EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI ASAM-BASA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PREDIKSI DAN BERKOMUNIKASI

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING
PADA MATERI ASAM-BASA DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN PREDIKSI DAN BERKOMUNIKASI

(Skripsi)

Oleh:
SULISTIANI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2012

ABSTRAK
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING
PADA MATERI ASAM-BASA DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN PREDIKSI DAN BERKOMUNIKASI
Oleh
SULISTIANI


Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran
penemuan terbimbing dalam meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan
prediksi siswa kelas XI IPA pada materi pokok asam basa. Model pembelajaran
penemuan terbimbing yang digunakan terdiri dari 3 fase, yaitu fase eksplorasi,
penemuan konsep dan aplikasi konsep.
Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan Non Equivalent
(Pretest and Posttest) Control Group Design. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling dan diperoleh kelas XI IPA1
dan kelas XI IPA2 sebagai sampel penelitian. Hasil penelitian menunjukkan nilai
rerata n-Gain keterampilan berkomunikasi untuk kelas kontrol dan eksperimen
masing-masing 0,26 dan 0,36; dan rerata n-Gain keterampilan prediksi untuk
kelas kontrol dan eksperimen masing-masing 0,27 dan 0,39.
Berdasarkan uji hipotesis, diketahui bahwa kelas dengan pembelajaran penemuan
terbimbing memiliki keterampilan berkomunikasi dan prediksi siswa yang lebih
tinggi dibandingkan kelas dengan pembelajaran konvensional. Hal ini menunjuk-

kan bahwa pembelajaran penemuan terbimbing lebih efektif dalam meningkatkan
keterampilan berkomunikasi dan prediksi siswa.
Kata kunci: Pembelajaran penemuan terbimbing, keterampilan berkomunikasi,
keterampilan prediksi.


PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Sulistiani
NPM
: 0743023055
Program Studi
: Pendidikan Kimia
Jurusan/Fakultas
: Pendidikan MIPA/KIP
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi tidak terdapat karya yang telah di ajukan
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya
juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Mei 2012

Sulistiani
NPM 0743023055


EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING
PADA MATERI ASAM BASA DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN PREDIKSI DAN BERKOMUNIKASI

Oleh
Sulistiani

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012


Judul Skripsi

: EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENEMUAN
TERBIMBING PADA MATERI ASAM-BASA
DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN
PREDIKSI DAN BERKOMUNIKASI

Nama Mahasiswa

: Sulistiani

Nomor Pokok Mahasiswa

: 0743023055

Program Studi

: Pendidikan Kimia

Jurusan


: Pendidikan MIPA

Fakultas

: Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI,
1.Komisi Pembimbing

Dra. Chansyanah Diawati, M.Si.
NIP 19660824 199111 2 002

Emmawaty Sofya, S.Si., M.Si.
NIP 19710819 1199903 2 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.
NIP 19671004 199303 1 004


MENGESAHKAN

1. Tim Penguji
Ketua

:

Dra. Chansyanah Diawati, M.Si. ________________

Sekretaris:

:

Emmawaty Sofya, S.Si., M.Si.

________________

Dr. Noor Fadiawati, M.Si.

________________


Penguji
Bukan Pembimbing :

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si.
NIP 19600315 198503 1 003

Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 21 Mei 2012

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sidomulyo pada tanggal 26 Agustus
1989, anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak
Kasum dan Ibu Tugiyem.
Penulis mengawali pendidikan formal di TK Xaverius
Dipasena Lampung Utara dan lulus tahun 1995, kemudian melanjutkan ke SD
Negeri 1 Sidomulyo yang diselesaikan pada tahun 2002. Tahun 2002 diterima di
SMP Negeri 1 Kalirejo yang diselesaikan pada tahun 2004. Tahun 2004 masuk

SMA Negeri 1 Kalirejo yang diselesaikan tahun 2007. Pada tahun yang sama,
penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur non SPMB.
Pada tahun 2009 penulis mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke Yogyakarta
Bandung-Jakarta. Pada tahun 2011, penulis melakukan Program Pengalaman
Lapangan (PPL) di SMA Al Azhar 3 Bandar Lampung.

PERSEMBAHAN
-Mu Ya Rabb, ku persembahkan skripsi
ini sebagai tanda cinta dan kasih ku yang tulus kepada :

 Ayah dan Ibu
Sosok yang pertama dalam hidupku, yang dengan sabar telah membesarkan
dan mendidikku. Terimakasih Ya Rabb telah kau berikan padaku malaikatmalaikat-Mu dan telah kau lahirkan aku dari rahimnya. Untuk sosok yang
jadi panutanku, yang selalu mengajarkanku arti dari hidup, Bapak
terimakasih.
Terimakasih karena kalian senantiasa berdoa untuk kesehatan, keberhasilan
dan masa depanku.
 Adikku Veni Tri Agustin dan seluruh keluarga besar yang kusayangi,
terimakasih atas kasih sayang, doa, perhatian, dan dukungannya serta

semangat yang diberikan padaku.
 Arbi Bagasworo S.Pd, terimakasih atas motivasi yang selalu kau berikan
dalam menyelesaikan studiku serta tak pernah lelah membagi cerita, canda,
duka dan tawa.
 Sahabat-sahabat terbaikku yang selalu memberi dukungan, motivasi dan
keceriaannya.

