24
Gambar 4.2. Laju pertumbuhan jumlah anakan pada setiap hari pengamatan
Jumlah anakan dihitung jumlah tanaman dalam satu rumpun. Pada Gambar 4.2 menunjukkan bahwa puncak jumlah anakan tertinggi
terjadi pada 30 hari setelah tanaman pada setiap pelakuan dan berangsur menurun hingga pengukuran saat panen. Perlakuan NPK memiliki jumlah anakan tertinggi
pada 30 hari setelah tanam tetapi pengukuran saat panen jumlah anakan produktif NPK hampir sama dengan jumlah anakan perlakuan N -PK dan NK -P tetapi
secara keseluruhan jumlah anakan dengan pemupukan N memiliki perbedaan yang sangat mencolok dengan perlakuan tanpa pemupukan N.
Tabel 4.5. Data Jumlah Anakan Penelitian Petak Omisi
Perlakuan Jumlah Anakan
S1 Tanpa Pupuk 7.73a
S2 PK -N 8,13a
S3 NP -K 12,73b
S4 NK -P 13,90b
S5 N -PK 13,13b
S6 NPK 13,63b
Keterangan: angka dalam kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata berdasarkan analisis DMRT pada kepercayaan 5.
Dari hasil analisis statistik pada Tabel 4.5 juga menunjukkan bahwa perlakuan dengan pemupukan N NP, NK, N , dan NPK berpengaruh nyata
terhadap jumlah anakan dibandingkan perlakuan tanpa pemupukan N. Sehingga hara N sangat berperan penting dalam pembentukkan jumlah anakan dalam setiap
rumpun. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa perlakuan N -PK tidak berbeda nyata dengan perlakuan NP, NK, dan NPK. Hal ini menyatakan bahwa
penggunaan pupuk P dan K tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan jumlah anakan rumpun
-1
.
4.4. Pengaruh Pemupukan N, P, dan K terhadap Komponen Hasil Padi.
Komponen hasil dan hasil padi dapat menunjukkan tingkat hasil dalam penelitian. Komponen hasil merupakan pengamatan utama dalam penelitian petak
omisi. Komponen hasil terdiri dari jumlah malai rumpun
-1
, jumlah gabah total malai
-1
, jumlah gabah isi malai
-1
, dan 1000 butir.
25
Tabel 4.6. Hasil Analisis Komponen Hasil Padi Penelitian Metode Petak Omisi
Perlakuan Jumlah
Malai rumpun
-1
Jumlah gabah total
malai
-1
Jumlah gabah isi malai
-1
1000 butir tangkai
Butir butir
g
S1 Tanpa Pupuk
7,13a 71,94a
59,91a 83,3
24,38
S2 PK -N
7,50a 74,28a
60,34a 81,2
25,60
S3 NP -K
11,67b 86,22bc
74,46b 86,4
24,67
S4 NK -P
12,80b 89,78c
73,42b 81,8
25,92
S5 N -PK
12,90b 82,27b
71,06b 86,4
25,04
S6 NPK
12,77b 82,3b
68,05b 82,7
26,51
Keterangan: angka dalam kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata berdasarkan analisis DMRT pada kepercayaan 5
Dari analisis statistika pada Tabel 4.6 dengan uji DMRT menyatakan bahwa perlakuan dengan pupuk N NP, NK, N dan NPK secara signifikan
mampu meningkatkan jumlah malai rumpun
-1
, jumlah gabah total malai
-1
dan jumlah gabah isi malai
-1
. Sehingga hara Nitrogen sangat dibutuhkan dalam meningkatkan beberapa komponen hasil padi. Hasil penelitian Nath et al. 2012
menunjukkan hal yang sama bahwa tanpa pemberian pupuk nitrogen akan menghasilkan jumlah malai dan jumlah gabah malai
-1
terendah.
Hara nitrogen memiliki peran yang penting dalam pembentukkan malai padi karena jumlah malai memiliki hubungan linier dengan jumlah anakan. Pada
perlakuan N -PK tidak berbeda secara signifikan terhadap perlakuan N NP, NK, dan NPK sehingga pada perlakuan ini menunjukkan bahwa pemberian hara
nitrogen saja cukup meningkatkan jumlah malai rumpun
-1
. Hara K merupakan pembatas hara kedua dalam penentuan jumlah malai rumpun
-1
ditunjukkan dari perbandingan perlakuan NP -K dan NPK yaitu 11,67 butir dan 12,77 butir.
Peranan P dalam penelitian tidak begitu terlihat karena lokasi penelitian memiliki
kadar P yang tinggi sehingga tanaman tidak respon terhadap pemberian pupuk P.
Jumlah gabah malai
-1
terdiri dari beberapa komponen yang dihitung yaitu Jumlah gabah total malai
-1
dan jumlah gabah isi malai
-1
. Jumlah gabah total malai
- 1
merupakan jumlah butir isi dan hampa malai
-1
. Perlakuan NK -P memiliki total gabah tertinggi yaitu 89,78 butir malai
-1
dan berbeda nyata dengan perlakuan menggunakan pupuk N lainnya yaitu NPK dan N sedangkan dengan NP -K
26 cenderung berbeda nyata. Hasil analisis menunjukkan penggunaan hara N dengan
K dapat meningkatkan jumlah gabah total pada lahan penelitian dengan status hara P pada lokasi tinggi. Setelah dilanjutkan pengamatan gabah isi malai
-1
, didapatkan hasil analisis bahwa antara perlakuan NP, NK, N dan NPK tidak
berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa P dalam tanah cukup dalam proses pengisian biji
Menurut Munawar 2011 menyatakan bahwa kecukupan P dapat memacu kemasakan tanaman, terutama pada biji-bijian dan mengurangi masa untuk
pemasakan biji. Kadar P total maupun tersedia yang tinggi dalam tanah berperan penting dalam pengisian biji dilokasi, terlihat pada perlakuan N -PK yang
memiliki hasil gabah isi tidak berbeda nyata dengan perlakuan NP -K, NK -P, dan NPK.
Pada berat 1000 butir menujukkan peranan K dalam peningkatan berat isi gabah. Pada pengukuran berat 1000 butir diketahui bahwa perlakuan tanpa K
kontrol, NP , dan N merupakan perlakuan dengan berat terendah yaitu 24,38 gram, 24,67 gram, dan 25,04 gram. Hara K sangat berperan dalam pengisian biji
pada serelia. Selain itu, juga K terlibat dalam pengangkutan hasil-hasil fotosintesis assimilate dari daun ke jaringan organ reproduksi dan penyimpanan Munawar,
2011. Sehingga kahat K akan menurunkan berat 1000 butir. Rosmarkam dan Yuwono 2002 menegaskan kekurangan hara kalium menyebabkan produksi
merosot karena organ penyimpanan memiliki berat yang rendah. Dari Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pemupukan NPK memiliki berat 1000
butir paling berat yaitu 26,51 gram dan diikuti oleh pemupukan NK-P yaitu 25,92 gram. Hasil analisis statistik NPK dan NK -P tidak menunjukkan
perbedaan secara nyata terhadap berat 1000 butir. Sehingga pemupukan P yang diaplikasikan tidak berpengaruh nyata mampu meningkatkan berat 1000 butir
gabah pada lokasi penelitian.
4.5. Pengaruh Pemupukan N, P, dan K terhadap Hasil Padi.