8 2. Sebagian besar warga Petani dan Buruh tani juga ada yang memelihara hewan
ternak maski dalam skala kecil, biasanya hanya digunakan untuk investasi jangka pendek
Makna yang terkandung :
1. Mandiri : Suatu kondisi kehidupan yang kreatif, inivatif, produktif dan
partisipatif sehingga mampu memenuhi kebutuhannya sendiri
2. Aman : Bahwa masyarakat merasa nyaman berada dilingkungannya sendiri dan
tidak merasa takut karena keamanan yang bertugas
3. Damai : Masyarakat selalu damai walaupun hidup berdampingnan dengan suku
dan agama yang lain. Karena nilai yang terkandung dalam pancasila menjadi kunci untuk hidup bermasyarakat.
4. Indah : Lingkungan yang indah adalah menjadi dambaan setiap orang,
masyarakat menyadari akan hal tersebut. Warga Desa Melati II menjaga hal tersebut dengan melakukan bulan bakti Gotong royong tiap bulannya.
Misi Desa
Untuk mencapai visi disusun Misi Desa Melati II Kecamatan perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai adalah dengan mendayagunakan Potensi SDM dan SDA
secara Optimal dengan tetap berada dalam bingkai wawasan nasional dan wawasan kebangsaaan.
Desa Melati II Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Desa dari 24 Desa dan 4 Kelurahan di Kecamatan perbaungan dan juga salah
satu Desa yang berhasil dalam menerapkan program Gerbang swara di Desanya. Pada tahun 2012 Desa Melati II mampu mengumpulkan dana Swadaya masyarakat sebesar
Universitas Sumatera Utara
9 Rp.932,642,015. dan pada Tahun 2013 dana swadaya masyarakat mengalami
peningkatan sebesar Rp.2.645,185,016. Hal ini sangat mengesankan dimana dana sebesar itu dapat dikumpulkan masyarakat hanya dari swadaya masyarakat tanpa
bantuan dari pemerintah sedikit pun. Berdasarkan uraian di atas maka penulis sangat tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul: “ partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program
Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat Gerbang Swara di Desa Melati II Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai
“.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Gerbang Swara di Desa Melati II ?
b. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Gerbang Swara di Desa Melati II ?
I.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : a. Untuk mengtahui partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Gerbang
Swara di Desa Melati II b. Untuk mengetahui Faktor-Faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi
masyarakat dalam pelaksanaan program Gerbang Swara di Desa Melati II
Universitas Sumatera Utara
10
I.4 Manfaat Penelitian
Penelitian dilakukan untuk memecahkan sebuah masalah atau fenomena social yang ada dalam masyarakat. Dengan kata lain sebuah penelitian harus benar- benar
bermanfaat atau memiliki dampak bagi pihak-pihak yang bersangkutan dalam penelitian. Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Secara subyektif. Sebagai sarana untuk melatih dan menguji serta meningkat kemampuan berpikir penulis melalui penulisan karya ilmiah
2. Secara praktis. diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan dalam memberdayakan masyarakat, serta bermanfaat sebagai pedoman dalam
mengevaluasi program untuk dapat meningkatkan kinerja di kemudian hari. 3. Secara akademis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik
secara langsung maupun tidak bagi kepustakaan departemen Ilmu Administrasi Negara dan referensi tambahan bagi mahasiswa di masa mendatang.
I.5 Kerangka Teori
Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan
hubungan antar konsep. Sebagai landasan berpikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu
dan sebagai bahan referensi dalam penelitian. Kerangka teori ini diharapkan
Universitas Sumatera Utara
11 memberikan pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami masalah
yang diteliti. Singarimbun, 1995: 37.
1.5.1 Partisipasi Masyarakat
Dalam melaksanakan pembangunan penting adanya partisipasi masyarakat dalam setiap program atau kegiatan yang diadakan oleh pemerintah. Terlebih jika
program tersebut diadakan untuk memberdayakan masyarakat, yang mana mereka merupakan subjek yang melakukan perubahan sekaligus sebagai objek yang terkena
dampak langsung dari perubahan tersebut. Osborne dan Gaebler mengungkapkan ketika memasuki reinventing government yaitu prinsip
“ community owned government: Empowering more than servi
ng” yang menunjukan betapa pentingnya partisipasi masyarakat dalam administrasi publik. Pengertian ini juga menunjukan bahwa warga
Negara bukan lagi diposisikan sebagai yang dikenai tindakan yang dikeluarkan pemerintah tetapi sebagi pemilik pemerintahanowner of government dan mampu
bertindak secara bersama – sama mencapai sesuatuyang lebih baik. Kepentingan publik
tidak lagi dipandang sebagai agresi kepentinganpribadi melainkan sebagai hasil dialog dan keterlibatan publik dalam mencari nilai bersama dan kepentingan bersama. muluk,
2007:33. Partisipasi masyarakat dalam program pemerintahan dapat meningkatkan
kemandirian yang
dibutuhkan oleh
masyarakat dalam
percepatan pembangunan.Masyarakat
dapat berpartisispasi
dalam tahapan
perencanaan, implementasi dan juga evaluasi program-program pembangunan. Dijelaskan oleh
Juliantara, 2002: 90-91 dalam literature klasik selalu ditunjukan bahwa partisipasi adalah keikutsertaan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasi
Universitas Sumatera Utara
12 program pembangunan,tetapi makna substantive yang terkandung dalam sekuen-sekuen
partisipasi adalah voice, akses dan control. Sedangkan menurut Soetrisno 1995:221 ada dua jenis definisi partisipasi yang
beredar dalam masyarakat. Definisi pertama adalah definisi yang diberikan oleh para perencana pembangunan formal di Indonesia. Definisi partisipasi jenis ini mengartikan
partisipasi rakyat dalam pembangunan sebagi dukungan rakyat terhadap rencanaproyek pembangunan yang dirancang dan ditentukan tujuannya oleh perencana. Ukuran tinggi
rendahnya partisipasi diukur dengan kemampuan rakyat ikut menanggung biaya pembangunan, baik berupa uang maupun tenaga dalam melaksanakan proyek
pembangunan pemerintah. Definisi kedua partisipasi rakyat dalam pembangunan merupakan kerjasama yang erat antara perencana dan rakyat dalam merencanakan,
melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai.
Dalam rumusan FAO yang dikutip oleh Mikkelsen 2001: 64 menyatakan bahwa partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam perubahan yang ditentukan
sendiri dalam rangka pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka dengan cara memantapkan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang melaksanakan
persiapan, pelaksanaan dan monitoring proyek, agar mereka memperoleh informasi mengenai konteks local dan dampak-dampak sosial yang ditimbulkan karena
keberadaan proyek tersebut. Dalam Wibisana 1989:41 partisipasi masyarakat sering diartikan sebagai keikutsertaan, keterlibatan dan kebersamaan anggota masyarakat
dalam suatu kegiatan tertentu, baik secara langsung maupun tidak langsung, sejak dari gagasan, perumusan kebijaksanaan hingga pelaksanan program. Partisipasi secara
Universitas Sumatera Utara
13 langsung berarti anggota masyarakat tersebut ikut memberikan bantuan tenaga dalam
kegiatan yang dilaksanakan. Sedangkan partisipasi tidak langsung berupa keuangan, pemikiran dan material yang diperlukan.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi merupakan keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan suatu kegiatan dimulai dari
tingkat paling awal yaitu perencanaan hingga kegiatan tersebut selesai dan pemanfaatannya dirasakan bersama sama oleh masyarakat.