 Almamaterku tercinta

MOTTO
Tak ada rahasia untuk menggapai sukses. Sukses itu dapat terjadi karena
persiapan, kerja keras dan mau belajar dari kegagalan.
(General Collin Power)
Dan
Sukses adalah pilihan, mulailah hari dengan memutuskan dan lanjutkan dengan
tindakan
(Mario Teguh)
Maka..........
Lakukan tindakan tersebut dari hati
Teruslah berusaha untuk hari esok

Berusaha untuk bekerja semaksimal mungkin
Mudah-mudahan Allah selalu meridhoi, memberkahi, dan merahmati
(Sulistiani)
hnya Allah tidak mengubah suatu kaum sehingga mereka mengubah
(Qs.Ar-Rad: 11)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji syukur atas kehadirat Allah SWT. karena kasih
sayang dan rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

Efektivitas Pembelajaran Penemuan Terbimbing Pada Materi Asam-

Basa Dalam Meningkatkan Keterampilan Prediksi Dan Berkomunikasi
selaku salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Kimia di
Universitas Lampung. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya
penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia.
4. Ibu Dra. Chansyanah Diawati, M.Si selaku Pembimbing I atas kesediaan dalam
memberikan petunjuk, pengarahan dan bimbingannya untuk membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsinya.
5. Ibu Emmawaty Sofya, S.Si, M.Si selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing II atas kesedian dan keikhlasannya memberikan bimbingan, saran dan
kritik dalam proses penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si selaku Pembahas atas segala bimbingan, saran
dan kritik yang diberikan dalam memperbaiki penulisan skripsi ini.

7. Bapak

MZ.M.Pd selaku Kepala SMA Al Azhar 3 Bandar

Lampung atas izin yang diberikan untuk melaksanakan penelitian.
8. Bapak Drs. Badawi Mahmud selaku Guru Mitra atas kerja sama dan bimbingan
yang telah diberikan.
9. Teman-teman seperjuanganku

khususnya Memei,

Rosa, Made, Reni, dan Siti, atas persaudaraan, keceriaan dan kekompakannya
dan tidak pernah bosan memberi semangat dalam masa-masa sulit menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabat-sahabatku di Astri Dewi Sri , atas dukungan, semangat, kebersamaan
serta doa yang telah diberikan.
11. Kakak dan Adik tingkat di Program Studi Pendidikan Kimia serta semua pihak
yang tidak dapat ditulis satu persatu.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini menjadi bahan rujukan penelitian,
dan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Menyadari bahwa dalam penulisan ini banyak kekeliruan, sumbangsih dan masukan
pembaca menjadi permintaan penulis untuk karya selanjutnya
Bandar Lampung, Mei 2012
Penulis,

Sulistiani

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ...........................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................

viii

I.

PENDAHULUAN .................................................................................

1

A. Latar Belakang ................................................................................

1

B. Rumusan Masalah ...........................................................................

5

C. Tujuan Penelitian ..............................................................................

5

D. Manfaat Penelitian ............................................................................

6

E. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................

7

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................

9

A. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing ....................................

9

B. Keterampilan Proses Sains................................................................

18

C. Kerangka Pemikiran..........................................................................

23

D. Anggapan Dasar ................................................................................

24

E. Hipotesis Umum ...............................................................................

25

METODOLOGI PENELITIAN.......................................................................

26

A. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................

26

II.

B. Jenis dan Sumber Data ......................................................................

26

C. Metode dan Desain Penelitian...........................................................

27

D. Variabel Penelitian ............................................................................

27

E. Instrumen dan Validitas Penelitian ..................................................

27

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian.......................................................

29

G. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis .............................................

31

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................

36

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data....................................................

36

B. Pembahasan ......................................................................................

42

SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................

58

A. Simpulan ..........................................................................................

58

B. Saran .................................................................................................

58

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

59

V.

LAMPIRAN
1. Silabus Kelas Eksperimen.......................................................................
2. Silabus Kelas Kontrol .............................................................................
3. RPP Kelas Eksperimen ...........................................................................
4. RPP Kelas Kontrol ..................................................................................
5. Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen..................................................
6. Lembar Kerja Siswa Kelas Kontrol........................................................
7. Kisi-kisi Soal Pretest .............................................................................
8. Kisi-kisi Soal Posttest .............................................................................
9. Soal Pretest .............................................................................................
10. Soal Posttest ............................................................................................
11. Pedoman Penskoran Soal Pretest............................................................
12. Pedoman Penskoran Soal Postest.............................................................
13. Nilai Pretest, Posttest, n-Gain keterampilan berkomunikasi siswa di
Kelas Eksperimendan Kelas Kontrol......................................................
14. Nilai Pretest, Posttest dan n-Gain keterampilan prediksi siswa di Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ..............................................................
15. Perhitungan dan Analisis Data Penelitian ..............................................
16. Lembar Afektif Siswa .............................................................................
17. Surat Izin Melaksanakan Penelitian.........................................................
18. Daftar Hadir Seminar Proposal ...............................................................

63
71
76
108
126
178
186
188
191
196
204
214
226
227
229
230
240
241

19. Daftar Hadir Seminar Hasil.....................................................................
20. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian............................................

