Ketentuan Yang Terdapat Dalam Bill Of Lading BL DanTata Cara
4. Notify Adress nama yang ditunjuk untuk menerima barangbertanggung
jawab atas barang 5.
Nama kapal pengangkut 6.
Nama pelabuhan pengapalan 7.
Nama pelabuhan pembongkaran 8.
Nama pelabuhan tujuan destination 9.
Mark’s and No’s merek dan nomor-nomor barang yang dikirimtanda- tanda yang diperlukan
10. Number and kind of packages,description of goods banyaknya
pembungkus jenis barang dan keterangan lain dari barang- barang yang dikirim
11. Number of Original Bill Of Lading
12. Gross Weight berat barangtonkg
13. Place and date of issues
14. The Carrier of this agent’s nama dan tanda tangancap perusahaan atau
agen yang ditunjuk dari owener’s ship 15.
Keterangan-keterangan lain seperti freight and chargefreight prepaidfreight collect
16.
Klausula-klausula.
Lembaran Bill Of Lading BL terdapat dua halaman, yakni halaman
depan pertama dan halaman belakang kedua. Pada halaman depan pertama Bill Of LadingBL terdriri dari beberapa kolom yang wajib untuk diisi
berkenaan dengan siapa pengirim barang, pihak penerima barang,pelabuhan muat,pelabuhan bongkar, keadan barang yang dikirim, jenis barang yang dikirim,
dan lain-lain. Sementara pada halaman belakang kedua berisikan persyaratan pengangkutan yang ditulis dalam huruf kecil pada halaman Bill Of LadingBL
tersebut. Halaman kedua ini sama pentingnya juga dengan halaman depan. Apabila perusahaan pelayaran memintanya maka harus dapat diberikan agar calon
pengangkut shipper secara jelas dapat memahami syarat-syarat pengangkutan dari barangnya.
Langkah-langkah melakukan
pengisian Bill Of Lading BL sebagai
berikut : a. Pada kolom Pengirim Shipper, dicantumkan nama beserta alamat jelas pihak
pengirim. Pihak pengirim berkewajiban memberikan keterangan yang jelas mengenai barangnya dan apabila keterangannya tidak benar maka dapat dituntut
dari pihak pengangkut carrier. b. Pada kolom penerima consignee, keterangan mengenai pihak penerima yang
merupakan persoalan antara pengirim barang dan calon pembeli barang. Hal ini bergantung dari transaksi perdagangan barang, di dalam kolom untuk pihak
penerima dapat ditulis “bearer” atau “holder” atau yang disebut “nama dari consignee”, “to order” dimana kolom tersebut dibiarkan kosong. Hal tersebut
menunjukkan cara pemindahan kepemilikan Bill Of Lading BL dan pengawasan dari penerimaan barang.
c. Pada kolom Delivery AddressNotify party ialah agen atau consignee yang diminta untuk menerima barang bila kapal telah melabuh. Notify ini dapat juga
sebuah Bank. d. Pada kolom Local Vessel,Ocean Vessel ialah nama kapal yang mengangkut
barang. Hal ini penting dalam Bill Of Lading BL guna memberitahukan bahwa
barang telah diangkut secara fisik dari penjual kepada pembeli. Setelah itu pada kolom Pord of Discharge ialah pelabuhan bongkar karena pemilik kapal terhalang
oleh keadaan yang membahayakan kapalnya menuju pelabuhan bongkar yang telah ditentukan. Pada Kolom Pord of Loading ialah tempat pelabuhan pemuatan
barang, serta kolom Final Destination ialah pelabuhan bongkar yang telah ditentukan oleh pengirim dan penerima barang.
e. Pada kolom Freight Payableat ialah mengenai ongkos angkut pada umumnya dinyatakan dalam United State Dollar pada Bill Of Lading BL. Jika biaya
angkut telah dibayar didepan oleh shipper maka dalam Bill Of Lading BL dicap “destinationfreight prepaid”, dan jika dibayar di pelabuhan tujuan maka dicap
“freight collect”. Pada umumnya dalam Bill Of Lading BLdicantumkan biaya angkutan dan jumlah biaya tersebut, tetapi tidak menutup kemungkinan tidak
dicantumkannya biaya angkut barang tersebut dalam Bill Of Lading BL tersebut.
f. Pada lembaran Bill Of Lading BL bagian tengah terdapat kata-kata Marks and Number,Description of Goods,Weight, Measurement, ini merupakan
keterangan mengenai barang yang ada dalam kapal. Keterangan ini sangat dibutuhkan untuk melakukan pembelian dalam suatu perdagangan.
g. Pada kolom terakhir dari Bill Of Lading BL ialah suatu persyaratan pengangkutan yang bersambung ke halaman kedua. Alinea pertama dari Bill Of
Lading BL berisi kalimat : “ shipped in apparent good order and condition..etc”.
Pernyataan tersebut merupakan suatu penegasan telah dimuatnya barang di atas kapal dalam keadaan baik, dan disebutkan nama yang mengirimkan
barang shipper, nama kapal, nama pelabuhan muat barang port of loading, nama pelabuhan tujuan, jumlah barang yang dimuat, uraian ringkas dari barang
yang dimuat, uraian singkat dari barang dan nama penerima barang. Dalam hal barang-barang harus dipindahkapalkan untuk meneruskan pengangkutan agar
sampai ke tempat tujuan, maka tidak perlu dikeluarkan Bill Of Lading BL baru tetapi hanya disebutkan adanya transhipment.
Bill Of Lading BL sebagai dokumen yang digunakan dalam pengangkutan barang melalui jalur laut, diterbitkan hanya oleh perusahaan
pelayaran dan nakhoda kapal.Dalam hal penerbitannya terdapat prosedur-prosedur tata cara yang harus dilakukan. Dalam proses pelaksanaan pengangkutan barang
dimana perusahaan ekspeditur menerima orderan pengiriman barang dari pemilik barang. Kemudian perusahaan ekspeditur tersebut memerintahkan kepada
perusahaan pelayaran untuk menyelenggarakan pengangkutan barang tersebut. Sehingga dalam hal ini perusahaan ekspeditur tersebut menjadi perpanjangan
tangan dari pemilik barang tersebut untuk memerintahkan proses pengangkutan barang kepada perusahaan pelayaran. Hal ini terjadi karena perusahaan ekspeditur
tersebut selaku freight forwarding tidak memiliki kapal alat pengangkutan, sehingga harus menggunakan jasa perusahaan pelayaran. Dalam hal ini
perusahaan ekspeditur hanya mengeluarkan Shipping Instruction kepada perusahaan pelayaran dan tidak menerbitkan Bill Of Lading BL, karena seperti
yang telah disinggung sebelumnya bahwa Bill Of Lading BL hanya diterbitkan oleh perusahaan pelayaran. Hal ini sebagaimana telah diatur dalam Pasal 302
KUHD, yang berbunyi :
“Barangsiapa menggunakan sebuah kapal untuk pelayaran di laut dan pada pelayaran itu memimpin sendiri atau mempercayakan kepemimpianan
tersebut kepada seorang nakhoda dalam ikatan perburuhan kepadanya.” Berdasarkan hal tersebut jelaslah bahwa bagi pengusaha pengangkutan
tidak diharuskan pemilikan atas kapal, melainkan cukup dengan menggunakan kapal atau mengeksploitasi pada orang lain saja
27
. Hal ini disesuaikan dengan pasal 466 KUHD yang merupakan pengertian Pengangkut yakni :
“Baik pemilik atau pihak pengguna penyedia kapal, dalam hal kapal dicharter berdasarkan atas adanya perjanjian pengangkutan.”
Sehingga dalam hal ini perusahaan expeditur tidak melakukan proses pengangkutan sendiri, namun dengan menggunakan jasa dari perusahaan
pelayaran. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa dalam proses pengangkutan bahwa perusahaan expeditur mengeluarkan Shipping Instruction
kepada perusahaan pelayaran selaku perusahaan yang memiliki kapal angkutan, dimana dalam Shipping Instruction yang dikeluarkan oleh perusahaan expeditur
tersebut berisikan data-data mengenai barang, sebagai contohnya jumlah barang, jenis barang, berat barang tersebut, nama pihak pengirimshipper,nama pihak
penerimaconsignee serta ketentuan lainnya. Setiap
Shipping Instruction yang dikeluarkan oleh pihak pengirim atau pemilik barang bentuknya tidak selalu sama. Dalam prakteknya kita dapat melihat
bahwa pengirim barang jika berkehendak mengirimkan barangnya melalui jalur laut dapat langsung ke perusahaan pelayaran atau perusahaan pengangkutan
27
R.Soekardono,Hukum Dagang Indonesia-Jilid II Bagian ke-2,Raja Grafindo persada,Jakarta,1994,hal.52
dengan memberitahukan maksudnya untuk menggunakan jasa angkutannya dengan memberikan surat pemberitahuan angkutanInstruction Of Shipment.
Shipping Instruction tersebut merupakan suatu surat pemberitahuan tentang pengiriman barang yang dibuat oleh pemilik barang yang memuat nama
pengirim, nama penerima, jenis barang, secara lengkap, guna memperoleh Bill Of Lading BL yang diterbitkan oleh pihak pengangkut. Setelah adanya Shipping
Instruction, maka Pihak Pengangkut akan mengeluarkan Bill Of Lading kepada perusahaan expeditur.
Bill Of Lading BL yang dikeluarkan oleh perusahaan pelayaran ada dua jenis, yakni :
a. Bill Of Lading yang dapat diperdagangkan Negotiable Jenis
Bill Of Lading ini diterbitkan dua sampai tiga lembar asli sesuai dengan permintaan, yang terdiri atas :
1 First Original lembaran pertama.
2 Second Original lembaran kedua. 3
Third Original lembaran ketiga. Setiap lembaran yang diterbitkan ini memiliki kekuatan hukum dan
fungsi yang sama, yakni siapa yang memiliki salah satu dari lembaran tersebut, berarti ia berhak memiliki atas barang-barang yang termuat di dalamnya dengan
ketentuansyarat apabila salah satu dari Bill Of LadingBL tersebut telah digunakan untuk mengambil barang, maka secara langsung lembaran asli lainnya
tidak berlaku lagi untuk mengambil barang dan tidak dapat diperjualbelikan. Hal ini sesuai dengan asas yang berlaku pada Bill Of LadingBL yakni asas semua
untuk satu dan satu untuk semua allen voor een en een voor allen.
b. Bill Of Lading BL copy not negotiable tidak dapat diperdagangkan. Dalam
Bill Of Lading BL dapat dilihat keterangan “copy not negotiable” di tengah di lembarannya, sehingga semua pihak yang berkepentingan
akan dapat secara langsung mengetahui bahwa Bill Of Lading BL tidak dapat diperdagangkan. Jenis Bill Of LadingBL ini diterbitkan sesuai dengan
permintaan si pengirim barang di dalam shipping instruction.Bill Of LadingBL ini hanya untuk keperluan administrasi saja dengan maksud untuk melindungi hak
dari seorang pemegang konosemen yang beritikad baik agar kepadanya diserahkan barang-barang sebagaimana yang tercantum di dalamnya.
Apabila terdapat perubahan dalam prakteknya,seperti perubahan terhadap tempat pembongkaran muatan barang, sedangkan Bill Of Lading BL telah
diterima, maka atas permintaan yang berkepentingan atau perwakilannya dapat mengeluarkan Manifest Correction yang memuat data Bill Of LadingBL
semula dan perubahan yang diinginkan. Manifest Correction ini dapat diminta oleh yang berkepentingan dengan ketentuan, sebagai berikut :
1. Perubahan hanya dapat dimintakan apabila kapal belum sampai di tempat tujuan.
2. Permintaan perubahan harus dimintakan secara resmi apakah dari pihak pengirim maupun penerima barang.
3. Perusahaan pelayaran membuat correction dan ditujukan kepada pelabuhan bongkar, kapal dan pihak terkait lainnya.
Dalam penerbitan surat berharga tersebut yang dalam hal ini ialah Bill Of Lading BL terdapat dua pihak yang saling terikat yakni pihak penerbit dengan
pihak penerima surat berharga. Dimana perjanjian yang telah disepakati bersama
tersebut ditindaklanjuti dengan pemenuhan prestasi baik dari pihak penerbit sendiri maupun pihak penerima surat berharga tersebut. Dasar hukum keterikatan
antara penerbit terhadap pemegang, dapat ditinjau dari teori yang berkembang tentang dasar perikatan penerbitan surat berharga yaitu :
1 Teori Kreasi atau Penciptaan Creathietheorie
Teori Kreasi ini diciptakan oleh seorang ahli hukum berkebangsaan Jerman yang bernama Einert pada tahun 1839. Menurut teori ini mengatakan
bahwa dasar mengikatnya suatu surat berharga yakni dengan adanya perbuatan menandatangani surat berharga tersebut, yang menciptakan perikatan antara
penerbit dengan pemegang.Kelemahan pada teori ini ialah bahwa dengan penandatanganan sepihak yang dilakukan oleh salah satu pihak tidak mungkin
bisa memunculkan suatu perikatan, karena untuk timbulnya suatu perikatan didasarkan adanya kesepakatanpersetujuan bersama. Hal ini sebagaimana diatur
dalam pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 2
Teori Kepantasan Redelijk Heidstheorie Teori ini masih tetap berlandaskan pada teori kreasi, dimana pada teori
kreasi berlandaskan pada adanya penandatanganan oleh Penerbit untuk membayar kepada pemegang surat berharga tersebut tanpa memperhatikan apakah pemegang
surat berharga tersebut jujur atau tidak. Sedangkan pada Teori Kepantasan ini memberikan batasan bahwa dasar mengikatnya pihak penerbit dengan pemegang
surat berharga tersebut yakni penerbit terikat pada pemegang surat berharga yang pantas. Kelemahan teori ini yakni mengenai kriteria kepantasan yang tidak
disebutkan, sehingga menimbulkan beragam penafsiran oleh banyak orang mengenai kepantasan yang dimaksud tersebut.
3 Teori Perjanjian Overeenkomst Theorie
Teori ini diperkenalkan oleh seorang ahli hukum berkebangsaan Jerman yakni Thol pada tahun 1879. Teori ini menyatakan bahwa yang menjadi dasar
keterikatan antara pihak penerbit dengan pemegang surat berharga yakni adanya suatu perjanjian oleh kedua belah pihak. Dimana pihak penerbit menandatangani
surat berharga tersebut dan pihak pemegang awalpertama memegang surat berharga tersebut. Apabila pemegang surat berharga tersebut mengalihkan surat
berharga tersebut kepada pihak lain maka pihak penerbit tetaplah terikat pada perjanjian yang terdapat dalam surat berharga tersebut. Teori perjanjian ini masih
memiliki kelamahan dimana kelemahan tersebut muncul apabila surat berharga tersbut hilang atau dicuri, sehingga bagaimana penerbit tetap bertanggungjawab
terhadap pemegang surat berharga yang memperolehnya dengan tidak wajar. Mengenai hal ini Molengraff dan Scheltema berpendapat bahwa tanggung jawab
penerbit terhadap pemegang pertama, jika surat berharga itu jatuh, pemegang itu tetap didasarkan pada perjanjian antara penerbit dan pemegang pertama,
pemegang itu tetap didasarkan pada perjanjian antara penerbit dengan pemegang pertama
28
. Menurut pendapat mereka bahwa apabila surat berharga tersebut jatuhhilang atau dicuri maka tanggung jawab penerbit tetaplah pada pihak
pertama, apabila pihak pertama mengalihkan surat berharga tersebut kepada pihak lain maka penerbit memiliki tanggung jawab yang baru terhadap pemegang yang
baru tersebut. 4
Teori Penunjukan Vertoings Theorie Teori penunjukan ini dikemukakan
28
Joni Emirzon, Hukum Surat Berharga dan Perkembangannya di Indonesia,PT.Prenhalindo,Jakarta,2001,hal.48.
oleh Land 1881 dan Wittenwall 1893 dan di Jerman oleh Reiser
29
. Menurut teori ini yang menjadi dasar mengikatnya suatu surat berharga antara
penerbit dengan pemegang adalah perbuatan penunjukan tersebut kepada debitur. Debitur yang pertama adalah penerbit, oleh siapa surat berharga tersebut disuruh
dipertunjukkan pada hari bayar, saat itulah timbul perikatan dan penerbit selaku debitur wajib membayarnya. Teori Penunjukan ini memiliki kelemahan, hal ini
dikarenakan pembayaran adalah pelaksanaan dari suatu perjanjian, oleh karena itu perikatan tersebut seharusnya sudah ada terlebih dahulu sebelum pelaksanaannya.
Teori ini juga bertentangan dengan pasal 142 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD yang berbunyi:
“ Pemegang surat wesel bisa melaksanakan hak regressnya kepada para endosan, kepada penerbit, dan kepada para debitur wesel pada hari bayarnya
apabila terjadi non pembayaran, bahkan sebelum hari bayarnya : 1
Bila akseptasinya atau seluruhnya atau sebagian ditolak. 2
Dalam hal kepailitan dari tersangkut-akseptan atau bukan, dan semenjak saat berlakunya penundaan pembayaran yang diberikan kepadanya.
3 Dalam hal kepailitan penerbit dari surat wesel yang tidak dapat
dikenakan akseptasi.