Pengawasan Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

(1)

DAFTAR PUSTAKA Fidel, 2008, Pajak Penghasilan Carofin Publising, Jakarta Mardiasmo, 2003, Perpajakan Andi, Yogyakarta

Markus, Muda, 2005, Perpajakan Indonesia Suatu Pengantar PT. Gramedia Pustaka Indonesia, Jakarta

Resmi, Siti, 2008, Perpajakan : Teori dan Kasus Salemba Empat, Jakarta Safri, Nurmantu, 2003, Pengantar Perpajakan Granit, Jakarta

Sihaloho, Cyrus, 2001, Kententuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Cetakan Pertama PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Soemitro, Rochmat, 1993, Pajak Penghasilan Edisi Revisi, PT. Eresco, Jakarta Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah

diubah dengan Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1991 dan Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1994 Terakhir diubah dengan Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008

Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan dan Tatacara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang R. I Nomor 28 Tahun 2007

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor Kep-758/KMK.01/1993 tentang Organisasi dan atau Kerja Direktorat Jenderal Pajak

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 94/KMK.01/1994 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pajak

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Cara Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak


(2)

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Kajian Teoritis 1. Pengertian Pajak

Menurut P. J. A. Andriani (yang dikemukakan oleh Atep Adya Barata dan Zul Afdi Ardian dalam Bukunya “Perpajakan Jilid I”, pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarkan menurut peraturan- peraturan dengan tidak mendapatkan prestasi langsung dapat ditunjuk yang digunakan untuk membiayai pengeluaran- pengeluaran umum sehubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan (Mardiasmo, 2003 : 92).

Menurut Dr. Rochmat Soemitro, S. H. dalam bukunya “Dasar- dasar hukum pajak dan pajak pendapatan (yang dikemukakan oleh R. Santoso Brotodihardjo dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum Pajak)” menyatakan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara dan merupakan peralihan kekayaan dari sektor partikulir ke sektor pemerintah yang diharuskan berdasarkan undang- undang sehingga dapat dipaksakan dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjuk untuk membiayai pengeluaran- pengeluaran umum. (Sihaloho, 2001 : 51)


(3)

Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja, dalam disertasinya yang berjudul “Pajak Berdasarkan Asas Gotong Rotong”, Universitas Padjadjaran, Bandung, 1964 pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh pengusaha berdasarkan norma- norma hukum, guna menutupi biaya produksi barang- barang dan jasa- jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. (Mardiasmo, 2003 : 5)

Menurut Rimsky K. Judisseno dalam bukunya “Pajak Edisi Revisi” menyatakan bahwa pajak penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima dan diperolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan. (Markus, 2005 : 80)

Sedangkan pengertian pajak menurut Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2007 adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat.

2. Fungsi Pajak dan Jenis Pajak

Fungsi pajak ada 2 (dua), yaitu fungsi budgetair dan fungsi reguleren. Fungsi budgetair ialah memasukkan uang sebanyak- banyaknya ke kas negara


(4)

dan untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah yang bersifat umum maupun pembangunan. Sedangkan fungsi reguleren ialah pajak sebagai alat pengatur kehidupan ekonomi dengan jalan mempengaruhi produksi konsumsi, perdagangan, dan perkembangan harga.

Jenis pajak ditinjau dari berbagai segi antara lain : 2.1Menurut Sifatnya

Menurut sifatnya, pajak dibagi atas dua bagian yaitu :

a. Pajak Subjektif adalah pajak yang memperhatikan keadaan pribadi (status) wajib pajak dalam hal menentukan besarnya pajak terutang. Contohnya : Pajak Penghasilan (PPh).

b. Pajak Objektif adalah pajak yang pemungutannya berdasarkan objeknya, baik berupa benda, keadaan, perbuatan, dan peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak. Contohnya : Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

2.2Menurut Golongannya

Menurut golongannya, pajak dibagi atas dua bagian yaitu : a. Pajak Langsung adalah pajak yang dipungut secara

periodik menurut daftar piutang pajak yang pembebanannya langsung kepada wajib pajak dan tidak


(5)

dapat dilimpahkan kepada orang lain/ pihak lain. Contohnya : Pajak Penghasilan (PPh).

b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pengenaannya/ pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Contohnya : Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

2.3Menurut Lembaga Pemungutannya

Menurut lembaga pemungutannya, pajak dibagi atas dua bagian yaitu :

a. Pajak Negara atau Pajak Pusat adalah pajak yang penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Departemen Keuangan yang digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara pada umumnya. Contohnya : PPh, PPN, PPnBM, dan Bea Materai.

b. Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan hasil pungutannya digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contohnya : Pajak restoran, pajak hotel dan lain- lain.

3. Sistem Pemungutan Pajak

Beberapa sistem pemungutan pajak yang masih berlaku sampai sekarang ada tiga sistem pemungutan yaitu :


(6)

3.1Official Assessment System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.

3.2Self Assessment System

Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.

3.3With Holding System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

4. Pengertian Wajib Pajak, Subjek Pajak, Objek Pajak dan Bukan Objek Pajak

4.1Subjek Pajak

Menurut pasal 2 ayat (1) Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang- Undang Nomor 7


(7)

Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang menyatakan bahwa yang menjadi subjek pajak adalah :

a. 1) Orang Pribadi dan

2) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

b. Badan

c. Bentuk usaha tetap 4.2Wajib Pajak

Menurut Undang- undang No. 28 Tahun 2007, Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan.

4.3Objek Pajak

Menurut Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (1), yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang


(8)

dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak.

4.4Bukan Objek Pajak

Menurut Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (3) terdapat penghasilan yang tidak termasuk kategori penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan yaitu :

a. 1) Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan peraturan pemerintah.

2) Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat badan keagamaan; badan sosial; termasuk yayasan; koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan/ atau


(9)

berdasarkan peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan diantara pihak- pihak yang bersangkutan.

b. Warisan

c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal

d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/ atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed

profit) sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 Undang-

Undang Pajak Penghasilan.

e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa f. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh


(10)

koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia, dengan syarat :

1) dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan 2) bagi Perseroan Terbatas, BUMN dan BUMD yang

menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25 % (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;

g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;

h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun (perhatikan huruf “g”) dalam bidang- bidang tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan;

i. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham- saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi termasuk pemegang unit penyertaan Kontrak Investasi Kolektif;


(11)

k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut :

1) merupakan perusahaan mikro kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor- sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan

2) sahamnya tidak diperdagangakan di bursa efek di Indonesia

Perusahaan Modal Ventura adalah suatu perusahaan yang kegiatan usahanya membiayai badan usaha (sebagai pasangan usaha) dalam bentuk penyertaan modal untuk suatu jangka waktu tertentu.

l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Menteri Keuangan;

m.Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/ atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan


(12)

pendidikan dan/ atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan/ atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

5. Surat Pemberitahuan (SPT) 5.1Pengertian SPT

Pengertian Surat Pemberitahuan menurut Pasal 1 angka 11 Undang- Undang KUP No. 28 Tahun 2007, Surat Pemberitahuan (disingkat SPT) adalah Surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/ atau pembayaran pajak, objek pajak dan/ atau bukan objek pajak, dan/ atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan.

5.2Fungsi SPT

Fungsi SPT bagi wajib pajak pajak penghasilan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggung jawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :


(13)

a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/ atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) Tahun Pajak atau bagian Tahun Pajak;

b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/ atau bukan objek pajak;

c. Harta dan kewajiban; dan/ atau

d. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan. 5.3Jenis- Jenis SPT Pajak Penghasilan Orang Pribadi

a. SPT 1770

Bagi orang pribadi yang penghasilannya bersumber antara lain dari usaha dan/ atau pekerjaan bebas, seperti : dokter praktek, pengacara, biro jasa, konsultan, dan lain- lain.

b. SPT 1770 S

Bagi orang pribadi yang sumber penghasilannya diperoleh dari satu atau lebih pemberi kerja dan memiliki penghasilan lainnya yang bukan dari kegiatan usaha dan/


(14)

atau pekerjaan bebas, seperti : karyawan, PNS, TNI, POLRI yang memiliki penghasilan lainnya antara lain sewa rumah, honor pembicara dan lain- lain.

c. SPT 1770 SS

Bagi orang pribadi yang sumber penghasilannya dari satu pemberi kerja (sebagai karyawan) dan jumlah penghasilan brutonya tidak melebihi Rp 60.000.000,- setahun serta tidak terdapat penghasilan lainnya kecuali penghasilan dari bunga bank atau bunga koperasi.

5.4Batas Waktu Penyampaian SPT

Menurut Pasal 3 ayat (3) Undang- Undang KUP No. 28 Tahun 2007, batasan waktu penyampaian SPT adalah :

a. Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak,

b. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak,

c. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.


(15)

5.5Sanksi Administrasi Denda Keterlambatan atau Tidak Menyampaikan SPT

Menurut Pasal 7 ayat (1) Undang- Undang KUP No. 28 Tahun 2007, sanksi administrasi keterlambatan atau tidak menyampaikan SPT adalah :

d. Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN),

e. Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Masa lainnya,

f. Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Wajib Pajak Badan dan Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi.

B. Mekanisme Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi

Menurut Undang- Undang No. 28 Tahun 2007 Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2) menyebutkan pada ayat (1) berisikan, wajib pajak membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) ke kas negara melalui tempat pembayaran yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan dan pada ayat (2) berisikan, tata cara pembayaran,


(16)

penyetoran pajak dan pelaporannya serta tata cara mengangsur dan menunda pembayaran pajak diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, sudah jelas dikatakan semua mekanisme pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi berdasarkan oleh Peraturan Menteri Keuangan.

Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi dilakukan dengan mengisi SPT, berdasarkan formulir 1721-A1 dan/ atau 1721-A2 yang disebut bukti potong. SPT yang disetor terbagi tiga jenis, yaitu : 1770, 1770 S dan 1770 SS. Penggunaan SPT tersebut berbeda- beda, tergantung darimana sumber penghasilan dan jumlah penghasilan bruto.

Untuk wajib pajak yang melaporkan SPT 1770 SS dan 1770 S, tidak diwajibkan melaporkan SPT Masa. Hanya melaporkan SPT Tahunan pada akhir Tahun Pajak. Sedangkan wajib pajak yang melaporkan SPT 1770 wajib melaporkan SPT Masa pada akhir Masa Pajak dan SPT Tahunan pada akhir Tahun Pajak.

C. Data Pengawasan Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi

Penelitian dilakukan di KPP Pratama Medan Timur untuk mengetahui perbandingan gambaran data antara wajib pajak yang terdaftar dengan jumlah wajib pajak yang melaporkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi


(17)

diproses mulai tahun 2009 s.d 2011 dengan melakukan wawancara terhadap Pelaksana seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) pada tanggal 2 Juli 2013

Tabel III.1 Data Wajib Pajak Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Timur

KETERANGAN 2009 2010 2011

WP OP Efektif 63.628 74.751 82.319

WP OP Non- Efektif (NE)

695 697 697

Jumlah Wajib Pajak OP Terdaftar

64.323 75.448 83.016

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Tabel III. 2 Data Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Timur

KETERANGAN 2009 2010 2011

SPT Tahunan Orang Pribadi yang dilaporkan

1.Nihil

2.Kurang Bayar 3.Lebih Bayar

22.155 26.872 25.682 16.953 21.467 20.733

5.166 5.394 4.926

36 11 23

SPT Tahunan OP yang tidak dilaporkan

42.168 48.576 57.334


(18)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI DATA

A. Pengawasan Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Untuk mengoptimalkan pengawasan pelaksanaan pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi, maka pihak fiskus harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Adil dan Merata

Dalam pengawasan pajak harus berdasarkan peraturan perundang- undangan perpajakan. Dengan demikian pihak fiskus harus bersifat adil. Maksudnya pajak yang dilaporkan oleh wajib pajak harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak dan sesuai dengan manfaat yang diterima. Perlu diperhatikan dalam pengawasan pajak harus secara adil dan merata.