242
243

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Indikator Keterampilan Proses Sains Dasar.........................................

20

2. Desain penelitian...................................................................................

27

3. Rata-rata nilai pretest, postest dan n-Gain keterampilan prediksi siswa di
kelas kontrol dan kelas eksperimen.......................................................

36

4. Rata-rata nilai pretest, postest dan n-Gain keterampilan berkomunikasi
siswa di kelas kontrol dan kelas eksperimen.........................................

36

5. Perolehan data uji homogenitas keterampilan prediksi..........................

40

6. Perolehan data uji-t keterampilan prediksi.............................................

41

7. Perolehan data uji homogenitas keterampilan berkomunikasi..............

41

8. Perolehan data uji-t keterampilan berkomunikasi..................................

42

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian .............................................................

30

2. Diagram rata-rata perolehan nilai pretest dan postest keterampilan
prediksi siswa di kelas kontrol dan kelas eksperimen............................. 37
3. Diagram rata-rata perolehan nilai pretest dan postest keterampilan
berkomunikasi siswa di kelas kontrol dan kelas eksperimen.................. 37
4. Grafik rata-rata n-Gain keterampilan prediksi dan berkomunikasi siswa
di kelas kontrol dan kelas eksperimen....................................................... 39

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan syarat mutlak untuk
mencapai kemajuan suatu bangsa. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas
SDM tersebut adalah melalui pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk
menumbuh kembangkan potensi SDM melalui kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal khususnya SMA dituntut
untuk dapat menghasilkan lulusan yang kompeten dan berkualitas. Sekolah harus
dapat melaksanakan proses pembelajaran secara maksimal dalam semua mata
pelajaran termasuk pelajaran kimia.
Menyadari hal tersebut, maka pembangunan di bidang pendidikan mendapatkan
perhatian yang besar dari pemerintah. Pemerintah telah berupaya menyelenggarakan perbaikan peningkatan mutu pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang.
Salah satunya yaitu dengan mengubah paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran yakni orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher
centered) beralih berpusat pada siswa (student centered) (Trianto, 2007). Namun
pada kenyataannya praktek pendidikan di lapangan belum mampu menjadikan
siswa sebagai manusia yang utuh. Hal ini terjadi karena pembelajaran yang berlangsung di sekolah selama ini masih berpusat pada guru (teacher centered) dan
cenderung hanya mempelajari kimia sebagai produk, menghafalkan konsep, hu-

2

kum-hukum, dan teori saja, tanpa memberikan pengalaman bagaimana proses ditemukannya konsep, hukum-hukum, dan teori tersebut sehingga tidak memberikan kesempatan bagi siswa untuk menumbuhkan sikap ilmiah dalam dirinya. Aktivitas siswa dapat dikatakan pasif yaitu hanya mendengarkan penjelasan guru
dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
Hal ini diperkuat dengan observasi yang dilakukan oleh peneliti di SMA Al Azhar
3 Bandar Lampung, penulis melihat bahwa pada saat pembelajaran berlangsung,
khususnya pada materi kesetimbangan kimia, proses pembelajarannya masih didominasi oleh guru dimana guru lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran sebagai
pemberi pengetahuan bagi siswa, sehingga siswa hanya sebatas memperoleh informasi/ konsep saja tanpa dilatih untuk menemukan pengetahuan dan konsep tersebut. Akibatnya siswa kurang dapat berkembang dan menggali potensi dirinya.
Lebih dari itu, materi yang dipelajari pun tidak akan tertanam erat dalam memori
siswa dan akan lebih mudah dilupakan.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut, maka diperlukan model pembelajaran
yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran kimia khususnya materi asam
basa yang meliputi konsep-konsep dan penerapannya dalam kehidupan seharihari. Materi asam basa memuat konsep yang erat kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari seperti rasa asam pada buah-buahan, pemanfaatan tumbuhan dengan
warna mencolok sebagai indikator alami, pencemaran air dan lain sebagainya.
Dalam proses pembelajarannya siswa dapat diajak berpikir dan bertindak melalui
percobaan yang berhubungan dengan bahan-bahan yang sudah diketahui siswa
untuk menemukan suatu konsep yang sedang dipelajari, serta menjelaskan fenomena-fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

3

Salah satu model pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran
kimia dan berpusat pada kegiatan atau aktivitas siswa (student centered) untuk
menemukan suatu konsep adalah model pembelajaran penemuan terbimbing.
Model pembelajaran penemuan terbimbing merupakan kegiatan yang aktif di mana subyek belajar membangun sendiri pengetahuannya. Subyek belajar juga mencari sendiri makna dari sesuatu yang mereka pelajari (Sardiman, 2003). Model
pembelajaran ini menempatkan siswa untuk lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah, siswa di dorong untuk
berpikir sendiri, menganalisis sendiri, sehingga dapat menemukan prinsip berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan, siswa betul-betul ditempatkan
sebagai subyek belajar (student centered) dan guru sebagai fasilitator yang membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep, dan keterampilan yang sudah mereka pelajari sebelumnya untuk menda-patkan pengetahuan dan pengalaman baru
sehingga selaras dengan pendekatan konstruktivisme.
Dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing, maka siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan berbagai kemampuan
siswa, diantaranya terampil berkomunikasi dalam upaya menyelesaikan masalahmasalah yang kelak mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pengamatan secara tidak langsung yang banyak dilakukan pada materi asam basa ini,
siswa dituntut agar mampu menjelaskan hasil percobaan; menggambar data empiris dengan grafik, tabel/diagram; membaca dan mengkompilasi informasi dalam
grafik atau diagram; menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan
jelas. Selain itu, siswa juga dituntut untuk mengajukan perkiraan tentang sesuatu
yang belum terjadi berdasarkan suatu kecenderungan atau pola yang sudah ada.

