BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis Tanah
Analisis tanah merupakan salah satu pengamatan selintas untuk mengetahui karakteristik tanah sebelum maupun setelah dilakukan penelitian. Analisis tanah
dilakukan di laboratorium Balai Penelitian Tanah Bogor. Analisis dilakukan dua kali yaitu analisis tanah awal dalam Tabel 4.1 dan
analisis tanah setelah penelitian dalam Tabel 4.2 sehingga hasil analisis dapat menggambarkan kondisi tanah penelitian.
4.1.1. Karakteristik Tanah
Tabel 4.1. Analisis Tanah Awal Lahan Penelitian
Sifat Tanah Hasil
Analisis Tanah
Kriteria Tekstur
Pasir 6
Liat Debu
30 liat
64 pH
H
2
O 5.86
Agak Masam Bahan Organik
C-Organik 1,39
Rendah N-total
0,45 Sedang
CN 3,15
Sangat rendah Ekstrak HCl 25
P
2
O
5
mg100 g 82,92
Sangat tinggi K
2
O mg100 g 6,09
Sangat rendah Bray 1 mg P
2
O
5
kg 26,25
Sangat tinggi Ekstrak CH
3
COONH
4
1 M pH 7 Ca cmol+kg
32,29 Sangat tinggi
Mg cmol+kg 6,70
Tinggi K cmol+kg
0,10 Rendah
Na cmol+kg 0,26
Rendah KTK cmol+kg
34,31 Tinggi
Karakteristik tanah dari lokasi penelitian pemupukan N, P, dan K dengan petak omisi yang digunakan bertekstur liat dan pH agak masam. Kadar N total
dalam tanah berkriteria sedang sehingga tanah masih respon terhadap pemupukan
18 N. Kadar P total HCl 25 sangat tinggi dan P tersedia Bray 1 tinggi. Tanah
jenuh oleh hara P sehingga pemberian hara P dilakukan hanya untuk mengembalikan hara yang terangkut saat panen. Jamil dkk. 2014 menyatakan
hara P tinggi disebabkan pemberian hara P yang relatif tinggi sejak lama pada lahan sawah di Jawa. Kadar K HCl 25 dan Ekstrak NH
4
OAc 1 N pH 7 rendah sehingga diperlukan pemupukan K untuk menyediakan hara K bagi tanaman dan
memperbaiki hara K dalam tanah. Kadar bahan organik tanah rendah dan rasio CN sangat rendah pula. Kondisi tersebut menyebabkan kesuburan tanah rendah
yang disebabkan berkurangnya aktivitas mikroorganisme. Salah satu penyebab rendahnya bahan organik tanah adalah tidak dilakukannya pengembalian jerami
panen oleh petani. Kapasitas tukar kation KTK pada pada lahan penelitian berstatus tinggi
menurut Hardjowigeno 2010 tanah dalam dengan KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik dari pada tanah dengan KTK rendah.
Terdapat hubungan linier antara peningkatan Ca dan Mg terhadap KTK tanah sehingga kadar Ca dan Mg yang tinggi diikuti oleh KTK tinggi.
Berdasarkan analisis tanah awal Tabel 4.1. pada lokasi penelitian dapat dinyatakan lokasi metode petak omisi memiliki kendala utama pada hara N dan K
dan tanah jenuh terhadap hara P serta bahan organik menjadi kendala selanjutnya. Dari hasil analisis tanah awal Balai Penelitian Tanah Bogor menetapkan dosis
pemupukan 250 kg urea ha
-1
, 50 kg SP-36 ha
-1
dan 100 kg KCl ha
-1
atau 112,5 kg N ha
-1
, 18 kg P ha
-1
, dan 60 kg K ha
-1
.
Tabel 4.2. Analisis Tanah setelah Penelitian di Lahan Penelitian
Perlakuan N-total
P
2
O
5
mg100g K
2
O mg100g Kontrol
0,09a
SR
48,12a
T
2,52a
SR
PK -N 0,09a
SR
54,06ab
T
5,17a
SR
NP -K 0,07a
SR
49,19ab
T
1,61a
SR
NK -P 0,11a
R
49,53ab
T
2,37a
SR
N -PK 0,11a
R
51,23ab
T
1,63a
SR
NPK 0,09a
SR
60,41b
ST
5,24a
SR
Keterangan: angka dalam kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata berdasarkan analisis DMRT pada kepercayaan 5 dan kriteria hasil analisis tanah
sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi klasifikasi menurut balitan, 2012 R= rendah, SR= Sangat Rendah, S= Sedang, T= tinggi, dan ST= Sangat Tinggi.
19 Hasil analisis tanah setelah penelitian pada Tabel 4.2 menunjukkan
penurunan kadar hara nitrogen dalam tanah dari sebelumnya, hara N yang awalnya berkriteria sedang menjadi rendah dan sangat rendah. Kehilangan
nitrogen dapat terjadi dari 1 pencucian hara N oleh air hujan, 2 terangkut saat panen, 3 terikat oleh mineral tanah, 4 dimanfaakan oleh organisme.
Dari analisis hara fosfor setelah penelitian, terjadi perubahan kriteria dari sangat tinggi pada pengamatan analisis tanah awal menjadi tinggi dan perlakuan
NPK menunjukkan hara P yang sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa hara P digunakan oleh tanaman dan terangkut saat panen. Menurut Goswami 1986
Pergantian kondisi kering dan basah yang berkepanjangan akan menurunkan persentase P disebabkan oleh fiksasi oleh Al pada keadaan tanah masam kering
dan fiksai oleh Fe pada keadaan masam tergenang serta fiksasi oleh Ca pada keadaan tanah alkalis. Demikian pula pada hara kalium, kehilangan kalium
terlihat dari jumlah hara K pada analisi tanah awal rendah dan setelah penelitian menjadi sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa hara K telah dimanfaatkan
oleh tanaman atau terikat oleh mineral tanah. Pada analisis uji DMRT yang ditunjukkan pada Tabel 4.2 menyatakan
bahwa pengamatan kadar nitrogen dan kalium pada setiap perlakuan petak omisi tidak berbeda nyata antar perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa permberian 250
kg N ha
-1
dan 100 kg K ha
-1
tidak meningkatkan hara N dan K yang tersedia oleh tanah setelah panen. Pada analisis P, perlakuan pupuk lengkap yaitu NPK
memiliki perbedaan secara nyata dengan kontrol. Perlakuan NPK memiliki kadar hara dalam tanah tertinggi yaitu 60.41 mg100g. Hal ini menunjukkan bahwa
pemberian pupuk P bersamaan dengan pupuk lain N dan K akan meningkatkan kadar hara dalam tanah. Dobermann dan Fairhurst 2000 mengatakan bahwa
respon tanaman terhadap pupuk nitrogen dan fosfor akan rendah apabila terjadi kekurangan unsur kalium. Pemupukan berimbang terjadi apabila dilakukan
pengelolahan hara yang tepat.
4.2. Analisis Jaringan Tanaman