b. Rute Pemberian medikasi
Obat asma dapat diberikan melalui berbagai cara yaitu inhalasi diberikan langsung ke saluran pernapasan, oral dan parenteral subkutan, intramuskular,
intravena. Kelebihan pemberian langsung ke saluran pernapasan inhalasi adalah:
1 Lebih efektif untuk dapat mencapai konsentrasi tinggi di saluran pernapasan. 2 Efek sistemik minimal atau dapat dihindarkan.
3 Beberapa obat hanya dapat diberikan melalui inhalasi, karena tidak efektif pada Pemberian oral Antikolinergik dan chromolyne. Waktu mula kerja onset
of action bronkodilator yang diberikan melalui inhalasi adalah lebih cepat dibandingkan bila diberikan secara oral.
Pemberian obat secara inhalasi dapat melalui berbagai cara, yaitu: 1 Inhalasi Dosis Terukur IDTMetered Dose Inhaler MDI
2 IDT dengan alat bantu spacer 3 Breath-actuated MDI
4 Dry powder inhaler DPI 5 Turbuhaler
6 Nebulizer
c. Penanganan Asma Mandiri
Penanganan asma mandiri sering disebut pelangi asma. Khusus untuk upaya penanganan asma mandiri, para dokter yang merawat pasien asma harus
benar-benar menyadari bahwa pasiennya adalah mitra dalam usaha pencapaian keberhasilan terapi asma, karena pasien merupakan sumber informasi yang paling
dapat dipercaya untuk mencapai asma terkontrol, karena mereka yang langsung merasakan dampak penatalaksanaan asma yang dilakukan oleh dokter yang
merawatnya. Agar usaha ini dapat terlaksana dengan baik, maka faktor edukasikomunikasi terapeutik di antara dokter dengan pasien asma dan
keluarganya merupakan hal yang sangat mendasar dalam penatalaksanaan asma. Dokter merencanakan pengobatan jangka panjang sesuai kondisi penderita,
realistik, sehingga memungkinkan pasien asma mencapai asma terkontrol. Sistem
penanganan asma mandiri mengharuskan pasien asma memahami kondisi kronik dan bervariasinya keadaan penyakit asma. Penatalaksanaan ini mengajak pasien
memantau kondisinya sendiri, mengidentifikasi perburukan asma sehari-hari, mengontrol gejala klinis yang terjadi dan mengetahui bila saatnya pasien asma
memerlukan bantuan medisdokter PDPI 2008.
2.1.10.1 Obat Pengontrol Asma PDPI, 2008
a. Kortikosteroid Inhalasi. Sebagai anti inflamasi, kortikosteroid bekerja melalui beberapa mekanisme
yaitu: 1 Menghambat metabolism arachidonic acid sehingga mempengaruhi produksi
leukotriene dan prostaglandin. 2 Mengurangi kebocoran mikrovaskuler
3 Mencegah migrasi berbagai mediator inflamasi langsung ke sel-sel inflamasi 4 Menghambat produksi cytokines
5 Meningkatkan kepekaan res eptor β2 pada otot polos bronkus
Keuntungan pemberian obat secara inhalasi adalah: 1 Dosis yang digunakan relatif rendah
2 Efek samping minmal 3 Bekerja terbatas pada saluran pernapasan topikal, dengan mula kerja obat
onset of action yang cepat. 4 Dapat memobilisasi sekret di saluran pernapasan.
Kortikosteroid inhalasi adalah medikasi jangka panjang merupakan obat yang paling efektif untuk mengontrol asma. Berbagai penelitian menunjukkan
penggunaan steroid inhalasi menghasilkan perbaikan faal paru, menurunkan hiperesponsif jalan napas, mengurangi gejala mengi, frekuensi dan beratnya
serangan dan memperbaiki kualitas hidup. Pada asma persiten berat, dibutuhkan dosis yang tinggi dan dosis maksimal yang dapat diberikan adalah 2000
mikrogram. Namun beberapa penelitian menyatakan bahwa kurva dosis respons steroid inhalasi adalah relatif datar, yang berarti peningkatan dosis steroid inhalasi
tidak selamanya sejalan dengan efek yang dihasilkannya. Dengan demikian,
peningkatan dosis inhalasi Kortikosteroid tidak memberikan efek lebih baik dibandingkan bila inhalasi Kortikosteroid
dikombinasi dengan agonis β2 kerja lama LABA GINA, 2011. Steroid inhalasi adalah pilihan bagi pengobatan
asma persiten ringan sampai berat. Steroid inhalasi ditoleransi dengan baik aman pada dosis yang direkomendasikan. Perkiraan kesamaan potensi beberapa
glukoKortikosteroid dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Dosis Gluko Kortikosteroid Inhalasi dan Perkiraan
Kesamaan Potensi Dewasa
Dosis rendah Dosis medium
Dosis tinggi
Obat Beclomethasone
200-500 ug 500-1000 ug
1000 ug Dipropionat
22-400 ug 400-800 ug
800 ug Budesonide
500-1000 ug 1000-2000 ug
2000 ug Flinisolide
100-250 ug 250-500 ug
500 ug Fluticasone
400-1000 ug 1000-2000 ug
2000 ug
Anak Dosis rendah
Dosis medium Dosis tinggi
Beclomethasone 100-400 ug
400-800 ug 800 ug
Dipropionate 100-200 ug
200-400 ug 400 ug
Budesonide 500-750 ug
1000-1250 ug 1250 ug
Flinisolide 100-200 ug
200-500 ug 500 ug
Fluticasone 800-1200 ug
800-1200 ug 1200 ug
Sumber: GINA, 2011, Bateman, 2008 Beberapa gluKortikosteroid yang digunakan di sistem pelayanan kesehatan
memberikan potensi dan bioavaibiliti setelah inhalasi yang berbeda. Pada tabel 2.4 dapat dilihat kesamaan potensi dari beberapa gluKortikosteroid berdasarkan
perbedaan tersebut. Kurva dosis respons steroid inhalasi adalah relatif datar, yang berarti meningkatkan dosis steroid tidak akan banyak menghasilkan manfaat
untuk mengontrol asma gejala, faal paru, hiperesponsif saluran pernapasan, bahkan meningkatkan risiko timbulnya efek samping.
Efek samping steroid inhalasi adalah efek samping lokal seperti kandidiasis orofaring, disfonia dan batuk karena iritasi saluran pernapasan atas.
Efek samping tersebut dapat dicegah dengan penggunaan spacer, higiene mulut yang baik atau berkumur-kumur setelah melakukan inhalasi kortikosteroid, untuk
membuang steroid yang tersisa pada rongga mulut.
b. Metilsantin