4

Kemampuan-kemampuan ini tidak lain merupakan indikator-indikator keterampilan proses sains (KPS) yaitu keterampilan berkomunikasi dan prediksi.
KPS dimaksudkan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan intelektual
atau kemampuan berpikir siswa. Selain itu juga mengembangkan sikap-sikap ilmiah dan kemampuan siswa untuk menemukan dan mengembangkan fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan. Pembelajaran dengan keterampilan proses
berarti memberi kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan.
Sehingga dalam hal ini guru perlu melatihkan keterampilan berkomunikasi dan
prediksi kepada siswa sebagai salah satu komponen dalam Keterampilan Proses
Sains (KPS). Keterampilan ini penting bagi siswa untuk memahami hakikat IPA
secara utuh, yakni IPA sebagai proses, produk dan sikap (Rhuterford and Ahlgren,
1990).
Beberapa hasil penelitian yang mengkaji penerapan model penemuan terbimbing
adalah Rosilawati, Ila dan Sunyono (2008) yang melakukan penelitian pada siswa
SMA Perintis I Bandar Lampung, menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran
penemuan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas dan pemahaman konsep termokimia. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yang
terdiri dari 3 siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas siswa, pada
siklus I rerata persentase siswa yang aktif sebesar 46,53%, pada siklus II sebesar
58,46% dan pada siklus III sebesar 65,38% . Kemudian hasil pemahaman konsep
siswa juga menunjukkan adanya peningkatan yaitu pada siklus I rerata pemahaman konsep siswa sebesar 64,37, pada siklus II sebesar 66,30 dan pada siklus III

5

sebesar 77,78.
Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Abdullah, Hartin (2008) yang meneliti tentang peningkatan hasil belajar siswa kelas XII IPA 3 SMA Negeri I Telaga pada
materi konsep penurunan sifat melalui pendekatan penemuan terbimbing. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pendekatan penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa, pada siklus I rerata nilai yang diperoleh siswa sebesar
76,4 dan pada siklus II meningkat menjadi 86,6.
Efektivitas
Pembelajaran Penemuan Terbimbing pada Materi Asam-Basa Dalam Meningkatkan Keterampilan Prediksi dan Berkomunikasi
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana efektivitas pembelajaran penemuan terbimbing dalam meningkatkan keterampilan prediksi pada materi asam-basa siswa SMA Al Azhar 3
Bandar Lampung?
2. Bagaimana efektivitas pembelajaran penemuan terbimbing dalam meningkatkan keterampilan berkomunikasi pada materi asam-basa siswa SMA Al Azhar
3 Bandar Lampung?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan:
1. Efektivitas pembelajaran penemuan terbimbing dalam meningkatkan keteram-

6

pilan berkomunikasi pada materi asam-basa.
2. Efektivitas pembelajaran penemuan terbimbing dalam meningkatkan keterampilan prediksi pada materi asam-basa
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1.

Bagi Siswa
Melalui penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan keterampilan prediksi dan berkomunikasi siswa, sehingga siswa dapat
memahami materi pelajaran dengan mudah khususnya pada materi asambasa.

2.

Bagi Guru
Sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan dan penerapan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran kimia, terutama pada materi
asam-basa.

3.

Bagi Sekolah
Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan
mutu pembelajaran kimia di sekolah.

4.

Bagi Peneliti lain
Sebagai bahan/gambaran untuk dapat mengembangkan penelitian sejenis
dengan ruang lingkup yang lebih luas.

E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1.

Lokasi penelitian ini adalah SMA Al Azhar 3 Bandar Lampung.

7

2.

Pembelajaran dikatakan efektif apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran yang ditunjukkan dengan gain yang signifikan
(Wicaksono, 2008).

3.

Model pembelajaran penemuan terbimbing menurut Sardiman (2003) adalah
kegiatan yang aktif di mana subyek belajar membangun sendiri pengetahuannya. Subyek belajar juga mencari sendiri makna dari sesuatu yang mereka
pelajari. Pembelajaran penemuan terbimbing yang diterapkan menggunakan
media LKS yang disusun untuk melatih KPS siswa.

4.

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang diterapkan di
SMA Al Azhar 3 Bandar Lampung. Pembelajaran ini menggunakan metode
ceramah, latihan soal dan praktikum.

5.

Indikator keterampilan berkomunikasi yang diukur dalam penelitian ini yaitu
kemampuan membaca dan mengkompilasi informasi dalam grafik atau diagram, menggambar data empiris dengan grafik, tabel atau diagram, menjelaskan hasil percobaan, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis
dan jelas.

6.

Indikator keterampilan prediksi yang diukur dalam penelitian ini yaitu keterampilan mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi
berdasarkan konsep/fakta yang sudah ditemukan atau berdasarkan pola pengamatan yang sudah ada.

9

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Belajar merupakan aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat dipisahkan,
dari kehidupan manusia, bahkan sejak mereka lahir sampai akhir hayat. Pernyataan tersebut menjadi ungkapan bahwa manusia tidak dapat lepas dari proses belajar itu sendiri sampai kapanpun dan dimanapun manusia itu berada dan belajar
juga menjadi kebutuhan yang terus meningkat sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan.
Menurut Jean Piaget dalam Bell (1994), belajar adalah:
Interaksi yang terus-menerus antara individu dan lingkungan. Artinya,
memahami pengetahuan orang dituntut untuk mengenali dan menjelaskan
berbagai cara bagaimana individu berinteraksi dengan lingkungannya.
Menurut Bruner (Dahar,1989) teori belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dengan sendirinya memberikan hasil yang
paling baik, berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.
Menurut Piaget (Dahar 1989), dasar dari belajar adalah aktivitas anak bila ia berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Pertumbuhan anak
merupakan suatu proses sosial. Anak tidak berinteraksi dengan lingkungan
fisiknya sebagai suatu individu terikat, tetapi sebagai bagian dari kelompok sosial.

10

Akibatnya lingkungan sosialnya berada diantara anak dengan lingkungan fisiknya.
Interaksi anak dengan orang lain memainkan peranan penting dalam mengembangkan pandangannya terhadap alam. Melalui pertukaran ide-ide dengan orang
lain, seorang anak yang tadinya memiliki pandangan subyektif terhadap sesuatu
yang diamatinya akan berubah pandangannya menjadi obyektif. Aktivitas mental
anak terorganisasi dalam suatu struktur kegiatan mental
atau pola tingkah laku. Dalam perkembangan intelektual ada tiga hal penting
yang menjadi perhatian Piaget yaitu struktur, isi dan fungsi.
a. Struktur, Piaget memandang ada hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan mental dan perkembangan logis anak-anak. Tindakan menuju pada operasi-operasi dan operasi-operasi menuju pada perkembangan
struktur-struktur.
b. Isi, merupakan pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon
yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang
dihadapinya.
c. Fungsi, adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan
intelektual.
Menurut Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi memberikan pada organisme kemampuan untuk
mengestimasikan atau mengorganisasi proses-proses fisik atau psikologis menjadi
sistem-sistem yang teratur dan berhubungan, sedangkan adaptasi, terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi.
Lebih lanjut, Piaget (Dahar, 1989) mengemukakan bahwa asimilasi adalah proses
kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi
dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi
ini berjalan terus. Asimilasi tidak akan menyebabkan perubahan/pergantian ske-

11

mata melainkan perkembangan skemata. Dengan kata lain, asimilasi merupakan
salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri
dengan lingkungan baru. Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru
seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata
yang telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok
dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan
akomodasi. Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan
rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok
dengan rangsangan itu. Bagi Piaget adaptasi merupakan suatu kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Bila dalam proses asimilasi seseorang tidak dapat
mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya maka terjadilah ketidakseimbangan
(disequilibrium). Akibat ketidakseimbangan itu maka terjadilah akomodasi dan
struktur kognitif yang ada akan mengalami perubahan atau munculnya struktur
yang baru. Pertumbuhan intelektual ini merupakan proses terus menerus tentang
keadaan ketidakseimbangan dan keadaan setimbang (disequilibrium-equilibrium).
Tetapi bila terjadi kesetimbangan maka individu akan berada pada tingkat yang
lebih tinggi daripada sebelumnya.
Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar
tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Belajar merupakan interaksi
antara individu dan lingkungan, dan hal itu terjadi terus-menerus sepanjang hayatnya. Kognitif merupakan pusat penggerak berbagai kegiatan kita, seperti mengenali lingkungan, melihat berbagai masalah, menganalisis berbagai masalah,
mencari informasi baru, menarik simpulan dan sebagainya.

12

Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa itu. Berdasarkan suatu teori belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih meningkatkan perolehan siswa sebagai hasil belajar. Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi
sesuai. Menurut Slavin (Nur, 2002) bagi siswa agar benar-benar memahami dan
dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ideide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan
informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner.
Menurut Nur (Trianto, 2010) satu prinsip yang penting dalam psikologi pendidikan menurut teori ini adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi
kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan
mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa
ke pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut.
Menurut Von Glaserfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001), agar
siswa mampu mengkontruksi pengetahuan maka diperlukan:

