Tinjauan Yuridis Lembaga Penyimpanan Dan Penyelesian (KSEI) Sebagai Salah Satu Lembaga Di Pasar Modal
TINJAUAN YURIDIS LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESIAN (KSEI) SEBAGAI SALAH SATU LEMBAGA DI PASAR MODAL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
OLEH
SILVIA SUMBOGO 070200081
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
TINJAUAN YURIDIS LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESIAN (KSEI) SEBAGAI SALAH SATU LEMBAGA DI PASAR MODAL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
OLEH
SILVIA SUMBOGO 070200081
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
Ketua Departemen Hukum Ekonomi
(Windha, S.H., M.H.) NIP. 197501122005012002
Pembimbing I Pembimbing II
(Prof. Dr. Bismar Nasution,S.H., M.H) (Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum) NIP. 19560329 198601 1 001 NIP. 19630215 198903 2 002
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(3)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang tak pernah meninggalkan, mengecewakan dan yang telah memberikan pengharapan dan semangat serta kekuatan yang baru ketika hampir putus asa sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulisan skripsi ini berjudul: TINJAUAN YURIDIS LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN (KSEI) SEBAGAI SALAH SATU LEMBAGA DI PASAR MODAL adalah guna memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadarai dengan sepenuhnya bahwa hasil yang diperoleh masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis akan sangat berterima kasih jika ada kritik dan saran membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah membantu sebelum, selama, dan setelah penulis mengerjakan skripsi. Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua penulis, Irawan Hui dan Dahlia Gunawan, yang telah membesarkan dan mendidik penulis sehingga penulis bisa memperoleh pendidikan formal sampai pada tingkat Strata Satu ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kakak serta adik-adik penulis Nadia Ingrida, Kennardi Dewanto dan Willy Sandy, atas pengertian dan dukungan kepada penulis. Mudah-mudahan semua yang penulis lakukan dapat membahagiakan dan membanggakan keluarga tercinta.
(4)
Melalui kesempatan ini, penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara (USU), Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc.(CTM), Sp.A(K).
2. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).
3. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).
4. Bapak Syarifuddin Hasibuan, S.H., M.Hum., DFM, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).
5. Bapak Muhammad Husni, S.H., M.H., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).
6. Ibu Windha, S.H., M.H., selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi dan Dosen Hukum Ekonomi, yang selalu membantu penulis dalam memberi bimbingan yang sangat berarti atas penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas segala bantuan dan dukungan yang sangat berarti dan bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak Ramli Siregar, S.H., M.Hum., selaku Sekretaris Jurusan Departemen Hukum Ekonomi dan Dosen Hukum Ekonomi. Di tengah kesibukan beliau, beliau selalu membantu penulis dalam memberi bimbingan atas penyelesaian skripsi ini.
8. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H., selaku Dosen Hukum Ekonomi dan Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bantuan dan
(5)
bimbingan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. Di tengah kesibukan beliau, beliau selalu membantu penulis dalam memberi bimbingan atas penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas segala bantuan dan dukungan yang sangat berarti dan bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini.
9. Ibu Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum., selaku Dosen Hukum Ekonomi dan Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Di tengah kesibukan beliau, beliau selalu membantu penulis dalam memberi bimbingan yang sangat berarti atas penyelesaian skripsi ini. Bagi penulis, beliau adalah figur yang tekun dalam mendidik mahasiswa. Penulis merasa salut atas dedikasi beliau dalam mengasuh beberapa mata kuliah hukum ekonomi yang pernah penulis ikuti. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas segala bantuan, kritikan, saran dan bimbingan yang sangat berarti dan bermanfaat hingga selesainya penyusunan skripsi ini.
10.Bapak Mahmul Siregar, S.H., M.Hum selaku Dosen Hukum Ekonomi, yang selalu membantu penulis dalam memberi bimbingan yang sangat berarti atas penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas segala bantuan dan dukungan serta ilmu yang sangat berarti dan bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini.
11.Ibu Keizerina Devi, S.H., M.Hum., selaku Dosen Hukum Ekonomi. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas ilmu yang telah diberikan selama
(6)
mengikuti perkuliahan di hukum ekonomi serta segala saran yang bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini.
12.Ibu Suria Ningsih, S.H., M.Hum., selaku Dosen Wali Penulis dari Semester I sampai terakhir.
13.Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atas segala ilmu yang telah diberikan.
14.Seluruh staff pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
15.Victor Komala, teman spesial penulis, yang selalu memberikan dorongan, dukungan serta motivasi yang besar kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
16.Teman-teman stambuk 2007 yang merupakan teman akrab penulis, Melisa, July Marlina Suteja, Dewi, Li Pei Jung, Hendry, Hendrik Tanjaya, Aries Shandy P.G., Denny Salim, Christopher Iskandar, Felik, Michael, Edy Mayor, Dominika, Evelyn, Evelyn Theresia, Melisa Yanwar, Amanda, Harumi Sonia, Edyson, Tondi Triyono, Ali Sentosa, Patricia, Hendry William, Ivan B.T. dan Andika.
17. Senior-senior hukum, Lydia Tanaka, Sugondo, Hendrik, Robin Viriyaputra, Siekmey Ngaserin, Harianto dan Frans Margo Leo.
18.Teman-teman KMB USU, Budiman Chandra, Reny, Christina, Debby Isabella, Satria, Daris, Effendy, Coandra serta yang lainnya yang tidak bisa penulis ucapkan satu persatu.
(7)
20.Sanak saudara penulis, Lilies Gunawan, Mawar Gunawan, Rosni Gunawan, Dedy Mulyadi serta yang lainnya yang tidak bisa penulis ucapkan satu persatu.
Salam Hormat,
(8)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI...vi
DAFTAR SINGKATAN...ix
ABSTRAKSI...x
BAB Ι PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1
B. Perumusan Masalah...9
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan...9
D. Keaslian Penulisan...11
E. Tinjauan Kepustakaan...11
F. Metode Penulisan...12
G. Sistematika Penulisan...16
BAB ΙΙ PENGATURAN TENTANG MEKANISME PENDIRIAN LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN (KSEI) DALAM PASAR MODAL A. Pengertian Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI)...18
B. Latar Belakang dan perkembangan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI)...18
C. Dasar Hukum Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI)...27
(9)
E. Pendaftaran, Pelaporan dan Pemeliharaan Dokumen oleh Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI)...35
BAB ΙII PERANAN DAN EKSISTENSI LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN (KSEI) SEBAGAI SALAH SATU LEMBAGA DI PASAR MODAL
A. Peran dan Eksistensi Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) di Pasar Modal...44 B. Peran Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) dalam
Penyelesaian Transaksi Efek Tanpa Warkat (Scriptless Trading) di Pasar Modal...49 C. Kedudukan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI)
sebagai Self Regulatory Organization (SRO) di Pasar Modal...58
BAB ΙV HUBUNGAN LEMBAGA PENYIMPANAN DAN
PENYELESAIAN (KSEI) DENGAN LEMBAGA LAIN YANG ADA DI PASAR MODAL
A. Hubungan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) dengan Lembaga Kliring dan Penjaminan (KPEI) dan Bursa Efek...65 B. Hubungan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI)
(10)
C. Hubungan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) dengan Kustodian...82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...93 B. Saran...95
(11)
DAFTAR SINGKATAN
AK = Anggota Kliring
AKSes = Acuan Kepemilikan Sekuritas Bapepam = Badan Pengawas Pasar Modal BEI = Bursa Efek Indonesia
C-BEST = Central Depository and Book Entry Settlement System KDEI = Kliring Deposit Efek Indonesia
KPEI = Kliring Penjaminan Efek Indonesia KSEI = Kustodian Sentral Efek Indonesia LKP = Lembaga Kliring dan Penjaminan
LKPP = Lembaga Kliring Penyimpanan dan Penyelesaian LPP = Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
PTP = Post Trade Processing
RUPS = Rapat Umum Pemegang Saham SRO = Self Regulatory Organization
(12)
Tinjauan Yuridis Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) sebagai Salah Satu Lembaga di Pasar Modal
*) Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H. **) Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum. ***) Silvia Sumbogo
ABSTRAKSI
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) merupakan salah satu lembaga yang memegang peranan cukup penting di pasar modal Indonesia. KSEI mulai menjalankan kegiatan operasionalnya pada tanggal 9 Januari 1998, yaitu kegiatan penyelesaian transaksi efek dengan warkat dengan mengambil alih fungsi sejenis dari PT Kliring Deposit Efek Indonesia (KDEI) yang sebelumnya merupakan Lembaga Kliring Penyimpanan dan Penyelesaian (LKPP).
Permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana pengaturan tentang mekanisme pendirian Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI), bagaimana peranan dan eksistensi Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) di pasar modal dan bagaimana hubungan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) dengan lembaga lain yang ada di pasar modal.
Metode penulisan yang dipakai untuk menyusun skripsi ini adalah penelitian hukum normatif atau penelitian kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan dari buku-buku, makalah, koran, internet, peraturan perundang-undangan dan hasil tulisan ilmiah lainnya yang erat kaitannya dengan maksud dan tujuan dari penyusunan karya ilmiah ini.
Kesimpulan dalam skripsi ini adalah perusahaan yang dapat menjalankan kegiatan usaha sebagai LPP adalah perusahaan yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam, dalam hal ini adalah PT. KSEI. KSEI didirikan di Jakarta, pada tanggal 23 Desember 1997 dan memperoleh izin operasionalnya pada tanggal 11 November 1998 sesuai dengan Keputusan Bapepam Nomor Kep-54/PM/1998. KSEI bertugas melayani pemegang rekening, yang terdiri atas Perusahaan Efek dan Bank Kustodian. Selain pemegang rekening, Emiten yang efeknya terdaftar di KSEI juga menggunakan jasa KSEI untuk memperoleh data pihak yang menjadi pemegang efeknya dan untuk distribusi corporate action. Manajer investasi juga dapat menggunakan layanan jasa KSEI, yaitu melalui fasilitas PTP yang telah diimplementasikan oleh KSEI.
Adapun saran dari penulis adalah bahwa peran LPP dan scriptless trading merupakan hal yang cukup baru bagi pasar modal Indonesia. Untuk itulah, perangkat hukum yang saat ini ada, yakni Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 perlu disempurnakan agar pasar modal Indonesia dapat lebih bersaing dengan negara-negara lain.