1.5.2 Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
Pembangunan merupakan suatu proses pembaharuan yang kontinu dan terus menerus dari suatu keadaan tertentu kepada suatu keadaan yang dianggap lebih baik
Spalding dalam Tjokroamidjojo, 1985: 222. Ada empat aspek penting dalam rangka partisipasi dalam pembangunan yaitu:
1. Terlibatnya dan ikut sertanya rakyat tersebut sesuai dengan mekanisme proses politik dalam suatu negara turut menentukan arah, strategi dan
kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Dalam masyarakat demokratis maka arah dan tujuan pembangunan hendaknya
mencerminkan kepentingan masyarakat. 2. Meningkatkan artikulasi kemampuan untuk merumuskan tujuan-tujuan
dan terutama cara-cara dalam merencanakan tujuan itu sebaiknya. Oleh karena itu pada umumnya pemerintah perlu memberikan pengarahan
Universitas Sumatera Utara
14 mengenai tujuan-tujuan dan cara-cara mencapai tujuan pembangunan
tersebut. 3. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan nyata yang konsisten
dengan arah, strategi dan rencana yang telah ditentukan dalam proses politik. Dalam hal ini tergantung dari sistem dan tata cara penyelenggaraan
pemerintahan yang berlaku bagi suatu negara. 4. Adanya perumusan dan pelaksanaan program-program partisipatif dalam
pembangunan yang berencana. Program-program ini pada suatu tingkat tertentu memberikan kesempatan secara langsung kepada masyarakat untuk
berpartisipasi dalam rencana yang menyangkut kesejahteraan mereka. Dalam partisipasi masyarakat dikenal adanya tiga tipe partisipasi masyarakat
dalam pembangunan, diantaranya yaitu: a. Partisipasi dalam membuat keputusan membuat beberapa pilihan dari banyak
kemungkinan dan menyusun rencana-rencana yang bisa dilaksanakan, dapat atau layak dioperasionalkan.
b. Partisipasi dalam implementasi kontribusi sumber daya, administrasi dan koordinasi kegiatan yang menyangkut tenaga kerja, biaya dan informasi.
c. Dalam kegiatan yang memberikan keuntungan material, sosial dan personel. Dalam kegiatan evaluasi termasuk keterlibatan dalam proses yang berjalan untuk
mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan Cohen dan Uphoff, dalam Komarudin, 1997.
Perencanaan pembangunan formal di Indonesia mengartikan partisipasi masyarakat sebagai dukungan rakyat terhadap rencanaproyek pembangunan yang
Universitas Sumatera Utara
15 dirancang dan ditentukan tujuannya oleh perencana. Definisi tersebut mengasumsikan
adanya subordinasi subsistem oleh suprasistem dan bahwa subsistem adalah suatu bagian yang pasif dari sistem pembangunan nasional. Definisi lain mengenai partisipasi
yang berlaku universal adalah kerjasama yang erat antara perencana dan rakyat dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan, dan mengembangkan hasil pembangunan
yang telah dicapai. Keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan hendaknya bukan karena
mobilisasi, melainkan sebagai bentuk partisipasi yang dilandasi oleh determinasi dan kesadaran. Singkatnya, dalam proses pembangunan, masyarakat tidak semata-mata
diperlakukan sebagai objek, tetapi lebih sebagai subjek dan aktor atau pelaku. Lebih lanjut, partisipasi masyarakat dalam perumusan program membuat masyarakat tidak
semata-mata berkedudukan sebagai konsumen program, tetapi juga sebagai produsen karena telah ikut serta terlibat dalam proses pembuatan atau perumusannya. Hal itu
mengakibatkan masyarakat merasa ikut memiliki program tersebut, sehingga kemudian juga mempunyai tanggung jawab bagi keberhasilannya. Dengan demikian keterlibatan
masyarakat dalam pelaksanaan program akan terbentuk karena kesadaran dan determinasinya, bukan karena dimobilisasi oleh pihak eksternal.
Oleh sebab itu, partisipasi masyarakat yang dimaksudkan adalah partisipasi dalam keseluruhan proses pembangunan mulai dari pengambilan keputusan dalam
identifikasi masalah dan kebutuhan, perencanaan program, serta dalam evaluasi dan menikmati hasil. Dengan partisipasi masyarakat dalam berbagai tindakan bersama
melalui aktivitas lokal telah terjadi proses belajar sosial yang kemudian dapat
Universitas Sumatera Utara
16 meningkatkan kapasitas masyarakat untuk berpartisipasi secara lebih baik dalam
tindakan bersama dan aktivitas lokal berikutnya.
1.5.3 Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terdiri dari faktor dari dalam masyarakat internal, yaitu kemampuan dan kesediaan masyarakat untuk
berpartisipasi, maupun faktor dari luar masyarakat eksternal yaitu peran aparat dan lembaga formal yang ada. Kemampuan masyarakat akan berkaitan dengan stratifikasi
sosial dalam masyarakat. Menurut Max Weber dan Zanden1988, mengemukakan pandangan multi dimensional tentang stratifikasi masyarakat yang mengidentifikasi
adanya 3 komponen di dalamnya, yaitu kelas ekonomi, status prestise dan kekuasaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Faktor internal Untuk faktor-faktor internal adalah berasal dari dalam kelompok masyarakat
sendiri, yaitu individu-individu dan kesatuan kelompok didalamnya. Tingkah laku individu berhubungan erat atau ditentukan oleh ciri-ciri sosiologis seperti
umur, jenis kelamin, pengetahuan, pekerjaan dan penghasilan Slamet,1994:97. Secara teoritis, terdapat hubungan antara ciri-ciri individu dengan tingkat
partisipasi, seperti usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, lamanya menjadi
Universitas Sumatera Utara
17 anggota masyarakat, besarnya pendapatan, keterlibatan dalam kegiatan
pembangunan akan sangat berpengaruh pada partisipasi Slamet, 1994:137-143. Menurut Plumer dalam Suryawan, 2004:27, beberapa faktor yang
mempengaruhi masyarakat untuk mengikuti proses partisipasi adalah: 1. Pengetahuan dan keahlian. Dasar pengetahuan yang dimiliki akan
mempengaruhi seluruh lingkungan dari masyarakat tersebut. Hal ini membuat masyarakat memahami ataupun tidak terhadap
tahap-tahap dan bentuk dari partisipasi yang ada; 2. Pekerjaan masyarakat. Biasanya orang dengan tingkat pekerjaan
tertentu akan dapat lebih meluangkan ataupun bahkan tidak meluangkan sedikitpun waktunya untuk berpartisipasi pada suatu
proyek tertentu. Seringkali alasan yang mendasar pada masyarakat adalah adanya pertentangan antara komitmen
terhadap pekerjaan dengan keinginan untuk berpartisipasi; 3. Tingkat pendidikan dan buta huruf. Faktor ini sangat berpengaruh
bagi keinginan dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi serta untuk memahami dan melaksanakan tingkatan dan bentuk
partisipasi yang ada. 4. Jenis kelamin. Sudah sangat diketahui bahwa sebagian
masyarakat masih menganggap faktor inilah yang dapat mempengaruhi keinginan dan kemampuan masyarakat untuk
berpartisipasi beranggapan bahwa laki-laki dan perempuan akan
Universitas Sumatera Utara
18 mempunyai persepsi dan pandangan berbeda terhadap suatu
pokok permasalahan; 5. Kepercayaan terhadap budaya tertentu. Masyarakat dengan
tingkat heterogenitas yang tinggi, terutama dari segi agama dan budaya akan menentukan strategi partisipasi yang digunakan
serta metodologi yang digunakan. Seringkali kepercayaan yang dianut dapat bertentangan dengan konsep-konsep yang ada.