13

1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, hal ini sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut.
2. Kemampuan siswa untuk membandingkan dan mengambil keputusan
mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan membandingkan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih
umum dari pengalaman-pengalaman yang khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan
mengkontruksi pengetahuan.
3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu daripada yang lain, hal ini akan menimbulkan penilaian siswa terhadap pengalaman dan menjadi landasan bagi pembentukan pengetahuannya.
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas ( sempit). Pengetahuan bukanlah seperangkat
fakta-fakta , konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia
harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata. Nurhadi, Burhan Yasin, dan Senduk (2004).
Menurut Trianto (2007):
Setiap orang membangun pengetahuannya sendiri, sehingga transfer pengetahuan akan sangat mustahil terjadi. Pengetahuan bukanlah suatu barang
yang dapat ditransfer dari orang yang mempunyai pengetahuan kepada
orang yang belum mempunyai pengetahuan. Bahkan, bila seorang guru bermaksud mentransfer konsep, ide, dan pengertiannya kepada siswa, pemindahan itu harus diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh siswa itu lewat pengalamannya.
Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain:
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif;
2. Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa;
3. Mengajar adalah membantu siswa belajar;
4. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir;
5. Kurikulum menekankan partisipasi siswa;
6. Guru adalah fasilitator
Menurut Suparno (1997) ciri atau prinsip dalam belajar sebagai berikut :

14

1. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang
mereka lihat, dengar, rasakan dan alami.
2. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus.
3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan
pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar
bukanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri.
4. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia
fisik dan lingkungannya.
Pembelajaran penemuan terbimbing merupakan suatu cara penyampaian materi
dimana pada proses belajar memungkinkan siswa menemukan sendiri prinsipprinsip dan konsep materi tersebut. Dalam model ini, siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri, sehingga dapat menemukan prinsip berdasarkan
bahan atau data yang telah disediakan. Siswa diharapkan terlibat aktif di dalam
proses belajarnya dan guru harus memberikan bimbingan untuk mengembangkan
pengetahuan siswa. Guru bertindak sebagai penunjuk jalan, guru membantu siswa
supaya mempergunakan ide, konsep dan pengetahuan yang sudah siswa pelajari
sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Model ini dapat dilakukan secara perorangan maupun kelompok. Model pembelajaran penemuan terbimbing selaras dengan pendekatan konstruktivisme yaitu pengetahuan siswa dibangun sendiri melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran.
Menurut teori penemuan terbimbing, belajar adalah kegiatan yang aktif di mana
subyek belajar membangun sendiri pengetahuannya. Subyek belajar juga mencari
sendiri makna dari sesuatu yang mereka pelajari, Sardiman (2003). Sesuai dengan
prinsip-prinsip tersebut, maka proses mengajar, bukanlah kegiatan memindahkan
pengetahuan dari guru ke subyek belajar/siswa, tetapi suatu kegiatan yang memungkinkan subyek belajar merekonstruksi sendiri pengetahuannya. Mengajar
adalah bentuk partisipasi dengan subyek belajar dalam membentuk pengetahuan,
membuat makna, mencari kejelasan dan menentukan justifikasi. Prinsip penting,

15

berpikir lebih bermakna daripada mempunyai jawaban yang benar atas sesuatu.
Karena itu guru dalam hal ini berperan sebagai mediator dan fasilitator untuk
membantu optimalisasi belajar siswa.
Secara garis besar, prinsip-prinsip penemuan terbimbing adalah:
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun sosial.
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali melalui keaktifan siswa sendiri untuk menalar.
Djamarah dan Zain (1996) berpendapat bahwa dalam sistem belajar ini guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk final, tetapi siswa diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri . Guru membimbing siswa dalam proses
mencari dan menemukan, selain itu guru juga mengawasi proses tersebut. Apabila siswa mengalami kesulitan, guru membantu siswa dengan memberi pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk menemukan prinsip-prinsip dan konsep-konsep
yang dicari. Jadi partisipasi secara aktif sangat diperlukan agar metode penemuan
terbimbing ini berhasil.
Model pembelajaran penemuan terbimbing selaras dengan pendekatan konstruktivisme yaitu pengetahuan siswa dibangun sendiri melalui keterlibatan aktif dalam
proses pembelajaran. Pembelajaran penemuan terbimbing terdiri atas tiga kegiatan pembelajaran menurut Roestiyah (2008):
1. Kegiatan awal
Menyampaikan indikator pembelajaran kepada siswa. Siswa perlu mengetahui
tujuan mengapa mereka harus berperan serta pada pembelajaran tertentu. Siswa
juga harus tahu apa yang dapat mereka lakukan setelah pembelajaran itu. Membuat siswa sadar dengan apa yang akan mereka pelajari membantu mereka mem-

16

buat hubungan antara satu materi tertentu dan relevansinya terhadap kehidupan
sehari-hari. Kesadaran itu juga akan membantu siswa memanfaatkan pengetahuan
awal yang telah dimiliki siswa dan mengaitkannya dengan pembelajaran yang
akan diikutinya. Oleh karena itu, guru akan mengeksplorasi kemampuan awal siswa dengan memberikan pertanyaan/masalah yang berkaitan dengan konsep yang
akan ditemukan oleh siswa sehingga kegiatan awal ini disebut juga fase eksplorasi. Kegiatan ini selain menyiapkan siswa untuk belajar juga akan memotivasi
siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.
2. Kegiatan inti
Kegiatan inti disebut juga fase penemuan konsep. Keterlibatan siswa dalam menemukan suatu konsep akan sangat berarti sebagai pengalaman belajar dengan
syarat penemuan tersebut di bawah bimbingan dan arahan guru. Proses penemuan
konsep ini dilakukan dengan melakukan penyelidikan dan pelatihan terbimbing
dengan bantuan media berupa LKS. Pada kegiatan ini terjadi konflik konseptual
dalam diri siswa yaitu antara konsep awal yang dimilikinya dengan kenyataan
yang dilihat dari penyelidikan yang siswa lakukan. Dari konflik konseptual ini
dalam diri siswa akan terbentuk konsep yang sesuai dengan keilmuan.
3. Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir disebut juga fase aplikasi konsep. Pada fase ini dilakukan evaluasi
baik terhadap langkah-langkah penemuan maupun pada pengetahuan siswa, sebagai umpan balik bermakna dan pengetahuan tentang hasil latihannya. Siswa diberi kesempatan untuk mengaplikasikan konsep yang sudah mereka temukan untuk mengerjakan latihan soal ataupun mengaplikasikan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka. Tanpa umpan balik, siswa tidak mungkin memperbaiki kesalahannya dan tidak dapat mencapai tingkat penguasaan konsep. Dalam

