Pengertian Perilaku Prososial PENGARUH EMPATI TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL PADA SISWA KELAS XI KRIYA KAYU SMKN 1 PACITAN.

18 c. Persahabatan, yaitu kesediaan untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan orang lain. d. Kerjasama, yaitu kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain demi terciptanya suatu tujuan. e. Berbagi, yaitu kesediaan untuk berbagi perasaan dengan orang lain dalam suasana duka ataupun suka. Ada tiga indikator yang menjadi tindakan prososial menurut Staub Tri Dayakisni Hudaniah, 2009: 212 yaitu: a. Tindakan tersebut tidak menuntut keuntungan pada pihak pelaku prososial. b. Tindakan tersebut dilahirkan secara sukarela. c. Tindakan tersebut menghasilkan kebaikan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat peneliti simpulkan bahwa aspek-aspek dalam perilaku prososial meliputi berbagi perasaan, kerjasama, menyumbangberderma, menolong, dan kejujuran.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Prososial

Menurut Campbell Sears, 1994: 50 bahwa faktor sosial dapat menentukan perilaku prososial individu. Perkembangan sejarah dan kebudayaan atau peradaban manusia dapat menjelaskan perilaku prososial dasar sampai perilaku prososial yang tinggi. Norma yang penting dalam perilaku prososial adalah tanggung jawab sosial, norma timbal balik, dan keadilan sosial. Menurut Staub Tri Dayakisni dan Hudaniah, 2009: 212 faktor yang mendasari individu untuk bertindak prososial adalah adanya nilai dan norma dalam masyarakat, seperti berkewajiban dalam menegakkan 19 kebenaran dan keadilan. Nilai dan norma tersebut diperoleh individu melalui ajaran agama dan lingkungan sosial. Tri Dayakisni Hudaniah 2009: 213 menjelaskan ada beberapa faktor personal situasional dan personal yang menentukan perilaku prososial, yaitu: a. Faktor Situasional 1 Kehadiran orang lain Menurut Staub Tri Dayakisni Hudaniah, 2009: 214 individu yang sering berinteraksi dengan orang lain cenderung akan lebih banyak melakukan tindakan prososial dibandingkan dengan individu yang sering menyendiri. Sebab, dengan kehadiran orang lain, maka akan mendorong individu untuk lebih mengharai dan mematuhi norma yang berlaku di masyarakat sosial. 2 Pengorbanan yang harus dilakukan Bagi seorang calon penolong, apabila pengorbanan yang dilakukan dinilai terlalu banyak seperti pengorbanan uang, tenaga,waktu, dan resiko terluka, maka kemungkinan baginya untuk berperilaku prososial sangat kecil. Sebaliknya jika pengorbanan rendah tetapi didukung dengan pengukuh kuat, maka orang tersebut akan lebih siap melakukan tindakan prososial Tri Dayakisni Hudaniah, 2009: 214 3 Pengalaman dan suasana hati Menurut William Tri Dayakisni Hudaniah, 2009:215 seseorang yang sedang dalam suasana hati gembira akan lebih 20 banyak kecenderungan untuk menolong orang lain, sedangkan seseorang yang sedang dalam suasana hati yang kurang baik akan kurang dalam memberikan pertolongan kepada orang lain. 4 Kejelasan stimulus Menurut Sampson Tri Dayakisni Hudaniah, 2009: 215 bahwa semakin jelas stimulus yang terjadi di situasi darurat, akan meningkatkan kesiapan calon penolong untuk bereaksi. 5 Adanya norma-norma sosial Norma dalam masyarakat mengaharuskan seseorang untuk saling membantu orang yang sedang membutuhkan pertolongan. Masing-masing orang mempunyai tanggung jawab sosial untuk menolong orang yang lemah atau orang yang membutuhkan pertolongan. b. Faktor personal Faktor personal yang dimaksud adalah karakteristik kepribadian seseorang, seperti self esteem, tanggung jawab, dan pengendalian diri Tri Dayakisni Hudaniah, 2009: 217 Selanjutnya, Baron Byrne 2007: 101 menyebutkan faktor situasional yang mendukung atau menghambat tingkah laku prososial yaitu: 1 Daya tarik. Menurut Clark Baron Byrne, 2007: 102 apapun faktor yang dapat meningkatkan ketertarikan bystander kepada korban akan meningkatkan perilaku prososial apabila individu tersebut membutuhkan pertolongan.