b. Faktor-faktor Eksternal Menurut Sunarti dalam jurnal Tata Loka, 2003:9, faktor-faktor eksternal ini
dapat dikatakan informan stakeholder, yaitu semua pihak yang berkepentingan dan mempunyai pengaruh terhadap program ini. Informan kunci adalah siapa
yang mempunyai pengaruh yang sangat signifikan, atau mempunyai posisi penting guna kesuksesan program.
1.5.4 Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat
Secara sederhana partisipasi bisa diartikan sebagai keikutsertaan seseorang, kelompok atau masyarakat dalam proses pembangunan. Pengertian tersebut dapat
diartikan bahwa
seseorang, kelompok atau masyarakat
dapat memberikan kontribusisumbangan yang sekiranya dapat menunjang keberhasilan dari sebuah
proyekprogram pembangunan. Secara umum partisipasi masyarakat dapat dilihat dari bentuk partisipasi masyarakat yang diberikan dalam bentuk nyata memiliki wujud dan
juga bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk tidak nyata abstrak. Bentuk partisipasi yang nyata misalnya uang, harta benda, tenaga dan keterampilan. Sedangkan
Universitas Sumatera Utara
19 bentuk partisipasi yang tidak nyata adalah partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial,
pengambilan keputusan dan partisipasi representatif. Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dapat dilihat sebagai berikut Huraerah,
2008:102: 1. Partisipasi buah pikiran, yang diberikan partisipan dalam pertemuan atau rapat.
2. Partisipasi tenaga, yang diberikan partisipan dalam berbagai kegiatan untuk perbaikan atau pembangunan prasarana.
3. Partisipasi harta benda, yang diberikan orang dalam berbagai kegiatan untuk perbaikan atau pembangunan, pertolongan bagi orang lain yang biasanya berupa
uang, makanan dan sebagainya. 4. Partisipasi keterampilan dan kemahiran, yang diberikan orang untuk mendorong
berbagai bentuk usaha. 5. Partisipasi sosial, yang diberikan orang sebagai tanda keguyuban.
Ndraha 1990:103-104 mengemukakan bentuk yang dapat juga disebut tahap partisipasi, meliputi:
1. Partisipasi dalammelalui kontraknya dengan pihak lain contact change sebagai salah satu titik awal perubahan sosial.
2. Partisipasi dalam memperhatikanmenyerap dan memberi tanggapan terhadap informasi, baik dalam arti menerima mentaati, memenuhi, melaksanakan,
menginginkan, menerima dengan syarat, maupun dalam arti menolaknya. 3. Partisipasi dalam perencanaan pembangunan, termasuk pengambilan keputusan
atau penetapan rencana. Termasuk keputusan politik yang menyangkut nasib mereka, dan partisipasi dalam hal yang bersifat teknis desain proyek.
Universitas Sumatera Utara
20 4. Partisipasi dalam pelaksanaan operasional pembangunan.
5. Partisipasi dalam menerima, memelihara dan mengembangkan hasil pembangunan.
6. Partisipasi dalam menilai pembangunan, yaitu keterlibatan masyarakat dalam menilai sejauh mana pelaksanaan pembangunan sesuai dengan rencana dan
sejauhmana hasilnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut Ericson dalam Slamet Y 1994:89 bentuk partisipasi yang diberikan
masyarakat dalam tahap pembangunan ada beberapa bentuk yang terbagi dalam 3 tahap, yaitu:
1. Partisipasi di dalam tahap perencanaan idea planing stage. Partisipasi pada tahap ini maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap penyusunan rencana
dan strategi dalam penyusunan kepanitian dan anggaran pada suatu kegiatanproyek. Masyarakat berpartisipasi dengan memberikan usulan, saran
dan kritik melalui pertemuan-pertemuan yang diadakan; 2. Partisipasi di dalam tahap pelaksanaan implementation stage. Partisipasi pada
tahap ini maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap pelaksanaan pekerjaan suatu proyek. Masyarakat disini dapat memberikan tenaga, uang
ataupun materialbarang serta ide-ide sebagai salah satu wujud partisipasinya pada pekerjaan tersebut;
3. Partisipasi di dalam pemanfaatan utilitazion stage. Partisipasi pada tahap ini maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap pemanfaatan suatu proyek
setelah proyek tersebut selesai dikerjakan. Partisipasi masyarakat pada tahap ini
Universitas Sumatera Utara
21 berupa tenaga dan uang untuk mengoperasikan dan memelihara proyek yang
telah dibangun.
I.5.5. Tingkat Partisipasi Masyarakat
Menurut Sherry Arnstein pada makalahnya yang termuat di Journal of the American Institute of Planners dengan judul
“A Ladder of Citizen Participation”, bahwa terdapat delapan tangga tingkat partisipasi berdasarkan kadar kekuatan
masyarakat dalam memberikan pengaruh perencanaan, seperti berikut: 1. Manipulasi Manipulation
Pada tingkat ini partisipasi masyarakat berada di tingkat yang sangat rendah. Bukan hanya tidak berdaya, akan tetap i pemegang kekuasaan memanipulasi partisipasi
masyarakat melalui sebuah program untuk mendapatkan persetujuan dari masyarakat. Masyarakat sering ditempatkan sebagai komite atau badan penasehat dengan maksud
sebagai pembelajaran atau untuk merekayasa dukungan mereka. Partisipasi masyarakat dijadikan kendaraan public relation oleh pemegang kekuasaan. Masyarakat diundang
untuk terlibat dalam komite atau badan penasehat dan sub-sub komitenya. Pemegang kekuasaan memanipulasi fungsi komite dengan pengumpulan informasi, hubungan
masyarakat dan dukungan. Dengan melibatkan masyarakat di dalam komite, pemegang kekuasaan mengklaim bahwa program sangat dibutuhkan dan perlu didukung. Pada
kenyataannya, hal ini merupakan alasan utama kegagalan dari program-program pembaharuan.
Universitas Sumatera Utara
22 2. Terapi Therapy
Untuk tingkatan ini, kata ‘terapi’ digunakan untuk merawat penyakit.
