1. Pembiayaan kendaraan bermotor.
2. Pembiayaan alat rumah tangga.
3. Pembiayaan barang-barang elektronik.
4. Pembiayaan perumahan.
C. Peran dan Funsi Perusahaan Pembiayaan
Perusahaan Pembiayaan memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam mendukung perekonomian nasional yaitu sebagai salah satu sumber
pembiayaan alternatif bagi masyarakat dalam hal pemenuhan kebutuhan permodalan dan atau untuk membeli barang asset.
Perusahaan pembiayaan mempunyai peranan yang penting, yaitu sebagai salah satu lembaga sumber pembiayaan alternatif yang potensial untuk menunjang
pertumbuhan perekonomian nasional. Disamping peran tersebut diatas, lembaga pembiayaan juga mempunyai peran penting dalam hal pembangunan yaitu
menampung dan menyalurkan aspirasi dan minat masyarakat dengan berperan aktif dalam dalam pembangunan. Diharapkan masyarakat atau pelaku usaha dapat
mengatasi salah satu faktor yang umum dialami yaitu faktor permodalan.
74
D. Jenis Pembiayaan dalam Perusahaan Pembiayaan
Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29POJK.052014 tentang Perusahaan Pembiayaan diatur mengenai jenis-jenis pembiayaan dalam
perusahaan pembiayaan. Adapun jenis-jenis pembiayaan perusahaan pembiayaan
74
Suriyadi Adhi, “Pengertian dan Peran Perusahaan Pembiayaan” melalui http:suriyadiadhi.blogspot.com201110pengertian-dan-peran-perusahaan-pembiayaan.html
, diakses pada tanggal 05 Mei 2015.
Universitas Sumatera Utara
yang dinyatakan dalam Pasal 1 Angka 1 sampai 4 Peraturan Ototitas Jasa Keuangan selanjutnya disebut POJK Nomor 29POJK.052014 adalah sebagai
berikut : 1.
Pembiayaan investasi Pembiayaan investasi adalah pembiayaan untuk pengadaan barang-
barang modal beserta jasa yang diperlukan untuk aktivitas usahainvestasi , rehabilitasi, modernisasi, ekspansi atau relokasi tempat usahainvestasi
yang diberikan pada debitur dalam jangka waktu lebih dari dua tahun.
75
Pembiayaan investasi memiliki beberapa cara pemberian sebagai berikut :
76
a. Finance Lease digunakan untuk penyediaan barang oleh Perusahaan
Pembiayaan untuk digunakan oleh debitur selama jangka waktu tertentu, yang mengalihkan secara substansial manfaat dan resiko atas
barang yang dibiayai. b.
Sale and Finance Leaseback digunakan oleh debitur yang memiliki tagihan dan membutuhkan pendanaan investasi dengan jangka waktu
pembiayaan lebih dari dua tahun. c.
Anjak piutang with recourse digunakan oleh debitur yang memiliki tagihan dan membutuhkan pendanaan investasi dengan jangka waktu
pembiayaan lebih dari dua tahun. Debitur menanggung resiko tidak
75
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29POJK.052014 tentang Perusahaan Pembiayaan Pasal 1 Angka 2.
76
Otoritas Jasa Keuangan, “Sosialisasi Peraturan OJK Mengenai Perusahaan
Pembiayaan” Artikel, hal.4-5.
Universitas Sumatera Utara
tertagihnya sebagian atau seluruh piutang yang dijual kepada perusahaan pembiayaan.
d. Installment Financing digunakan untuk pembiayaan pengadaan barang
dimana kepemilikan objek pembiayaan dalam perjanjian beralih dari penyedia barang kepada debitur.
e. Pembiayaan Proyek digunakan untuk pembiayaan yang diberikan
dalam rangka pelaksanaan sebuah proyek yang memerlukan pengadaan beberapa jenis barang modal danatau jasa yang terkait dengan
pelaksanaan pengadaan proyek tersebut. Pembiayaan proyek ini dapat dilakukan melalui bundling financing yang terdiri dari finance lease,
lease and leaseback, factoring with recourse, dan installment financing.
f. Pembiayaan Infrastruktur digunakan untuk pembiayaan dalam bentuk
pengadaan barang danatau jasa untuk pembangunan infrasturktur. 2.
Pembiayaan Modal Kerja Pembiayaan modal kerja adalah pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan pengeluran-pengeluaran yang habis dalam satu siklus aktivitas usaha debitur dan merupakan pembiayaan dengan jangka
waktu paling lama dua tahun.
77
Pembiayaan modal kerja memiliki beberapa cara pemberian sebagai berikut :
78
77
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29POJK.052014 tentang Perusahaan Pembiayaan Pasal 1 Angka 3.
78
Otoritas Jasa Keuangan, Op.Cit, hal.5.
Universitas Sumatera Utara
a. Sale and Finance Leaseback digunakan oleh debitur yang telah
mempunyai barang modal namun membutuhkan pendanaan untuk modal kerja dengan jangka waktu pembiayaan tidak lebih dari dua
tahun. b.
Anjak Piutang digunakan oleh debitur yang memiliki tagihan namun membutuhkan pendanaan untuk modal kerja dengan jangka waktu
tidak lebih dari dua tahun. c.
Fasilitas Modal Usaha dilakukan dengan cara memberikan pembiayaan berdasarkan bukti tagihan pembelian barang atau penggunaan jasa
yang diterima debitur dari penerima barang atau jasa, dengan jangka waktu pembiayaan tidak lebih dari dua tahun.
3. Pembiayaan Multiguna
Pembiayaan multiguna adalah pembiayaan untuk pengadaan barang atau jasa yang diperlukan oleh debitur untuk pemakaiankonsumsi dan
bukan untuk keperluan usaha aktivitas produktif dalam jangka wakti yang diperjanjikan.
79
Pembiayaan multi guna memiliki beberapa cara pemberian sebagai berikut:
80
a. Finance Lease digunakan untuk pembiayaan pengadaan barang yang
diperlukan oleh debitur selain untuk kegiatan investasimodal kerja dengan kepemilikan barang berada diperusahaan pembiayaan.
79
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29POJK.052014 tentang Perusahaan Pembiayaan Pasal 1 Angka 4.
80
Otoritas Jasa Keuangan, Op.Cit, hal.6.
Universitas Sumatera Utara
b. Installment Financing
1 Installment Financing untuk barang
Skema ini digunakan untuk pembiayaan pengadaan barang yang diperlukan oleh debitur untuk kegiatan selain investasimodal kerja
dengan kepemilikan barang berada di debitur. 2
Installment Financing untuk jasa Skema ini digunakan untuk debitur yang memiliki kebutuhan
pembiayaan jasa, dimana perusahaan pembiayaan dibayarkan langsung oleh perusahaan pembiayaan kepada penyedia jasa.
Universitas Sumatera Utara
BAB III TINJAUAN UMUM MENGENAI OTORITAS JASA KEUANGAN
A. Sejarah Otoritas Jasa Keuangan 1. Latar Belakang Dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan
Awal pembentukan Otoritas Jasa Keuangan selanjutnya disebut OJK berawal dari adanya keresahan dari beberapa pihak dalam hal fungsi
pengawasan Bank Indonesia. Ada tiga hal yang melatarbelakangi pembentukan OJK, yaitu:
a. Perkembangan industri sektor jasa keuangan di Indonesia.
b. Permasalahan lintas sektoral industri jasa keuangan; dan
c. Amanat Pasal 34 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang
Bank Indonesia. Pasal 34 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia
merupakan respon dari krisis Asia yang terjadi pada 1997-1998 yang berdampak sangat berat terhadap Indonesia, khususnya pada sektor perbankan. Krisis pada
1997-1998 yang melanda Indonesia mengakibatkan banyaknya bank-bank yang ditutup sehingga banyak yang mempertanyakan pengawasan Bank Indonesia
terhadap bank-bank. Kelemahan kelembagaan dan pengaturan yang tidak mendukung diharapkan dapat diperbaiki, sehingga tercipta kerangka sistem
keuangan yang lebih tangguh. Reformasi di bidang hukum perbankan diharapkan
Universitas Sumatera Utara