2. Langsung

Dalam pengawasan pelaksanaan pelaporan pajak penghasilan orang pribadi secara lagsung, Kantor Pelayanan Pajak diberikan hak untuk meminta data- data dan bukti wajib pajak orang pribadi yang diperlukan dan wajib pajak tersebut menyampaiakan data- data dan bukti tersebut secara tertulis maupun tidak tertulis secara lagsung ke Kantor Pelayananan Pajak Pratama dimana wajib pajak tersebut terdaftar.


(19)

3. Sederhana tetapi tegas

Sistem pengawasan yang sederhana tetapi tegas akan memudahkan wajib pajak untuk memenuhi kewajibannya di bidang perpajakan. Sikap tegas yang dimaksud adalah pihak fiskus tetap memberikan sanksi yang tegas jika wajib pajak tidak melakukan kewajiban perpajakannya secara benar, jelas dan tepat waktu

4. Tepat Sasaran

Pengawasan harus dilakukan kepada wajib pajak yang tepat, yaitu kepada wajib pajak yang memiliki potensi hutang pajak yang besar dan wajib pajak yang tidak patuh. Hal ini dilakukan karena tidak semua wajib orang pribadi memiliki hutang pajak yang besar dan tidak patuh. Disamping itu karena minimnya jumlah fiskus melakukan pengawasan terhadap wajib pajak orang pribadi.

Pengawasan Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP dilaksanakan dengan langkah- langkah sebagai berikut :

1. Menyusun dan mementukan daftar 1.500 WP penentu penerimaan bagi KPP Pratama serta seluruh WP bagi KPP lingkungan Kanwil DJP Wajib Pajak Besar, KPP di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Khusus dan KPP Madya yang akan dilakukan pengawasan.


(20)

2. Dalam melakukan kegiatan pengawasan pelaporan pajak penghasilan orang pribadi setiap Account Representative (AR) diharuskan menyusun tabelaris pengawasan pelaporan pajak penghasilan orang pribadi :

1) Perbandingan data tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi

2) Melakukan analisa kewajaran serta melakukan tindak lanjut atas pelaksanaan pelaporan pajak penghasilan orang pribadi yang meliputi : a) Pelaporan PPh OP Nihil;

b) Pelaporan PPh OP Kurang Bayar c) Pelaporan PPh OP Lebih Bayar

3) Melakukan tindak lanjut atas pengawasan pelaporan pajak penghasilan orang pribadi yang meliputi :

a) Himbauan dan konseling;

b) Tindak lanjut himbauan dan konseling; i. Usulan pemeriksaan

ii. Memantau realisasi pelaporannya

3. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon) kompilasi kegiatan AR sesuai tabelaris tersebut, melakukan analisa dan membuat laporan evaluasi sebagai bahan pertimbangan Kepala Kantor dalam mengambil keputusan mengenai pengawasan pelaporan pajak penghasilan orang pribadi terkait pengamanan penerimaan pajak.

4. Kepala Seksi PDI melakukan kompilasi berdasarkan laporan evaluasi yang dibuat Kepala Seksi Waskon


(21)

5. Kepala KPP melakukan evaluasi secara keseluruhan atas pengawasan pelaksanaan pelaporan pajak penghasilan orang pribadi sebagai dasar penentuan kebijakan dalam rangka pengamanan penerimaan dan peningkatan kepatuhan Wajib Pajak.

B. Analisis Data Pengawasan Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Dari data tabel 3.1 Data Wajib Pajak Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Timur bahwa :

1. Tahun 2009 wajib pajak orang pribadi yang terdaftar sebesar 64.323 yang terdiri dari wajib pajak orang pribadi efektif sebesar 63.628 dan wajib pajak orang pribadi non efektif sebesar 695.

2. Tahun 2010 wajib pajak orang pribadi yang terdaftar sebesar 75.448 yang terdiri dari wajib pajak orang pribadi efektif sebesar 74.751 dan wajib pajak orang pribadi non efektif sebesar 697.

3. Tahun 2011 wajib pajak orang pribadi yang terdaftar sebesar 83.016 yang terdiri dari wajib pajak orang pribadi efektif sebesar 82.319 dan wajib pajak orang pribadi non efektif sebesar 697.

Dapat dilihat dari data diatas bahwa bentuk pelaksanaan pengawasan pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Timur dengan mengkategorikan wajib pajak menjadi, Wajib Pajak Efektif dan Wajib Pajak non efektif (NE). Wajib pajak efektif adalah wajib pajak yang benar dan


(22)

seharusnya melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai ketentuan perundang- undangan perpajakan, sedangkan Wajib Pajak non efektif (NE) adalah wajib pajak yang tidak aktif lagi namun NPWP nya tidak dihapuskan atau masih terdaftar dan tidak akan dikenakan sanksi jika tidak memnuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan perundang- undangan perpajakan. NPWP dapat aktif kembali jika ada melakukan transaksi dan penghasilannya diatas PTKP.

Dari data tabel 3.2 Data Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Timur bahwa :

1. Tahun 2009 SPT Tahunan OP yang dilaporkan sebesar 22.155 wajib pajak yang terdiri dari SPT Tahunan OP Nihil sebesar 16.953, SPT Tahunan Kurang Bayar sebesar 5.166 dan SPT Tahunan OP Lebih Bayar sebesar 36. SPT Tahunan Orang Pribadi yang tidak dilaporkan sebesar 42.168. 2. Tahun 2010 SPT Tahunan OP yang dilaporkan sebesar 26.872 wajib pajak

yang terdiri dari SPT Tahunan OP Nihil sebesar 21.467, SPT Tahunan Kurang Bayar sebesar 5.394 dan SPT Tahunan OP Lebih Bayar sebesar 11. SPT Tahunan Orang Pribadi yang tidak dilaporkan sebesar 48.576. 3. Tahun 2011 SPT Tahunan OP yang dilaporkan sebesar 25.682 wajib pajak

yang terdiri dari SPT Tahunan OP Nihil sebesar 20.773, SPT Tahunan Kurang Bayar sebesar 4.926 dan SPT Tahunan OP Lebih Bayar sebesar 23. SPT Tahunan Orang Pribadi yang tidak dilaporkan sebesar 57.334.


