun masih merupakan obat pilihan, karena
harganya yang jauh lebih murah dari sediaan inhalasi.
c. Agonis β2 Kerja Lama Inhalasi
Obat yang termasuk ke dalam kelompok LABA ini adalah salmeterol dan formoterol. Kedua obat ini adalah bronkodilator dengan lama kerja obat mencapai
18 jam yang juga mempunyai sifat anti inflamasi, sehingga pemberian obat cukup 2 kali sehari. Karena durasi efek obat yang lama ini, maka LABA lebih sesuai
berperan sebagai obat pelega pada pengobatan pemeliharaan maintenance therapy. Namun, formoterol sebagai salah satu LABA, mempunyai
keistimewaan, yaitu mula kerja yang cepat dan durasi kerja obat yang relatif lama. Karena mula kerjanya yang lebih cepat daripada salmaterol, formoterol juga dapat
digunakan pada serangan asma akut rescue medication, yang memerlukan pelega dengan mula kerja onset of action yang cepat. Pemberian inhalasi
kombinasi LABA dengan Kortikosteroid, memberikan hasil yang lebih baik daripada terapi Kortikosteroid tunggal, meskipun dosisnya ditingkatkan. Onset
mula kerja dan durasi lama kerja berbagai agonis β2 inhalasi dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Terapi inhalasi kombinasi yang tetap antara salmeterol dengan fluticasone serta formoterol dengan budesonide, merupakan bentuk terapi yang menjanjikan
dalam pengobatan asma. Terapi kombinasi yang tetap ini mempunyai beberapa keuntungan antara lain:
a. Dosis Kortikosteroid dan agonis β2 kerja lama LABA yang digunakan pada
terapi kombinasi, lebih rendah dibandingkan bila obat ini dipakai secara terpisah.
b. Pemberian inhalasi kombinasi kedua obat ini memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan pemberian steroid dengan dosis dua kali lipat.
c. Pemberian Kortikosteroid dapat meningkatkan sintesis reseptor agonis β2 dan
menurunkan desensitisasi terhadap agonis β2. d.
Pemberian agonis β2 menyebabkan reseptor steroid menjadi lebih “siap”, sehingga lebih sedikit Kortikosteroid yang dibutuhkan untuk menghasilkan
aktivitas yang diharapkan.
Dengan demikian kombinasi kedua obat ini menghasilkan “on and on phenomena” GINA, 2011. Bentuk kombinasi tetap ini dapat digunakan pada
penyakit asma persisten ringan, sedang dan berat.
Tabel 2.4. Onset mula kerja dan durasi lama kerja inhalasi agonis β2
Durasi lama kerja Onset
Cepat Singkat
Fenoterol Prokaterol
Salbutamolalbuterol Terbutalin
Pirbuterol Lama
Formoterol
Lambat Salmaterol
Sumber: GINA 2011
2.1.10.2. Obat PelegaReliever PDPI, 2008 a. Agonis β2 Kerja Singkat
Obat yang termasuk golongan agonis β2 kerja singkat antara lain: salbutamol, terbutaline, phenoterol, dan procaterol, mempunyai mula kerja onset
of action yang cepat. Lazimnya golongan obat ini mempunyai mula kerja yang cepat dengan durasi kerja obat yang singkat dan dapat diberikan secara inhalasi
atau oral. Pemberian inhalasi memberikan mula kerja obat yang lebih cepat dengan efek samping minimaltidak ada.
Mekanisme kerjanya seperti agonis β2 lainnya, yaitu relaksasi otot polos saluran pernapasan, meningkatkan bersihan
mukosilier, menurunkan permeabiliti pembuluh darah dan modulasi penglepasan mediator dari sel mast.
Bentuk aerosol atau inhalasi memberikan efek bronkodilatasi yang sama atau bahkan lebih baik dari bentuk oral. Sedang efek samping kardiovaskuler,
tremor dan hipokalemianya lebih sedikit. Peningkatan frekuensi penggunaan agonis β2 mencerminkan perburukan asmanya dan merupakan indikasi untuk
pemberian atau peningkatan dosis steroid inhalasi. Obat golongan agonis β2 kerja
singkat juga merupakan pilihan pada serangan asma akut dan sangat bermanfaat sebagai praterapi pada Exercise Induced Asthma.
b. Metilsantin