1. Bagaimana situasi pemerintahan militer pada akhir zaman Edo saat
kepepimpinan Yoshinobu? 2.
Bagaimana pemikiran shogun Tokugawa Yoshinobu dalam memerintah pada akhir pemerintahan militer zaman Edo dilihat
dari novel The Last Shogun karya Ryotaro Shiba?
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam penelitian ini penulis membatasi pembahasannya yaitu pada hal yang berkaitan dengan cara berfikikir Tokugawa Yoshinobu dalam menyikapi
permasalahan yang terjadi di Jepang pada zaman Edo dilihat dalam novel The Last Shogun. Untuk dapat mengetahui hal diatas dalam penulisan ini akan dibahas
mengenai sejarah kehidupan masyarakat pada masa Edo dan juga proses sakoku yang berlangsung di Jepang pada masa Tokugawa, kehidupan masyarakat pada
masa Tokugawa di zaman Edo sebelum Tokugawa Yoshinobu, kehidupan masyarakat Jepang pada masa kepemimpinan Tokugawa Yoshinobu, setting novel
The Last shogun dan biografi pengarang . Penulis juga akan mendeskripsikan cara berfikir Tokugawa Yoshinobu dalam memimpin Jepang pada akhir zaman Edo .
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
1.4.1 Tinjauan Pustaka
Dalam pemerintahan yang berdasarkan feodalisme kebudayaan feodal, golongan militer merupakan golongan yang sangat kuat. Menurut Martin dalam
Situmorang 1995:1 mengatakan bahwa masyarakat feodal adalah masyarakat yang militeristik yang hidup di atas tanah yang terpecah belah. Hal ini terjadi
karena banyak pengasa feodal yang memberikan perlindungan atas faktor produksi, terutama kepada kepada petani. Penguasa militer dengan perantara
prajurit menekan pajak setinggi-tingginya dari petani sehingga petani tersebut hidupnya tergantung pada penguasa militer.
Bushi adalah golongan militer yang dikenal sebagai ahli-ahli pedang Jepang atau disebut juga dengan samurai, Benedict 1982:335 mengatakan
bahwa samurai adalah prajurit feodal yang berpedang dua. Sedangkan menurut Nurhayati 1987:10 samurai adalah pasukan pengikut tuan tanah penguasa
setempat yang disebut daimyo. Menurut Suryohadiprojo 1982:16 Shogun atau dengan kepanjangan Sei-taishogun adalah jabatan militer tertinggi dalam negara.
Sakoku menurut Sudjianto 2002:88 dalam kamus istilah masyarakat dan kebudayaan Jepang adalah politik isolasi yang melarang orang Jepang melakukan
perjalanan ke luar negeri dan melarang kapal asing memasuki wilayah Jepang. Selama rezim tokugawa, Jepang melakukan politik isolasi atau sakoku.
Maksud Tokugawa melakukan politik isolasi untuk Jepang, khususnya disebabkan oleh rasa khawatirnya akan pengaruh kaum Kristen. Masa isolasi yang
dihubungkan dengan politik yang ketat di dalam negerilah yang telah membawa perdamaian dan stabilitas bagi Jepang selama lebih dari 250 tahun
Suryohadiprojo, 1982:20. Tujuan bakufu melakukan politik tertutup ini ialah untuk memperkokoh
gangguan-gangguan yang ditimbulkan oleh paham Kristen Nurhayati,1987:26. Penutupan hubungan ini berlangsung pada tahun 1639 sampai 1854 dan salah satu
dari akibat politik isolasi ini adalah putusnya hubungan Jepang dengan luar negeri.
1.4.2 Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan masalah. Itu sebabnya perlu disusun kerangka teori yang
memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian akan disoroti Nawawi, 2001:39-40. Dengan demikian maka dalam penulisan
skripsi ini penulis akan menggunakan pendekatan semiotik dan pendekatan historis.
Jan Van Luxemburg 1986:46 menyatakan bahwa semiotik adalah ilmu yang mempelajari tanda-tanda, lambang-lambang, sistem lambang dan proses
perlambangan. Ilmu tentang semiotik ini menganggap bahwa fenomena sosial maupun masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda.
Berdasarkan teori semiotik diatas, maka penulis dapat menginterpretasikan kondisi dan sikap para tokoh ke dalam tanda. Tanda-tanda yang terdapat dalam
sebuah novel akan diinterpretasikan dan kemudian akan dipilih bagian mana merupakan tindakan maupun perbuatan yang mencerminkan bagaimana pemikiran
shogun Tokugawa Yoshinobu dalam masa kepemimpinannya. Selain menggunakan pendekatan semiotik, penelitian ini juga
menggunakan pendekatan historis. Pendekatan historis menurut Fox dalam Consuelo 1993:42 yaitu pendekatan melalui pengalaman masa lampau untuk
mengetahui apa yang akan dikerjakan sekarang dan apa yang akan dikerjakan pada masa depan nanti. Pendekatan ini cocok digunakan dalam penelitian ini
karena cerita dalam novel ini berkaitan dengan masa lampau.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan situsi pemerintahan militer pada akhir zaman
Edo saat kepemimpinan Tokugawa Yoshinobu. 2.
Untuk mendeskripsikan pemikiran Tokugawa Yoshinobu dalam kepemimpinannya sebagai shogun pada akhir zaman Edo dalam
novel The Last Shogun.
1.5.2 Manfaat Penelitian
1. Untuk menambah pengetahuan tentang sejarah Jepang pada masa Edo dalam novel The Last Shogun
2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang cara berfikir Tokugawa Yoshinobu dalam menyikapi masalah yang terjadi di
wilayah Jepang pada akhir zaman Edo.
1.6 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dalam cakupan penelitian kualitatif dan pendekatan historisme. Menurut Koentjaraningrat 1976:30 bahwa
penelitian yang bersifat deskriptif yaitu yang memberikan gambaran yang secermat mungkin mengenai individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu.
Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah novel yang berjudul The Last Shogun karya Ryotaro Shiba yang diterbitkan oleh Penerbit Kantera pada
tahun 2010 yang cetakan pertama oleh Bungei Shunju Ltd pada tahun 1967.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka yaitu dengan menyelususri sumber-sumber kepustakaan dengan buku dan referensi
yang berkaitan dengan masalah yang akan dipecahkan. Data yang diperoleh dari berbagai referensi tersebut kemudian dianalisa untuk mendapatkan kesimpulan
dan saran.
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAHAN TOKUGAWA
PADA MASA EDO DAN NOVEL THE LAST SHOGUN
Kehidupan Masyarakat Jepang Pada Masa Tokugawa di Zaman Edo Sebelum Tokugawa Yoshinobu dan Kebijakannya
Pembukaan zaman Edo diawali dengan diangkatnya Tokugawa Ieyasu sebagai Sei-Tai shogun oleh kaisar. Tokugawa Ieyasu diangkat setelah ia
memenangkan peperangan Sakigahara di Chubu tahun 1600. Di dalam peperangan tersebut, Ieyasu berhasil mengalahkan Ishida Mitsunari yang ingin
menggantikan kedudukan Hideyoshi. Ishida Mitsunari adalah pendukung Toyotomi Hideyoshi Putra Toyotomi Hidoyoshi. Dengan meninggalnya
Toyotomi Hideyoshi 1598, timbul pertentangan untuk memperebutkan kedudukan Hidoyoshi. Sesungguhnya yang berhak menggantikan kedudukan
Toyotomi Hidoyoshi adalah Toyotomi Hideyori. Tetapi kenyataan tidaklah demikian kekuasaan tersebut diambil alih oleh keluarga Tokugawa.
Pemerintahan Tokugawa berlangsung selama kira-kira 264 tahun lebih. Zaman ini juga disebut sebagai zaman yang damai bagi Jepang karena tidak
adanya serangan dari para daimyo lain terhadap bakufu atau tidak adanya keributan disebabkan perang antar daimyo. Totman dalam Situmorang 1990:28
membagi periode pemerintahan Tokugawa berdasarkan kemantapannya atas tiga periode yaitu :
1. Peride pertama tahun 1603-1632
2. Periode kedua tahun 1633-1854