Kata Kunci : Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian dan Pasar Modal *) Dosen Pembimbing I
**) Dosen Pembimbing II
(13)
Tinjauan Yuridis Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) sebagai Salah Satu Lembaga di Pasar Modal
*) Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H. **) Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum. ***) Silvia Sumbogo
ABSTRAKSI
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) merupakan salah satu lembaga yang memegang peranan cukup penting di pasar modal Indonesia. KSEI mulai menjalankan kegiatan operasionalnya pada tanggal 9 Januari 1998, yaitu kegiatan penyelesaian transaksi efek dengan warkat dengan mengambil alih fungsi sejenis dari PT Kliring Deposit Efek Indonesia (KDEI) yang sebelumnya merupakan Lembaga Kliring Penyimpanan dan Penyelesaian (LKPP).
Permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana pengaturan tentang mekanisme pendirian Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI), bagaimana peranan dan eksistensi Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) di pasar modal dan bagaimana hubungan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) dengan lembaga lain yang ada di pasar modal.
Metode penulisan yang dipakai untuk menyusun skripsi ini adalah penelitian hukum normatif atau penelitian kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan dari buku-buku, makalah, koran, internet, peraturan perundang-undangan dan hasil tulisan ilmiah lainnya yang erat kaitannya dengan maksud dan tujuan dari penyusunan karya ilmiah ini.
Kesimpulan dalam skripsi ini adalah perusahaan yang dapat menjalankan kegiatan usaha sebagai LPP adalah perusahaan yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam, dalam hal ini adalah PT. KSEI. KSEI didirikan di Jakarta, pada tanggal 23 Desember 1997 dan memperoleh izin operasionalnya pada tanggal 11 November 1998 sesuai dengan Keputusan Bapepam Nomor Kep-54/PM/1998. KSEI bertugas melayani pemegang rekening, yang terdiri atas Perusahaan Efek dan Bank Kustodian. Selain pemegang rekening, Emiten yang efeknya terdaftar di KSEI juga menggunakan jasa KSEI untuk memperoleh data pihak yang menjadi pemegang efeknya dan untuk distribusi corporate action. Manajer investasi juga dapat menggunakan layanan jasa KSEI, yaitu melalui fasilitas PTP yang telah diimplementasikan oleh KSEI.
Adapun saran dari penulis adalah bahwa peran LPP dan scriptless trading merupakan hal yang cukup baru bagi pasar modal Indonesia. Untuk itulah, perangkat hukum yang saat ini ada, yakni Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 perlu disempurnakan agar pasar modal Indonesia dapat lebih bersaing dengan negara-negara lain.
Kata Kunci : Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian dan Pasar Modal *) Dosen Pembimbing I
**) Dosen Pembimbing II
(14)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar modal yang maju dan berkembang pesat merupakan impian banyak negara. Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus yakni fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (yaitu investor) dan pihak yang memerlukan dana (yaitu issuer, pihak yang menerbitkan efek atau emiten). Dengan adanya pasar modal, maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbal hasil (return), sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbal hasil bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.1
Keberadaan pasar modal dibentuk berdasarkan kebutuhan perkembangan ekonomi nasional yang menuntut adanya sarana penarikan dana masyarakat melalui lembaga pasar modal. Perkembangan secara evolutif ini banyak ditemui di negara-negara kapitalis liberal. Di Indonesia pendekatannya lebih terarah
1
Tjiptono Darmadji dan Hendy M.Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab Edisi 2, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), hal. 2.
(15)
kepada kebijaksanaan pembangunan nasional. Dengan demikian tujuan pembentukan pasar modal di Indonesia mempunyai jangkauan dan misi yang lebih luas dari pada pasar modal di banyak negara.2 Jangkauan yang dirangkum adalah mencakup 3 (tiga) aspek mendasar, yaitu :3
1. Mempercepat proses perluasan keikutsertaan masyarakat dalam pemilikan saham perusahaan;
2. Diarahkan pada aspek pemerataan pendapatan masyarakat melalui pemerataan pemilikan saham perusahaan;
3. Untuk lebih menggairahkan partisipasi masyarakat dalam pengerahan dan penghimpunan dana untuk digunakan secara produktif.
Jangkauan tersebut mempunyai misi yang sejalan dengan isi yang terkandung dalam Pasal 33 Ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang menyebutkan bahwa perekonomian Indonesia dijalankan berdasarkan usaha bersama dan asas kekeluargaan. Atas dasar itu, maka pasar modal mempunyai landasan idiil dan konstitusional yang sesuai dengan norma yang terdapat dalam falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.4
Berdasarkan prinsip tersebut, maka pasar modal Indonesia ditujukan terutama untuk mendemokrasikan ekonomi, yaitu keadilan ekonomi yang menjadi tujuan cita-cita nasional. Hal ini selaras dengan apa yang ditegaskan dalam Pembukaan UUD 1945 yakni mencapai kesejahteraan umum bagi seluruh bangsa Indonesia. Atas dasar itu, maka pasar modal Indonesia harus diarahkan kepada
2
Yulfasni, Hukum Pasar Modal, (Jakarta: Badan Penerbit Iblam, 2005), hal. 14. 3
Jasso Winarto, Pasar Modal Indonesia: Retrospeksi Lima Tahun Swastanisasi BEJ, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997), hal. 32.
4
Umaran Mansyur, Teknik Perdagangan Efek di Bursa Efek Indonesia, (Jakarta: Aksara Kencana, 1986), hal. 7.
(16)
usaha-usaha pemerataan pendapatan masyarakat demi mencapai keadilan sosial yang lebih tinggi dalam struktur ekonomi Indonesia. Demokrasi ekonomi yang diinginkan adalah sistem ekonomi pasar terkendali yang diabadikan bagi kesejahteraan masyarakat, swasta memegang peranan dalam kegiatan ekonomi, sedangkan pemerintah bertindak sebagai fasilitator dan pengendali melalui kebijakan yang dilandasi oleh tatanan hukum yang berlaku.5
Untuk melaksanakan misi tersebut, PT. Danareksa sebagai salah satu perusahaan persero, pada awal kebangkitan pasar modal Indonesia, ditugaskan untuk mempercepat pemasyarakatan pasar modal yang sesuai dengan tujuan utama pasar modal Indonesia, yakni pemerataan pendapatan melalui pemilikan saham perusahaan. Dengan demikian, masyarakat dapat ikut menikmati pembangunan.6
Ada pendapat yang mengatakan bahwa pasar modal memainkan peranan yang penting dalam sistem ekonomi dan pemerintah di berbagai penjuru dunia sehingga dirasa perlu untuk mengatur berbagai aspek pasar. Dalam kapasitasnya selaku regulator, pemerintah mempengaruhi evolusi dan perkembangan dari pasar keuangan dimaksud dan kelembagaan lain.7
Dengan demikian pasar modal dapat memainkan peranan penting bagi perkembangan ekonomi suatu negara, karena sebagaimana dikemukakan oleh Munir Fuady suatu pasar modal memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:8
5
Jusuf Anwar, Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi, (Bandung: PT Alumni Bandung, 2007), hal. 6.
6
Ibid., hal. 55. 7
Ibid., hal. 53-54. 8
Munir Fuady, Pasar Modal Modern: Tinjauan Hukum, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1996), hal. 11.
(17)
1. Sarana untuk menghimpun dana-dana masyarakat untuk disalurkan ke dalam kegiatan-kegiatan yang produktif;
2. Sumber pembiayaan yang mudah, murah dan cepat bagi dunia usaha dan pembangunan nasional;
3. Mendorong terciptanya kesempatan berusaha dan sekaligus menciptakan kesempatan kerja;
4. Mempertinggi efisiensi alokasi sumber produksi;
5. Memperkokoh beroperasinya mekanisme financial market dalam menata sistem moneter, karena pasar modal dapat menjadi sarana “open market operation” sewaktu-waktu diperlukan oleh Bank Sentral;
6. Menekan tingginya tingkat bunga menuju suatu “rate” yang reasonable; 7. Sebagai alternatif investasi bagi para pemodal.
Dalam hal ini, Marzuki Usman,dkk menguraikan bahwa pada dasarnya terdapat 4 (empat) peranan strategis dari pasar modal bagi perekonomian suatu negara. Peranan strategis pasar modal tersebut adalah sebagai berikut:9
1. Sumber penghimpun dana; 2. Alternatif investasi para pemodal;
3. Biaya penghimpun dana yang relatif rendah; 4. Pasar modal mendorong perkembangan investasi.
Dengan dimulainya sistem perdagangan tanpa warkat (scriptless trading) di Bursa Efek, dimana setiap transaksi jual beli dilakukan tidak atau tanpa penyerahan surat efek atau warkat (efek) yang menjadi dasar bukti pemilikan
9
Marzuki Usman, dkk, Pengetahuan Dasar Pasar Modal, (Jakarta: Institut Bankir Indonesia dan Jurnal Keuangan dan Moneter, 1997), hal. 14.
(18)
efek, maka seluruh emiten yang menawarkan efeknya melalui pasar modal dan tercatat pada Bursa Efek, diharapkan mendaftarkan efeknya tersebut dalam suatu penitipan kolektif pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP), yaitu Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).10
Dalam pelaksanaan scriptless trading, Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai penyelenggara transaksi yang berperan sebagai front office harus didukung penuh oleh suatu lembaga yang mem-back up penyelesaian transaksi perdagangan di bursa. Lembaga tersebut adalah Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP) dan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP).
11
PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) merupakan LPP di pasar modal Indonesia, yang didirikan di Jakarta, pada tanggal 23 Desember 1997 dan memperoleh izin operasional pada tanggal 11 November 1998. Dalam kelembagaan pasar modal Indonesia, KSEI merupakan salah satu Self Regulatory Organization (SRO), selain Bursa Efek dan LKP. KSEI, berdasarkan ketentuan Undang Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, menjalankan fungsinya sebagai LPP di pasar modal Indonesia dengan menyediakan jasa kustodian sentral dan penyelesaian transaksi efek yang teratur, wajar dan efisien. KSEI mulai menjalankan kegiatan operasional pada tanggal 9 Januari 1998, yaitu kegiatan penyelesaian transaksi efek dengan warkat dengan mengambil alih fungsi sejenis dari PT Kliring Deposit Efek Indonesia (KDEI) yang sebelumnya merupakan Lembaga Kliring Penyimpanan dan Penyelesaian
10
Gunawan Widjaja, Seri Aspek Hukum Dalam Pasar Modal Penitipan Kolektif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 169.
11
Warkat ) Dalam Kegiatan Perdagangan Saham di Bursa Efek Jakarta ( Scripless Trading System on trading activity in the Jakarta Stock Exchange), diakses tanggal 13 Januari 2011.
(19)
(LKPP). Selanjutnya sejak 17 Juli 2000, KSEI bersama PT Bursa Efek Indonesia (d/h PT Bursa Efek Jakarta) dan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) mengimplementasikan perdagangan tanpa warkat (scripless trading) dan operasional kustodian sentral di pasar modal Indonesia. Saham KSEI dimiliki oleh para pemakai jasanya, yaitu: SRO (PT. BEI dan PT. KPEI), Bank Kustodian, Perusahaan Efek dan Biro Administrasi Efek.12
LPP adalah perusahaan yang mempunyai tanggung jawab menyelesaikan (settlement) semua transaksi yang sudah dicatat oleh LKP. 13
Saat ini fungsi LPP dilaksanakan oleh PT. KSEI. LPP pada dasarnya adalah pihak yang menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi bank kustodian, perusahaan efek dan pihak lain. Jasa tersebut harus memenuhi standar bagi sesuatu penggunaan jasa. Jasa kustodian yang diberikan oleh LPP harus mampu memberikan pelayanan secara menyeluruh termasuk pembagian hak atas efek seperti dividen dan bonus, pemrosesan administrasi atas segala kegiatan yang dilakukan oleh emiten yang terkait dengan kepentingan pemegang rekening seperti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Sesuai fungsinya, KSEI memberikan layanan jasa yang meliputi: penyimpanan efek dalam bentuk elektronik, administrasi rekening efek, penyelesaian transaksi efek, distribusi hasil Corporate Action dan jasa-jasa terkait lainnya, seperti: Post Trade Processing (PTP) dan penyediaan laporan-laporan jasa kustodian sentral.
14
12
tanggal 22 Nopember 2010. 13
Sawidji Widoatmodjo, Pasar Modal Indonesia: Pengantar dan Studi Kasus, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), hal. 47.
14
(20)
Agar para pihak yang terkait dengan kegiatan LPP terlindungi, Undang-Undang mewajibkan kepada LPP untuk menerbitkan peraturan mengenai hak dan kewajiban pemakai jasa LPP dan peraturan tersebut wajib mendapat persetujuan Bapepam. Sebagai suatu lembaga yang tidak dimaksudkan untuk mencari keuntungan, besarnya biaya atas pemakaian jasa LPP harus disesuaikan dengan kebutuhan dana penyelenggaraan dan pengembangan lembaga tersebut setelah mempertimbangkan kepentingan pemakai jasa.15
15
M Paulus Situmorang, Pengantar Pasar Modal, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2008), hal. 36.
Di era scriptless atau perdagangan tanpa warkat yang pada saat ini sedang berjalan, maka peran KSEI akan semakin besar karena LPP akan berfungsi penuh sebagai kustodian sentral yang mana semua efek akan disentralisasi dalam bentuk catatan elektronik. Saat ini sedang pula berjalan suatu proses yang disebut pula ‘konversi’, yaitu suatu proses dimana seluruh saham yang ada saat ini (yang masih dalam bentuk sertifikat) akan dikonversi (diubah) ke dalam bentuk catatan elektronik yang dimiliki oleh KSEI, yaitu sistem C-BEST (Central Depository and Book Entry Settlement System). Dengan sistem demikian, yang telah tercatat adalah rekening efek, maka penyelesaian transaksi akan menjadi lebih efektif dan efisien karena penyelesaian transaksi cukup dilakukan dengan sistem pemindahbukuan (book entry settlement) dari rekening yang satu ke rekening yang lainnya. Sejak Juni 2002, KSEI menuntaskan program konversi seluruh saham yang tercatat di Bursa Efek dari warkat menjadi tanpa warkat (scriptless trading).
(21)
Perkembangan zaman telah menciptakan adanya pasar modal ini. Pihak yang membutuhkan dana untuk kepentingan perluasan aktivitas perusahaan tidak hanya dapat mengandalkan pinjaman baik dari perbankan atau dari lembaga-lembaga pembiayaan yang lain. Hal ini disebabkan selain kebutuhan dana yang sangat besar dan cepat didapat, juga pihak perusahaan akan terbebas dari kewajiban membayar utang pokok berikut bunganya kepada pihak kreditur yang di suatu saat nanti bisa menjadi “bumerang”. Faktor lain yang mendukung terciptanya pasar modal adalah adanya pihak perorangan ataupun lembaga yang mempunyai dana lebih dan ingin memperoleh keuntungan yang lebih besar dari sarana berinvestasi yang telah ada dalam produk perbankan, seperti tabungan atau deposito. Dengan demikian kegiatan pasar modal tercipta karena dirasakan masih adanya kekurangan fungsi dari lembaga pembiayaan yang telah ada.16
Oleh karena berdasar sifat aktivitasnya yang lebih kompleks dari sekedar kegiatan penerimaan dana dari masyarakat bagi perusahaan dan pembagian keuntungan kepada pihak yang telah memberikan dananya, maka kiranya perlu diatur suatu sistem dari instrumen-instrumen pelaku pasar modal dalam suatu bentuk peraturan yang mengikat semua pihak dan tunduk patuh kepadanya. Salah satu instrumen tersebut adalah LPP. Apabila kesemuanya dapat berjalan dengan baik, merupakan suatu keuntungan bagi pemerintah dalam rangka melanjutkan pembangunan nasional dengan memperoleh devisa yang diperlukan bagi pembiayaan pembangunan. Hal ini sebagai salah satu karakteristik suatu negara
16
Irfan Iskandar, Pengantar Hukum Pasar Modal Bidang Kustodian, (Jakarta: Djambatan, 2001), hal. 3.
(22)
maju yang tidak hanya mengandalkan kekayaan alam negara dan kegiatan ekspor untuk membiayai pembangunan.17
B. Perumusan Masalah
Dari pemaparan di atas, dipandang perlu dilakukan studi tentang Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) di pasar modal. Adapun skripsi ini dibuat untuk menguraikan dan memberikan penjelasan mengenai salah satu lembaga di pasar modal, dalam hal ini adalah LPP. Skripsi ini diharapkan dapat dipakai sebagai masukan guna menambah wawasan tentang manfaat dan kegunaan LPP dalam kegiatan di pasar modal.
Berdasarkan judul skripsi “Tinjauan Yuridis Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) Sebagai Salah Satu Lembaga di Pasar Modal”, maka perlu dirumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaturan tentang mekanisme pendirian Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI)?
2. Bagaimana peranan dan eksistensi Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) di Pasar Modal?
3. Bagaimana hubungan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) dengan lembaga lain yang ada di Pasar Modal?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
17
(23)
Tujuan utama dari penulisan skripsi ini adalah sebagai pemenuhan tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Selain itu, yang menjadi tujuan dari pembahasan skripsi ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaturan tentang mekanisme pendirian Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
2. Untuk mengetahui peranan dan eksistensi Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) di Pasar Modal.
3. Untuk mengetahui hubungan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dengan lembaga lain yang ada di Pasar Modal.
Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Pembahasan yang terdapat dalam permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan di atas akan dapat memberikan kontribusi pemikiran serta pemahaman bagi ilmu pengetahuan mengenai lembaga di pasar modal khususnya Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian dan sekaligus menambah serta memperkaya wawasan ilmiah baik dalam bidang ini maupun dalam bidang terkait lainnya.
2. Secara Praktis
Pembahasan ini diharapkan dapat menjadi masukan dan tambahan materi bagi para pembacanya baik umum maupun para akademisi ataupun sebagai bahan
(24)
referensi bagi mahasiswa yang ingin membahas tentang Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian di Pasar Modal.
D. Keaslian Penulisan
“Tinjauan Yuridis Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) Sebagai Salah Satu Lembaga di Pasar Modal” yang diangkat menjadi judul skripsi ini adalah merupakan karya ilmiah yang belum pernah diangkat menjadi judul skripsi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Penulis menyusun skripsi ini berdasarkan referensi dari buku-buku, peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian dan pasar modal, media cetak dan elektronik, juga melalui bantuan para pihak.
E. Tinjauan Kepustakaan
Dalam kelembagaan pasar modal Indonesia, LPP merupakan salah satu Self Regulatory Organization (SRO) selain Bursa Efek dan Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP).
Defenisi LPP sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 1 angka 10 adalah: “pihak yang menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi Bank Kustodian, Perusahaan Efek dan Pihak lain”.18
Pengertian kustodian sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Pasar Modal adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek
18
Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
(25)
dan harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen, bunga dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.19
Menurut UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 1 angka 13, yang dimaksud dengan pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.20
Siswanto Sudomo menyatakan bahwa pasar modal adalah pasar dimana diterbitkan serta diperdagangkan surat-surat berharga jangka panjang, khususnya obligasi dan saham. Definisi ini sudah menyangkut dua jenis pasar yang dapat dikenali secara terpisah, yakni pasar perdana, dimana surat-surat berharga itu pertama kali diterbitkan, dan pasar sekunder, dimana surat-surat berharga itu diperdagangkan.21
Lebih lanjut lagi M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, secara sederhana mendefenisikan pasar modal sebagai pasar yang memperjualbelikan berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentuk utang maupun modal sendiri yang diterbitkan oleh perusahaan swasta.22
F. Metode Penulisan
19
Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
20
Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
21
Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 166.
22
M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2007), hlm. 13.
(26)
Untuk melengkapi penulisan skripsi ini dengan tujuan agar dapat lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka metode penulisan yang digunakan antara lain:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam menjawab permasalahan-permasalahan dalam pembahasan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif merupakan penilaian kepustakaan, yaitu disini peneliti melakukan penelitian terhadap data sekunder.23 Pada penelitian hukum normatif, sering kali hukum dikonsepsikan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas.24 2. Sifat Penelitian
Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. Penelitian ini kadang-kadang berawal dari hipotesis, tetapi dapat juga tidak bertolak dari hipotesis, dapat membentuk teori-teori baru atau memperkuat teori yang sudah ada.25
23
Abdul Muis, Pedoman Penulisan Skripsi dan Metode Penelitian Hukum, (Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 1990), hal. 44.
24
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 118.
25
Ibid., hal. 25.
(27)
penelitian yang terdiri atas satu variabel atau lebih dari satu variabel, namun variabel tersebut tidak saling bersinggungan.26
3. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan yuridis-normatif. Pendekatan penelitian yuridis-normatif adalah penelitian yang dilakukan terhadap data sekunder 27
4. Sumber Data
yang berkaitan dengan permasalahan yang diuraikan dalam skripsi ini.
Data sekunder yang digunakan meliputi:
a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat terdiri dari:
1) UUD 1945;
2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal;
3) Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 juncto Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2004;
4) Peraturan Bapepam.
b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti Rancangan Undang-Undang (RUU), pendapat para pakar hukum, makalah, artikel dari surat kabar, internet dan data-data lain yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.28
26
H. Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 11. 27
Abdul Muis, Loc.cit. hal. 44. 28
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 114.
(28)
yang merupakan dokumen yang tidak resmi, dimana publikasi tersebut terdiri atas: buku-buku teks yang membicarakan suatu dan/atau beberapa permasalahan hukum.29
c. Bahan Hukum Tertier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti Kamus (Hukum), dan ensiklopedia.
30
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara:
Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau disebut dengan data sekunder.
Adapun data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain berasal dari perpustakaan, artikel-artikel, baik yang diambil dari media cetak maupun elektronik, dokumen-dokumen pemerintah, termasuk peraturan perundang- undangan.
6. Analisis Data
Data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisis secara perspektif dengan menggunakan metode deduktif dan induktif. Metode
deduktif dilakukan dengan cara membaca, menafsirkan dan membandingkan; sedangkan metode induktif dilakukan dengan menerjemahkan berbagai sumber yang berhubungan dengan topik dalam skripsi ini, sehingga diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan penelitian yang telah dirumuskan.
29
H.Zainuddin Ali, Op.cit., hal. 54. 30
(29)
G. Sistematika Penulisan
Demi menghasilkan suatu karya ilmiah yang baik, maka pembahasan dalam skripsi ini akan diuraikan secara sistematis. Penulisan Skripsi ini terbagi ke dalam lima bab, yaitu sebagaimana diuraikan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi pengantar yang didalamnya terurai mengenai latar belakang penulisan skripsi, perumusan masalah, yang dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan dan diakhiri dengan sistematika penulisan skripsi.
BAB II : PENGATURAN TENTANG MEKANISME PENDIRIAN LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN (KSEI) DALAM PASAR MODAL
Bab ini berisi uraian mengenai pengertian Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI), latar belakang dan perkembangan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI), dasar hukum Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI), perizinan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI), serta pendaftaran, pelaporan dan pemeliharaan dokumen oleh Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI).
BAB III : PERANAN DAN EKSISTENSI LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN (KSEI) SEBAGAI SALAH SATU LEMBAGA DI PASAR MODAL
(30)
Bab ini berisi uraian mengenai peran dan eksistensi Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) di pasar modal, peran Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) dalam penyelesaian transaksi tanpa warkat (scriptless trading) di pasar modal dan kedudukan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) sebagai self regulatory organization (SRO) di pasar modal.
BAB IV: HUBUNGAN LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN (KSEI) DENGAN LEMBAGA LAIN YANG ADA DI PASAR MODAL
Bab ini berisi uraian mengenai hubungan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) dengan Lembaga Kliring dan Penjaminan (KPEI) dan Bursa Efek, hubungan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) dengan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dan hubungan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) dengan kustodian.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab terakhir ini akan memuat kesimpulan dari pembahasan yang ada pada bab-bab sebelumnya dan akan diakhiri dengan saran-saran terhadap pembahasan skripsi ini.
(31)
BAB II
PENGATURAN TENTANG MEKANISME PENDIRIAN LEMBAGA
PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN (KSEI) DALAM PASAR MODAL
A. Pengertian Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI)
Defenisi LPP sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 1 angka 10 adalah: “pihak yang menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi Bank Kustodian, Perusahaan Efek dan Pihak lain”.31
KSEI adalah PT Kustodian Sentral Efek Indonesia, yaitu perseroan yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam untuk menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai LPP.32
B. Latar Belakang dan Perkembangan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI)
Perusahaan yang dapat menjalankan kegiatan usaha sebagai LPP adalah perseroan yang telah mendapat izin usaha dari Bapepam.33
31
Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
LPP harus memiliki
32
33
Pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2004 juncto Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal.
(32)
modal disetor sekurang-kurangnya berjumlah Rp.15.000.000.000,00 (lima belas milyar rupiah).34
Bapepam seperti diamanatkan dalam UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal sudah membentuk LPP dengan nama PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan LKP yang berwujud PT. Kliring dan Penjaminan Efek Indonesia. Kedua lembaga ini menggantikan peran Lembaga Kliring Penyimpanan dan Penyelesaian (LKPP) dengan nama PT. Kliring Deposit Efek Indonesia (KDEI) yang sudah berdiri sejak tahun 1992. Dua lembaga baru itu membuat pasar modal Indonesia sekomplit pasar modal modern lainnya, yang memiliki Bursa Efek, LPP dan LKP. Melengkapi itu, infrastruktur pasar modal dibangun sesuai dengan tren pasar modal mendatang, yakni komputerisasi. Alat ini menjadikan perdagangan dapat dilaksanakan secara lebih efisien dan likuid. Sumber Daya Manusia juga dibenahi dengan masuknya tenaga-tenaga profesional dari kalangan terdidik sehingga akan memperbaiki pemahaman dalam praktik-praktik yang berlaku di pasar modal.35
Dalam Undang-Undang Pasar Modal dipisahkan secara tegas antara fungsi LPP dengan LKP. Semula fungsi kedua lembaga ini dirangkap oleh Lembaga Kliring Penyelesaian dan Penyimpanan (LKPP). Beberapa pertimbangan atas pemisahan kedua lembaga ini adalah:36
34
Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2004 juncto Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal.
35
I Putu Gede Ary Suta, Menuju Pasar Modal Modern, (Jakarta: Yayasan Sad Satria Bhakti, 2000), hal. 11-12.
36
Nindyo Pramono, Sertifikasi Saham PT Go Public dan Hukum Pasar Modal di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bhakti, 1997), hal. 156-157.
(33)
1. LKP dibentuk dengan tujuan untuk menyediakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa yang teratur, wajar dan efisien. Agar kepentingan masyarakat terjamin, maka lembaga ini harus menjamin penyelesian transaksi efek dimaksud. Hal ini adalah praktek yang umum berlaku di luar negeri. Untuk menjaga keharmonisan antara kegiatan transaksi di Bursa Efek dan penyelesaiannya pada LKP maka pemegang saham pada lembaga ini adalah lembaga yang berkepentingan terhadap jasa yang diberikan oleh lembaga ini, seperti Bursa Efek, Perusahaan Efek, Biro Administrasi Efek, Bank Kustodian atau Pihak lain atas persetujuan Bapepam, dengan ketentuan mayoritas pemegang saham LKP adalah Bursa Efek.
2. Dengan diberlakukannya sistem perdagangan efek tanpa warkat (scriptless trading), maka penyelesaian transaksi efek akan dilakukan dengan sistem penyelesaian pembukuan (book entry settlement) atas rekening efek para pelaku pasar modal di LPP. Seperti halnya LKP, pemegang saham dari LPP terdiri dari lembaga yang berkepentingan terhadap jasa yang diberikan oleh lembaga ini, seperti Bursa Efek, Perusahaan Efek, Bank Kustodian dan Biro Administrasi Efek atau Pihak lain yang ditetapkan Bapepam, dengan ketentuan mayoritas saham dikuasai oleh Bursa Efek. Dengan pemisahan ini diharapkan fungsi masing-masing lembaga ini akan semakin jelas.
KSEI didirikan di Jakarta, pada tanggal 23 Desember 1997 dan memperoleh izin operasionalnya pada tanggal 11 November 1998 sesuai dengan Keputusan Bapepam No.Kep-54/PM/1998. KSEI mulai menjalankan kegiatan operasionalnya pada tanggal 9 Januari 1998, yaitu kegiatan penyelesaian transaksi
(34)
efek dengan warkat, dengan mengambil alih fungsi sejenis dari PT. KDEI yang sebelumnya merupakan LKPP. Selanjutnya sejak tanggal 17 Juli 2000, KSEI bersama Bursa Efek dan KPEI mulai mengimplementasikan perdagangan tanpa warkat (scriptless trading) dan operasional kustodian sentral di pasar modal Indonesia.37
Hal ini sejalan dengan cetak biru pasar modal yang dibuat untuk pertama kalinya, yakni pada tahun 1996, yang berisi pedoman umum pasar modal Indonesia untuk jangka waktu lima tahun mendatang. Dalam pedoman itu telah ditetapkan beberapa sasaran yang dituju, seperti dipersiapkannya suatu sistem perdagangan tanpa warkat (scriptless trading), penyelesaian transaksi melalui pemindahbukuan (book entry settlement), dan jasa-jasa pendukung yang tersentralisasi bagi perantara pedagang efek. Substansi cetak biru pasar modal ini akan mengalami revisi mengikuti perkembangan zaman. Meski hanya sebagai kerangka umum, tapi cetak biru pasar modal sudah memuat secara lengkap dan komprehensif langkah-langkah yang perlu diambil oleh pelaku pasar modal. Sebab dari sanalah para pelaku pasar bisa mengembangkan pasar modal Indonesia duduk sama rendah berdiri sama tinggi dengan pasar modal internasional di tahun 2020.38
Menurut ketentuan Pasal 14 ayat (2) UUPM Nomor 8 Tahun 1995, LPP didirikan dengan tujuan menyediakan jasa kustodian sentral dan penyelesian transaksi yang teratur, wajar dan efisien. Jasa tersebut harus memenuhi standar
37
tanggal 22 Nopember 2010.
38
(35)
bagi sesuatu penggunaan jasa. Jasa kustodian yang diberikan oleh LPP harus mampu memberikan pelayanan secara menyeluruh, termasuk pembagian hak atas efek, seperti dividen dan saham bonus, pemrosesan administrasi atas segala kegiatan yang dilakukan oleh emiten yang terkait dengan kepentingan pemegang rekening, seperti RUPS, penyerahan dana dan efek atas instruksi pengguna jasa, administrasi pinjam-meminjam efek, dan pemindahan efek dari dan ke penitipan kolektif. LPP perlu memadukan keahlian teknis dan kemampuan keuangan dalam membangun sistem perdagangan tanpa warkat (scriptless trading), penyelesaian transaksi melalui pemindahbukuan dan peminjaman atas penyelesaian transaksi. Di samping hal tersebut di atas, LPP juga perlu menyusun suatu sistem yang merupakan satu kesatuan yang terpadu dan saling mendukung dengan tetap memperhatikan aspek keamanan atas efek. Sistem yang diimplementasikan oleh LPP harus ditelaah secara cermat dan hati-hati mengingat LPP merupakan kustodian sentral yang mencatat seluruh aset pemegang rekening yang terdapat pada LPP.39
Untuk menjamin keamanan dan kenyamanan para investor dalam melakukan transaksi di pasar modal, maka seluruh kegiatan KSEI diopersikan melalui sistem penyimpanan dan penyelesaian transaksi efek secara pemindahbukuan yang berteknologi tinggi, yang dinamakan The Central Depository and Book Entry Settlement System atau dikenal dengan sebutan C-BEST. C-BEST merupakan sistem penyelenggaraan jasa kustodian sentral dan penyelesaian transaksi secara pemindahbukuan yang dilakukan secara otomatis
39
(36)
dengan menggunakan sarana komputer yang terhubung dengan terminal komputer pemegang rekening dan atau sarana lain yang ditentukan oleh KSEI.40
Sejak tanggal 13 September 2001, KSEI menyiapkan suatu sistem cadangan bernama Disaster Recovery Center (DRC) yang berfungsi untuk melindungi kelangsungan operasional layanan jasanya. Ditempatkan di lokasi terpisah dengan sistem utama, sistem DRC akan mengamankan penyediaan layanan jasa kustodian sentral dalam kondisi darurat (bencana) atau gangguan. Sistem cadangan ini memiliki kapasitas dan proses kerja yang identik sama dengan sistem utama, di mana keduanya secara otomatis akan saling menggantikan apabila terjadi gangguan pada salah satu sistem. Untuk menjaga agar sistem cadangan ini tetap berfungsi baik, secara berkala, KSEI selalu melakukan pengujian prosedur melalui DRC Live Test dan pelaksanaannya dilakukan 2 (dua) kali setiap tahunnya.41
Saat ini, KSEI telah mengimplementasikan sistem subrekening efek untuk mencatat kepemilikan setiap investor (beneficial owner) yang menjadi nasabah pemegang rekening KSEI. Dengan demikian, catatan kepemilikan di KSEI saat ini tidak hanya terbatas sampai level pemegang rekening KSEI, tetapi sudah menjangkau sampai level beneficial owner melalui sistem subrekening.42
Subrekening (sub-account) merupakan fasilitas yang disediakan oleh sistem C-BEST, dimana Partisipan (Anggota Bursa/Bank Kustodian) dapat mendaftarkan rekening-rekening nasabahnya ke sistem C-BEST. Subrekening
40
Adrian Sutedi, Segi-Segi Hukum Pasar Modal, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), hal. 11-12.
41
tanggal 22 Nopember 2010.
42
(37)
efek ini akan membuktikan apakah efek yang ditransaksikan atau diperdagangkan secara tanpa warkat oleh Perantara Pedagang Efek (Perusahaan Efek) adalah milik dari nasabahnya atau milik dari Perantara Pedagang Efek tersebut. Sistem subrekening ini bertujuan untuk:43
1. Membantu pemegang rekening dalam mengadministrasikan efek nasabah yang disimpan di KSEI;
2. Menjamin keterbukaan sistem pembukuan pemegang rekening di KSEI sehingga dapat memberikan proteksi kepada investor atas investasi yang mereka lakukan; dan
3. Pemisahan pencatatan aset pemegang rekening dan nasabah sebagai perlindungan terhadap investor.
Sedangkan manfaat dari sistem subrekening ini yakni sebagai berikut:44 1. Keuntungan utama bagi pemegang rekening adalah adanya efisiensi yang
diperoleh pada saat terjadinya aksi korporasi (corporate action), antara lain: pembagian dividen atau saham bonus, dimana pemegang rekening tidak perlu menyampaikan daftar nasabah. KSEI berdasarkan catatan subrekening yang ada akan langsung membagikan dividen tersebut ke masing-masing rekening nasabah yang berhak.
2. Nama investor akan tercatat dalam daftar pemegang saham emiten dan akan tercantum pada Konfirmasi Tertulis Untuk RUPS (KTUR) untuk mencatat kehadirannya pada RUPS.
43
Tjiptono Darmadji dan Hendy M.Fakhruddin, Op.cit., hal. 140. 44
(38)
Kemudian dalam Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-01/PM/2003 tentang subrekening efek pada LPP, diwajibkan kepada pemegang rekening KSEI untuk:45
1. Membuka subrekening efek atas nama setiap nasabahnya pada LPP. 2. Mencatat rekening efek nasabah dalam subrekening efek.
3. Memastikan saldo rekening efek setiap nasabah yang tercatat dalam pembukuan Partisipan selalu sama dengan saldo rekening efek setiap nasabah yang tercatat dalam subrekening efek, dan
4. Memastikan identitas nasabah yang tercatat dalam pembukuan Partisipan sama dengan identitas nasabah yang tercatat dalam subrekening efek.
Kemudian pada tanggal 18 Juni 2009, KSEI juga melakukan terobosan baru dengan meluncurkan Fasilitas Investor Area, yang berubah nama menjadi Fasilitas AKSes (Acuan Kepemilikan Sekuritas) KSEI. Implementasi fasilitas ini merupakan salah satu bentuk komitmen KSEI dalam memberikan perlindungan dan transparansi atas portofolio investasi milik investor dan meningkatkan kepercayaan investor untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia.46
Hingga saat ini, KSEI masih melakukan serangkaian kegiatan sosialisasi untuk memperkenalkan dan mempromosikan fasilitas AKSes KSEI ini kepada para pelaku pasar modal, khususnya kepada investor serta kepada mahasiswa, wartawan dan masyarakat pada umumnya. Kegiatan tersebut meliputi
45
Gunawan Widjaja, Op.cit., hal. 179. 46
Iswi Hariyani dan R.Serfianto, Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal, (Jakarta: Visi Media, 2010), hal. 61.
(39)
penyelenggaraan seminar, workshop serta talkshow di radio dan televisi, di samping pemuatan advertorial di beberapa surat kabar nasional dan daerah.47
Menurut Sulistyo Budi, Direktur PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada acara sosialisasi kartu AKSes di Palembang, untuk memonitor portofolio efek dan dana, investor cukup menggunakan Kartu AKSes. Kartu AKSes dapat dimiliki secara gratis melalui Perusahaan Efek (Broker) atau Bank Kustodian dimana investor terdaftar sebagai nasabahnya.48
Fasilitas AKSes KSEI merupakan sarana bagi investor sebagai nasabah pemegang rekening KSEI untuk memperoleh informasi terkait efek miliknya. Dengan demikian, para investor dapat mengetahui dan memonitor posisi atau mutasi efek miliknya dalam sub-rekening efek yang disimpan di KSEI secara real time hingga 30 hari terakhir. Fasilitas ini dapat diakses melalui website http://akses.ksei.co.id. Dengan adanya kartu AKSes itu, pengusaha tidak perlu lagi khawatir menanamkan sahamnya di perusahaan-perusahaan dalam negeri.
49
Keberhasilan KSEI harus memiliki pengalaman yang cukup dalam operasi perbankan, terutama dalam jasa kustodian dan pengendalian keamanan pemrosesan data keuangan manajemen harus didukung oleh staf yang andal yang memiliki dedikasi, moral dan akhlak yang tinggi. Sistem yang diterapkan oleh KSEI mencakup sistem pengendalian yang independen yang berlapis dan memiliki sistem cadangan (back up), prosedur yang aman, penyimpanan catatan
47
Ibid., hal. 62. 48
Analisa, Jumat, 18 Pebruari 2011, hal. 22. 49
(40)
yang terpisah, audit intern, dan pengamanan komputer yang canggih dan aman dari pihak-pihak yang tidak berwenang.50
C. Dasar Hukum Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI)
Adapun yang menjadi dasar hukum dalam pengaturan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dalam Bab I Pasal 1 angka 10 dan Bab III Pasal 13 ayat (1) dan (2), Pasal 14 ayat (2), (3) dan (4), Pasal 15 ayat (1), Pasal 16 ayat (2) dan (3) dan Pasal 17;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 jo Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal dalam Bab II Pasal 15 sampai dengan Pasal 22;
3. Keputusan Bapepam yakni sebagai berikut:51
a. Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-12/PM/1996 tentang Perizinan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan III.C.1);
b. Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-13/PM/1996 tentang Tata Cara Pembuatan Peraturan oleh Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan III.C.2);
c. Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-14/PM/1996 tentang Persyaratan Calon Direktur dan Komisaris Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan III.C.3);
50
M.Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Op.cit., hal.150. 51
http://www.bapepam.go.id/index.htm, Peraturan Bapepam, diakses tanggal 02 Mei 2011.
(41)
d. Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-15/PM/1996 tentang Tata Cara Penyusunan serta Pengajuan Rencana Anggaran dan Penggunaan Laba Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan III.C.4);
e. Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-16/PM/1996 tentang Tata Cara Pemberian Persetujuan Anggaran Dasar Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan III.C.5);
f. Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-29/PM/1998 tentang Prosedur Operasi dan Pengendalian Intern Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan III.C.6);
g. Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-01/PM/2003 tentang Subrekening Efek pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan III.C.7); h. Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-68/PM/1996 tentang Laporan
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan X.C.1);
i. Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-69/PM/1996 tentang Pemeliharaan Dokumen oleh Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan X.C.2);
Pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, pengertian LPP dapat dilihat dalam Pasal 1 angka 10 yang menyebutkan:52
52
Pasal 56 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
LPP adalah pihak yang menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi Bank Kustodian, Perusahaan Efek dan Pihak lain.
(42)
Sedangkan pengaturan tentang LPP dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dapat dilihat pada:53
- Pasal 13 ayat (1)
Yang dapat menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai LPP adalah Perseroan yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam.
- Pasal 13 ayat (2)
Persyaratan dan tata cara perizinan LPP sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.
- Pasal 14 ayat (2)
LPP didirikan dengan tujuan menyediakan jasa kustodian sentral dan penyelesaian transaksi yang teratur, wajar dan efisien.
- Pasal 14 ayat (3)
LPP dapat memberikan jasa lain berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh Bapepam.
- Pasal 14 ayat (4)
Rencana anggaran tahunan dan penggunaan laba LPP wajib disusun sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh dan dilaporkan kepada Bapepam. - Pasal 15 ayat (1)
Yang dapat menjadi pemegang saham LPP adalah Bursa Efek, Perusahaan Efek, Biro Administrasi Efek, Bank Kustodian atau Pihak lain atas persetujuan Bapepam.
- Pasal 16 ayat (2)
53
(43)
LPP wajib menetapkan peraturan mengenai jasa kustodian sentral dan jasa penyelesaian transaksi efek, termasuk ketentuan mengenai biaya pemakaian jasa.
- Pasal 16 ayat (3)
Penentuan biaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) disesuaikan menurut kebutuhan pelaksanaan fungsi LPP.
- Pasal 17
Peraturan yang wajib ditetapkan oleh LPP, termasuk perubahannya, mulai berlaku setelah mendapat persetujuan Bapepam.
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 juncto Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal, pengaturan tentang Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian dapat dilihat pada:54
- Pasal 15
LPP dapat menjalankan usaha setelah memperoleh izin usaha dari Bapepam. - Pasal 16
Modal disetor LPP sekurang-kurangnya berjumlah Rp.15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).
- Pasal 17
(1) Permohonan untuk memperoleh izin usaha LPP diajukan kepada Bapepam disertai dengan dokumen dan keterangan sebagai berikut:
54
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 juncto Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal.
(44)
a. akta pendirian perseroan yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman;
b. Nomor Pokok Wajib Pajak perseroan; c. proyeksi keuangan 3 (tiga) tahun;
d. rencana kegiatan 3 (tiga) tahun termasuk susunan organisasi, fasilitas komunikasi dan program-program latihan yang akan diadakan; e. daftar calon direktur dan komisaris termasuk pejabat satu tingkat di
bawah direksi;
f. Bursa Efek yang akan mengendalikan dan atau menggunakan jasa LPP;
g. rancangan peraturan mengenai jasa kustodian sentral dan jasa penyelesaian transaksi efek, termasuk ketentuan mengenai biaya pemakaian jasa yang ditetapkan oleh LPP; dan
h. dokumen dan keterangan pendukung lain yang berhubungan dengan permohonan izin usaha LPP yang ditetapkan lebih lanjut oleh Bapepam.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan dengan menggunakan formulir yang bentuk dan isinya ditetapkan oleh Bapepam. - Pasal 18
Bapepam mempertimbangkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dengan mempertimbangkan:
a. integritas dan keahlian calon anggota direksi dan komisaris; b. tingkat kelayakan dari rencana yang telah disusun;
(45)
c. prospek terbentuknya suatu pasar yang teratur, wajar dan efisien; dan d. sistem penyelesaian serta jasa kustodian yang aman dan efisien. - Pasal 19
(1) Jumlah anggota direksi dan komisaris LPP sebanyak 7 (tujuh) orang.
(2) Anggota direksi LPP dilarang mempunyai jabatan rangkap sebagai anggota direksi, komisaris atau pegawai pada perusahaan lain.
(3) Anggota direksi dan komisaris diangkat untuk masa jabatan selama 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali.
- Pasal 20
(1) Saham LPP adalah saham atas nama yang mempunyai nilai nominal dan hak suara yang sama.
(2) Saham LPP hanya dapat dimiliki oleh Bursa Efek, Perusahaan Efek, Biro Administrasi Efek, Bank Kustodian atau Pihak lain atas persetujuan Bapepam.
(4) Pemindaham hak atas saham LPP hanya dapat dilakukan kepada Bursa Efek, Perusahaan Efek, Biro Administrasi Efek, Bank Kustodian atau Pihak lain yang telah memperoleh persetujuan dari Bapepam.
(6) LPP dilarang membagi dividen kepada pemegang saham. - Pasal 21
(1) Anggaran dasar atau peraturan LPP atau perubahannya wajib diajukan kepada Bapepam untuk memperoleh persetujuan.
(46)
(2) Dalam hal anggran dasar atau peraturan LPP atau perubahnnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditolak, Bapepam memberikan alasan atas penolakan tersebut.
(3) Dalam rangka terciptanya pasar modal yang teratur, wajar dan efisien, Bapepam dapat memerintahkan LPP untuk mengubah anggaran dasar atau peraturan LPP.
- Pasal 22
Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi penyelenggaraan kegiatan LPP berdasarkan Peraturan Pemerintah ini, ditetapkan oleh Bapepam.
D. Perizinan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI)
Bapepam telah memberikan 1 izin usaha LPP kepada PT. KSEI. LPP sebelum menjalankan usahanya harus memperoleh izin usaha dari Bapepam. Permohonan izin usaha LPP diajukan kepada Bapepam dalam rangkap 4 (empat) dengan menggunakan Formulir Nomor III.C.1-1.55
Permohonan izin usaha sebagaimana dimaksud dalam angka 1 Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-12/PM/1996 tentang Perizinan LPP (Peraturan III.C.1) ini disertai dokumen sebagai berikut :56
a. akta pendirian Perseroan yang memuat anggaran dasar Perseroan sesuai dengan Peraturan Nomor III.C.5 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman;
55
Angka 1 Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-12/PM/1996 tentang Perizinan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan III.C.1).
56
Angka 2 Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-12/PM/1996 tentang Perizinan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan III.C.1).
(47)
b. daftar pemegang saham berikut jumlah saham yang dimilikinya; c. Nomor Pokok Wajib Pajak Perseroan;
d. proyeksi keuangan 3 (tiga) tahun;
e. rencana kegiatan 3 (tiga) tahun termasuk susunan organisasi, fasilitas komunikasi, dan program-program latihan yang akan diadakan;
f. daftar calon direktur dan komisaris sesuai persyaratan Peraturan Nomor III.C.3 serta pejabat satu tingkat di bawah direksi;
g. Bursa Efek yang akan mengendalikan dan atau menggunakan jasa LPP;
h. rancangan peraturan mengenai jasa kustodian sentral dan jasa penyelesaian transaksi efek, termasuk mengenai biaya pemakaian jasa yang ditetapkan oleh LPP;
i. neraca pembukaan Perseroan yang telah diperiksa oleh Akuntan yang terdaftar di Bapepam;
j. bukti penyetoran modal yang memuat sekurang-kurangnya
Rp.15.000.000.000,00 (lima belas milyar rupiah); dan
k. rencana pengembangan kegiatan LPP yang mengacu pada praktek kustodian sentral internasional.
Dalam rangka memproses permohonan izin usaha sebagai LPP, Bapepam melakukan penelitian atas kelengkapan dokumen, wawancara, serta pemeriksaan setempat apabila dipandang perlu.57
57
Angka 10 Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-12/PM/1996 tentang Perizinan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan III.C.1).
(48)
Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 peraturan ini tidak memenuhi syarat, Bapepam memberikan surat pemberitahuan kepada pemohon yang menyatakan bahwa :58
a. permohonannya tidak lengkap dengan menggunakan Formulir Nomor III.C.1-2 lampiran III.C.1-2 skripsi ini; atau
b. permohonannya ditolak dengan menggunakan Formulir Nomor III.C.1-3 lampiran 3 skripsi ini.
Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-12/PM/1996 tentang Perizinan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan III.C.1) memenuhi syarat, Bapepam memberikan surat izin usaha kepada pemohon dengan Formulir Nomor III.C.1-4.59
E. Pendaftaran, Pelaporan dan Pemeliharaan Dokumen oleh Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI)
Pendaftaran LPP
Dalam Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 tidak ada diatur ketentuan tentang kewajiban LPP untuk mendaftarkan kegiatan usahanya di Bapepam. Bapepam mewajibkan pendaftaran kegiatan usaha bagi Profesi
58
Angka 11 Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-12/PM/1996 tentang Perizinan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan III.C.1).
59
Angka 12 Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-12/PM/1996 tentang Perizinan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan III.C.1).
(49)
Penunjang Pasar Modal dan Wali Amanat.60 Profesi Penunjang Pasar Modal terdiri dari:61
a. Akuntan;
b. Konsultan Hukum; c. Penilai;
d. Notaris; dan
e. Profesi lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Karena pendapat dan atau penilaian Profesi Penunjang Pasar Modal sangat penting bagi pemodal dalam mengambil keputusan investasinya, maka kegiatan profesi tersebut di pasar modal perlu diawasi dengan mewajibkannya mendaftar di Bapepam.62
Kegiatan usaha sebagai Wali Amanat merupakan salah satu kegiatan bank umum sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang perbankan. Oleh karena itu, bank umum tidak lagi memerlukan izin untuk melakukan kegiatan usaha sebagai Wali Amanat. Namun, untuk melakukan kegiatan tersebut, bank umum tetap memerlukan pendaftaran di Bapepam.63
60
www.bapepam.go.id.htm, Menuju pasar modal yang wajar, teratur dan efisien, diakses tanggal 15 Juni 2011.
61
Pasal 64 ayat (1) Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995. 62
Penjelasan Pasal 64 ayat (2) Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995. 63
Penjelasan Pasal 50 ayat (2) Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995. Pelaporan LPP
(50)
Sebagai salah satu lembaga yang berada di bawah pengawasan Bapepam, LPP wajib menyampaikan laporan kegiatan kepada Bapepam dalam rangkap 4 (empat) yang meliputi :64
a. laporan harian mengenai mutasi penyimpanan dan penyelesaian transaksi bursa;
b. laporan bulanan yang memuat :
1) rekapitulasi kegiatan selama periode tersebut dilengkapi dengan statistik perkembangan volume penyimpanan dan penyelesaian;
2) laporan mengenai jumlah Emiten yang pencatatan efeknya pada buku daftar pemegang saham Emiten diwakili oleh LPP; dan
3) kegiatan pemakai jasa LPP.
c. laporan keuangan tengah tahunan dan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh Akuntan yang terdaftar di Bapepam disertai pendapat dari Akuntan tersebut;
d. laporan realisasi anggaran dan penggunaan laba; e. laporan penyelenggaraan RUPS;
f. laporan mengenai perubahan status pemakai jasa LPP;
g. laporan mengenai pengenaan sanksi oleh LPP terhadap pemakai jasa LPP; h. laporan mengenai peristiwa khusus seperti kesulitan keuangan pemakai jasa
LPP; dan
64
Angka 1 Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-68/PM/1996 tentang Laporan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan X.C.1).
(51)
i. laporan posisi rekening efek nasabah atas kepemilikan 5% (lima perseratus) atau lebih saham dan setiap perubahan kepemilikan atas saham Emiten atau Perusahaan Publik dimaksud pada rekening efek pada LPP.
Laporan harian mutasi penyimpanan dan penyelesaian Transaksi Bursa sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf a Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-68/PM/1996 tentang Laporan LPP (Peraturan X.C.1) wajib disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada hari kerja berikutnya.65
Laporan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf b Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-68/PM/1996 tentang Laporan LPP (Peraturan X.C.1) meliputi jumlah dan jenis efek yang dimutasikan serta keterangan lain yang diminta oleh Bapepam yang berkaitan dengan fungsinya sebagai LPP, dan wajib disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya hari ke-12 (dua belas) pada bulan berikutnya.66
Laporan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf c Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-68/PM/1996 tentang Laporan LPP (Peraturan X.C.1) meliputi:67
a. laporan keuangan tengah tahunan, wajib disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari sejak tanggal akhir periode;
b. laporan keuangan tahunan wajib disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari sejak tanggal akhir tahun buku;
65
Angka 2 Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-68/PM/1996 tentang Laporan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan X.C.1).
66
Angka 3 Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-68/PM/1996 tentang Laporan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan X.C.1).
67
Angka 4 Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-68/PM/1996 tentang Laporan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan X.C.1).
(52)
c. dalam hal Akuntan memberikan pendapat selain Wajar Tanpa perkecualian terhadap laporan sebagaimana dimaksud dalam angka 4 huruf a diatas, Bapepam dapat memanggil Direksi dan atau melakukan pemeriksaan untuk memperoleh keterangan lebih lanjut; dan
d. laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam angka 4 huruf a dan b di atas wajib diumumkan dalam sekurang-kurangnya dua surat kabar harian berbahasa Indonesia, satu diantaranya berperedaran nasional dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal laporan akuntan yang bersangkutan.
Laporan realisasi anggaran dan penggunaan laba sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf d Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-68/PM/1996 tentang Laporan LPP (Peraturan X.C.1) wajib disusun secara triwulanan dan disampaikan kepada Bapepam melalui Dewan Komisaris, dengan ketentuan bahwa laporan tersebut disampaikan secara kumulatif triwulanan dan diterima oleh Bapepam selambat-lambatnya pada hari ke 12 (duabelas) setelah berakhirnya triwulan yang bersangkutan.68
Laporan penyelenggaraan RUPS sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf e Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-68/PM/1996 tentang Laporan LPP (Peraturan X.C.1) wajib disampaikan kepada Bapepam, selambat-lambatnya 2 (dua) hari setelah tanggal penyelenggaraan RUPS LPP.69
Laporan mengenai perubahan status pemakai jasa LPP sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf f Keputusan Ketua Bapepam Nomor
Kep-68
Angka 5 Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-68/PM/1996 tentang Laporan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan X.C.1).
69
Angka 6 Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-68/PM/1996 tentang Laporan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan X.C.1).
(53)
68/PM/1996 tentang Laporan LPP (Peraturan X.C.1) wajib disampaikan kepada Bapepam, selambat-lambatnya 2 (dua) hari setelah adanya perubahan tersebut.70
Laporan mengenai pengenaan sanksi oleh LPP terhadap pemakai jasa LPP dan laporan mengenai peristiwa khusus sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf g dan huruf h Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-68/PM/1996 tentang Laporan LPP (Peraturan X.C.1) wajib disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada hari berikutnya.71
Laporan mengenai kepemilikan dan setiap perubahan kepemilikan saham Emiten atau Perusahaan Publik sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf i Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-68/PM/1996 tentang Laporan LPP (Peraturan X.C.1) wajib disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari setelah pemindahbukuan pada rekening efek pada LPP.72
Setiap Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian wajib mengadministrasikan, menyimpan dan memelihara catatan, pembukuan, data dan keterangan tertulis yang berhubungan dengan:
Pemeliharaan Dokumen oleh LPP
73
a. status dan kegiatan para pemegang rekening efek pada LPP;
70
Angka 7 Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-68/PM/1996 tentang Laporan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan X.C.1).
71
Angka 8 Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-68/PM/1996 tentang Laporan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan X.C.1).
72
Angka 9 Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-68/PM/1996 tentang Laporan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan X.C.1).
73
Angka 1 Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-69/PM/1996 tentang Pemeliharaan Dokumen oleh Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan X.C.2).
(54)
b. catatan atas penyimpanan efek di LPP;
c. penyelenggaraan penyimpanan dan penyelesaian transaksi bursa; dan d. pengelolaan administrasi dan manajemen LPP sebagai Perseroan.
Dokumen sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf a Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-69/PM/1996 tentang Pemeliharaan Dokumen oleh LPP (Peraturan X.C.2) terdiri dari sekurang-kurangnya:74
a. daftar pemakai jasa LPP; dan
b. catatan kegiatan pemakai jasa LPP termasuk kesulitan keuangan perusahaan yang dihadapi dan pelanggaran yang pernah dilakukan.
Dokumen sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf b Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-69/PM/1996 tentang Pemeliharaan Dokumen oleh LPP (Peraturan X.C.2) sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut:75
a. daftar nama Emiten pemakai jasa LPP; dan
b. jumlah dan jenis efek yang pencatatannya pada buku daftar pemegang saham Emiten diwakili oleh LPP.
Dokumen sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf c Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-69/PM/1996 tentang Pemeliharaan Dokumen oleh LPP (Peraturan X.C.2) terdiri dari sekurangkurangnya:76
a. daftar mutasi penyimpanan dan penyelesaian Efek harian dengan merinci nama efek yang dimutasi;
74
Angka 2 Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-69/PM/1996 tentang Pemeliharaan Dokumen oleh Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan X.C.2).
75
Angka 3 Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-69/PM/1996 tentang Pemeliharaan Dokumen oleh Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan X.C.2).
76
Angka 4 Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-69/PM/1996 tentang Pemeliharaan Dokumen oleh Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan X.C.2).
(55)
b. perubahan jam penyimpanan dan penyelesaian di LPP;
c. informasi bersifat rahasia yang menurut LPP dianggap mempunyai pengaruh yang penting dan relevan terhadap pasar pada umumnya dan/atau efek tertentu pada khususnya;
d. penyelesaian perselisihan antar pemakai jasa LPP; dan
e. tindakan lain yang diambil dalam rangka menghadapi keadaan darurat perdagangan.
Dokumen sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf d Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-69/PM/1996 tentang Pemeliharaan Dokumen oleh LPP (Peraturan X.C.2) terdiri dari sekurangkurangnya:77
a. anggaran dasar beserta semua perubahannya;
b. buku Daftar Pemegang Saham dan administrasi penyimpanannya;
c. notulen RUPS, rapat direksi dan atau dewan komisaris, rapat komite atau panitia;
d. perubahan dalam kepengurusan sampai satu tingkat di bawah direksi;
e. pembentukan komite atau panitia dan atau perubahan komposisi keanggotaan komite atau panitia tersebut; dan
f. dokumen lain termasuk surat-menyurat, memorandum, makalah, buku, pemberitahuan, pengumuman, edaran dan catatan lain yang dibuat atau diterima oleh LPP sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan usahanya.
Dokumen sebagaimana dimaksud dalam angka 1, angka 2, angka 3, angka 4 dan angka 5 Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-69/PM/1996 tentang
77
Angka 5 Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-69/PM/1996 tentang Pemeliharaan Dokumen oleh Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan X.C.2).
(56)
Pemeliharaan Dokumen oleh LPP (Peraturan X.C.2) wajib tersedia setiap saat untuk kepentingan pemeriksaan Bapepam.78
Dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud dalam angka 6 Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-69/PM/1996 tentang Pemeliharaan Dokumen oleh LPP (Peraturan X.C.2) wajib disimpan sekurang-kurangnya untuk masa 5 (lima) tahun.79
78
Angka 6 Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-69/PM/1996 tentang Pemeliharaan Dokumen oleh Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan X.C.2).
79
Angka 7 Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-69/PM/1996 tentang Pemeliharaan Dokumen oleh Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan X.C.2).
(57)
BAB III
PERANAN DAN EKSISTENSI LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN (KSEI) SEBAGAI SALAH SATU LEMBAGA DI PASAR
MODAL
A. Peran dan Eksistensi Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) di Pasar Modal
Fungsi pertama dari KSEI adalah penyimpanan, artinya semua aset pasar modal disimpan dalam bentuk elektronik. Fungsinya yang kedua adalah penyelesaian, yakni melaksanakan pemindahbukuan antara rekening atau kas uang atas perintah pemiliknya yaitu anggota bursa, kliring dan kustodian. Sebagai lembaga penyimpanan, KSEI berfungsi sebagai gudang informasi. Lembaga tersebut harus mempunyai kredibilitas yang tinggi karena fungsinya sangat terkait dengan upaya penciptaan rasa aman bagi pemodal dan sangat strategis dalam memelihara kepercayaan pemodal.80
Sesuai fungsinya, KSEI memberikan layanan jasa yang meliputi penyimpanan efek dalam bentuk elektronik, administrasi rekening efek, penyelesaian transaksi efek, distribusi hasil corporate action dan jasa-jasa terkait lainnya seperti Post Trade Processing (PTP) dan penyediaan laporan-laporan jasa kustodian sentral.81
Transaksi yang terjadi di pasar modal berbeda dengan transaksi yang terjadi di pasar lainnya, yakni tidak bertemunya secara langsung antara pihak
80
Jusuf Anwar, Op.cit., hal. 133. 81
(58)
penjual dengan pihak pembeli. Transaksi yang terjadi di pasar modal selalu diwakilkan kepada pihak-pihak penyelenggara kegiatan pasar modal, salah satunya adalah LPP yang dalam kegiatannya berperan untuk melakukan penyimpanan atas efek.82
LPP adalah pihak yang menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi Bank Kustodian, Perusahaan Efek dan Pihak lain. LPP menyediakan jasa bagi Bank Kustodian, Perusahaan Efek dan Pihak lain. Di dalam penjelasan pasal demi pasal dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tidak disebutkan siapakah yang termasuk dalam kategori pihak lain tersebut. Namun berdasarkan definisi dari LPP dapat dilihat bahwa jasa yang diberikan olehnya adalah kegiatan kustodian sentral, sementara pihak penyelenggara kegiatan kustodian selain LPP adalah Bank Kustodian dan Perusahaan Efek. Dengan demikian “Pihak lain” yang dimaksud disini adalah pihak-pihak penyelenggara kegiatan pasar modal yang lingkup tugasnya terdapat kegiatan kustodian. Terlihat jelas bahwa LPP adalah sebagai lembaga yang menghimpun berbagai lembaga-lembaga kegiatan pasar modal yang dalam lingkup tugasnya terdapat fungsi kustodian.83
KSEI bertugas melayani pemegang rekening, yang terdiri atas Perusahaan Efek dan Bank Kustodian. Pemegang rekening mencatat data subrekening efek milik investor yang menjadi nasabahnya sehingga Emiten dapat memantau secara langsung kepemilikan masing-masing efek yang disimpan di KSEI. Hal ini menunjukkan adanya transparansi dan perlindungan bagi para investor di pasar modal Indonesia. Selain pemegang rekening, Emiten yang efeknya terdaftar di
82
Irfan Iskandar, Op.cit., hal. 46. 83
(59)
KSEI juga menggunakan jasa KSEI untuk memperoleh data pihak yang menjadi pemegang efeknya dan untuk distribusi corporate action. Manajer investasi juga dapat menggunakan layanan jasa KSEI, yaitu melalui fasilitas PTP yang telah diimplementasikan oleh KSEI sejak tahun 2004.84
Dalam menjalani komunikasi antara KSEI dengan pemegang rekening, digunakan private network provider yang memadukan faktor kecepatan dan keamanan. Sejak 6 Oktober 2009, pemegang rekening telah dapat menggunakan dua penyedia jaringan dalam mengakses C-BEST, yaitu PT.Pasifik Satelit Nusantara dan PT.First Media,Tbk. Pemakai jasa dapat memilih salah satu private network provider sebagai rekanan penyedia jaringan data yang terhubung ke KSEI. Dengan adanya dua private network provider tersebut, diharapkan kualitas, performa dan keamanan jaringan data pemakai jasa KSEI dapat lebih ditingkatkan.85
Oleh karena itu, jasa kustodian yang tersedia di KSEI harus lengkap seperti:86
1. Bidang penatausahaan rekening efek untuk menyimpan kas dan efek;
2. Penerimaan dan distribusi dividen, bunga, pokok pinjaman, saham bonus dan hak-hak lainnya;
3. Pemindahan efek keluar dan masuk penitipan kolektif;
4. Pemindahan efek dari satu rekening ke rekening lainnya berdasarkan instruksi atau tanpa pembayaran;
84
Iswi Hariyani dan R.Serfianto, Op.cit., hal. 55. 85
Iswi Hariyani dan R.Serfianto, Op.cit., hal. 57. 86
(60)
5. Penjualan hak atau pecahannya dan pelaksanaan hak yang timbul dari pemilikan efek; dan
6. Pembayaran pajak maupun penerimaan restitusi pajak.
Di samping itu, KSEI juga dapat memberikan jasa-jasa lain seperti:87
a. Penyampaian laporan mengenai jasa-jasa lain yang perlu diketahui oleh pemegang;
b. Pelaksanaan pemberian kuasa-kuasa untuk hadir dan memberikan suara dalam RUPS; dan
c. Pemberian informasi kepada emiten mengenai kepemilikan efek dalam penitipan kolektif dan pelaporan kegiatan rekening efek;
Dalam menjalankan kegiatan sehari-hari, KSEI senantiasa bertindak memberikan layanan terbaik. Untuk menjamin keamanan dan kenyamanan para investor dalam melakukan transaksi di pasar modal, seluruh kegiatan KSEI dioperasikan melalui sistem penyimpanan dan penyelesaian transaksi efek secara pemindahbukuan berteknologi tinggi. Sistem yang dinamakan The Central Depository and Book Entry Settlement System atau C-BEST ini merupakan platform elektronik terpadu yang terhubung dengan terminal komputer pemegang rekening dan atau sarana lain yang ditentukan oleh KSEI serta mendukung penyelesaian transaksi efek secara pemindahbukuan di pasar modal Indonesia. Sejak Juni 2002, KSEI menuntaskan program konversi seluruh saham yang tercatat di Bursa Efek dari warkat menjadi tanpa warkat (scriptless trading).88
87 Ibid. 88
(61)
Dalam ketentuan pasal 14 ayat (2) disebutkan bahwa LPP didirikan dengan tujuan menyediakan jasa kustodian sentral dan penyelesaian transaksi yang teratur, wajar dan efisien.89 Untuk mencapai tujuannya, KSEI melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:90
1. Melakukan kegiatan transaksi efek, baik dengan warkat atau sertifikat efek maupun secara pemindahbukuan;
2. Melakukan kegiatan penitipan kolektif dan pemindahbukuan efek; 3. Memberikan jasa pemenuhan hak dan administrasi kepada Emiten;
4. Memberikan jasa penyelesaian transaksi bursa secara internasional melalui negara lain dan atau transaksi dari negara lain;
5. Memberikan jasa lain berdasarkan ketentuan yang ditetapkan Bapepam;
6. Membangun dan mengembangkan prasarana yang dapat mendukung kegiatan pasar uang, di samping kegiatan pasar modal Indonesia;
7. Menjalankan segala kegiatan dalam usaha untuk mencapai dan yang selaras dengan maksud dan tujuan di atas.
LPP termasuk salah satu diantara 3 (tiga) lembaga di pasar modal yang dalam menjalankan kegiatan usahanya mempunyai wewenang untuk membuat peraturannya sendiri, dan peraturan tersebut harus ditaati oleh para pengguna jasanya. Namun peraturan tersebut harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari Bapepam sebelum dinyatakan berlaku. Wewenang tersebut dikenal dengan istilah Self Regulatory Organization (SRO). Dalam melaksanakan kewenangan sebagai SRO, KSEI menetapkan peraturan mengenai layanan jasa kustodian
89
Pasal 14 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. 90
(1)
dengan LKP yakni dalam hal penyelesaian transaksi bursa melalui KSEI. Dalam kaitannya dengan transaksi bursa, peranan LPP adalah pasif, artinya bahwa LPP hanya akan mentransfer dana dan efek dari satu rekening ke rekening lainnya berdasarkan instruksi LKP. Sedangkan Bursa Efek berfungsi menjembatani tempat untuk terlaksananya suatu perdagangan atau transaksi efek di pasar modal. Dalam struktur pasar modal Indonesia, LPP berada di bawah Bapepam sebagai otoritas tertinggi di pasar modal. Semua kegiatan usaha yang akan dijalankan oleh LPP wajib terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Bapepam. Dan hubungan antara LPP dengan Kustodian adalah sama-sama merupakan lembaga yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang penitipan/penyimpanan efek.
B. Saran
Dari kesimpulan-kesimpulan di atas, maka penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Peran LPP dan scriptless trading merupakan hal yang cukup baru bagi pasar modal Indonesia. Untuk itulah, perangkat hukum yang saat ini ada, yakni Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 perlu disempurnakan untuk lebih mengakomodir seluruh kebutuhan hukum scriptless trading dan peran LPP di masa mendatang agar pasar modal Indonesia dapat lebih bersaing dengan negara-negara lain.
2. Pihak LPP sendiri diharapkan agar dapat melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang peran LPP dan keberadaan scriptless trading di pasar
(2)
modal Indonesia. Hal ini bertujuan agar bisa lebih meningkatkan minat masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan perdagangan efek di pasar modal Indonesia.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
I. BUKU
Ali, H. Zainuddin, Metode Peneltian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.
Anwar, Jusuf, Pasar Modal sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi, Bandung: PT. Alumni Bandung, 2008.
Anwar, Jusuf, Penegakan Hukum dan Pengawasan Pasar Modal Indonesia, Bandung: PT. Alumni Bandung, 2008.
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia; Pendekatan Tanya Jawab Edisi 2, Jakarta: Salemba Empat, 2006.
Fuady, Munir, Pasar Modal Modern; Tinjauan Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996.
Hariyani, Iswi dan R. Serfianto, Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal, Jakarta: Visi Media, 2010.
Iskandar, Irfan, Pengantar Hukum Pasar Modal Bidang Kustodian, Jakarta: Djambatan, 2001.
Mansyur, Umaran, Teknik Perdagangan Efek di Bursa Efek Indonesia, Jakarta: Aksara Kencana, 1986.
Muis, Abdul, Pedoman Penulisan Skripsi dan Metode Penelitian Hukum, Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 1990.
(4)
Nasarudin, M. Irsan dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Kencana, 2004.
Pramono, Nindyo, Sertifikasi Saham PT Go Public dan Jukum Pasar Modal di Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997.
Rokhmatussa’dyah, Ana dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.
Situmorang, M. Paulus, Pengantar Pasar Modal, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2008.
Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawali Pers, 2010.
Suta, I. Putu Gede Ary, Menuju Pasar Modal Modern, Jakarta: Yayasan Sad Satria Bhakti, 2000.
Sutedi, Adrian, Segi-Segi Hukum Pasar Modal, Bogor: Ghalia Indonesia, 2009. Tunggal, Iman Sjahputra, Tanya Jawab Aspek Hukum Pasar Modal di Indonesia, Jakarta: Harvarindo, 2000.
Usman, Marzuki, dkk., Pengetahuan dasar Pasar Modal, Jakarta: Institut Bankir Indonesia dan Jurnal Keuangan dan Moneter, 1997.
Widjaja, Gunawan, Seri Aspek Hukum dalam Pasar Modal Penitipan Kolektif, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.
Widoatmodjo, Sawidji, Pasar Modal Indonesia; Pengantar dan Studi Kasus, Bogor: Ghalia Indonesia, 2009.
Winarto, Jasso, Pasar Modal Indonesia; Restropeksi Lima Tahun Swastanisasi Bursa Efek Jakarta, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997.
(5)
Yulfasni, Hukum Pasar Modal, Jakarta: Badan Penerbit Iblam, 2005.
II. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2004 juncto Peraturan Pemerintah Nomor
45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 503/KMK.01/1997 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Bapepam.
Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-12/PM/1996 tentang Perizinan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan III.C.1).
Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-68/PM/1996 tentang Laporan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan X.C.1).
Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-69/PM/1996 tentang Pemeliharaan Dokumen oleh Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Peraturan X.C.2).
III. INTERNET
http://www.bapepam.go.id/index.htm, diakses tanggal 02 Mei 2011. www.bapepam.go.id.htm, diakses tanggal 15 Juni 2011.
(6)
diakses tanggal 13 Januari 2011.
www.lontar.ui.ac.id, diakses tanggal 15 Juni 2011.
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/348455, diakses
tanggal 15 Juli 2011.
http://www.bapepam.go.id, diakses tanggal 15 Maret 2011.
IV. KORAN Harian Analisa.