BAB III PEMIKIRAN TOKUGAWA YOSHINOBU DALAM
PEMERINTAHAN MILITER PADA AKHIR ZAMAN EDO
3.1 Sinopsis Cerita
Tokugawa Yoshinobu adalah shogun ke-15 dan merupakan shogun terakhir Yoshinobu dilahirkan di dalam keluarga Mito yang memiliki seorang
ayah yang bernama Nariaki. Keluarga Mito dikenal sebagai keluarga yang memiliki loyalitas terhadap kaisar dan memusuhi keshogunan karena menganggap
shogun sebagai penguasa yang tidak mematuhi undang-undang. Nariaki dianggap sebagai pahlawan karena ia sangat berjuang untuk menghalangi bangsa asing
masuk ke Jepang. Awal mula terpilihnya Yoshinobu sebagai seorang shogun adalah ketika
ia diangkat sebagai anak angkat keluarga Hototsubashi. Hal ini terjadi karena dalam keluarga keshogunan tidak memiliki ahli waris untuk dijadikan sebagai
shogun berikutnya. Namun pengangkatannya sebagai anak angkat di keluarga Hitotsubashi tidak serta merta menjadikan dia sebagai shogun berikutnya karena
mayoritas dari kelurga keshogunan menganggap Yoshinobu sebagai musuh yang ingin agar kepemimpinan dari keshogunan berakhir.
Yoshinobu diangkat sebagai seorang shogun ketika shogun Iemochi meninggal karena sakit dan mau tidak mau shogun berikutnya adalah Yoshinobu.
Yoshinobu diangkat sebagai seorang shogun pada tanggal 10 Januari 1967. Namun pengangkatan Yoshinobu sebagai seorang shogun tidaklah
menguntungkan selayaknya pengangkatan shogun –shogun sebelumnya. Hal ini
disebabkan karena keadaan Jepang yang dihimpit oleh berbagai macam masalah mulai dari penolakan keluarga keshogunan terhadap kepemimpinan Yoshinobu
terutama kelompok dari Choshu dan Satsuma, belum lagi desakan dari negara- negara barat agar Jepang dibuka untuk umum sedangkan rakyat Jepang tetap ingin
agar Jepang ditutup. Masalah-masalah inilah yang harus dihadapi oleh Yoshinobu pada masa kepemimpinannya dan inilah yang mengharuskan Yoshinobu berfikir
dengan keras bagaimana agar persatuan Jepang tetap terjaga tanpa ada pertumpahan darah di dalam Jepang sendiri.
Awal mula terpilihnya Yoshinobu menjadi seorang shogun, dia secara terus menerus mengatakan bahwa dia tidak mau menjadi seorang shogun. Hal ini
dibuat oleh agar suatu waktu ada masalah yang berat di bisa mengambil dalih bahwa sejak semula dia tidak mau memimpin Jepang sebagai seorang shogun.
Meskipun demikian, Yoshinobu tetap menjalankan perintah dari kaisar dan menjalani hidupnya sebagai seorang shogun sekalipun pada masa
kepemimpinnya Satsuma dan Choshu selalu membuat rencana untuk menggulingkan pemerintahan bakufu terlebih setelah kematian kaisar Komei dan
digantikan dengan kaisar yang masih remaja. Yoshinobu terus mengawasi pergerakan Satsuma dan Choshu. Kekuatan Yoshinobu pulih ketika dia berhasil
membujuk para daimyo dan para bangsawan untuk membuka pelabuhan Hyogo untuk umum sebagai utang janji yang dilakukan pihak Jepang dengan negara-
negara Barat oleh pemerintahan bakufu sebelumnya. Namun keberhasilannya ini tidak menjadikan Satsuma dan Choshu
berhenti berkonspirasi untuk menjatuhkan pemerintahan bakufu. Mereka membuat rencana demi rencana agar Yoshinobu mengemabalikan kekuasaan dan
kekayaan yang dimiliki oleh pihak bakufu kepada kaisar. Akhirnya Yoshinobu mengembalikan kekuasaan dan kekayaan keluarga Tokugawa kepada kaisar tanpa
ada perlawanan dengan banyak bujukan demi bujukan yang dilontarkannya kepada para pengikutnya.
Namun hal itu tidak semudah yang dipikikan karena kebanyakan dari pengikutnya tidak setuju dengan khal tersebut karena para pengikutnya tahu
bahwa ide untuk menyerahkan kekuasaan tersebut bermula dari kelompok Satsuma dan Choshu. Para pengikutnya terus-menerus memaksa Yoshinobu untuk
melakukan peperangan melawan Satsuma dan Choshu. Berulangkali Yoshinobu melakukan rencana demi rencana agar tidak terjadi perang saudara. Namun
tindakannya yang selalu mengelak untuk melakukan peperangan dengan Satsuma dan Choshu tidak membuat suasana menjadi damai. Tindakannya ini malah
memperburuk masalah yang ada. Bahkan pihak dari kekaisaran sudah mencap Yoshinobu sebagai pembelot.
Akhirnya untuk tetap menjaga persatuan Yoshinobu mengasingkan diri ke kuil Kan’ei-ji dan menyuruh Katsu Kaishu untuk menyerahkan kastil Edo
kepada pihak kekaisaran tanpa ada perlawanan. Pada pagi hari sebelum penyerahan kastil Edo kepada pihak kekaisaran Yoshinobu meninggalkan kuil dan
berangkat dari Edo menuju Mito, domain para leluhurnya dan bersumpah untuk tinggal disana dan menjalani masa pendiun. Hal ini dibuatnya karena dia tetap
memegang teguh semboyang yang terus didengungkan oleh keluarga aslinya keluarga Mito “hormati kaisar” dan untuk mengurangi opini publik yang negatif
tentang dirinya.
3.2 Pemikiran Tokugawa Yoshinobu Cuplikan 1 Hal 250