Ketidakberdayaan adalah penyakit mental. Terapi dilakukan untuk menyembuhkan ‘penyakit’ masyarakat. Pada kenyataannya, penyakit masyarakat terjadi sejak distribusi
kekuasaan antara ras atau status ekonomi kaya dan miskin tidak pernah seimbang. 3. Pemberian Informasi Informing
Tingkat partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan transisi antara tidak ada partisipasi dengan tokenism. Kita dapat melihat dua karakteristik yang bercampur
yaitu: a. Pemberian informasi mengenai hak-hak, tanggung jawab, dan pilihan-pilihan
masyarakat adalah langkah pertama menuju partisipasi masyarakat; b. Pemberian informasi ini terjadi hanya merupakan informasi satu arah tentunya
dari aparat pemerintah kepada masyarakat. Akan tetapi tidak ada umpan balik feedback dari masyarakat. Alat yang sering digunakan dalam komunikasi satu
arah adalah media massa, pamflet, poster, dan respon untuk bertanya. 4. Konsultasi Consultation
Konsultasi dan mengundang pendapat-pendapat masyarakat merupakan langkah selanjutnya setelah pemberian informasi. Langkah ini dapat menjadi langkah yang sah
menuju tingkat partisipasi penuh. Namun, komunikasi dua arah ini sifatnya tetap buatan artificial karena tidak ada jaminan perhatian-perhatian masyarakat dan ide-ide akan
dijadikan bahan pertimbangan. Metode yang biasanya digunakan pada konsultasi masyarakat adalah survei mengenai perilaku, pertemuan antar tetangga, dan dengar
pendapat. Di sini partisipasi tetap menjadi sebuah ritual yang semu. Masyarakat pada
Universitas Sumatera Utara
23 umumnya hanya menerima gambaran statistik, dan partisipasi merupakan suatu
penekanan pada berapa jumlah orang yang datang pada pertemuan, membawa pulang brosur-brosur, atau menjawab sebuah kuesioner.
5. Penentraman Placation Strategi penentraman menempatkan sangat sedikit masyarakat pada badan-badan
urusan masyarakat atau pada badan-badan pemerintah. Pada umumnya mayoritas masih dipegang oleh elit kekuasaan. Dengan demikian, masyarakat dapat dengan mudah
dikalahkan dalam pemilihan atau ditipu. Dengan kata lain, mereka membiarkan masyarakat untuk memberikan saran-saran atau rencana tambahan, tetapi pemegang
kekuasaan tetap berhak untuk menentukan legitimasi atau fisibilitas dari saran-saran tersebut.
6. Kemitraan Partnership Pada tingkat kemitraan, partisipasi masyarakat memiliki kekuatan untuk
bernegosiasi dengan pemegang kekuasaan. Kekuatan tawar menawar pada tingkat ini adalah alat dari elit kekuasaan dan mereka yang tidak memiliki kekuasaan. Kedua
pemeran tersebut sepakat untuk membagi tanggung jawab perencanaan dan pengambilan keputusan melalui badan kerjasama, komite-komite perencanaan, dan
mekanisme untuk memecahkan kebuntuan masalah. 7. Pendelegasian Kekuasaan Delegated Power
Pada tingkat ini, masyarakat memegang kekuasaan yang signifikan untuk menentukan program-progam pembangunan. Untuk memecahkan perbedaan-perbedaan,
Universitas Sumatera Utara
24 pemegang kekuasaan perlu untuk memulai proses tawar menawar dibandingkan dengan
memberikan respon yang menekan. 8. Pengawasan Masyarakat Citizen Control
Pada tingkat tertinggi ini, partisipasi masyarakat berada di tingkat yang maksimum. Pengawasan masyarakat di setiap sektor meningkat. Masyarakat meminta
dengan mudah tingkat kekuasaan pengawasan yang menjamin partisipan dan penduduk dapat menjalankan sebuah program atau suatu lembaga akan berkuasa penuh
baik dalam aspek kebijakan dan dimungkinkan untuk menegosiasikan kondisi pada saat di mana pihak luar bisa menggantikan mereka.
Pada tingkat 1 dan 2 disimpulkan sebagai tingkat yang bukan partisipasi atau non participation. Tingkat 3, 4, dan 5 disebut tingkat penghargaantokenisme atau
Degree of Tokenism. Dan tingkat 6, 7, dan 8 disebut tingkatan kekuatan masyarakat atau Degree of Citezen Power.
Tangga Ke
Bentuk Partisipasi Kategori
VIII Pengawasan masyarakat
Tingkat kekuatan
masyarakat Degrees of Citizen Power
VII Pendelegasian
Kekuasaan dan
Kewenangan VI
KemitraanKesetaraan V
PenentramanKompromi Tingkatan Semu
IV Berkonsultasi
III Menginformasikan
Universitas Sumatera Utara
25 II
Terapi Bukan Partisipasi
I Manipulasi
Tabel 1.1 : Model Delapan Anak Tangga Partisipasi Masyarakat Model Arsntein
1.5.6. Pentingnya Partisipasi Masyarakat
Dalam sistem pemerintahan yang demokratis, konsep partisipasi masyarakat merupakan salah satu konsep yang penting karena berkaitan langsung dengan hakikat
demokrasi sebagai sistem pemerintahan yang berfokus pada rakyat sebagai pemegang kedaulatan. Partisipasi masyarakat sangat erat kaitannya dengan kekuatan atau hak
masyarakat, terutama dalam pengambilan keputusan dalam tahap identifikasi masalah, mencari pemecahan masalah sampai dengan pelaksanaan berbagai kegiatan Panudju,
1999. Menurut Conyers 1991, ada tiga alasan utama mengapa partisipasi masyarakat
mempunyai sifat sangat penting. Pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat
setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal. Kedua, masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan
jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki
terhadap proyek tersebut. Ketiga, timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri.
Dapat dirasakan bahwa mereka pun mempunyai hak untuk turut memberikan saran dalam menentukan jenis pembangunan yang akan dilaksanakan. Hal ini selaras dengan
Universitas Sumatera Utara
26 konsep man-centred development suatu pembangunan yang dipusatkan pada
kepentingan manusia, yaitu jenis pembangunan yang lebih diarahkan demi perbaikan nasib manusia dan tidak sekedar sebagai alat pembangunan itu sendiri.
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya merupakan unsur yang sungguh penting dalam
pemberdayaan masyarakat. Dengan dasar pandang demikian, maka pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan, dan pengamalan
demokrasi Kartasasmita, 1996. Menurut Siahaan 2004, partisipasi masyarakat memiliki keuntungan sosial,
politik, planning dan keuntungan lainnya, yaitu: a Dari pandangan sosial, keuntungan utamanya adalah untuk mengaktifkan
populasi perkotaan yang cenderung individualistik, tidak punya komitmen dan dalam kasus yang ekstrim teralienasi. Di dalam proses partisipasi ini, secara
simultan mempromosikan semangat komunitas dan rasa kerjasama dan keterlibatan.
b Dari segi politik, partisipasi lebih mempromosikan participatory dibanding demokrasi perwakilan representative democracy sebagai hak demokrasi dari
setiap orang dan dengan demikian publik secara umum, untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Partisipasi publik juga akan membantu
dewan counsellors dan para pembuat keputusan lainnya untuk mendapatkan gambaran lebih jelas mengenai permintaan-permintaan dan aspirasi konstituen
mereka atau semua pihak yang akan terpengaruh, dan sensitivitas pembuatan keputusan dapat dimaksimalkan jika ditangani secara tepat.
Universitas Sumatera Utara
27 c Dari segi planning, partisipasi menyediakan sebuah forum untuk saling tukar
gagasan dan prioritas, penilaian akan public interest dalam dinamikanya serta diterimanya proposal-proposal perencanaan.
d Keuntungan lain dan public participation adalah kemungkinan tercapainya hubungan yang lebih dekat antara warga dengan otoritas kota dan menggantikan
perilaku theywe menjadi perilaku us. Menurut Abe 2005, suatu perencanaan yang berbasis prakarsa masyarakat
adalah perencanaan yang sepenuhnya mencerminkan kebutuhan konkrit masyarakat dan dalam proses penyusunannya benar-benar melibatkan masyarakat. Melibatkan
masyarakat secara langsung dalam proses perencanaan akan membawa dampak penting yaitu: 1 terhindar dari peluang terjadinya manipulasi, dan memperjelas apa yang
sebetulnya dikehendaki masyarakat; 2 memberi nilai tambah pada legitimasi rumusan perencanaan. Semakin banyak jumlah mereka yang terlibat akan semakin baik; 3
meningkatkan kesadaran dan ketrampilan politik masyarakat. Dalam Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional SPPN dijelaskan juga bahwasanya dalam sistem perencanaan pembangunan nasional dan daerah mengamanatkan adanya partisipasi dan keterlibatan
masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan. Dengan demikian, undang- undang tersebut telah menjamin bahwa dalam setiap langkah perencanaan
pembangunan baik di tingkat pusat maupun daerah partisipasi masyarakat wajib untuk didengar dan dipertimbangkan oleh pemerintah.
1.5.7 Pemberdayaan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
28 Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakanmeningkatkan
kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan
kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang lebih besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan
dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai. Menurut Adisasmita 2004:38 pemberdayaan masyarakat adalah upaya
pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya masyarakat pedesaaan secara efektif dan efisian, baik dari aspek masukan atau input SDM, dana, peralatansarana, dan
teknologi dari aspek proses pelaksanaan, monitoring, dan pengawasan, dari aspek keluaran atau output pencapaian sasaran, efektivitas dan efisiensi. Sedangkan Menurut
Suharto pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, okhususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka mempunyai kekuatan atau kemampuan dalam: a
memiliki akses terhadap sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-baran dan jasa-jasa yang mereka
perlukan; dan b berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.
Pemberdayaan mayarakat dilakukan melalui kegiatan- kegiatan sebagai berikut :
a. Perencanaan local dan regional yang bersifat buttom-up
b. Manajemen local
c. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan
d. Pembentukan kelembagaan formal dan informal untuk mengontrol perencanaan
Universitas Sumatera Utara
29 Di dalam melakukan pemberdayaan, keterlibatan pihak yang diberdayakan
sangatlah penting sehingga tujuan dari pemberdayaan dapat tercapai secara maksimal. Program yang mengikutsertakan masyarakat memiliki beberapa tujuan, yaitu agar
bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan mengenali kemampuan serta kebutuhan mereka, serta meningkatkan keberdayaan empowering pihak yang
diberdayakan dengan
pengalaman merancang,
melaksanakan, dan
memepertanggungjawabkan upaya peningkatan diri ekonomi. Salah satu bentuk dari aktualisasi pemberdayaan masyarakat tercermin dalam
bentuk partisipasi masyarakat dalam keseluruhan proses pembangunan, mulai dari proses pengambilan keputusan, pelaksanaan dan menikmati hasil. Dengan
pemberdayaan diharapkan akan dapat meningkatkan akses kelompok miskin dalam proses pengambilan keputusan, akses terhadap fasilitas dan pelayanan, akses terhadap
bantuan hukum, meningkatkan posisi tawar, serta mengurangi peluang terjadinya eksploitasi oleh kelompok lain.
Menurut Kartasasmita 1996:192-193 upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi yaitu:
pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang enabling. Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa
setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya. Pemberdayaan adalah upaya untuk
membangun daya itu, dengan mendorong, memotivasikan, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.
Universitas Sumatera Utara
30 Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat empowering.
Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang penting dilakukan adalah peningkatan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan serta akses ke dalam sumber- sumber kemajuan
teknologi, informasi, pasar, modal dan lapangan pekerjaan. Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses
pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Melindungi harus dilihat sebagai
upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat
menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian charity. Dengan demikian tujuan akhir dari pemberdayaan masyarakat adalah memandirikan masyarakat,
memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan.
Tujuan utama pemberdayaan itu sendiri adalah memperkuat kekuasaan masyarakat miskin dan kelompok lemah lainnya. Salah satu bentuk dari aktualisasi
pemberdayaan masyarakat tercermin dalam bentuk partisipasi masyarakat dalam keseluruhan proses pembangunan, mulai dari proses pengambilan keputusan,
pelaksanaan dan menikmati hasil. Dengan pemberdayaan diharapkan akan dapat meningkatkan akses kelompok miskin dalam proses pengambilan keputusan, akses
terhadap fasilitas dan pelayanan, akses terhadap bantuan hukum, meningkatkan posisi tawar, serta mengurangi peluang terjadinya eksploitasi oleh kelompok lain.
Universitas Sumatera Utara
31
1.5.8. Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat Gerbang Swara
Menurut Instruksi Bupati Serdang Bedagai No 04 tahun 2005 tentang GERBANG SWARA, Gerbang Swara adalah suatu gerakan pembangunan untuk
mewujudkan tercapainnya semangat membangun yang tinggi dengan menumbuhkan prakarsa serta menggerakkan Swadaya Gotong Royong masyarakat dalam
pembangunan prasaran dan sarana yang dibutuhkan oleh masyarakat.
I.5.8.1. Pokok-Pokok Pikiran
a Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat GERBANG SWARA berarti membangun daerah dengan memotivasi dan menggali dari rasa bertanggung
jawab kemanusiaan dimana setiap manusia hakekatnya mencintai daerahnya, mencintai tempatnya bekerja dan merasa tergugah untuk membangun kearah
yang lebih baik. b Bertitik tolak dari rasa cinta akan daerah dan tempat mengabdi sebagai motivasi
membangun daerah akan melahirkan pola praktis bahwa dengan membangun
daerah dengan Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat GERBANG SWARA
akan menggugah dan menggali : c Menjalin hubungan rasa persatuan dan kebersamaan antara sesama masyarakat,
antara masyarakat dan komunitas yang menjadi satu potensi riel yang dapat dijadikan sumber daya pembangunan.
d Memperluas keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan yang berdomisili di DesaKelurahan Serdang Bedagai maupun masyarakat yang tinggal diluar Desa
ataupun Kabupaten Serdang Bedagai.
Universitas Sumatera Utara
32 e Pada Umumnya masing-masing DesaKelurahan mempunyai simpatisan diluar
desa tanpa memandang status kedudukannya serta besar kecilnya kemampuan yang dimiliki akan tetapi mempunyai niat dan keikhlasan untuk berpartisipasi
membangun dengan tetap berada dalam bingkai wawasan nasional dan wawasan kebangsaan.
f Menumbuhkan pola pikir
dari bawah, dari dusunlingkungan
dan DesaKelurahan sebagai basisi pembangunan daerah dan pembangunan nasional.
g Menggali dan menggerakkan semaksimal mungkin potensi yang dimiliki masyarakat baik potensi alam maupun potensi sumber daya manusia.
Mendinamisir lembaga-lembaga yang pernah hidup dan atau masih berkembang ditengah-tengah masyarakat seperti Arisan, Markampung-kampung, Dalihan
Natolu, Serayan, Aron sebagai wadah kegotong royongan yang kesemuannya itu dapat dikembangkan untuk digerakkandiarahkan untuk membangun daerah
Serdang Bedagai ini. h Mempercepat terwujudnya Kabupaten serdang Bedagai sebagai salah satu
Kabupaten terbaik di Indonesia dengan masyarakatnya yang Pancasilais, Religius, Modern dan Kompetitif.
i Mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat dengan memanfaatkan dinamika kemajemukan dengan menggunakan potensi SDM dan SDA secara Optimal.
j Menciptakan rasa kebersamaan dan memiliki rasa terhadap hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai dan bertanggung jawab dalam pemanfaatan
dan pemeliharaannya denga prinsip Dari, Oleh dan Untuk Masyarakat DOM.
I.5.8.2. Arahan Pembangunan Serdang Bedagai
Universitas Sumatera Utara
33
a.
Melakukan pemulihan Recovery secara bersungguh-sungguh bagi segenap permasalahan pembangunan yang terjadi.
b.
Melakukan percepatan pembangunan disegala bidang, dengan tetap memperhatikan konsistensi terhadap lingkungan hidup dan sustainabilitas
berkelanjutan pembangunan itu sendiri.
I.5.8.3. TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan :
GERBANG SWARA adalah suatu gerakan pembangunan untuk mewujudkan tercapainnya semangat membangun yang tinggi dengan menumbuhkan prakarsa serta
menggerakkan Swadaya Gotong Royong masyarakat dalam pembangunan prasaran dan sarana yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Sasaran :
a. Melestarikan semangat dan Jiwa Gotong Royong dalam membangun DesaKelurahan berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan guna
memperkuat persatuan dan kesatuan sesama masyarakat yang merupakan sendi kekuatan dan kesatuan bangsa.
b. Menumbuhkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki kecintaan terhadap DesaKelurahan dan Kampung halaman.
c. Mewujudkan peranan lembaga-lembaga yang ada di DesaKelurahan BPD, LKMD, Lembaga Agama, Adat, Lembaga Masyarakat lainnya dalam rangka
Universitas Sumatera Utara
34 penyusunan rencana dan pelaksanaan pembangunan Desa di setiap
DesaKelurahan sebagaimana format terlampir.
I.6 Definisi Konsep
Menurut Singarimbun 1995: 33, konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang
menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Melalui konsep, peneliti diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa
kejadian yang berkaitan satu dengan lainnya. Konsep sangat penting dalam penelitian karena dia menghubungkan dunia teori dan dunia observasi, antara abstraksi dan
realitas. Adapun definisi konsep yang dikemukakan penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Gerbang swara adalah suatu gerakan pembangunan untuk mewujudkan tercapainnya semangat membangun yang tinggi dengan menumbuhkan
prakarsa serta menggerakkan Swadaya Gotong Royong masyarakat dalam pembangunan prasaran dan sarana yang dibutuhkan oleh
masyarakat. 2. Partisipasi Masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat secara aktif
dengan memberikan kontribusi dalam pembangunan berupa pikiran, tenaga dan harta benda serta mempunyai tanggungjawab guna mencapai
tujuan dalam program gerakan pembangunan swadaya masyarakat desa Melati II.
Universitas Sumatera Utara
35 3. Faktor yang mempengaruhi Partisipasi Masyarakat adalah faktor dalam
masyarakat internal Secara teoritis, terdapat hubungan antara ciri-ciri individu dengan tingkat partisipasi, seperti Usia, Jenis kelamin,
Pekerjaan dan Pengetahuan dan Keahlian. Faktor dari luar masyarakat eksternal ini dapat dikatakan informan stakeholder, yaitu semua pihak
yang berkepentingan dan mempunyai pengaruh terhadap program ini. Informan kunci adalah siapa yang mempunyai pengaruh yang sangat
signifikan, atau mempunyai posisi penting guna kesuksesan program.
I.7 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dari penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
kerangka teori, definisi konsep dan sistematika penulisan.
BAB II : METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, teknis analisis
data yang digunakan dalam penelitian.
BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Universitas Sumatera Utara
36 Bab ini berisikan gambaran lokasi penelitian berupa sejarah
singkat, visi dan misi, serta struktur organisasi.
BAB IV : PENYAJIAN DATA
Bab ini menyajikan data yang diperoleh selama penelitian dilapangan atau berupa dokumen-dokumen yang akan
dianalisis.
BAB V : ANALISIS DATA
Bab ini berisikan tentang uraian data-data yang diperoleh setelah melaksanakan penelitian dan memberikan interprestasi
atas permasalahan yang diajukan.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran, bagian kesimpulan rumusan masalah. Pemecahan masalah yang dinyatakan dalam
bentuk saran.
Universitas Sumatera Utara
37
BAB II METODE PENELITIAN
II.1 Metode Penelitian
Penelitian lazimnya memiliki dua bentuk penelitian yakni penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif menghendaki suatu informasi dalam bentuk
deskripsi dan lebih menghendaki makna yang berada dibalik deskripsi data tersebut Hamidi, 2004. Dalam akar tradisi penelitian kualitatif, fenomena sosial melibatkan
manusia sebagai pelaku kegiatan sosial yang senantiasa sarat dengan dunia pemaknaan akan subjek manusia pelakunya serta melibatkan interpretasi, kesadaran serta makna
subjektifnya sebagai pelaku tindakan sosial tadi Burhan, 2003. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif
dikarenakan peneliti ingin mengetahui dan melihat secara mendalam bagaimana partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Gerakan Pembangunan Swadaya
Masyarakat GERBANG SWARA dengan mewawancarai pihak-pihak yang bersangkutan secara mendalam. Oleh sebab itu, penulis akan berusaha menganalisis,
menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, situasi yang timbul pada objek sehingga dapat diperoleh sebuah kesimpulan jelas mengenai penelitian yang dimaksud. Hal ini
sejalan dengan tujuan penelitian dalam melihat bagaimana bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Gerbang Swara dan Faktor-faktor apa saja yang
menjadi penghambat dalam pelaksanaan program Gerbang Swara tersebut, di mana adalah sebuah fenomena sosial yang memerlukan informasi secara mendalam dan
Universitas Sumatera Utara
38 menyeluruh melalui wawancara mendalam dari masing-masing informan kunci,utama
maupun tambahan agar terlihat dengan jelas apa yang sebenarnya terjadi di lapangan.
II.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Desa Melati II kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang bedagai.
II.3. Informan Penelitian
Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi
dan sampel. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive sample pada pemilihan informan dengan pertimbangan akan memberikan data yang diperlukan.
Menurut Suyanto 2005: 172, informan penelitian meliputi beberapa macam, yaitu:
1. Informan kunci key informan, yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.
2. Informan utama, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti.
3. Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.
Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah: 1. Informan kunci berjumlah 3 orang :
a. Kepala Desa Bapak Supardi
Universitas Sumatera Utara
39 b. Ketua LKMD Bapak Neddy TN
c. KAUR Pembangunan Bapak Suherman 2. Informan Utama berjumlah 15 orang : Masyarakat Desa Melati II
3. Informan Tambahan berjumlah 2 orang : a. BPD Bapak Sudarsono
b. Kelompok Tani Bapak RS Siagian
II.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, digunakan dua macam teknik pengumpulan data yaitu: 1. Teknik pengumpulan data primer
Teknik pengumpulan data primer yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari
data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan cara:
a. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada pihak-pihak
yang terkait dengan suatu tujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Metode ini dipakai untuk informan yang berhubungan
dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian.
b. Metode Observasi, yaitu pelaksanaan pengamatan secara langsung terhadap fenomena-fenomena yang berkaitan dengan fokus penelitian.
Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data observasi dengan
Universitas Sumatera Utara
40 melakukan proses dokumentasi untuk dapat memperoleh tambahan
informasi lagi dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan
dengan objek penelitian. 2. Teknik pengumpulan data sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengumpulan kepustakaan yang dapat mendukung data
primer. Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut:
a. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku- buku, literatur, internet, dan sumber-sumber lain yang berkompetisi
dan memiliki keterkaitan dengan masalah penelitian. b. Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan
menggunakan catatan-catatan atau dokumen-dokumen yang ada di lokasi penelitian atau sumber-sumber lain yang terkait dengan objek
penelitian.
II.5 Teknik Analisis Data
Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisa data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah teknik analisa data kualitatif. Menurut Moleong 2006: 274,
teknik analisa kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah dan menyusunnya
dalam satu satuan yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa
Universitas Sumatera Utara
41 keabsahan dan serta menafsirnya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar
peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian. Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Adapun aktivitas dalam analisis data, yaitu:
a. Data Reductionreduksi data Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
b. Data Displaypenyajian data Dalam penelitian ini, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian atau teks
yang bersifat naratif dan penyajian data dalam bentuk table. c. Menarik Kesimpulan
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan kosisten saat peneliti
kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Universitas Sumatera Utara
42
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Sejarah Terbentuknya Desa Melati II adalah Perjuangan Bapak Siswoyuono, dimana tanah desa yang sekarang dinamakan Desa Melati ini adalah tanah konsensi dari
Undang-undang Darurat 1948. Antara tahun 1948-1960 terbentuknya nama kampong Melati. Dimana waktu itu Bapak Siswoyuono menanam Pohon Melati dan sekitar
perkampungan banyak tumbuh melati hutan. Untuk mengenang perjuangan Bapak Siswoyuono ini maka tanah konsensi ini diberinama kampong melati, sampai saat
perkembangannya kampong melati menjadi Desa Melati. Secara Geografis Desa Melati II merupakan salah satu Desa dari 24 Desa dan 4
Kelurahan di Kecamatan Perbaungan, Desa Melati II terletak 15 cm diatas permukaan Laut dengan suhu 37o Celcius dengan batas-batas :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Melati I b. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Perkebunan PTPN II Kebun Melati
c. Sebelah Barat Berbatasan dengan Desa Citaman Jernih dan PTPN IV Adolina
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Jatimulya Jarak atau orbitasi Desa Melati II ke :
a. Ibu kota Kecamatan : 06 Km
b. Lama tempuh ke Ibu Kota Kecamatan
: 15 Menit c.
Ibu kota Kabupaten : 23 Km
Universitas Sumatera Utara
43 d. Lama tempuh ke Ibu Kota Kabupaten
: 1,5 Jam Secara berturut-turut kepemimpinan kampung atau Desa Melati adalah sebagai berikut :
Tabel III.1 Kepala Desa Melati II
NO NAMA
MASA JABATAN STATUS
1 BAPAK SISWOYUONO
1948 Sd 1965 2
BAPAK M. SALEH 1965 Sd 1970
3 BAPAK PONIJO
1970 Sd 1975 4
BAPAK H. LIAS SIREGAR 1976 Sd 1979
5 BAPAK JUMINGAN
1980 Sd 1983 6
BAPAK JAMAL SUGIANTO 1983 Sd 1984
7 BAPAK SUARNO SONO
1984 Sd 1998 8
BAPAK MARSUDI 1998 Sd 2010
9 BAPAK SUDARNO
2010 Sd 2011 Plt
10 BAPAK SUPARDI
2011 Sd sekarang 2011 menjabat
III.1 Kondisi Umum Desa Melati II
Desa Melati II memiliki Luas Wilayah 1.170 Km
2
. Batasan-batasan Desa Melati Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Melati I. Sebelah Selatan Berbatasan
dengan Perkebunan PTPN II Kebun Melati. Sebelah Barat Berbatasan dengan Desa Citaman Jernih dan PTPN IV Adolina. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa
Jatimulya. Desa ini mempunyai 23 dusun dan jarak kantor Desa ke Ibu kota Kecamatan 6 Km.
Universitas Sumatera Utara
44 Penduduk Desa Melati II telah terbentuk sebuah kampung dengan nama
kampung Melati II tahun 1965 dengan mayoritas masyarakat Jawa 80, Banjar 10, Batak 5, Banten 3, Melayu 1,8, Bali 0,2. Desa melati II berpenduduk 15.775
Jiwa jika dikelompokan, Laki-laki 7.643 Jiwa dan perempuan berjumlah 8.132 Jiwa, serta jumlah Kepala Keluarga keseluruhan berjumlah 4.139 yang terdiri dari 23 Dusun .
Dengan rincian sebagai berikut :
Tabel III.2 Klasifikasi Penduduk Desa Melati II berdasarkan Kondisi Etnis Budaya
NO SUKU
JIWA
1 Bali
32 2
Banjar 1.578
3 Banten
472 4
Batak 789
5 Jawa
12.620 6
Melayu 284
Jumlah 15.775
Sumber : Data Desa 2013 Penduduk di Desa Melati II terdiri dari bermacam-macam suku budaya , dan
mayoritas penduduk bersuku Jawa. Namun, masyarakat di Desa Melati II saling menghargai satu sama lain.
Tabel III.3 Klarifikasi jumlah Penduduk berdasarkan Agama
NO AGAMA
JIWA 1
ISLAM 15.166
Universitas Sumatera Utara
45 2
KRISTEN 609
JUMLAH 15.775
Sumber : Data Desa 2013 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa penduduk Desa Melati II mayoritas
beragama Islam. Namun ada juga beberapa penduduk memeluk agama Kristen. Namun demikian masyarakat di Desa Melati II tetap saling menghargai dan menghormati setiap
perbedaan sehingga tetap harmonis. Untuk melihat klasifikasi penduduk berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut :
Tabel III.4 Klasifikasi Penduduk berdasarkan Pekerjaan di Desa Melati II
NO PEKERJAAN
JUMLAH 1
Bidan Swasta 52
2 Buruh Tani
879 3
Guru Swasta 467
4 Karyawan Prusahaan Pemerintah
424 5
Karyawan Prusahaan Swasta 320
6 Karyawan Swasta
600 7
Montir 254
8 Pedagang
781 9
PNS 575
10 Pembantu Rumah Tangga
36 11
Pengrajin 54
12 Pengusaha kecil,menengah dan besar
502 13
Perangkat Desa 28
14 Perangkat Swasta
40 15
Petani 3126
Universitas Sumatera Utara
46 16
Peternak 206
17 Polisi dan TNI
53 18
Pensiunan 109
19 Tukang batu
21 20
Tukang cuci 25
21 Wiraswasta
54 22
Belum bekerja 4212
Total penduduk 15.775
Sumber : Data Desa 2013 Dari tabel diatas diketahui bahwa pekerjaan terbanyak di Desa Melati II adalah
Petani sebanyak 3126 jiwa dan jumlah pekerja yang paling sedikit adalah Tukang Batu sebanyak 21 jiwa . sehingga dapat disimpulkan di Desa Melati II lebih banyak ditemui
Petani dan di desa tersebut pun pekerjaannya belum sampai pada tingkat sejahtera ditinjau dari pendapatan dari hasil pekerjaan tersebut dalam memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari. Sedangkan jika dilihat dari segi Etnis Budaya jumlah penduduknya dapat dilihat
dari tabel di bawah ini:
Tabel III.5 Klasifikasi Penduduk Desa Melati II Berdasarkan Jenjang Pendidikan
NO TINGKAT PENDIDIKAN
JIWA
1 Diploma
1419 2
S-1 1224
3 S-2
42 4
SMA 3557
5 SMP
2779
Universitas Sumatera Utara
47 6
SD 460
7 Usia 12-56 tahun tidak tamat SLTP
761 8
Usia 18-56 pernah SD tetapi tidak tamat 141
9 Usia 18-56 tahun tidak pernah sekolah
325 10
Usia 18-56 tahun tidak tamat SLTA 442
11 Usia 3-6 tahun belum masuk TK
329 12
Usia 3-6 tahun yang sedang TK 951
13 Usia 7-18 tahun sedang sekolah
2889 14
Usia 7-18 tahun tidak pernah sekolah 446
JUMLAH 15775
Sumber : Data Desa 2013 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penduduk Desa Melati II lebih banyak
masyarakat yang berpendidikan sampai jenjang SMA, dan paling sedikit masyarakat yang berjenjang pendidikan S-2.
Tabel III.6 Klarifikasi sarana Ibadah di Desa Melati II
NO SARANA IBADAH
JUMLAH
1 Masjid
5 2
Gereja 27
3 Musollah
- 4
Lain-lain -
Sumber : Data Desa 2013 Dari table di atas dapat dilihat bahsa sarana ibadah di Desa Melati II lebih
banyak jumlah Musollah 27 dan lebih sedikit jumlah Masjid.
Universitas Sumatera Utara
48
III.2 Struktur Organisasi Perangkat Desa Melati II Gambar 1. Struktur organisasi
BPD Sudarsono
Kepala Desa Supardi
Sekertaris Desa Sudarno
Kaur Pemerintahan Rebi
Kaur Umum Arianto
Kaur Pembangunan Suherman
No Nama
Kadus No
Nama Kadus
No Nama
Kadus
1 Sahlan
Sumber Sari 9
Lesianto Delima
17 Arbanik
Sei Tontong I 2
Suradi Rambe
10 Sulaiman
Cempaka 18
Samsuddin Randu pisang
3 Sarman
Kuini 11
Miswan Kelapa
19 Sutrisno
Mangga 4
Sukijo Kemiri
12 Abd. Rahman
Jeruk 20
Supardi DukuDurian
5 SugimanDeman
Jambu 13
Sutarjo Belimbing
21 Khairul A Hrp
Kenari 6
Mahmuddin Sei Tontong II
14 Sabirin
Salak 22
Susanto Nawarjo
7 Sutresno
Pala 15
Sugiwan Langsat
23 Ardianto
RambutanKedondong 8
Juwono Sukun
16 Sugiono
Jering
Dalam Undang-undang No 6 tahun 2014 tentang Desa, pemerintah Desa terdiri pemerintah desa dan badan permusyawartan desa. Pemerintah desa terdiri dari kepala
desa dan perangkat desa yang saling bekerja sama untuk mensukseskan pembangunan
Universitas Sumatera Utara
49 desa. Perangkat desa adalah Sekretaris desa dan perangkat desa lainnya. Perangkat desa
yang dimaksud : 1. Sekretaris Desa
2. Pelaksana teknis lapangan kepala urusan dan 3. Urusan kewilayahan kepala dusun
Untuk menjelaskan tentang tata pembagian dan hubungan kerja unit organisasi pemerintahan desa dapat diuraikan sebagai berikut:
1 . Kedudukan dan Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Desa
a. Kepala desa berkedudukan sebagai alat pemerintah desa dan pelaksana
pemerintahan di atas desa dengan tunduk tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan
b. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana disebutkan di atas, kepala desa
memiliki wewenang: 1. Memimpin menyelenggarakan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan
yang ditetapkan berdasarkan BPD. 2. Mengajukan rancangan peraturan desa
3. Menetapkan peraturan desa mengenai APB desa untuk di bahas dan ditetapkan bersama BPD
4. Membina perekonomian desa 5. Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif
Universitas Sumatera Utara
50 6. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk
kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang- undangan.
7. Melaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan c.
Kewajiban Kepala Desa adalah: 1. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia; 2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
3. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat; 4. Melaksanakan kehidupan demokrasi;
5. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme;
6. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa; 7. Menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundangundangan;
8. Menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik; 9. Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan desa;
10. Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa; 11. Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa;
12. Mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa; 13. Membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat
istiadat;
Universitas Sumatera Utara
51 14. Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa; dan
15. Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup;
2. Kedudukan, Tugas pokok dan fungsi Sekretaris Desa:
a. Sekretaris desa berkedudukan sebagai unsur pembantu pimpinan di bidang ketatausahaan dan memimpin sekretaris desa
b. Sesuai dengan kedudukan tersebut, sekretaris desa mempunyai tugas pokok untuk menyelenggarakan pelaksanaan-pelaksanaan administrasi pemerintahan,
administrasi pembangunan dan administrasi kemasyarakatan serta memberikan pelayanan di bidang ketatausahaan kepada kepala desa
c. Untuk melaksanakan tugas pokok dimaksud, sekretaris desa mempunyai fungsi untuk menyelenggarakan urusan surat menyurat, kearsipan, dan laporan,
melaksanakan urusan keuangan, administrasi umum, dan melakasnakan tugas kepala desa dalam hal kepala desa berhalangan melaksanakan tugasnya.
Sedangkan penjabaran tugas pokok dari sekretaris desa adalah sebagai berikut; a. Memberikan saran dan pendapat kepada kepala desa kepala kelurahan.
b. Memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan serta mengawasi urusan kegiatan sekretariat.
c. Memberikan informasi memngenai keadaan secretariat dan keadaan umum diwilayahnya.
d. Merumuskan program kerja. e. Melaksanakan urusan surat menyurat, kearsipan dan laporan.
Universitas Sumatera Utara
52 f. Mengadakan dan melaksanakan persiapan rapat dan mencatat hasil rapat.
g. Menyusun rencana anggaran penerimaan dan belanja desa. h. Mengadakan kegiatan inventarisai.
i. Melaksanakan kegiatan pencatan administrasi pertahanan dan pencatatan mutasi tanah.
j. Melaksanakan administrasi kepegawaian diwilayahnya. k. Melaksanakan administarsi kependudukan, administrasi pembaangunan,
administrasi kemasyarakatan. l. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh kepala desa.
3. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Urusan: