TINJAUAN YURIDIS MEKANISME PERALIHAN BILL OF LADING
Pada prinsipnya dalam KUHD telah diatur alternatif penyebutan nama kapal dimungkinkan dalam Bill Of Lading BL, tetapi hal tersebut tidaklah merupakan
suatu unsur yang mutlak dalam Bill Of Lading BL, karena penyebutannya didasarkan pada keinginan si pengirim barang.
Dalam pembahasan skripsi ini Penulis mencoba untuk menganalisa kegiatan pengangkutan yang dilakukan oleh PT. Bintika Bangunusa sebagai
sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang pelayaran yang menyediakan jasa pengangkutan barang dan memiliki hak untuk menerbitkan Bill Of Lading BL.
Dalam pelaksanaan penanganan Bill Of Lading BL yang dilakukan oleh PT. Bintika Bangunusa dimana PT. Bintika Bangunusa mendapat orderperintah dari
pihak customer pihak pemilik barang, sebagai contoh pihak customer mengorder dua containerpeti kemas untuk memuat barangnya diangkut ke Shanghai,
melalui surat Delivery Order yang telah disediakan oleh Pihak PT. Bintika Bangunusa. Selanjutnya Pihak customer akan mengirim Shipping Instruction SI,
selanjutnya PT. Bintika Bangunusa menerbitkan draft Bill Of Lading BL . Kemudian Pihak PT. Bintika Bangunusa akan menujukan draft tersebut kepada
Shipper pemilik barang untuk diperiksa apakah sesuai dengan keinginan pihak shipper, apabila tidak ada koreksi lebih lanjut maka pihak shipper akan mengirim
kembali draft Bill Of Lading BL tersebut kepada PT. Bintika Bangunusa, selanjutnya setelah barang dimuat ke dalam kapal dan menuju tempat tujuan
barang tersebut maka PT. Bintika Bangunusa akan menerbitkan Original Bill Of Lading BL sebanyak tiga lembar, yang terdiri atas :
a. Lembaran pertama first original b. Lembaran kedua second original
c. Lembaran ketiga third original Selanjutnya Bill Of Lading BL tersebut diberikan kepada pihak
customer. Oleh karena permintaan pihak customer tidak menutup kemungkinan pihak customer meminta foto copy sebanyak tujuh lembar karena ditakutkan
terjadinya kehilangan. PT. Bintika Bangunusa juga menerbitkan pertinggal guna menghindari kehilangan Bill Of Lading tersebut. Sampai pada saat ini PT. Bintika
Bangunusa tidak mengalami kendala-kendala dalam penanganan Bill Of Lading BL.Terkait mengenai peraturan maupun kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
oleh pemerintah dalam negeri maupun pihak luar negeri tidak terdapat peraturan yang memberatkan berjalannya kegiatan perdagangan yang dilangsungkan oleh
pihak PT. Bintika Bangunusa, karena selama ini pemerintah juga mendukung kelancaran proses perdagangan yang dilakukan agar terjadi keseimbangan antara
biaya pengeluaran dengan pemasukan yang diterima oleh perusahaan-perusahaan pelayaran. Dalam hal pemuatan barang ke dalam container, hal ini bergantung
kepada Shipping Instruction yang diberikan oleh pihak shipper guna proses pemuatan barang ke dalam kapal dan pihak shipper menyerahkan sepenuhnya
kepada pihak bea cukai untuk diperiksa lebih lanjut mengenai barang yang akan diangkut ke dalam kapal. Mengenai packing pengepakan barang khusus PT.
Bintika Bangunusa yang memiliki container bermerek Wan Hai Lines tidak mengangkut segala jenis barang. Barang, seperti jenis arang yang tidak dapat
diangkut, karena PT. Bintika Bangunusa pernah mengalami kejadian, dimana pada saat barang tersebut belum sampai ke tempat tujuannya arang tersebut rusak
meskipun telah dikepak, sama halnya juga dengan barang yang mengandung bahan-bahan kimia. PT. Bintika Bangunusa pada umumnya hanya mengangkut
barang-barang yang bersifat general umum, seperti Kayu, Furnituter, alat prabot rumah tangga, barang-barang tidak berbahaya. Pelaksanaan pemuatan
barang ke dalam kapal terdapat Delivery Order yang diterbitkan oleh PT. Bintika Bangunusa. Delivery Ordermerupakan suatu surat yang diterbitkan oleh
perusahaan pelayaran yang dalam hal ini ialah PT. Bintika Bangunusa guna mengetahui jenis peti kemas container, banyaknya peti kemas container dan
tujuan barang. Isi dari Delivery Order ini antara lain : 1.
Nomor Delivery Order yang diterbitkan oleh perusahaan; 2.
Nama perusahaan pengangkut 3.
Domisilitempat kediaman perusahaan pengangkut 4.
Klausula permohonan guna mengeluarkanmenyerahkan container kosong 5.
Nama pemilik barang Shipper 6.
Nomor peti kemas yang digunakan 7.
Banyaknya peti kemas yang digunakan, yang bergantung dari jenis peti kemas tersebut.
8. Rencana pengapalan
9. Tujuan barang yang diangkut
10. Tembusan lampiran kepada pihak pengangkut serta divisi
11. Tanda tangan dari pihak yang berkepentingan.
B. Prosedur Peralihan Bill Of Lading BL Yang Dilakukan Oleh PT. BINTIKA BANGUNUSA Kepada Pihak Ketiga Serta Akibat Hukumnya
Pada bab sebelumnya telah disebutkan Bill Of Lading BL sebagai salah satu surat berharga dapat dialihkan hak milik atas suatu benda atau surat berharga.
Hak Milik merupakan suatu hak untuk menikmati kegunaan sesuatu kebendaan dengan leluasa, dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan
kedaulatan sepenuhnya, asal tidak bersalahan dengan undang-undang atau peraturan umum yang ditetapkan oleh suatu kekuasaan yang berhak
menetapkannya, dan tidak mengganggu hak-hak orang lain; kesemuanya itu dengan tidak mengurangi kemungkinan akan pencabutan hak itu demi
kepentingan umum berdasar atas ketentuan undang-undang dengan pembayaran ganti rugi, hal ini didasarkan pada Pasal 570 KUH Perdata. Menurut pengertian
Pasal 570 KUH Perdata dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa Hak milik merupakan suatu hak untuk menikmati kegunaan dari suatu benda dengan leluasa
tetapi tidak bertentangan dengan undang-undang maupun peraturan yang berlaku. Salah satu cara untuk memperoleh hak milik atas suatu benda termasuk surat
berharga diatur dalam Pasal 584 KUH Perdata yang berbunyi : “ Hak milik atas suatu kebendaan tak dapat diperoleh dengan cara lain,
melainkan dengan pemilikan, karena perlekatan; karena daluwarsa, karena pewarisan, baik menurut undang-undang, maupun menurut surat wasiat, dan
karena penunjukan atau penyerahan berdasar atas suatu peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik, dilakukan oleh seseorang yang berhak berbuat bebas
terhadap kebendaan itu. “ Sehingga untuk mendapatkan hak milik atas suatu benda terdapat batasan
yang dimuat dalam ketentuan Pasal 584 KUH Perdata yakni melalui perlekatan, daluwarsa, pewarisan, surat wasiat dan karena penunjukan atau penyerahan
berdasarkan suatu peristiwa perdata, baik jual-beli, sewa-menyewa, tukar- menukar dan sebagainya Untuk menyerahkan surat berharga terdapat beberapa
cara yang masing-masing cara tersebut tergantung dari klausula yang mengatur cara peralihan hak atas surat berharga tersebut
33
. Hal ini sebagaimana telah disinggung pada bab sebelumnya, yakni dengan cara menambahkan klausula atas
pembawa,atau atas pengganti atau atas nama. Walaupun pada dasarnya menurut Pasal 506 KUHD dinyatakan bahwa
Bill Of Lading BL, dapat diterbitkan dengan menyebutkan nama tertentu op naam atau kepada pengganti aan order, atau kepada pembawa aan tonder,
namun prosedur peralihan Bill Of Lading BL yang dilakukan oleh PT. Bintika Bangunusa selaku agent pengangkutan melalui jalur laut dilakukan, dengan
menggunakan surat pernyataan di atas materai Rp.6.000 enam ribu rupiah dari pihak pemegang Bill Of Lading BL kepada pihak lain dalam hal atau untuk
penerimaan sejumlah pembayaran dari pihak consigneepenerima barang dilakukan kepada pihak ketiga bukan kepada pihak pertama pemegang Bill Of
LadingBL. Hal ini tidak sejalan dengan teori penyerahan surat berharga baik dengan klausul atas tunjuk,Aan Tonder, atas pengganti Aan Order, maupun
atas nama yang tidak mencantumkan adanya surat pernyataan yang harus diterbitkan oleh pemegang Bill Of Lading BL.Di dalam KUH Perdata tidak
terdapat pengaturan mengenai surat pernyataan, tetapi dalam Pasal 1338 KUH Perdata yang menyebutkan bahwa:
“ Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”
Berdasarkan pasal tersebut dapat kita pahami bahwa Surat pernyataan merupakan suatu perjanjian yang dibuat oleh dua belah pihak atau lebih, yang
33
James Julianto Irawan.Surat Berharga, Kencana Pranamedia Group, Jakarta ,2014,Hal. 28
merupakan berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya yang harus dipenuhi prestasinya. Surat pernyataan dapat diartikan sebagai jenis surat
yang dibuat oleh seseorang berisi pernyataan bahwa dirinya pernah atau tidak melakukan sesuatu atau menerangkan orang lain bukan si pembuat surat bahwa
orang tersebut pernah atau tidak pernah melakukan sesuatu. Berkaitan dengan aspek legalitasnya,surat pernyataan akan memiliki nilai
kuat di mata hukum jika ditulis di kertas bersegel terdapat kop surat dan dibubuhi materai. Sehingga mengandung pengertian bahwa surat pernyataan yang
berkaitan dengan aspek hukum,hanya bisa dibuat oleh seseorang yang sadar akan tindakannya membuat surat tidak dibawah ancaman dan telah dewasa,bukan
anak-anak atau masih dibawah umur. Terdapat beberapa manfaat dari surat pernyataan diantaranya :
a. Bagi si penerima, surat pernyataan berfungsi sebagai alat bukti
meminta pertanggungjawaban pihak yang menulis jika ia menempati, atau apa yang dinyatakan ternyata tidak benar.
b. Bagi si pembuat, surat pernyataan berfungsi sebagai alat bukti penguat untuk
diakui pihak lain,bahwa dirinya benar-benar seperti apa yang dinyatakan dalam surat tersebut. Oleh karena itu surat lamaran pekerjaan bagi pegawai
negeri,biasanya dilampiri berbagai surat pernyataan. c.
Bagi pihak yang dinyatakan,surat pernyataan berfungsi sebagai alat pengukuhan atau menguatkan keadaan pihak yang diterangkandinyatakan,baik
dalam keadaan positif maupun negatifPengaturan lainnya berkenaan dengan surat pernyataan yang diatur dalam pasal 1866 KUH Perdata yang mengatur tentang
alat bukti, dimana alat-alat bukti terdiri atas :
1. Bukti Tulisan 2. Bukti dengan saksi-saksi;
3.Persangkaan-persangkaan; 4.
Pengakuan 5.
Sumpah Berdasarkan pasal 1866 KUH Perdata tersebut maka dapat kita tarik suatu
kesimpulan bahwa surat pernyataan merupakan suatu alat bukti secara Tulisan yang sah, yang dibuat oleh pihak-pihak terkait dengan mengindahkan aturan-
aturan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam menerbitkan suatu surat pernyataan terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh para subjek hukum
yakni sebagaimana yang terdapat dalam pasal 1320 KUH Perdata yang berbunyi : 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan 3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang halal Adanya surat pernyataan tersebut juga merupakan suatu perjanjian yang
mengikat antara satu orang atau lebih dengan satu orang lain atau lebih. Suatu surat pernyataan dapat dipersamakan dengan suatu cap jempol, dibubuhi dengan
suatu pernyataan yang bertanggal dari seorang Notaris, atau seorang pegawai lain yang ditunjuk oleh undang-undang dari mana ternyata bahwa ia mengenal si
pembubuh cap jempol,atau bahwa orang ini telah diperkenalkan kepadanya, bahwa isinya akta telah dijelaskan kepada orang itu, dan bahwa setelah itu cap
jempol tersebut dibubuhkan di hadapan pegawai tadi, hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 1874 KUH Perdata. Berdasarkan pasal tersebut dapat pahami bahwa
suatu surat pernyataan dalam hal pembuktiannya sama kuatnya dengan suatu akta yang dibuat oleh seorang Notaris atau pegawai lain yang berwenang, yang berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa suatu perjanjian tersebut tidak dapat ditarik
kembali, melainkan karena kesepakatan oleh para pihak yang membuatnya atau berdasarkan undang-undang,hal ini didasarkan pada pasal 1338 KUH Perdata.
Dengan adanya proses peralihan tersebut menimbulkan suatu akibat hukum dimana dengan adanya proses peralihan tersebut maka kewajiban akan
penanggungan barang tersebut berpindah kepada pihak ketiga selaku pemegang Bill Of Lading BL dari pihak pertama selain itu terdapat hak yangdiperoleh
pihak ketiga yakni pembayaran yang dilakukan oleh pihak consignee penerima juga beralih kepada pemegang Bill Of Lading BL berikutnya. Hal ini
sebagaimana dikuatkan oleh Pasal 1875 KUH Perdata yang menjelaskan bahwa suatu tulisan di bawah tangan yang diakui oleh para pihak yang membuatnya
memberikan kepadanya hak dari mereka yang membuatnya yang dianggap sebagai suatu bukti yang sempurna, seperti suatu akta autentik. Akta autentik
merupakan alat pembuktian yang sempurna bagi kedua belah pihak dan ahli warisnya serta sekalian orang yang mendapat hak darinya tentang apa yang
dimuat dalam akta tersebut. Akta autentik merupakan bukti yang mengikat yang berarti kebenaran dari hal-hal yang tertulis dalam akta tersebut harus diakui oleh
hakim, yaitu akta tersebut dianggap sebagai benar selama kebenarannya itu tidak ada pihak lain yang dapat membuktikan sebaliknya. Oleh karena itu dapat kita
pahami bahwa suatu surat tulisan di bawah tangan yang dalam hal ini berkaitan dengan surat pernyataan yang diakui oleh para pihak yang membuatnya
merupakan suatu bukti yang sempurna yang sama halnya dengan sebuah akta autentik. Berkaitan dengan materai atau bea materai menurut Pasal 2 undang-
undang No. 13 tahun 1985 tentang Bea Materai disebutkan bahwa terhadap surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan
sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata maka dikenakan atas dokumen tersebut bea materai. Suatu surat
pernyataan tetap sah walaupun tidak dibubuhi materai,akan tetapi karena surat tersebut akan digunakan sebagai alat bukti di pengadilan, maka dikenakan Bea
Materai sebagai pajak dokumen. Surat pernyataan yang belum dibubuhi materai tetapi ingin diajukan sebagai alat bukti di pengadilan, maka pelunasan Bea
Materai dilakukan dengan Pemateraian kemudian. Di dalam ketentuan Pasal 2 ayat 1 undang-undang No. 13 tahun 1985 dijelaskan
mengenai apa saja yang dikenakan Bea Materai, antara lain : 1. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk
digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata;
2. Akta-akta notaris termasuk salinananya. 3. Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah termasuk rangkap-
rangkapnya. 4. Surat yang memuat jumlah uang lebih dari Rp.1.000.000,;
a. Yang menyebutkan penerimaan uang; b. Yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpananan uang dalam
rekening di bank; c. Yang berisi pemberitahuan saldo di rekening bank;
d. Yang berisi pengakuan bahwa hutang uang seluruhnya atau
sebagiannya telah dilunasi atau diperhitungkan; 5. Surat berharga seperti wesel, promes,aksep dan cek yang harga nominalnya
lebih dari Rp.1.000.000; 6. Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun, sepanjang harga nominalnya
lebih dari Rp.1.000.000;
C. Langkah-langkah PT. Bintika Bangunusa Menyelesaikan Masalah Bill Of Lading BL Yang Dinyatakan Hilang
Dalam proses pengangkutan barang tidak menutup kemungkinan akan terjadinya kehilangan atau kerusakan Bill Of Lading BL yang mengakibatkan tidak dapat
dipakainya lagi Bill Of Lading BL tersebut.Di dalam KUHD maupun peraturan- peraturan lainnya terkait mengenai dokumen pengangkutan barang melalui jalur
laut,tidak terdapat pengaturan terkait mengenai penyelesaian masalah dalam hal Konosemen dinyatakan hilang atau rusak sehingga tidak dapat digunakan
kembali. Pada Penelitian yang dilakukan oleh penulis terhadap PT. Bintika Bangunusa sendiri sebagai salah satu agen pengangkutan melalui jalur laut,pernah
mengalami hal tersebut, dimana dalam perjalanan Bill Of Lading BL yang dipegang oleh pihak carrier pengangkut tersebut hilang. Oleh karena itu Pihak
pengangkut dalam hal ini nakhoda kapal akan melaporkan kejadian tersebut ke perusahaannya, lalu perusahaan pengangkut tersebut akan melanjutkan laporan
tersebut kepada PT. Bintika Bangunusa. Pihak Pengangkut akan menerbitkan surat pernyataan ke pihak yang berwajib atau polisi yang menyatakan bahwa Bill
Of Lading BL tersebut hilang selama perjalanan sebelum tiba pada tempat tujuan. Surat pernyataan tersebut diterbitkan oleh pihak nakhoda kapal dan
perusahaannya, sehingga terdapat dua surat pernyataan. Oleh karena terjadinya karena terjadinya kehilangan tersebut maka pihak PT. Bintika Bangunusa sendiri
akan menagih sejumlah biaya kepada pihak pengangkut dalam satuan United State Dollar USD. Selanjutnya PT. Bintika Bangunusa akan melaporkan kepada pihak
pemilik barang bahwasanya Bill Of Lading BL tersebut hilang selama proses pengangkutan. Setelah dilakukannya pelaporan tersebut maka Pihak PT. Bintika
Bangunusa akan melakukan pemblokiran terhadap seri nomor Bill Of LadingBLtersebut secara keseluruhan termasuk sistemnya. Dengan
pemblokiran tersebut maka PT. Bintika Bangunusa akan menerbitkan duplikat Bill Of Lading BL yang menyatakan bahwa Bill Of Lading BL sebelumnya telah
hilang. Prosedur ini juga berlaku bagi pengangkutan barang lintas negara baik oleh pihak pengangkut carrier maupun pihak consignee penerima barang.
kehilangan tersebut maka pihak PT. Bintika Bangunusa sendiri akan menagih sejumlah biaya kepada pihak pengangkut dalam satuan United State Dollar
USD. Selanjutnya PT. Bintika Bangunusa akan melaporkan kepada pihak pemilik barang bahwasanya Bill Of Lading BL tersebut hilang selama proses
pengangkutan. Setelah dilakukannya pelaporan tersebut maka Pihak PT. Bintika Bangunusa akan melakukan pemblokiran terhadap seri nomor Bill Of
LadingBLtersebut secara keseluruhan termasuk sistemnya. Dengan pemblokiran tersebut maka PT. Bintika Bangunusa akan menerbitkan duplikat Bill
Of Lading BL yang menyatakan bahwa Bill Of Lading BL sebelumnya telah
hilang. Prosedur ini juga berlaku bagi pengangkutan barang lintas negara baik oleh pihak pengangkut carrier maupun pihak consignee penerima barang.
74