17

penemuan terbimbing siswa dibiarkan menemukan sendiri atau pengalaman proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.
Menurut Roestiyah (2008) yang dimaksud dengan proses mental tersebut antara
lain ialah mengamati, mencerna, mengerti menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya.
Beberapa keunggulan model pembelajaran penemuan terbimbing (Roestiyah:
2008), antara lain :
1. Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif/pengenalan siswa.
2. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/
individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam
jiwa siswa tersebut.
3. Dapat membangkitkan kegairahan belajar para siswa.
4. Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
5. Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki
motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat.
6. Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada
diri sendiri dengan proses penemuan sendiri.
7. Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai
teman belajar saja, membantu bila diperlukan.
Selain mempunyai kelebihan model penemuan terbimbing juga mempunyai
kelemahan, antara lain:
(1) Keharusan adanya persiapan mental untuk belajar cara ini. (2) Metode ini
kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. (3) Harapan yang ditumpahkan
pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa
dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional. (4) Mengajar dengan penemuan dipandang lebih mementingkan memperoleh pengertian dan
kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan. (5) Fasilitas
yang dibutuhkan mungkin tidak ada. (6) Strategi ini mungkin tidak memberikan siswa kesempatan untuk berpikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang ditemukan akan diseleksi lebih dahulu oleh guru.
Kelemahan penemuan terbimbing dapat diatasi dengan cara:

18

1. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing agar dapat
membantu siswa menemukan suatu konsep
2. Memberikan kesempatan kepada siswa mengajukan gagasan-gagasan
meskipun gagasan tersebut belum tepat
3. Suasana harus di buat sedemikian sehingga siswa merasa dirinya dihadapkan pada suatu teka-teki
4. Kegiatan harus berlandaskan objek atau prinsip yang tidak asing bagi
siswa
5. Hendaknya pada waktu melakukan kegiatan yang berkaitan dengan konsep baru, guru hendaknya memberikan contoh dan aplikasi dan dirasakan
pada kehidupan sehari-hari yang dilihat dan dirasakan oleh anak, sehingga kegiatan tersebut dapat dirasakan manfaatnya oleh anak
6. Guru harus menunjukkan antuisiasme dalam mengemukakan teka-teki
dan selama kegiatan berlangsung
B. Keterampilan Proses Sains
Prosedur yang dilakukan para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam usaha mendapatkan pengetahuan tentang alam biasa dikenal dengan istilah metode
ilmiah. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para ilmuwan untuk mendapatkan atau menemukan suatu ilmu pengetahuan membutuhkan kecakapan dan keterampilan dasar untuk melakukan kegiatan ilmiah tersebut. Kemampuan dasar
tersebut dikenal dengan istilah keterampilan proses IPA/sains. Untuk mengenalkan alam pada siswa, perlu diajarkan bagaimana pengetahuan alam tersebut didapat, dengan melatihkan keterampilan proses IPA pada siswa. Keterampilan
proses dapat berkembang pada diri siswa bila diberi kesempatan untuk berlatih
menggunakan keterampilan berpikirnya. Dengan keterampilan proses siswa dapat
memahami hakikat IPA secara utuh, yakni IPA sebagai proses, produk, dan sikap
( Rutherford and Ahlgren, 1990).
Menurut Indrawati (1999) dalam Nuh (2010) mengemukakan bahwa KPS merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau

19

teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk
melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (falsifikasi)".
Jadi KPS adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam
mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki. KPS bukan tindakan instruksional yang berada diluar kemampuan siswa, tetapi dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa. Menurut Moedjiono dan
Dimyati (2002) KPS dapat diartikan sebagai keterampilan-keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang terkait dengan kemampuan-kemampuan mendasar yang
telah ada dalam diri siswa
Hariwibowo, dkk. (2009) berpendapat bahwa:
Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai
penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuankemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih lamakelamaan akan menjadi suatu keterampilan, sedangkan pendekatan keterampilan proses adalah cara memandang anak didik sebagai manusia seutuhnya.
Cara memandang ini dijabarkan dalam kegiatan belajar mengajar memperhatikan pengembangan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan. Ketiga unsur itu menyatu dalam satu individu dan terampil dalam bentuk kreatifitas.
Menurut Esler dan Esler dalam Hartono(2007), KPS dikelompokkan menjadi 2
yaitu keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu.
Tabel 1. Indikator KPS Dasar & Terpadu
Keterampilan Proses Dasar

Keterampilan Proses Terpadu

Mengamati ( Observasi)
Menyimpulkan ( Klasifikasi )
Melakukan Pengukuran

Merumuskan Hipotesis
Menyatakan Variabel
Mengontrol Variabel

20

Berkomunikasi
Menarik Kesimpulan
Memprediksi

Mendefinisikan Operasional
Eksperimen
Menginterpretasi Data
Penyelidikan
Aplikasi Konsep

Menurut Rezba (Mahmudin, 2010), keenam keterampilan proses dasar di atas terintegrasi secara bersama-sama ketika ilmuan merancang dan melakukan penelitian, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan proses dasar merupakan
fondasi bagi terbentuknya landasan berfikir logis. Oleh karena itu, sangat penting
dimiliki dan dilatihkan bagi siswa sebelum melanjutkan keterampilan proses yang
lebih rumit dan kompleks.
KPS yang diukur dalam penelitian ini adalah keterampilan berkomunikasi dan
prediksi.
1. Keterampilan Berkomunikasi
Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain merupakan dasar untuk segala
yang kita kerjakan. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide,
gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi
diantara keduanya.
Adapun keterampilan komunikasi menurut Dimyati dan Mudjiono (2002) adalah
sebagai berikut.
Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain merupakan dasar untuk segala
yang kita kerjakan. Grafik, bagan, peta, lambang-lambang, diagram, persamaan matematik, dan demonstrasi visual, sama baiknya dengan kata-kata
yang ditulis atau dibicarakan, semuanya adalah cara-cara komunikasi yang
seringkali digunakan dalam ilmu pengetahuan. Komunikasi efektif yang jelas, tepat, dan tidak samar-samar menggunakan keterampilan-keterampilan
yang perlu dalam komunikasi, hendaknya dilatih dan dikembangkan pada diri
siswa. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa semua orang mempunyai
kebutuhan untuk mengemukakan ide, pearasaan, dan kebutuhan lain pada diri
kita. Manusia mulai belajar pada awal-awal kehidupan bahwa komunikasi
merupakan dasar untuk memecahkan masalah. Mengkomunikasikan dapat

21

diartikan sebagai pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara visual.
Contoh-contoh kegiatan dari keterampilan mengkomunikasikan adalah
mendiskusikan suatu masalah, membuat laporan, membaca peta, dan kegiatan
lain yang sejenis.
Kegiatan berkomunikasi dapat berkembang dengan baik pada diri peserta didik apabila mereka melakukan aktivitas seperti : berdiskusi, mendeklamasikan, mendramatikan, bertanya, mengarang, memperagakan, mengekspresikan
dan melaporkan dalam bentuk lisan, tulisan, gambar dan penampilan.
Sedangkan menurut Semiawan (1992), keterampilan berkomunikasi merupakan
keterampilan untuk menyampaikan hasil penemuannya kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan dapat berupa penyusunan laporan, pembuatan paper, penyusunan karangan, pembuatan gambar, tabel, diagram, dan grafik.
Adapun indikator keterampilan komunikasi menurut Indrawati (1999) adalah
sebagai berikut:
Mengutarakan suatu gagasan.
Menjelaskan penggunaan data hasil penginderaan secara akurat suatu
objek atau kejadian
3. Mengubah data dalam bentuk tabel kedalam bentuk lainnya misalnya
grafik, peta secara akurat.
1.
2.

Menurut Funk dalam Modjiono, dkk (2002) berpendapat bahwa mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep,
dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk tulisan, gambar, gerak, tindakan, atau
penampilan misalnya dengan berdiskusi, mendeklamasikan, mendramakan, mengungkapkan, melaporkan (dalam bentuk lisan, tulisan, gerak, atau penampilan).
Kemampuan komunikasi siswa yang diamati kali ini adalah: berdiskusi aktif, mengutarakan gagasan, mengubah data narasi atau hasil pengamatan ke dalam bentuk tabel dan menjelaskan teori asam basa, menceritakan suatu gambar.
2. Keterampilan Prediksi

22

Prediksi dalam sains dibuat atas dasar observasi dan inferensi yang tersusun menjadi suatu hubungan antara peristiwa-peristiwa atau fakta yang terobservasi.
Keterampilan memprediksi merupakan suatu keterampilan membuat/ mengajukan perkiraan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hubungan antara
fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan. Apabila siswa dapat menggunakan pola-pola hasil pengamatan untuk mengemukakan apa yang mungkin
terjadi pada keadaan yang belum diamatinya maka siswa telah mempunyai keterampilan proses memprediksi.
Prediksi merupakan keterampilan meramal tentang sesuatu yang akan terjadi, berdasarkan gejala yang ada. Keteraturan dalam lingkungan kita mengizinkan kita
untuk mengenal pola dan untuk memprediksi terhadap pola-pola apa yang mungkin dapat diamati. Dimyati dan Mudjiono (2002) menyatakan bahwa memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala
hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola
atau kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam pengetahuan.
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan sebelumnya tentang model
pembelajaran penemuan terbimbing, pada fase eksplorasi siswa diberikan pertanyaan oleh guru yang bertujuan mengaitkan pembelajaran dengan pengetahuan
awal siswa yang berhubu