26 cenderung berbeda nyata. Hasil analisis menunjukkan penggunaan hara N dengan
K dapat meningkatkan jumlah gabah total pada lahan penelitian dengan status hara P pada lokasi tinggi. Setelah dilanjutkan pengamatan gabah isi malai
-1
, didapatkan hasil analisis bahwa antara perlakuan NP, NK, N dan NPK tidak
berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa P dalam tanah cukup dalam proses pengisian biji
Menurut Munawar 2011 menyatakan bahwa kecukupan P dapat memacu kemasakan tanaman, terutama pada biji-bijian dan mengurangi masa untuk
pemasakan biji. Kadar P total maupun tersedia yang tinggi dalam tanah berperan penting dalam pengisian biji dilokasi, terlihat pada perlakuan N -PK yang
memiliki hasil gabah isi tidak berbeda nyata dengan perlakuan NP -K, NK -P, dan NPK.
Pada berat 1000 butir menujukkan peranan K dalam peningkatan berat isi gabah. Pada pengukuran berat 1000 butir diketahui bahwa perlakuan tanpa K
kontrol, NP , dan N merupakan perlakuan dengan berat terendah yaitu 24,38 gram, 24,67 gram, dan 25,04 gram. Hara K sangat berperan dalam pengisian biji
pada serelia. Selain itu, juga K terlibat dalam pengangkutan hasil-hasil fotosintesis assimilate dari daun ke jaringan organ reproduksi dan penyimpanan Munawar,
2011. Sehingga kahat K akan menurunkan berat 1000 butir. Rosmarkam dan Yuwono 2002 menegaskan kekurangan hara kalium menyebabkan produksi
merosot karena organ penyimpanan memiliki berat yang rendah. Dari Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pemupukan NPK memiliki berat 1000
butir paling berat yaitu 26,51 gram dan diikuti oleh pemupukan NK-P yaitu 25,92 gram. Hasil analisis statistik NPK dan NK -P tidak menunjukkan
perbedaan secara nyata terhadap berat 1000 butir. Sehingga pemupukan P yang diaplikasikan tidak berpengaruh nyata mampu meningkatkan berat 1000 butir
gabah pada lokasi penelitian.
4.5. Pengaruh Pemupukan N, P, dan K terhadap Hasil Padi.
Hasil padi merupakan hasil panen gabah padi, hasil gabah padi diukur dengan Gabah Kering Panen GKP dan Gabah Kering Giling GKG. Hasil Padi
27 merupakan pengamatan utama yang menentukan respon pemupukan berupa gabah
panen.
Tabel 4.7. Hasil Gabah Panen Padi pada Penelitian Metode Petak Omisi.
Perlakuan Gabah Panen t ha
-1
GKP GKG
S1 Tanpa Pupuk
4,21a 3,05a
S2 PK -N
4,33a 3,12a
S3 NP -K
7,10b 5,08b
S4 NK -P
7,53b 5,38b
S5 N -PK
7,30b 5,21b
S6 NPK
7,24b 5,19b
Keterangan: angka dalam kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata berdasarkan analisis DMRT pada kepercayaan 5
Data gabah kering panen dan gabah kering giling Tabel 4.7 menunjukkan pemberian pupuk N NP, NK, N dan NPK berbeda nyata jika dibandingkan
tanpa pupuk N Kontrol dan PK. Hal ini menunjukkan bahwa N sangat berpengaruh terhadap hasil panen padi. Oleh karena itu perlakuan tanpa pupuk N
terbukti menekan produktivitas padi sehingga nitrogen merupakan pembatas hara produksi. Amin et al. 2013 melaporkan hal yang sama bahwa nitrogen
merupakan pembatas hara yang paling membatasi hasil panen. Pada perlakuan NPK merupakan perlakuan yang ideal dalam pemupukan
yang diasumsikan memiliki hasil panen yang paling tinggi tetapi hasil panen perlakuan NPK hanya 5,19 t ha
-1
walaupun dalam statistika tidak berbeda nyata terhadap perlakuan dengan pupuk N lainnya. Penambahan hara P cenderung akan
menurunkan hasil menjadi 5,08 t ha
-1
perlakuan NP karena hara P jenuh didalam tanah, tetapi penambahan K akan cenderung meningkatkan hasil panen menjadi
5,38 t ha
-1
perlakuan NK. Sedangkan penambahan hara K bersamaan dengan penambahan P akan menekan hara K yang akan digunakan oleh tanaman pada
perlakuan NPK. Dalam Mulder’s chart terjadi hubungan antagonis antara hara P
dan K sehingga kelebihan salah satu hara tersebut akan menekan hara lainnya. Hara K merupakan pembatas hara produksi kedua dalam lahan penelitian.
Menurut Suyamto 2012 menyatakan pemupukan yang diberikan didasarkan dengan hara yang tidak cukup tersedia dalam tanah dan dengan jumlah yang tepat
sesuai kebutuhan tanaman untuk mencapai target hasil yang realistis. Pada perlakuan N -PK walaupun menghasilkan yang lebih tinggi daripada perlakuan
28 NPK, dan NP tidak dibenarkan penerapannya di lapangan karena apabila tidak ada
input dari luar, hara dalam tanah saja yang akan berperan, sehingga pemupukan berimbang sesuai setatus hara perlu diterapkan.
Dari analisis data, hara nitrogen merupakan pembatas hara produksi utama dalam penelitian disusul hara kalium yang merupakan pembatas hara produksi
kedua. Hara fosfor bukan merupakan pembatas hara produksi karena sudah tersedia cukup di dalam tanah.
4.6. Hara Terangkut Saat Panen