(23)

Dari data diatas wajib pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Medan Timur lebih banyak yang tidak melaporkan SPT Tahunan OP daripada yang melaporkan SPT Tahunan OP.

Persentase Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Timur

Berdasarkan data pengawasan pelaksanaan pelaporan pajak penghasilan orang pribadi di BAB IV bagian B dapat kita ketahui persentase tingkat kepatuhan wajib pajak Orang Pribadi dalam hal melaporkan SPT Tahunan OP di KPP Pratama Medan Timur antara lain :

Grafik Persentase Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Timur

28% 29% 30% 31% 32% 33% 34% 35% 36% 37%

2009 2010 2011

Persentase Kepatuhan WP PPh OP

Persentase Kepatuhan WP PPh OP


(24)

Tingkat Kepatuhan = WP yang melapor SPT x 100 % WP Efektif

Dari grafik diatas dapat dilihat hasil pengawasan yang dilakukan KPP Pratama Medan Timur dapat kita ketahui tingkat kepatuhan wajib pajak yaitu di tahun 2009 sebesar 34,81 %, ditahun 2010 tumbuh 1,13 % menjadi sebesar 35,94 % dan ditahun 2011 turun 4,75 % menjadi sebesar 31,19 %.

Dapat kita simpulkan bahwa di KPP Pratama Medan Timur perkembangan tingkat kepatuhan wajib pajak bersifat fluktuatif dari tahun ke tahunnya.

Data ini disajikan dengan menggunakan rumus :

C. Hambatan dan Upaya Mengatasi Rendahnya Jumlah Wajib Pajak yang Melaporkan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Timur

Dalam melakukan upaya mengatasi rendahnya jumlah wajib pajak yang melaporkan pajak penghasilan orang pribadi pihak fiskus menghadapi hambatan- hambatan yang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Faktor Eksternal (dari pihak wajib pajak)

a. Masyarakat yang masih awam dalam hal perpajakan, yaitu masyarakat yang sama sekali tidak mengetahui ketentuan perundang- undangan perpajakan. Masyarakat seperti ini belum mengetahui hak dan kewajiban perpajakan.


(25)

b. Masyarakat pada umumnya, yaitu masyarakat yang sudah mengetahui hak dan kewajiban perpajakannya tetapi dalam pelaksanaanya kurang memahami petunjuk teknis perpajakan sehingga mengalami kesulitan dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

c. Wajib Pajak, masyarakat yang sudah mengetahui hak dan kewajiban perpajakan untuk melaporkan pajak penghasilanya tetapi tingkat kepatuhan wajib pajaknya masih rendah dengan cara sengaja tidak melaporkan pajak yang terutang.

2. Faktor Internal (dari pihak fiskus)

a. Kurangnya memberi Informasi dari pihak fiskus mengenai peraturan perpajakan yang baru kepada wajib pajak orang pribadi. b. Kurangnya sosialisasi dari pihak fiskus tentang hak dan kewajiban

perpajakan kepada wajib pajak dalam pengawasan pelaksanaan pelaporan pajak penghasilan orang pribadi .

c. Kurangnya jumlah sumber daya manusia (SDM) yang melakukan pengawasan pelaporan pajak penghasilan orang pribadi untuk meningkatkan potensi penerimaan pajak dan kepatuhan wajib pajak sehingga penerimaan pajak menjadi kurang maksimal. Upaya yang dilakukan pihak fiskus untuk mengoptimalkan hambatan- hambatan rendahnya jumlah wajib pajak yang melaporkan pajak penghasilan orang pribadi , yaitu :


(26)

1. Memperbanyak Sosialisasi, Memberi Himbauan dan Penyuluhan Sosialisasi, himbauan dan penyuluhan perpajakan penting dilakukan guna untuk menyampaikan informasi, mengajak, dan membimbing secara berkesinambungan kepada masyarakat tentang perpajakan guna meningkatkan pengetahuan serta kesadaran masyarakat untuk memperoleh hak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Upaya ini diberikan kepada masyarakat pada umumnya, wajib pajak yang sudah terdaftar maupun yang belum terdaftar serta kepada aparatur negara.

2. Meningkatkan Pengawasan terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi Pengawasan terhadap wajib pajak orang pribadi, fiskus lebih mengintensifkan pengawasan pelaporan pajak penghasilan orang pribadi dalam pengawasan pelaporan Surat Pemberitahuan, pengawasan terhadap kebenaran Surat Pemberitahuan, dan pengawasan pemberian sanksi administrasi denda terhadap wajib pajak yang tidak patuh/ kurang patuh dalam melaporkan Surat Pemberitahuan.


(27)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada bab ini, penulis dapat menarik kesimpulan berdasarkan bab- bab sebelumnya, yaitu :

1. Cara Pengawasan yang benar ialah adil dan merata, langsung, sederhana tetapi tegas, dan tepat sasaran.

2. Langkah- langkah dalam melakukan Pengawasan Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan sebagai berikut :

Menyusun dan menentukan prioritas daftar 1.500 WP penentu penerimaan bagi KPP selanjutnya Account Representative (AR) melakukan pengawasan pelaporan pajak penghasilan dengan menyusun tabelaris pengawasan, kemudian Kepala Seksi Waskon melakukan kompilasi kegiatan AR sesuai tabelaris, menganalisa dan membuat laporan evaluasi sebagai bahan pertimbangan Kepala Kantor, kemudiaan Kepala Seksi PDI melakukan kompilasi berdasarkan evaluasi Kepala Seksi Waskon, selanjutnya Kepala Kantor melakukan evaluasi secara keseluruhan atas pengawasan pelaksanaan pelaporan pajak penghasilan untuk pengamanan penerimaan dan peningkatan kepatuhan Wajib Pajak.


(28)

3. Dapat kita ketahui pelaksanaan pengawasaan pelaporan PPh Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Timur di tahun 2009 sebesar 34,81 %, ditahun 2010 tumbuh 1,13 % menjadi sebesar 35,94 % dan ditahun 2011 turun 4,75 % menjadi sebesar 31,19 %. Dapat kita simpulkan bahwa di KPP Pratama Medan Timur perkembangan tingkat kepatuhan wajib pajak bersifat fluktuatif dari tahun ke tahun.

B. Saran

Dalam penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, penulis ingin memberikan saran- saran yang sifatnya membangun untuk penerapan mekanisme Praktik Kerja Lapangan Mandiri selanjutnya. Adapun saran- saran tersebut antara lain:

1. Aparat perpajakan (khususnya fiskus) harus lebih bijak serta teliti melakukan analisa dan evaluasi dalam melakukan pengawasan pelaksanaan pelaporan pajak penghasilan untuk peningkatan kepatuhan wajib pajak. 2. Terhadap Analisis Data Pengawasan Pelaksanaan Pelaporan Pajak

Penghasilan Orang Pribadi diharapkan kepada KPP Pratama Medan Timur agar kinerja pengawasan pajak penghasilan orang pribadi lebih ditingkatkan serta memberi sanksi yang tegas apabila wajib pajak tersebut terbukti melanggar ketentuan perpajakan agar tingkat kepatuhan wajib pajak dan penerimaan pajak setiap tahunnya semakin meningkat oleh


(29)

Direktorat Jenderal Pajak kepada Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Medan Timur.

3. Dengan adanya hambatan serta upaya mengatasi rendahnya jumlah wajib pajak yang melaporkan pajak penghasilan orang pribadi diharapkan kepada pegawai KPP Pratama Medan Timur untuk lebih memperbanyak sosialisasi, memberi himbauan dan penyuluhan kepada masyarakat serta menambah sumber daya manusia (SDM) guna meningkatkan pengawasan dan menambah pengetahuan perpajakan bagi wajib pajak agar tingkat kepatuhan semakin meningkat dan penerimaan potensi pajak semakin maksimal.


(30)

E. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Keberhasilan program modrenisasi di lingkungan DJP, tidak hanya dapat membawa perubahan paradigma dan perubahan perilaku pegawai DJP. Tetapi lebih jauh juga dapat memberikan dampak positif terhadap percepatan penerapan praktik-praktik “good governance” pada institusi pemerintah secara keseluruhan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jenderal Pajak telah mencanangkan visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan. Adapun visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Visi : Menjadi instansi pemerintah yang menyelenggarakan sistem

administrasi perpajakan modren yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi. 2. Misi : Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor

pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan undang- undang perpajakan dengan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi.


(31)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Penggalian potensi penerimaan dalam negeri akan terus ditingkatkan seoptimal mungkin khususnya melalui perluasan sumber penerimaan negara non migas, untuk menjaga agar pendanaan negara tetap terkendali. Salah satu sumber penerimaan dalam negeri yang dominan adalah dari penerimaan pajak.

Pajak merupakan suatu sumber pendapatan negara yang nantinya digunakan untuk memenuhi kebutuhan negara. Tata cara pemungutan pajak juga telah diatur oleh pemerintah dengan tidak memberatkan rakyat yang nantinya disebut sebagai subjek dan objek pajak. Namun demikian, tidak semua rakyat dijadikan sebagai wajib pajak. Dalam artian hanya orang pribadi atau badan usaha yang mempunyai penghasilan tertentu yang dapat dijadikan sebagai wajib pajak.

Untuk penerimaan dalam negeri dibagi dalam dua golongan, yaitu : penerimaan dari minyak dan gas bumi dan pungutan berupa pajak. Sebagaimana kita ketahui bahwa penerimaan dari minyak dan gas bumi tidak dapat diharapkan lagi hasilnya karena persediaan minyak dan gas bumi negara kita dari hari ke hari semakin menipis sehingga perlu dicari sumber- sumber lain untuk mengisi keuangan negara. Pemerintah telah membuat program untuk meningkatkan penerimaan dari sektor non migas yang kebanyakan diperoleh dari pungutan- pungutan berupa pajak.


(32)

Diantara sekian banyak pajak yang dipungut oleh pemerintah, salah satunya adalah Pajak Penghasilan. Pajak Penghasilan ini pemungutannya dilaksanakan oleh pemerintah pusat khususnya Direktorat Jenderal Pajak. Pajak Penghasilan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak.

Pajak penghasilan adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah atas tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Pajak Penghasilan merupakan sumber penerimaan negara yang pemungutannya berasaskan keadilan dengan arti bahwa adanya kesamaan dan pemerataan beban pajak yang harus dibayar oleh masyarakat yang telah memenuhi syarat sebagai wajib pajak.

Sebagai konsekuensi adanya kewajiban masyarakat untuk membayar pajak adalah banyaknya wajib pajak yang tidak mematuhi kewajibannya, karena masih ada wajib pajak yang tidak membayar Pajak Penghasilan Orang Pribadi sampai tanggal jatuh tempo pembayaran. Adanya keterlambatan tersebut mengakibatkan timbulnya sanksi- sanksi yang dikenakan kepada wajib pajak oleh aparat perpajakan yaitu fiskus. Untuk menghindari hal- hal yang demikian, wajib pajak harus mengetahui mekanisme pelaksanaan pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi sehingga dapat dipastikan wajib pajak melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai peraturan- peraturan yang berlaku agar terlaksana dengan tertib dan terkendali.


(33)

Melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini, penulis ingin mengetahui seberapa jauh peranan dan tingkat kesadaran masyarakat dalam pembayaran pajak tersebut, sehingga dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini penulis ingin mengetahui dan menyampaikan serta melaporkan situasi yang ada pada instansi pemerintah yang bersangkutan khususnya pada Kantor Pelayanan Pratama Medan Timur dengan judul sebagai berikut “Pengawasan Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Medan Timur”.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Setiap kegiatan yang dilakukan tentunya memiliki tujuan. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah :

1.1Memperdalam pengetahuan mengenai pengawasan pelaksanaan pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi,

1.2Untuk mengetahui gambaran data pengawasan pelaksanaan pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak Pajak Penghasilan Orang Pribadi, dan

1.3Untuk mengetahui hambatan dan upaya mengatasi hambatan dalam pengawasan pelaksanaan pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi.


(34)

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Dan disini juga disebutkan manfaat dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah :

2.1Bagi Mahasiswa

a. Mempelajari perilaku- perilaku dan keahlian baru, b. Mempelajari pembentukan tim dan kerjasama, c. Meningkatkan komunikasi dan pendekatan,

d. Meningkatkan kemampuan berhubungan satu dengan yang lainnya, e. Mendorong untuk belajar mempertinggi prestasi

f. Merangsang aktifitas dan efisiensi.

2.2Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

a. Memberikan hubungan baik dengan Program Studi Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU),

b. Memperoleh ide- ide baru,

c. Mempromosikan image yang baik kepada masyarakat khususnya sivitas akademika,

d. Meningkatkan pemikiran- pemikiran baru,

e. Mendapatkan masukan dan saran untuk munculnya wajib pajak yang tidak patuh/ kurang patuh, dan


(35)

f. Menjalin hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara, khususnya mahasiswa yang sedang mengadakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

2.3Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU

a. Mendapatkan masukan dan saran untuk munculnya wajib pajak yang tidak patuh/ kurang patuh,

b. Membuka interaksi antara dosen dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur,

c. Menjalin kerjasama yang baik antara pihak kantor pelayanan pajak dengan perguruan tinggi khususnya program Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU,

d. Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan. C. Uraian Teoritis

Adapun uraian teoritis yang dapat disajikan penulis ialah sebagai berikut : 1. Pengertian Pajak

Menurut P. J. A. Adriani (yang dikemukakan oleh Atep Adya Barata dan Zul Afdi Ardian dalam bukunya “Perpajakan Jilid I”, pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarkan menurut peraturan- peraturan dengan tidak mendapatkan prestasi langsung dapat ditunjuk yang digunakan untuk membiayai


(36)

pengeluaran- pengeluaran umum sehubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. (Mardiasmo, 2003 : 92)

Menurut Dr. Rochmat Soemitro, S. H. dalam bukunya “Dasar- dasar hukum pajak dan pajak pendapatan (yang dikemukakan oleh R. Santoso Brotodihardjo dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum Pajak)” menyatakan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara dan merupakan peralihan kekayaan dari sektor partikulir ke sektor pemerintah yang diharuskan berdasarkan undang- undang sehingga dapat dipaksakan dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjuk untuk membiayai pengeluaran- pengeluaran umum. (Sihaloho, 2001 : 51)

Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja, dalam disertasinya yang berjudul “Pajak Berdasarkan Asas Gotong Rotong”, Universitas Padjadjaran, Bandung, 1964 pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh pengusaha berdasarkan norma- norma hukum, guna menutupi biaya produksi barang- barang dan jasa- jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. (Mardiasmo, 2003 : 5)

Menurut Rimsky K. Judisseno dalam bukunya “Pajak Edisi Revisi” menyatakan bahwa pajak penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima dan diperolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan


(37)

masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan. (Markus, 2005 : 80)

Sedangkan pengertian pajak menurut Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2007 adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat.

2. Fungsi Pajak

Fungsi pajak ada 2 (dua), yaitu fungsi budgetair dan fungsi reguleren. Fungsi budgetair ialah memasukkan uang sebanyak- banyaknya ke kas negara dan untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah yang bersifat umum maupun pembangunan. Sedangkan fungsi reguleren ialah pajak sebagai alat pengatur kehidupan ekonomi dengan jalan mempengaruhi produksi konsumsi, perdagangan, dan perkembangan harga.

3. Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT)

Menurut Pasal 1 angka 11 Undang- Undang KUP No. 28 Tahun 2007, pengertian Surat Pemberitahuan (disingkat SPT) adalah Surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/ atau pembayaran pajak, objek pajak dan/ atau bukan objek pajak, dan/ atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan.


(38)

4. Batas Waktu Penyampaian Surat Pemeritahuan (SPT)

Menurut Pasal 3 ayat (3) Undang- Undang KUP No. 28 Tahun 2007, batasan waktu penyampaian SPT adalah :

a. Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak,

b. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak,

c. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.

5. Sanksi Administrasi Denda Tidak Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)

Menurut Pasal 7 ayat (1) Undang- Undang KUP No. 28 Tahun 2007, sanksi administrasi tidak menyampaikan SPT adalah :

a. Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN),

b. Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Masa lainnya,

c. Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Wajib Pajak Badan dan Rp


(39)

100.000,- (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi ruang lingkup yang paling mendasar dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah sebagai berikut :

1. Prosedur pelaksanaan pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, dan

2. Faktor- faktor yang menghambat pelaksanaan pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun sumber- sumber data yang diperlukan penulis untuk mendukung pembuatan laporan ini adalah :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini, penulis melakukan berbagai persiapan dimulai dari pembuatan dan pencarian bahan proposal, perbaikan proposal, penentuan dosen pembimbing sehingga ada konsultasi dengan pihak dosen, dan penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

2. Studi Literatur

Penulis mencari berbagai sumber- sumber seperti buku- buku, majalah, undang- undang, maupun literatur yang berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).


(40)

3. Observasi Lapangan

Pengamatan yang dilakukan sesuai dengan data yang ada pada Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan mengenai objek studi yaitu mengenai pelaksanaan pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi.

4. Pengumpulan Data

Penulis mengumpulkan data- data yang diperlukan untuk penyusunan laporan akhir berkaitan dengan target melalui :

a. Data Primer : - Wawancara - Pengamatan b. Data Sekunder : - Studi Kepustakaan

- Dokumentasi 5. Analisis Data dan Evaluasi

Penulis menganalisis data yang diperoleh agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka penulis menggunakan analisa yang bersifat kualitatif yakni teknik analisa data yang bersifat pada pemikiran, pengetahuan, dan penjelasan dengan kata- kata yang sistematis atau teori yang ada, sehingga permasalahan dapat terungkap secara objektif dan analisa yang bersifat kuantitatif.

F. Metode Penelitian

Penulis menggunakan tiga metode penelitian, yaitu : metode interview, metode dokumentasi dan metode pengamatan.


(41)

1. Metode Wawancara (Interview)

Yaitu melakukan interview langsung kepada kepala seksi dan karyawan seksi pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang dianggap mampu memberikan masukan.

2. Metode Dokumentasi

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar dokumentasi yang berhubungan dengan pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi.

3. Metode Pengamatan (Observasi)

Yaitu melakukan pengamatan langsung kepada objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam melengkapi penulisan laporan ini.

G. Sistematika Penulisan Laporan

Setiap laporan yang baik harus memiliki sistematika yang teratur dan baik sehingga mudah dimengerti dan setiap orang yang membaca dapat memahami isi daripada laporan tersebut secara tahap demi tahap, mulai dari awal hingga akhir dari laporan ini. Penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini dibagi atas beberapa bab dan setiap bab terdiri dari beberapa sub bab. Perincian mengenai isi bab demi bab dapat diuraikan sebagai berikut :


(42)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang yang menjadi dasar pemikiran dalam penyusunan laporan, tujuan dan manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), analisis data dan evaluasi, serta sistematika penulisan laporan.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/ LOKASI PKLM

Pada bab ini penulis menguraikan fenomena yang terjadi di masyarakat, keadaan dan permasalahan, ruang lingkup kegiatan, dan struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur yang datanya diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan.

BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Pada bab ini penulis menguraikan secara sistematis tentang setiap bidang kegiatan apa saja yang telah dilakukan selama masa Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).


(43)

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA

Pada bab ini penulis menjelaskan tentang data- data yang sudah dikumpulkan melalui proses analisis dan evaluasi selama masa penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran- saran penulis sehubungan dengan uraian- uraian pada bab- bab sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(44)

LAPORAN TUGAS AKHIR

PENGAWASAN PELAKSANAAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) ORANG PRIBADI PADA

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR O

L E H

NAMA : WINDRA BAREN DASDO PININDO SARAGIH NIM : 102600075

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(45)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan kasih karunia yang begitu melimpah kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini dengan baik.

Adapun maksud dan tujuan dari penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi pada Program studi D-III Administrasi Perpajakan, pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini berjudul : ”PENGAWASAN PELAKSANAAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR”.

Dalam penulisan laporan ini penulis banyak menerima bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. DR. Badaruddin, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Program Studi D-III Administrasi Perpajakan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.


(46)

3. Ibu Arlina, S.H, M.Hum. Selaku Sekretaris Program Diploma III Administrasi Perpajakan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. H. Arifin Lubis, MM. Ak. Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberi saran dan masukan pada penulis sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

5. Bapak Mian Hasiholan Habeahan, SE. Selaku Supervisor lapangan saya yang telah banyak memberi saran dan masukkan pada penulis sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

6. Seluruh staff pegawai Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh staff pengajar yang terlibat dalam proses perkuliahan Program Diploma III Administrasi Perpajakan stambuk 2010 FISIP USU.

8. Teristimewa yang paling utama buat kedua Orangtua ku tercinta, Bapak dr. Waldy Saragih dan Ibu Diana R. E. Purba yang selalu mendukung penulis dalam membuat laporan ini, memberikan kasih sayang, perhatian, nasehat, doa yang luar biasa, dukungan baik berupa moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Juga buat saudaraku tersayang, kakakku Widya N. I. Saragih, SE, MM, dr. Wina E. O. Saragih, Wilda Y.M. Saragih, SE yang selalu memberi dukungan, semangat kepada penulis sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

9. Teman- temanku semua, seluruh Administrasi Perpajakan stambuk 2010 terkhususnya anak- anak Tax B 2010, anggota kepengurusan Improsaja


(47)

periode 2012-2013, Kepanitiaan Dies Natalis Improsaja ke- 17, makasih buat semua kebersamaan kita selama 3 tahun ini, suka dan duka kita jalanin bersama dan takkan pernah bisa kulupakan. Juga buat adik- adikku seluruh Administrasi Perpajakan stambuk 2011 dan 2012, kalian luar biasa.

10.Sahabatku Rezki Tahir a.k.a benu, Aleksander Sinaga a.k.a opung boi, Alfan Yolanda a.k.a agen, Pak Bagus a.k.a muntah uban, Eki a.k.a ebo, Samuel a.k.a gondit, Restu Sumarsono a.k.a sumar, Dede a.k.a piliang, Amas a.k.a bg d***n, Doni Rizky Permana, Buat gadis- gadisku Tasia a.k.a tabo dan Marisi Sihombing selalu bersama riset ke KPP, Raja Wina Handayani, Henny a.k.a ibuk negara, April a.k.a epen, Yuyun a.k.a yourha, Fitri, Della, Fiqih, Putri a.k.a puput oke, dan masih banyak gadis- gadis dan sahabatku yang ada dalam kehidupanku yang tak bisa disebutin satu persatu. Intinya terimakasih semua buat kebersamaan selama ini, baik susah maupun senang, saling ngelece, ngelawak, makan- makan, minum-minum, jalan-jalan bersama. Juga tidak lupa buat Bang Hoddy Hutapea, S. Sos a.k.a bang mokmok, Berman Sinurat a.k.a bermain, Ori Junifer Munthe, Dimas Saragih penghuni Kyoto Residence C/5 dan OS Family Medan. Terimakasih atas doa dan dukungan kalian. Kitanya itu. Kalau gak kita adek tu. Haha..

11.Tax Centre FISIP USU yang selama ini telah jadi sekret kami selama kepanitian Dies Natalis Improsaja ke- 17 dan mengerjakan tugas akhir, buat Bang Firman Logos Tarigan, A. Md dan kak Singgih S. Sos yang


(48)

tidak pernah marah padahal sering kami buat repot dan kerusuhan di Tax Centre.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, masih banyak terdapat kekurangan baik dari isi maupun penyajiannya.. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun kesempurnaan laporan tugas akhir ini. Namun demikian penulis telah berusaha dengan keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan penulis miliki.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang ikut serta dalam membantu penulis dalam penyelesaian laporan tugas akhir ini. Semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Medan, Juli 2013 Penulis


(49)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL DAN BAGAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang PKLM ... 1

B. Tujuan Dan Manfaat PKLM ... 3

1. Tujuan PKLM ... 3

2. Manfaat PKLM ... 4

C. Uraian Teoritis ... 5

1. Pengertian Pajak ... 5

2. Fungsi Pajak ... 7

3. Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) ... 7

4. Batas Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) ... 8

5. Sanksi Administrasi Denda Tidak Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) ... 8

D. Ruang Lingkup PKLM ... 9

E. Metode PKLM ... 9

1. Tahap Persiapan ... 9


(50)

3. Observasi Lapangan ... 10

4. Pengumpulan Data ... 10

5. Analisis Data dan Evaluasi ... 10

F. Metode Penelitian ... 10

1. Metode Wawancara (Interview) ... 11

2. Metode Dokumentasi ... 11

3. Metode Pengamatan (Observasi) ... 11

G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM ... 11

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/ LOKASI PKLM ... 14

A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 14

1. Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Medan Timur ... 14

2. Struktur Organisasi KPP Pratam Medan Timur ... 19

B. Tugas dan Fungsi KPP Pratama Medan Timur ... 21

C. Deskripsi dan Aktivitas KPP Pratama Medan Timur ... 22

1. Sub. Bagian Umum ... 23

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) ... 23

3. Seksi Pelayanan ... 24

4. Seksi Penagihan ... 24

5. Seksi Pemeriksaan ... 25

6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan ... 25

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon) ... 26


(51)

D. Gambaran Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Timur ... 27

E. Visi dan Misi KPP Pratama Medan Timur ... 30

BAB III GAMBARAN DATA PKLM ... 31

A. Kajian Teoritis ... 31

1. Pengertian Pajak ... 31

2. Fungsi Pajak dan Jenis Pajak ... 32

3. Sistem Pemungutan Pajak ... 34

4. Pengertian Wajib Pajak, Subjek Pajak, Objek Pajak dan Bukan Objek Pajak ... 35

5. Surat Pemberitahuan (SPT) ... 41

B. Mekanisme Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi ... 44

C. Data Pengawasan Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi ... 45

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA ... 47

A. Pengawasan Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi ... 47

B. Analisis Data Pengawasan Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada KPP Pratama Medan Timur ... 50

C. Hambatan Dan Upaya Mengatasi Hambatan Rendahnya Jumlah Wajib Pajak yang Melaporkan Pajak Penghasilan Oragn Pribadi Pada KPP Pratama Medan Timur ... 53


(52)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 56 A. Kesimpulan ... 56 B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(53)

DAFTAR TABEL DAN BAGAN

Tabel II.1 Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 28 Bagan II.1 Sruktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 29 Tabel III.1 Data Wajib Pajak Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi di KPP

Pratama Medan Timur ... 46 Tabel III.2 Data Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP


(1)

tidak pernah marah padahal sering kami buat repot dan kerusuhan di Tax Centre.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, masih banyak terdapat kekurangan baik dari isi maupun penyajiannya.. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun kesempurnaan laporan tugas akhir ini. Namun demikian penulis telah berusaha dengan keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan penulis miliki.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang ikut serta dalam membantu penulis dalam penyelesaian laporan tugas akhir ini. Semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Medan, Juli 2013 Penulis


(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL DAN BAGAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang PKLM ... 1

B. Tujuan Dan Manfaat PKLM ... 3

1. Tujuan PKLM ... 3

2. Manfaat PKLM ... 4

C. Uraian Teoritis ... 5

1. Pengertian Pajak ... 5

2. Fungsi Pajak ... 7

3. Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) ... 7

4. Batas Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) ... 8

5. Sanksi Administrasi Denda Tidak Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) ... 8

D. Ruang Lingkup PKLM ... 9

E. Metode PKLM ... 9

1. Tahap Persiapan ... 9


(3)

3. Observasi Lapangan ... 10

4. Pengumpulan Data ... 10

5. Analisis Data dan Evaluasi ... 10

F. Metode Penelitian ... 10

1. Metode Wawancara (Interview) ... 11

2. Metode Dokumentasi ... 11

3. Metode Pengamatan (Observasi) ... 11

G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM ... 11

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/ LOKASI PKLM ... 14

A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 14

1. Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Medan Timur ... 14

2. Struktur Organisasi KPP Pratam Medan Timur ... 19

B. Tugas dan Fungsi KPP Pratama Medan Timur ... 21

C. Deskripsi dan Aktivitas KPP Pratama Medan Timur ... 22

1. Sub. Bagian Umum ... 23

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) ... 23

3. Seksi Pelayanan ... 24

4. Seksi Penagihan ... 24

5. Seksi Pemeriksaan ... 25

6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan ... 25

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon) ... 26


(4)

D. Gambaran Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Timur ... 27

E. Visi dan Misi KPP Pratama Medan Timur ... 30

BAB III GAMBARAN DATA PKLM ... 31

A. Kajian Teoritis ... 31

1. Pengertian Pajak ... 31

2. Fungsi Pajak dan Jenis Pajak ... 32

3. Sistem Pemungutan Pajak ... 34

4. Pengertian Wajib Pajak, Subjek Pajak, Objek Pajak dan Bukan Objek Pajak ... 35

5. Surat Pemberitahuan (SPT) ... 41

B. Mekanisme Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi ... 44

C. Data Pengawasan Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi ... 45

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA ... 47

A. Pengawasan Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi ... 47

B. Analisis Data Pengawasan Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada KPP Pratama Medan Timur ... 50

C. Hambatan Dan Upaya Mengatasi Hambatan Rendahnya Jumlah Wajib Pajak yang Melaporkan Pajak Penghasilan Oragn Pribadi Pada KPP Pratama Medan Timur ... 53


(5)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

A. Kesimpulan ... 56 B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(6)

DAFTAR TABEL DAN BAGAN

Tabel II.1 Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 28 Bagan II.1 Sruktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 29 Tabel III.1 Data Wajib Pajak Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi di KPP

Pratama Medan Timur ... 46

Tabel III.2 Data Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP