8 2.   Sebagian  besar  warga  Petani  dan  Buruh  tani  juga  ada  yang  memelihara  hewan
ternak  maski  dalam  skala  kecil,  biasanya  hanya  digunakan  untuk  investasi jangka pendek
Makna yang terkandung :
1.   Mandiri   :   Suatu   kondisi   kehidupan   yang   kreatif,   inivatif,   produktif   dan
partisipatif sehingga mampu memenuhi kebutuhannya sendiri
2.   Aman :  Bahwa masyarakat merasa nyaman berada dilingkungannya sendiri dan
tidak merasa takut karena keamanan yang bertugas
3.   Damai : Masyarakat selalu  damai  walaupun  hidup  berdampingnan dengan suku
dan  agama  yang  lain.  Karena  nilai  yang  terkandung  dalam  pancasila  menjadi kunci untuk hidup bermasyarakat.
4.   Indah   :   Lingkungan   yang   indah   adalah   menjadi   dambaan   setiap   orang,
masyarakat  menyadari  akan  hal  tersebut.  Warga  Desa  Melati  II  menjaga  hal tersebut dengan melakukan bulan bakti Gotong royong tiap bulannya.
Misi Desa
Untuk  mencapai  visi  disusun  Misi  Desa  Melati  II  Kecamatan  perbaungan Kabupaten  Serdang  Bedagai  adalah  dengan  mendayagunakan  Potensi  SDM  dan  SDA
secara  Optimal  dengan  tetap  berada  dalam  bingkai  wawasan  nasional  dan  wawasan kebangsaaan.
Desa  Melati  II  Kecamatan  Perbaungan  Kabupaten  Serdang  Bedagai  merupakan salah satu Desa dari 24 Desa dan 4 Kelurahan di Kecamatan perbaungan dan juga salah
satu  Desa  yang  berhasil  dalam  menerapkan  program  Gerbang  swara  di  Desanya.  Pada tahun  2012  Desa  Melati  II  mampu  mengumpulkan  dana  Swadaya  masyarakat  sebesar
Universitas Sumatera Utara
9 Rp.932,642,015.  dan  pada  Tahun  2013  dana  swadaya  masyarakat  mengalami
peningkatan  sebesar  Rp.2.645,185,016.   Hal  ini  sangat   mengesankan  dimana  dana sebesar  itu  dapat   dikumpulkan  masyarakat   hanya   dari   swadaya   masyarakat  tanpa
bantuan dari pemerintah sedikit pun. Berdasarkan  uraian  di  atas  maka  penulis  sangat  tertarik  untuk  mengadakan
penelitian   dengan   judul: “   partisipasi   masyarakat   dalam   pelaksanaan   program
Gerakan  Pembangunan  Swadaya  Masyarakat  Gerbang  Swara  di  Desa  Melati  II Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai
“.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan  uraian  di  atas,  maka  yang  menjadi  pokok  permasalahan  dalam penelitian ini adalah :
a.   Bagaimana  partisipasi  masyarakat  dalam  pelaksanaan  program  Gerbang  Swara di Desa Melati II ?
b.   Faktor-faktor   apa   saja   yang   mempengaruhi   partisipasi   masyarakat   dalam pelaksanaan program Gerbang Swara di Desa Melati II ?
I.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : a.   Untuk  mengtahui  partisipasi  masyarakat  dalam  pelaksanaan  program  Gerbang
Swara di Desa Melati II b.   Untuk   mengetahui   Faktor-Faktor   apa   saja   yang   mempengaruhi   partisipasi
masyarakat dalam pelaksanaan program Gerbang Swara di Desa Melati II
Universitas Sumatera Utara
10
I.4 Manfaat Penelitian
Penelitian  dilakukan  untuk  memecahkan  sebuah  masalah  atau  fenomena  social yang  ada  dalam  masyarakat.  Dengan  kata  lain  sebuah  penelitian  harus  benar-  benar
bermanfaat   atau   memiliki   dampak   bagi   pihak-pihak   yang   bersangkutan   dalam penelitian. Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1.    Secara  subyektif.  Sebagai  sarana  untuk  melatih  dan  menguji  serta  meningkat kemampuan berpikir penulis melalui penulisan karya ilmiah
2.  Secara  praktis.  diharapkan  penelitian  ini  dapat  menjadi  masukan  dalam memberdayakan  masyarakat,  serta  bermanfaat  sebagai  pedoman  dalam
mengevaluasi program untuk dapat meningkatkan kinerja di kemudian hari. 3.    Secara  akademis.  Penelitian  ini  diharapkan  dapat  memberikan  kontribusi  baik
secara  langsung  maupun  tidak  bagi  kepustakaan  departemen  Ilmu  Administrasi Negara dan referensi tambahan bagi mahasiswa di masa mendatang.
I.5 Kerangka Teori
Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi, dan proposisi untuk menerangkan  suatu  fenomena  sosial  secara  sistematis  dengan  cara  merumuskan
hubungan  antar  konsep.  Sebagai  landasan  berpikir  dalam  menyelesaikan  atau memecahkan  masalah  yang  ada,  perlu  adanya  pedoman  teoritis  yang  dapat  membantu
dan   sebagai   bahan   referensi   dalam   penelitian.   Kerangka   teori   ini   diharapkan
Universitas Sumatera Utara
11 memberikan pemahaman yang  jelas dan  tepat  bagi peneliti dalam memahami  masalah
yang diteliti. Singarimbun, 1995: 37.
1.5.1 Partisipasi Masyarakat
Dalam   melaksanakan   pembangunan   penting   adanya   partisipasi   masyarakat dalam  setiap  program  atau  kegiatan  yang  diadakan  oleh  pemerintah.  Terlebih  jika
program  tersebut  diadakan  untuk  memberdayakan  masyarakat,  yang  mana  mereka merupakan  subjek  yang  melakukan  perubahan  sekaligus  sebagai  objek  yang  terkena
dampak langsung dari  perubahan tersebut. Osborne  dan Gaebler mengungkapkan ketika memasuki  reinventing  government  yaitu  prinsip
“  community  owned  government: Empowering  more  than  servi
ng”  yang  menunjukan  betapa  pentingnya  partisipasi masyarakat  dalam  administrasi  publik.  Pengertian  ini  juga  menunjukan  bahwa  warga
Negara  bukan  lagi  diposisikan  sebagai  yang  dikenai  tindakan  yang  dikeluarkan pemerintah   tetapi   sebagi   pemilik   pemerintahanowner   of   government   dan mampu
bertindak secara  bersama – sama mencapai sesuatuyang lebih baik. Kepentingan publik
tidak  lagi  dipandang  sebagai  agresi  kepentinganpribadi  melainkan  sebagai  hasil  dialog dan keterlibatan publik dalam mencari nilai bersama dan kepentingan bersama. muluk,
2007:33. Partisipasi  masyarakat  dalam  program  pemerintahan  dapat  meningkatkan
kemandirian yang
dibutuhkan oleh
masyarakat dalam
percepatan pembangunan.Masyarakat
dapat berpartisispasi
dalam tahapan
perencanaan, implementasi   dan   juga   evaluasi   program-program   pembangunan.   Dijelaskan oleh
Juliantara, 2002:  90-91  dalam  literature  klasik  selalu  ditunjukan  bahwa  partisipasi adalah  keikutsertaan  masyarakat  dalam  perencanaan,  pelaksanaan,  sampai  evaluasi
Universitas Sumatera Utara
12 program pembangunan,tetapi makna substantive yang terkandung dalam sekuen-sekuen
partisipasi adalah voice, akses dan control. Sedangkan  menurut Soetrisno  1995:221  ada dua jenis  definisi partisipasi  yang
beredar  dalam  masyarakat.  Definisi  pertama  adalah  definisi  yang  diberikan  oleh  para perencana  pembangunan  formal  di  Indonesia.  Definisi  partisipasi  jenis  ini  mengartikan
partisipasi rakyat  dalam pembangunan sebagi dukungan rakyat terhadap rencanaproyek pembangunan  yang  dirancang  dan  ditentukan  tujuannya  oleh  perencana.  Ukuran  tinggi
rendahnya  partisipasi  diukur  dengan  kemampuan  rakyat  ikut  menanggung  biaya pembangunan,  baik  berupa  uang  maupun  tenaga  dalam  melaksanakan  proyek
pembangunan  pemerintah.  Definisi  kedua  partisipasi  rakyat  dalam  pembangunan merupakan  kerjasama  yang  erat  antara  perencana  dan  rakyat  dalam  merencanakan,
melaksanakan,   melestarikan   dan   mengembangkan   hasil   pembangunan   yang   telah dicapai.
Dalam  rumusan  FAO  yang  dikutip  oleh  Mikkelsen  2001:  64  menyatakan bahwa  partisipasi  adalah  keterlibatan  masyarakat  dalam  perubahan  yang  ditentukan
sendiri dalam rangka pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka dengan cara memantapkan  dialog  antara  masyarakat  setempat  dengan  para  staf  yang  melaksanakan
persiapan,  pelaksanaan  dan  monitoring  proyek,  agar  mereka  memperoleh  informasi mengenai   konteks   local   dan   dampak-dampak   sosial   yang   ditimbulkan   karena
keberadaan  proyek  tersebut.  Dalam  Wibisana  1989:41  partisipasi  masyarakat  sering diartikan  sebagai  keikutsertaan,  keterlibatan   dan  kebersamaan  anggota  masyarakat
dalam  suatu  kegiatan  tertentu,  baik  secara  langsung  maupun  tidak  langsung,  sejak  dari gagasan,   perumusan   kebijaksanaan   hingga   pelaksanan   program.   Partisipasi   secara
Universitas Sumatera Utara
13 langsung  berarti  anggota  masyarakat  tersebut  ikut  memberikan  bantuan  tenaga  dalam
kegiatan  yang  dilaksanakan.  Sedangkan  partisipasi  tidak  langsung  berupa  keuangan, pemikiran dan material yang diperlukan.
Berdasarkan  pengertian  diatas  maka  dapat  disimpulkan  bahwa  partisipasi merupakan  keikutsertaan  masyarakat  dalam  pelaksanaan  suatu  kegiatan  dimulai  dari
tingkat  paling  awal  yaitu  perencanaan  hingga  kegiatan  tersebut  selesai  dan pemanfaatannya dirasakan bersama sama oleh masyarakat.
1.5.2 Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
Pembangunan  merupakan  suatu  proses  pembaharuan  yang  kontinu  dan  terus menerus  dari  suatu  keadaan  tertentu  kepada  suatu  keadaan  yang  dianggap  lebih  baik
Spalding  dalam  Tjokroamidjojo,  1985:  222.  Ada  empat  aspek  penting  dalam  rangka partisipasi dalam pembangunan yaitu:
1.  Terlibatnya  dan  ikut  sertanya  rakyat  tersebut  sesuai  dengan  mekanisme proses  politik  dalam  suatu  negara  turut  menentukan  arah,  strategi  dan
kebijaksanaan  pembangunan  yang  dilakukan  oleh  pemerintah.  Dalam masyarakat  demokratis  maka  arah  dan  tujuan  pembangunan  hendaknya
mencerminkan kepentingan masyarakat. 2.  Meningkatkan   artikulasi   kemampuan   untuk   merumuskan   tujuan-tujuan
dan  terutama  cara-cara  dalam  merencanakan  tujuan  itu  sebaiknya.  Oleh karena   itu   pada   umumnya   pemerintah   perlu   memberikan   pengarahan
Universitas Sumatera Utara
14 mengenai   tujuan-tujuan   dan   cara-cara   mencapai   tujuan   pembangunan
tersebut. 3.  Partisipasi   masyarakat   dalam   kegiatan-kegiatan   nyata   yang   konsisten
dengan  arah,  strategi  dan  rencana   yang  telah  ditentukan  dalam   proses politik.  Dalam  hal  ini  tergantung dari  sistem  dan  tata  cara  penyelenggaraan
pemerintahan yang berlaku bagi suatu negara. 4.  Adanya  perumusan  dan  pelaksanaan  program-program  partisipatif  dalam
pembangunan  yang  berencana.  Program-program  ini  pada  suatu  tingkat tertentu  memberikan  kesempatan  secara  langsung  kepada  masyarakat  untuk
berpartisipasi dalam rencana yang menyangkut kesejahteraan mereka. Dalam  partisipasi  masyarakat  dikenal  adanya  tiga  tipe  partisipasi  masyarakat
dalam pembangunan, diantaranya yaitu: a.  Partisipasi  dalam  membuat  keputusan  membuat  beberapa  pilihan  dari  banyak
kemungkinan dan menyusun rencana-rencana yang bisa dilaksanakan, dapat atau layak dioperasionalkan.
b.  Partisipasi   dalam   implementasi   kontribusi   sumber   daya,   administrasi   dan koordinasi kegiatan yang menyangkut tenaga kerja, biaya dan informasi.
c.  Dalam  kegiatan  yang  memberikan  keuntungan  material,  sosial  dan  personel. Dalam kegiatan evaluasi termasuk keterlibatan dalam proses yang berjalan untuk
mencapai  tujuan  tertentu  yang  telah  ditetapkan  Cohen  dan  Uphoff,  dalam Komarudin, 1997.
Perencanaan  pembangunan  formal  di  Indonesia  mengartikan  partisipasi masyarakat   sebagai   dukungan   rakyat   terhadap   rencanaproyek   pembangunan   yang
Universitas Sumatera Utara
15 dirancang  dan  ditentukan  tujuannya  oleh  perencana.  Definisi  tersebut  mengasumsikan
adanya  subordinasi  subsistem  oleh  suprasistem  dan  bahwa  subsistem  adalah  suatu bagian yang pasif  dari  sistem pembangunan nasional. Definisi lain  mengenai partisipasi
yang  berlaku  universal  adalah  kerjasama  yang  erat  antara  perencana  dan  rakyat  dalam merencanakan,  melaksanakan,  melestarikan,  dan  mengembangkan  hasil  pembangunan
yang telah dicapai. Keterlibatan  masyarakat  dalam  proses  pembangunan  hendaknya  bukan  karena
mobilisasi,  melainkan  sebagai  bentuk  partisipasi  yang  dilandasi  oleh  determinasi  dan kesadaran.  Singkatnya,  dalam  proses  pembangunan,  masyarakat  tidak  semata-mata
diperlakukan  sebagai  objek,  tetapi  lebih  sebagai  subjek  dan  aktor  atau  pelaku.  Lebih lanjut,  partisipasi  masyarakat  dalam  perumusan  program  membuat  masyarakat  tidak
semata-mata  berkedudukan  sebagai  konsumen  program,  tetapi  juga  sebagai  produsen karena  telah  ikut  serta  terlibat  dalam  proses  pembuatan  atau  perumusannya.  Hal  itu
mengakibatkan  masyarakat  merasa  ikut  memiliki  program  tersebut,  sehingga  kemudian juga  mempunyai  tanggung  jawab  bagi  keberhasilannya.  Dengan  demikian  keterlibatan
masyarakat  dalam  pelaksanaan  program  akan  terbentuk  karena  kesadaran  dan determinasinya, bukan karena dimobilisasi oleh pihak eksternal.
Oleh  sebab  itu,  partisipasi  masyarakat  yang  dimaksudkan  adalah  partisipasi dalam  keseluruhan  proses  pembangunan  mulai  dari  pengambilan  keputusan  dalam
identifikasi  masalah  dan  kebutuhan,  perencanaan  program,  serta  dalam  evaluasi  dan menikmati  hasil.  Dengan  partisipasi  masyarakat  dalam  berbagai  tindakan  bersama
melalui   aktivitas   lokal   telah   terjadi   proses   belajar   sosial   yang   kemudian   dapat
Universitas Sumatera Utara
16 meningkatkan   kapasitas   masyarakat   untuk   berpartisipasi   secara   lebih   baik   dalam
tindakan bersama dan aktivitas lokal berikutnya.
1.5.3 Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi
Faktor-faktor  yang  mempengaruhi  partisipasi  masyarakat  terdiri  dari  faktor  dari dalam  masyarakat  internal,  yaitu  kemampuan  dan  kesediaan  masyarakat  untuk
berpartisipasi,  maupun  faktor  dari  luar  masyarakat  eksternal  yaitu  peran  aparat  dan lembaga  formal  yang  ada.  Kemampuan  masyarakat  akan  berkaitan  dengan  stratifikasi
sosial  dalam  masyarakat.  Menurut  Max  Weber  dan  Zanden1988,  mengemukakan pandangan  multi  dimensional  tentang  stratifikasi  masyarakat  yang  mengidentifikasi
adanya   3   komponen   di   dalamnya,   yaitu   kelas   ekonomi,   status   prestise   dan kekuasaan.
Faktor-faktor  yang  mempengaruhi  partisipasi  masyarakat  tersebut  dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.   Faktor internal Untuk  faktor-faktor  internal  adalah  berasal  dari  dalam  kelompok  masyarakat
sendiri,  yaitu  individu-individu  dan  kesatuan  kelompok  didalamnya.  Tingkah laku  individu  berhubungan  erat  atau  ditentukan  oleh  ciri-ciri  sosiologis  seperti
umur,  jenis  kelamin,  pengetahuan,  pekerjaan  dan  penghasilan  Slamet,1994:97. Secara  teoritis,  terdapat  hubungan  antara  ciri-ciri  individu  dengan  tingkat
partisipasi,  seperti  usia,  tingkat  pendidikan,  jenis  pekerjaan,  lamanya  menjadi
Universitas Sumatera Utara
17 anggota  masyarakat,  besarnya  pendapatan,  keterlibatan  dalam  kegiatan
pembangunan akan sangat berpengaruh pada partisipasi Slamet, 1994:137-143. Menurut   Plumer   dalam   Suryawan,   2004:27,   beberapa   faktor   yang
mempengaruhi masyarakat untuk mengikuti proses partisipasi adalah: 1.   Pengetahuan dan keahlian. Dasar pengetahuan yang dimiliki akan
mempengaruhi  seluruh  lingkungan  dari  masyarakat  tersebut.  Hal ini   membuat   masyarakat   memahami   ataupun   tidak   terhadap
tahap-tahap dan bentuk dari partisipasi yang ada; 2.   Pekerjaan  masyarakat.  Biasanya  orang  dengan  tingkat  pekerjaan
tertentu  akan  dapat  lebih  meluangkan  ataupun  bahkan  tidak meluangkan  sedikitpun  waktunya  untuk  berpartisipasi  pada  suatu
proyek    tertentu.    Seringkali    alasan    yang    mendasar    pada masyarakat    adalah    adanya    pertentangan    antara    komitmen
terhadap pekerjaan dengan keinginan untuk berpartisipasi; 3.   Tingkat pendidikan dan buta huruf. Faktor ini sangat berpengaruh
bagi  keinginan  dan  kemampuan  masyarakat  untuk  berpartisipasi serta  untuk  memahami  dan  melaksanakan  tingkatan  dan  bentuk
partisipasi yang ada. 4.   Jenis    kelamin.    Sudah    sangat    diketahui    bahwa    sebagian
masyarakat  masih  menganggap  faktor  inilah  yang  dapat mempengaruhi  keinginan  dan  kemampuan  masyarakat  untuk
berpartisipasi  beranggapan  bahwa  laki-laki  dan  perempuan  akan
Universitas Sumatera Utara
18 mempunyai   persepsi   dan   pandangan   berbeda   terhadap   suatu
pokok permasalahan; 5.   Kepercayaan   terhadap   budaya   tertentu.   Masyarakat   dengan
tingkat  heterogenitas  yang  tinggi,  terutama  dari  segi  agama  dan budaya  akan   menentukan   strategi   partisipasi   yang  digunakan
serta  metodologi  yang  digunakan.  Seringkali  kepercayaan  yang dianut dapat bertentangan dengan konsep-konsep yang ada.
b.   Faktor-faktor Eksternal Menurut  Sunarti  dalam  jurnal  Tata  Loka,  2003:9,  faktor-faktor  eksternal  ini
dapat dikatakan informan stakeholder,  yaitu  semua pihak  yang berkepentingan dan  mempunyai  pengaruh  terhadap  program  ini.  Informan  kunci  adalah  siapa
yang  mempunyai  pengaruh  yang  sangat  signifikan,  atau  mempunyai  posisi penting guna kesuksesan program.
1.5.4 Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat
Secara  sederhana  partisipasi  bisa  diartikan  sebagai  keikutsertaan  seseorang, kelompok  atau  masyarakat  dalam  proses  pembangunan.  Pengertian  tersebut  dapat
diartikan bahwa
seseorang,  kelompok  atau masyarakat
dapat  memberikan kontribusisumbangan  yang  sekiranya  dapat  menunjang  keberhasilan  dari  sebuah
proyekprogram  pembangunan.  Secara  umum  partisipasi  masyarakat  dapat  dilihat  dari bentuk partisipasi masyarakat yang diberikan  dalam  bentuk nyata memiliki wujud dan
juga  bentuk  partisipasi  yang  diberikan  dalam  bentuk  tidak  nyata  abstrak.  Bentuk partisipasi yang nyata misalnya uang, harta benda, tenaga dan keterampilan. Sedangkan
Universitas Sumatera Utara
19 bentuk  partisipasi  yang  tidak  nyata  adalah  partisipasi  buah  pikiran,  partisipasi  sosial,
pengambilan keputusan dan partisipasi representatif. Bentuk-bentuk  partisipasi  masyarakat  dapat  dilihat  sebagai  berikut  Huraerah,
2008:102: 1.   Partisipasi buah pikiran, yang diberikan partisipan dalam pertemuan atau rapat.
2.    Partisipasi  tenaga,  yang  diberikan  partisipan    dalam  berbagai  kegiatan  untuk perbaikan atau pembangunan prasarana.
3.    Partisipasi  harta  benda,  yang  diberikan  orang  dalam  berbagai  kegiatan  untuk perbaikan atau pembangunan,  pertolongan bagi  orang lain yang biasanya berupa
uang, makanan dan sebagainya. 4.   Partisipasi keterampilan dan kemahiran, yang diberikan orang untuk mendorong
berbagai bentuk usaha. 5.   Partisipasi sosial, yang diberikan orang sebagai tanda keguyuban.
Ndraha  1990:103-104  mengemukakan  bentuk  yang  dapat  juga  disebut  tahap partisipasi, meliputi:
1.   Partisipasi   dalammelalui   kontraknya   dengan   pihak   lain   contact   change sebagai salah satu titik awal perubahan sosial.
2.    Partisipasi  dalam  memperhatikanmenyerap  dan  memberi  tanggapan  terhadap informasi,  baik  dalam  arti  menerima  mentaati,  memenuhi,  melaksanakan,
menginginkan, menerima dengan syarat, maupun dalam arti menolaknya. 3.   Partisipasi  dalam  perencanaan  pembangunan,  termasuk  pengambilan  keputusan
atau  penetapan  rencana.  Termasuk  keputusan  politik  yang  menyangkut  nasib mereka, dan partisipasi dalam hal yang bersifat teknis desain proyek.
Universitas Sumatera Utara
20 4.   Partisipasi dalam pelaksanaan operasional pembangunan.
5.  Partisipasi    dalam    menerima,    memelihara    dan    mengembangkan    hasil pembangunan.
6.    Partisipasi  dalam  menilai  pembangunan,  yaitu  keterlibatan  masyarakat  dalam menilai  sejauh  mana  pelaksanaan  pembangunan  sesuai  dengan  rencana  dan
sejauhmana hasilnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut  Ericson  dalam  Slamet  Y  1994:89  bentuk  partisipasi  yang  diberikan
masyarakat  dalam  tahap  pembangunan  ada  beberapa  bentuk  yang  terbagi  dalam    3 tahap, yaitu:
1.   Partisipasi  di  dalam  tahap  perencanaan  idea  planing  stage.  Partisipasi  pada tahap ini maksudnya adalah pelibatan  seseorang pada tahap  penyusunan rencana
dan  strategi  dalam  penyusunan  kepanitian  dan  anggaran  pada  suatu kegiatanproyek.  Masyarakat  berpartisipasi  dengan  memberikan  usulan,  saran
dan kritik melalui pertemuan-pertemuan yang diadakan; 2.   Partisipasi  di  dalam  tahap  pelaksanaan  implementation  stage.  Partisipasi  pada
tahap  ini  maksudnya  adalah  pelibatan  seseorang  pada  tahap  pelaksanaan pekerjaan  suatu  proyek.  Masyarakat  disini  dapat  memberikan  tenaga,  uang
ataupun  materialbarang  serta  ide-ide  sebagai  salah  satu  wujud  partisipasinya pada pekerjaan tersebut;
3.    Partisipasi  di  dalam  pemanfaatan  utilitazion  stage.  Partisipasi  pada  tahap  ini maksudnya  adalah  pelibatan  seseorang  pada  tahap  pemanfaatan  suatu  proyek
setelah proyek tersebut selesai dikerjakan. Partisipasi masyarakat pada tahap ini
Universitas Sumatera Utara
21 berupa  tenaga  dan  uang  untuk  mengoperasikan  dan  memelihara  proyek  yang
telah dibangun.
I.5.5. Tingkat Partisipasi Masyarakat
Menurut  Sherry  Arnstein  pada  makalahnya  yang  termuat  di  Journal  of  the American  Institute  of  Planners  dengan  judul
“A  Ladder  of  Citizen  Participation”, bahwa  terdapat  delapan  tangga  tingkat  partisipasi  berdasarkan  kadar  kekuatan
masyarakat dalam memberikan pengaruh perencanaan, seperti berikut: 1.   Manipulasi Manipulation
Pada  tingkat  ini  partisipasi  masyarakat  berada  di  tingkat  yang  sangat  rendah. Bukan hanya tidak berdaya, akan tetap  i pemegang kekuasaan memanipulasi partisipasi
masyarakat  melalui  sebuah  program  untuk  mendapatkan  persetujuan  dari  masyarakat. Masyarakat  sering  ditempatkan  sebagai  komite  atau  badan  penasehat  dengan  maksud
sebagai  pembelajaran  atau  untuk merekayasa  dukungan  mereka.  Partisipasi  masyarakat dijadikan  kendaraan  public  relation  oleh  pemegang  kekuasaan.  Masyarakat  diundang
untuk  terlibat  dalam  komite  atau  badan  penasehat  dan  sub-sub  komitenya.  Pemegang kekuasaan  memanipulasi  fungsi  komite  dengan  pengumpulan  informasi,  hubungan
masyarakat  dan  dukungan.  Dengan  melibatkan  masyarakat  di dalam  komite,  pemegang kekuasaan  mengklaim  bahwa  program  sangat  dibutuhkan  dan  perlu  didukung.  Pada
kenyataannya,  hal  ini  merupakan  alasan  utama  kegagalan  dari  program-program pembaharuan.
Universitas Sumatera Utara
22 2.   Terapi Therapy
Untuk  tingkatan  ini,  kata ‘terapi’  digunakan  untuk  merawat  penyakit.
Ketidakberdayaan  adalah  penyakit  mental.  Terapi  dilakukan  untuk  menyembuhkan ‘penyakit’ masyarakat. Pada kenyataannya, penyakit masyarakat terjadi sejak distribusi
kekuasaan antara ras atau status ekonomi kaya dan miskin tidak pernah seimbang. 3.   Pemberian Informasi Informing
Tingkat  partisipasi  masyarakat  pada  tahap  ini  merupakan  transisi  antara  tidak ada  partisipasi  dengan  tokenism.  Kita  dapat  melihat  dua  karakteristik  yang  bercampur
yaitu: a.    Pemberian  informasi  mengenai  hak-hak,  tanggung  jawab,  dan  pilihan-pilihan
masyarakat adalah langkah pertama menuju partisipasi masyarakat; b.   Pemberian  informasi  ini  terjadi  hanya  merupakan  informasi  satu  arah  tentunya
dari  aparat  pemerintah  kepada  masyarakat.  Akan  tetapi  tidak  ada  umpan  balik feedback  dari  masyarakat.  Alat  yang sering  digunakan  dalam  komunikasi  satu
arah adalah media massa, pamflet, poster, dan respon untuk bertanya. 4.   Konsultasi Consultation
Konsultasi  dan  mengundang  pendapat-pendapat  masyarakat  merupakan  langkah selanjutnya  setelah  pemberian  informasi.  Langkah  ini  dapat  menjadi  langkah  yang  sah
menuju tingkat partisipasi penuh. Namun, komunikasi dua arah ini sifatnya tetap buatan artificial  karena  tidak  ada  jaminan  perhatian-perhatian  masyarakat  dan  ide-ide  akan
dijadikan  bahan  pertimbangan.  Metode  yang  biasanya  digunakan  pada  konsultasi masyarakat  adalah  survei  mengenai  perilaku,  pertemuan  antar  tetangga,  dan  dengar
pendapat.  Di  sini  partisipasi  tetap  menjadi  sebuah  ritual  yang  semu.  Masyarakat  pada
Universitas Sumatera Utara
23 umumnya  hanya  menerima  gambaran  statistik,  dan  partisipasi  merupakan  suatu
penekanan  pada  berapa  jumlah  orang  yang  datang  pada  pertemuan,  membawa  pulang brosur-brosur, atau menjawab sebuah kuesioner.
5.   Penentraman Placation Strategi penentraman menempatkan sangat sedikit masyarakat pada badan-badan
urusan  masyarakat atau  pada  badan-badan pemerintah. Pada umumnya mayoritas  masih dipegang  oleh  elit  kekuasaan.  Dengan  demikian,  masyarakat  dapat  dengan  mudah
dikalahkan  dalam  pemilihan  atau  ditipu.  Dengan  kata  lain,  mereka  membiarkan masyarakat  untuk  memberikan  saran-saran  atau  rencana  tambahan,  tetapi  pemegang
kekuasaan  tetap  berhak  untuk  menentukan  legitimasi  atau  fisibilitas  dari  saran-saran tersebut.
6.   Kemitraan Partnership Pada  tingkat  kemitraan,  partisipasi  masyarakat  memiliki  kekuatan  untuk
bernegosiasi  dengan  pemegang  kekuasaan.  Kekuatan  tawar  menawar  pada  tingkat  ini adalah  alat  dari  elit  kekuasaan  dan  mereka  yang  tidak  memiliki  kekuasaan.  Kedua
pemeran    tersebut    sepakat    untuk    membagi    tanggung    jawab    perencanaan    dan pengambilan  keputusan  melalui  badan  kerjasama,  komite-komite  perencanaan,  dan
mekanisme untuk memecahkan kebuntuan masalah. 7.   Pendelegasian Kekuasaan Delegated Power
Pada  tingkat  ini,  masyarakat  memegang  kekuasaan  yang  signifikan  untuk menentukan program-progam pembangunan. Untuk memecahkan perbedaan-perbedaan,
Universitas Sumatera Utara
24 pemegang kekuasaan perlu untuk memulai proses tawar menawar dibandingkan dengan
memberikan respon yang menekan. 8.   Pengawasan Masyarakat Citizen Control
Pada  tingkat  tertinggi  ini,  partisipasi  masyarakat  berada  di  tingkat  yang maksimum.  Pengawasan  masyarakat  di  setiap  sektor  meningkat.  Masyarakat  meminta
dengan   mudah   tingkat   kekuasaan   pengawasan   yang   menjamin   partisipan   dan penduduk dapat  menjalankan  sebuah  program atau  suatu lembaga akan  berkuasa penuh
baik dalam aspek kebijakan  dan  dimungkinkan untuk menegosiasikan kondisi  pada saat di mana pihak luar bisa menggantikan mereka.
Pada  tingkat  1  dan  2  disimpulkan  sebagai  tingkat  yang  bukan  partisipasi  atau non  participation.  Tingkat  3,  4,  dan  5  disebut  tingkat  penghargaantokenisme  atau
Degree of Tokenism. Dan tingkat 6, 7, dan 8 disebut tingkatan kekuatan masyarakat atau Degree of Citezen Power.
Tangga Ke
Bentuk Partisipasi Kategori
VIII Pengawasan masyarakat
Tingkat kekuatan
masyarakat Degrees of Citizen Power
VII Pendelegasian
Kekuasaan dan
Kewenangan VI
KemitraanKesetaraan V
PenentramanKompromi Tingkatan Semu
IV Berkonsultasi
III Menginformasikan
Universitas Sumatera Utara
25 II
Terapi Bukan Partisipasi
I Manipulasi
Tabel 1.1 : Model Delapan Anak Tangga Partisipasi Masyarakat Model Arsntein
1.5.6. Pentingnya Partisipasi Masyarakat
Dalam  sistem  pemerintahan  yang  demokratis,  konsep  partisipasi  masyarakat merupakan  salah  satu  konsep  yang  penting  karena  berkaitan  langsung  dengan  hakikat
demokrasi  sebagai  sistem  pemerintahan  yang  berfokus  pada  rakyat  sebagai  pemegang kedaulatan.  Partisipasi  masyarakat  sangat  erat  kaitannya  dengan  kekuatan  atau  hak
masyarakat,  terutama  dalam  pengambilan  keputusan  dalam  tahap  identifikasi  masalah, mencari  pemecahan  masalah  sampai  dengan  pelaksanaan  berbagai  kegiatan  Panudju,
1999. Menurut  Conyers 1991, ada  tiga  alasan utama  mengapa partisipasi  masyarakat
mempunyai  sifat  sangat  penting.  Pertama,  partisipasi  masyarakat  merupakan  suatu  alat guna  memperoleh  informasi  mengenai  kondisi,  kebutuhan  dan  sikap  masyarakat
setempat,  yang  tanpa  kehadirannya  program  pembangunan  serta  proyek-proyek  akan gagal.  Kedua,  masyarakat  akan  lebih  mempercayai  proyek  atau  program  pembangunan
jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih  mengetahui  seluk  beluk  proyek  tersebut  dan  akan  mempunyai  rasa  memiliki
terhadap  proyek  tersebut.  Ketiga,  timbul  anggapan  bahwa  merupakan  suatu  hak demokrasi  bila  masyarakat  dilibatkan  dalam  pembangunan  masyarakat  mereka  sendiri.
Dapat  dirasakan  bahwa  mereka  pun  mempunyai  hak  untuk  turut  memberikan  saran dalam menentukan jenis pembangunan yang akan dilaksanakan. Hal ini selaras dengan
Universitas Sumatera Utara
26 konsep  man-centred  development  suatu  pembangunan  yang  dipusatkan  pada
kepentingan  manusia,  yaitu  jenis  pembangunan  yang  lebih  diarahkan  demi  perbaikan nasib manusia dan tidak sekedar sebagai alat pembangunan itu sendiri.
Peningkatan  partisipasi  masyarakat  dalam  proses  pengambilan  keputusan  yang menyangkut  diri  dan  masyarakatnya  merupakan  unsur  yang  sungguh  penting  dalam
pemberdayaan  masyarakat.  Dengan  dasar  pandang  demikian,  maka  pemberdayaan masyarakat  amat  erat  kaitannya  dengan  pemantapan,  pembudayaan,  dan  pengamalan
demokrasi Kartasasmita, 1996. Menurut  Siahaan  2004,  partisipasi  masyarakat  memiliki  keuntungan  sosial,
politik, planning dan keuntungan lainnya, yaitu: a  Dari   pandangan   sosial,   keuntungan   utamanya   adalah   untuk   mengaktifkan
populasi  perkotaan  yang  cenderung  individualistik,  tidak  punya  komitmen  dan dalam  kasus  yang  ekstrim  teralienasi.  Di  dalam  proses  partisipasi  ini,  secara
simultan  mempromosikan  semangat  komunitas  dan  rasa  kerjasama  dan keterlibatan.
b  Dari   segi   politik,   partisipasi   lebih   mempromosikan   participatory   dibanding demokrasi  perwakilan  representative  democracy  sebagai  hak  demokrasi  dari
setiap  orang  dan  dengan  demikian  publik  secara  umum,  untuk  berpartisipasi dalam  proses  pengambilan  keputusan.  Partisipasi  publik  juga  akan  membantu
dewan  counsellors  dan  para  pembuat  keputusan  lainnya  untuk  mendapatkan gambaran  lebih  jelas  mengenai  permintaan-permintaan  dan  aspirasi  konstituen
mereka  atau  semua  pihak  yang  akan  terpengaruh,  dan  sensitivitas  pembuatan keputusan dapat dimaksimalkan jika ditangani secara tepat.
Universitas Sumatera Utara
27 c  Dari  segi  planning,  partisipasi  menyediakan  sebuah  forum  untuk  saling  tukar
gagasan  dan  prioritas,  penilaian  akan  public  interest  dalam  dinamikanya  serta diterimanya proposal-proposal perencanaan.
d  Keuntungan   lain   dan   public   participation   adalah   kemungkinan   tercapainya hubungan  yang lebih dekat antara  warga dengan otoritas kota dan menggantikan
perilaku theywe menjadi perilaku us. Menurut  Abe  2005,  suatu  perencanaan  yang  berbasis  prakarsa  masyarakat
adalah perencanaan yang sepenuhnya mencerminkan kebutuhan konkrit  masyarakat dan dalam  proses  penyusunannya  benar-benar  melibatkan  masyarakat.  Melibatkan
masyarakat  secara langsung dalam  proses perencanaan akan  membawa dampak penting yaitu:  1  terhindar  dari  peluang  terjadinya  manipulasi,  dan  memperjelas  apa  yang
sebetulnya  dikehendaki  masyarakat;  2 memberi  nilai  tambah pada  legitimasi  rumusan perencanaan.  Semakin  banyak  jumlah  mereka  yang  terlibat  akan  semakin  baik;  3
meningkatkan kesadaran dan ketrampilan politik masyarakat. Dalam  Undang-undang  No.  25  Tahun  2004  tentang  Sistem  Perencanaan
Pembangunan  Nasional  SPPN  dijelaskan  juga  bahwasanya  dalam  sistem  perencanaan pembangunan  nasional  dan  daerah  mengamanatkan  adanya  partisipasi  dan  keterlibatan
masyarakat   dalam   proses   perencanaan   pembangunan.   Dengan   demikian,   undang- undang    tersebut    telah    menjamin    bahwa    dalam    setiap    langkah    perencanaan
pembangunan  baik  di  tingkat  pusat  maupun  daerah  partisipasi  masyarakat  wajib  untuk didengar dan dipertimbangkan oleh pemerintah.
1.5.7  Pemberdayaan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
28 Pemberdayaan  masyarakat  adalah  upaya  untuk  menciptakanmeningkatkan
kapasitas  masyarakat,  baik  secara  individu  maupun  berkelompok,  dalam  memecahkan berbagai  persoalan  terkait  upaya  peningkatan  kualitas  hidup,  kemandirian,  dan
kesejahteraannya.   Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang lebih besar dari  perangkat  pemerintah  daerah  serta  berbagai  pihak  untuk  memberikan  kesempatan
dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai. Menurut  Adisasmita  2004:38  pemberdayaan  masyarakat  adalah  upaya
pemanfaatan  dan  pengelolaan  sumberdaya  masyarakat  pedesaaan  secara  efektif  dan efisian,   baik   dari   aspek   masukan   atau   input   SDM,   dana,   peralatansarana,   dan
teknologi  dari  aspek  proses  pelaksanaan,  monitoring,  dan  pengawasan,  dari  aspek keluaran atau output pencapaian sasaran, efektivitas dan efisiensi. Sedangkan Menurut
Suharto     pemberdayaan   menunjuk   pada   kemampuan   orang,   okhususnya   kelompok rentan  dan  lemah  sehingga  mereka  mempunyai  kekuatan  atau  kemampuan  dalam:  a
memiliki  akses  terhadap  sumber-sumber  produktif  yang  memungkinkan  mereka  dapat meningkatkan  pendapatannya dan  memperoleh barang-baran dan jasa-jasa  yang mereka
perlukan;  dan  b  berpartisipasi  dalam  proses  pembangunan  dan  keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.
Pemberdayaan mayarakat dilakukan melalui kegiatan- kegiatan sebagai berikut :
a. Perencanaan local dan regional yang bersifat buttom-up
b. Manajemen local
c. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan
d. Pembentukan kelembagaan formal dan informal untuk mengontrol perencanaan
Universitas Sumatera Utara
29 Di  dalam  melakukan  pemberdayaan,  keterlibatan  pihak  yang  diberdayakan
sangatlah  penting  sehingga  tujuan  dari  pemberdayaan  dapat  tercapai  secara  maksimal. Program  yang  mengikutsertakan  masyarakat  memiliki  beberapa  tujuan,  yaitu  agar
bantuan  tersebut  efektif  karena  sesuai  dengan  kehendak  dan  mengenali  kemampuan serta  kebutuhan  mereka,  serta  meningkatkan  keberdayaan  empowering  pihak  yang
diberdayakan dengan
pengalaman merancang,
melaksanakan, dan
memepertanggungjawabkan upaya peningkatan diri ekonomi. Salah  satu  bentuk  dari  aktualisasi  pemberdayaan  masyarakat  tercermin  dalam
bentuk  partisipasi  masyarakat  dalam  keseluruhan  proses  pembangunan,  mulai  dari proses    pengambilan    keputusan,    pelaksanaan    dan    menikmati    hasil.    Dengan
pemberdayaan  diharapkan  akan  dapat  meningkatkan  akses  kelompok  miskin  dalam proses  pengambilan  keputusan,  akses  terhadap  fasilitas  dan  pelayanan,  akses  terhadap
bantuan  hukum,  meningkatkan  posisi  tawar,  serta  mengurangi  peluang  terjadinya eksploitasi oleh kelompok lain.
Menurut  Kartasasmita  1996:192-193  upaya  memberdayakan  masyarakat  dapat dilihat dari tiga sisi yaitu:
pertama,  menciptakan  suasana  atau  iklim  yang  memungkinkan  potensi masyarakat  berkembang  enabling.  Disini  titik  tolaknya  adalah  pengenalan  bahwa
setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak  ada  masyarakat  yang  sama  sekali  tanpa  daya.  Pemberdayaan  adalah  upaya  untuk
membangun  daya  itu,  dengan  mendorong,  memotivasikan,  dan  membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.
Universitas Sumatera Utara
30 Kedua, memperkuat potensi atau daya  yang dimiliki masyarakat   empowering.
Dalam  rangka  pemberdayaan  ini,  upaya  yang  penting  dilakukan  adalah  peningkatan taraf  pendidikan, dan derajat kesehatan  serta akses ke  dalam  sumber- sumber kemajuan
teknologi, informasi, pasar, modal dan lapangan pekerjaan. Ketiga,    memberdayakan    mengandung    pula    arti    melindungi.    Dalam    proses
pemberdayaan,  harus  dicegah  yang  lemah  menjadi  bertambah  lemah,  oleh  karena kekurangberdayaan  dalam  menghadapi  yang  kuat.  Melindungi  harus  dilihat  sebagai
upaya  untuk  mencegah  terjadinya  persaingan  yang  tidak  seimbang,  serta  eksploitasi yang  kuat  atas  yang  lemah.  Pemberdayaan  masyarakat  bukan  membuat  masyarakat
menjadi   makin   tergantung   pada   berbagai   program   pemberian   charity.   Dengan demikian tujuan akhir dari pemberdayaan masyarakat adalah memandirikan masyarakat,
memampukan,  dan  membangun  kemampuan  untuk  memajukan  diri  ke  arah  kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan.
Tujuan  utama  pemberdayaan  itu  sendiri  adalah  memperkuat  kekuasaan masyarakat  miskin  dan  kelompok  lemah  lainnya.  Salah  satu  bentuk  dari  aktualisasi
pemberdayaan  masyarakat  tercermin  dalam  bentuk  partisipasi  masyarakat  dalam keseluruhan  proses  pembangunan,  mulai  dari  proses  pengambilan  keputusan,
pelaksanaan  dan  menikmati  hasil.  Dengan  pemberdayaan  diharapkan  akan  dapat meningkatkan  akses  kelompok  miskin  dalam  proses  pengambilan  keputusan,  akses
terhadap  fasilitas  dan  pelayanan,  akses  terhadap  bantuan  hukum,  meningkatkan  posisi tawar, serta mengurangi peluang terjadinya eksploitasi oleh kelompok lain.
Universitas Sumatera Utara
31
1.5.8. Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat Gerbang Swara
Menurut   Instruksi   Bupati   Serdang   Bedagai   No   04   tahun   2005   tentang GERBANG  SWARA,  Gerbang  Swara  adalah  suatu  gerakan  pembangunan  untuk
mewujudkan  tercapainnya  semangat  membangun  yang  tinggi  dengan  menumbuhkan prakarsa    serta    menggerakkan    Swadaya    Gotong    Royong    masyarakat    dalam
pembangunan prasaran dan sarana yang dibutuhkan oleh masyarakat.
I.5.8.1. Pokok-Pokok Pikiran
a  Gerakan  Pembangunan  Swadaya  Masyarakat  GERBANG  SWARA  berarti membangun  daerah  dengan  memotivasi  dan  menggali  dari  rasa  bertanggung
jawab  kemanusiaan  dimana  setiap  manusia  hakekatnya  mencintai  daerahnya, mencintai  tempatnya  bekerja  dan  merasa  tergugah  untuk  membangun  kearah
yang lebih baik. b   Bertitik tolak dari rasa cinta akan daerah dan tempat mengabdi sebagai motivasi
membangun  daerah  akan  melahirkan  pola  praktis  bahwa  dengan  membangun
daerah  dengan Gerakan  Pembangunan  Swadaya  Masyarakat  GERBANG SWARA
akan menggugah dan menggali : c   Menjalin  hubungan  rasa  persatuan  dan  kebersamaan  antara  sesama  masyarakat,
antara  masyarakat  dan  komunitas  yang  menjadi  satu  potensi  riel  yang  dapat dijadikan sumber daya pembangunan.
d   Memperluas  keikutsertaan  masyarakat  dalam  pembangunan  yang  berdomisili  di DesaKelurahan  Serdang  Bedagai  maupun  masyarakat  yang  tinggal  diluar  Desa
ataupun Kabupaten Serdang Bedagai.
Universitas Sumatera Utara
32 e    Pada  Umumnya  masing-masing  DesaKelurahan  mempunyai  simpatisan  diluar
desa  tanpa  memandang  status  kedudukannya  serta  besar  kecilnya  kemampuan yang  dimiliki  akan  tetapi  mempunyai  niat  dan  keikhlasan  untuk  berpartisipasi
membangun dengan tetap berada dalam bingkai wawasan nasional dan wawasan kebangsaan.
f  Menumbuhkan  pola pikir
dari  bawah, dari  dusunlingkungan
dan DesaKelurahan sebagai basisi pembangunan daerah dan pembangunan nasional.
g   Menggali   dan   menggerakkan   semaksimal   mungkin   potensi   yang   dimiliki masyarakat  baik  potensi  alam  maupun  potensi  sumber  daya  manusia.
Mendinamisir lembaga-lembaga yang pernah hidup dan atau masih berkembang ditengah-tengah   masyarakat   seperti   Arisan,  Markampung-kampung,  Dalihan
Natolu, Serayan, Aron sebagai wadah kegotong royongan yang kesemuannya itu dapat   dikembangkan  untuk   digerakkandiarahkan  untuk   membangun   daerah
Serdang Bedagai ini. h  Mempercepat  terwujudnya  Kabupaten  serdang  Bedagai  sebagai  salah  satu
Kabupaten   terbaik   di   Indonesia   dengan   masyarakatnya   yang   Pancasilais, Religius, Modern dan Kompetitif.
i      Mengikutsertakan  seluruh  lapisan  masyarakat  dengan  memanfaatkan  dinamika kemajemukan dengan menggunakan potensi SDM dan SDA secara Optimal.
j  Menciptakan  rasa  kebersamaan  dan  memiliki  rasa  terhadap  hasil-hasil pembangunan  yang  telah  dicapai  dan  bertanggung  jawab  dalam  pemanfaatan
dan pemeliharaannya denga prinsip Dari, Oleh dan Untuk Masyarakat DOM.
I.5.8.2.  Arahan Pembangunan Serdang Bedagai
Universitas Sumatera Utara
33
a.
Melakukan   pemulihan  Recovery   secara   bersungguh-sungguh  bagi   segenap permasalahan pembangunan yang terjadi.
b.
Melakukan     percepatan     pembangunan     disegala     bidang,     dengan     tetap memperhatikan  konsistensi  terhadap  lingkungan  hidup  dan  sustainabilitas
berkelanjutan pembangunan itu sendiri.
I.5.8.3. TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan :
GERBANG  SWARA adalah suatu  gerakan  pembangunan  untuk  mewujudkan tercapainnya  semangat  membangun  yang  tinggi  dengan  menumbuhkan  prakarsa  serta
menggerakkan  Swadaya  Gotong Royong  masyarakat  dalam  pembangunan  prasaran dan sarana yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Sasaran :
a.   Melestarikan        semangat        dan        Jiwa        Gotong        Royong        dalam membangun  DesaKelurahan  berdasarkan  kekeluargaan  dan  kebersamaan  guna
memperkuat  persatuan  dan  kesatuan  sesama  masyarakat  yang  merupakan  sendi kekuatan dan kesatuan bangsa.
b.   Menumbuhkan  rasa  tanggung  jawab  dan  rasa   memiliki  kecintaan   terhadap DesaKelurahan dan Kampung halaman.
c.    Mewujudkan  peranan  lembaga-lembaga  yang  ada  di  DesaKelurahan  BPD, LKMD,  Lembaga Agama,  Adat,  Lembaga  Masyarakat  lainnya  dalam  rangka
Universitas Sumatera Utara
34 penyusunan  rencana  dan  pelaksanaan  pembangunan  Desa  di  setiap
DesaKelurahan sebagaimana format terlampir.
I.6 Definisi Konsep
Menurut Singarimbun 1995: 33, konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk  menggambarkan  secara  abstrak  kejadian,  keadaan,  kelompok  atau  individu  yang
menjadi  pusat  perhatian  ilmu  sosial.  Melalui  konsep,  peneliti  diharapkan  akan  dapat menyederhanakan  pemikirannya  dengan  menggunakan  satu  istilah  untuk  beberapa
kejadian  yang  berkaitan  satu  dengan  lainnya.  Konsep  sangat  penting  dalam  penelitian karena  dia  menghubungkan  dunia  teori  dan  dunia  observasi,  antara  abstraksi  dan
realitas. Adapun definisi konsep yang dikemukakan penulis dalam penelitian ini adalah:
1.   Gerbang  swara  adalah  suatu  gerakan  pembangunan  untuk  mewujudkan tercapainnya  semangat  membangun  yang  tinggi  dengan  menumbuhkan
prakarsa   serta   menggerakkan   Swadaya   Gotong   Royong   masyarakat dalam  pembangunan  prasaran  dan  sarana  yang  dibutuhkan  oleh
masyarakat. 2.   Partisipasi   Masyarakat   adalah   keikutsertaan   masyarakat   secara   aktif
dengan  memberikan  kontribusi  dalam  pembangunan  berupa  pikiran, tenaga  dan  harta  benda  serta  mempunyai  tanggungjawab  guna  mencapai
tujuan  dalam  program  gerakan  pembangunan  swadaya  masyarakat   desa Melati II.
Universitas Sumatera Utara
35 3.   Faktor  yang  mempengaruhi  Partisipasi  Masyarakat  adalah  faktor  dalam
masyarakat  internal  Secara  teoritis,  terdapat  hubungan  antara  ciri-ciri individu   dengan   tingkat   partisipasi,   seperti   Usia,   Jenis   kelamin,
Pekerjaan  dan  Pengetahuan  dan  Keahlian.  Faktor  dari  luar  masyarakat eksternal ini dapat dikatakan informan stakeholder, yaitu semua pihak
yang  berkepentingan  dan  mempunyai  pengaruh  terhadap  program  ini. Informan  kunci  adalah  siapa  yang  mempunyai  pengaruh  yang  sangat
signifikan, atau mempunyai posisi penting guna kesuksesan program.
I.7 Sistematika Penulisan
Adapun   sistematika   penulisan   dari   penelitian   yang   akan   dilakukan   adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab  ini  membahas  tentang  latar  belakang,  fokus  penelitian, rumusan  masalah,  tujuan  penelitian,  manfaat  penelitian,
kerangka teori, definisi konsep dan sistematika penulisan.
BAB II : METODE PENELITIAN
Bab    ini    berisikan    bentuk    penelitian,    lokasi    penelitian, informan  penelitian,  teknik  pengumpulan  data,  teknis  analisis
data yang digunakan dalam penelitian.
BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Universitas Sumatera Utara
36 Bab  ini  berisikan  gambaran  lokasi  penelitian  berupa  sejarah
singkat, visi dan misi, serta struktur organisasi.
BAB IV : PENYAJIAN DATA
Bab  ini  menyajikan  data  yang  diperoleh  selama  penelitian dilapangan  atau  berupa  dokumen-dokumen  yang  akan
dianalisis.
BAB V : ANALISIS DATA
Bab  ini  berisikan  tentang  uraian  data-data  yang  diperoleh setelah  melaksanakan  penelitian  dan  memberikan  interprestasi
atas permasalahan yang diajukan.
BAB VI : PENUTUP
Bab  ini  berisi  kesimpulan  dan  saran,  bagian  kesimpulan rumusan masalah. Pemecahan masalah  yang dinyatakan dalam
bentuk saran.
Universitas Sumatera Utara
37
BAB II METODE PENELITIAN
II.1 Metode Penelitian
Penelitian  lazimnya  memiliki  dua  bentuk  penelitian  yakni  penelitian  kualitatif dan   kuantitatif.   Penelitian   kualitatif   menghendaki   suatu   informasi   dalam   bentuk
deskripsi  dan  lebih  menghendaki  makna  yang  berada  dibalik  deskripsi  data  tersebut Hamidi,  2004.  Dalam  akar  tradisi  penelitian  kualitatif,  fenomena  sosial  melibatkan
manusia  sebagai  pelaku  kegiatan  sosial  yang senantiasa  sarat  dengan  dunia  pemaknaan akan  subjek  manusia  pelakunya  serta  melibatkan  interpretasi,  kesadaran  serta  makna
subjektifnya sebagai pelaku tindakan sosial tadi Burhan, 2003. Dalam  penelitian  ini  penulis  menggunakan  metode  penelitian  kualitatif
dikarenakan  peneliti  ingin  mengetahui  dan  melihat  secara  mendalam  bagaimana partisipasi  masyarakat  dalam  pelaksanaan  program  Gerakan  Pembangunan  Swadaya
Masyarakat  GERBANG  SWARA  dengan  mewawancarai  pihak-pihak  yang bersangkutan  secara  mendalam.  Oleh  sebab  itu,  penulis  akan  berusaha  menganalisis,
menggambarkan,  meringkas  berbagai  kondisi,  situasi  yang  timbul  pada  objek  sehingga dapat  diperoleh  sebuah  kesimpulan  jelas  mengenai  penelitian  yang  dimaksud.  Hal  ini
sejalan  dengan  tujuan  penelitian  dalam  melihat  bagaimana  bentuk-bentuk  partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Gerbang Swara dan Faktor-faktor apa saja yang
menjadi  penghambat  dalam  pelaksanaan  program  Gerbang  Swara  tersebut,  di  mana adalah  sebuah  fenomena  sosial  yang  memerlukan  informasi  secara  mendalam  dan
Universitas Sumatera Utara
38 menyeluruh  melalui  wawancara  mendalam  dari  masing-masing  informan  kunci,utama
maupun tambahan agar terlihat dengan jelas apa yang sebenarnya terjadi di lapangan.
II.2. Lokasi Penelitian
Penelitian  ini  berlokasi  di  Desa  Melati  II  kecamatan  Perbaungan  Kabupaten Serdang bedagai.
II.3. Informan Penelitian
Penelitian  kualitatif  tidak  dimaksudkan  untuk  membuat  generalisasi  dari  hasil penelitiannya.  Oleh  karena  itu,  pada  penelitian  kualitatif  tidak  dikenal  adanya  populasi
dan  sampel.  Dalam  penelitian  ini,  peneliti  menggunakan  teknik  purposive sample  pada pemilihan informan dengan pertimbangan akan memberikan data yang diperlukan.
Menurut  Suyanto  2005:  172,  informan  penelitian  meliputi  beberapa  macam, yaitu:
1.  Informan   kunci   key   informan,   yaitu   mereka   yang   mengetahui   dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.
2.  Informan utama, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti.
3.  Informan   tambahan,   yaitu   mereka   yang   dapat   memberikan   informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.
Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah: 1.   Informan kunci berjumlah 3 orang :
a.   Kepala Desa Bapak Supardi
Universitas Sumatera Utara
39 b.   Ketua LKMD Bapak Neddy TN
c.   KAUR Pembangunan Bapak Suherman 2.   Informan Utama berjumlah 15 orang : Masyarakat Desa Melati II
3.   Informan Tambahan berjumlah 2 orang : a.   BPD Bapak Sudarsono
b.   Kelompok Tani Bapak RS Siagian
II.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, digunakan dua macam teknik pengumpulan data yaitu: 1.  Teknik pengumpulan data primer
Teknik  pengumpulan  data  primer  yaitu  pengumpulan  data  yang  diperoleh melalui  kegiatan  penelitian  langsung  ke  lokasi  penelitian  untuk  mencari
data-data  yang  lengkap  dan  berkaitan  dengan  masalah  yang  diteliti.  Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan cara:
a.   Wawancara,  yaitu  teknik  pengumpulan  data  yang  dilakukan   dengan mengajukan   pertanyaan-pertanyaan   langsung   kepada   pihak-pihak
yang  terkait  dengan  suatu  tujuan  untuk  memperoleh  informasi  yang dibutuhkan.  Metode  ini  dipakai  untuk  informan  yang  berhubungan
dan  memiliki  relevansi  terhadap  masalah  yang  berhubungan  dengan penelitian.
b.  Metode  Observasi,  yaitu  pelaksanaan  pengamatan  secara  langsung terhadap  fenomena-fenomena  yang berkaitan dengan  fokus  penelitian.
Pengamatan   dilakukan   untuk   memperoleh   data   observasi   dengan
Universitas Sumatera Utara
40 melakukan  proses  dokumentasi  untuk  dapat  memperoleh  tambahan
informasi  lagi  dengan  menggunakan  catatan-catatan  atau  dokumen yang  ada  di  lokasi  penelitian  serta  sumber-sumber  lain  yang  relevan
dengan objek penelitian. 2.  Teknik pengumpulan data sekunder
Teknik  pengumpulan  data  sekunder  adalah  teknik  pengumpulan  data  yang dilakukan  melalui  pengumpulan  kepustakaan  yang  dapat  mendukung  data
primer.  Teknik  pengumpulan  data  sekunder  dapat  dilakukan  dengan menggunakan instrumen sebagai berikut:
a.  Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan  data  yang  diperoleh  dari  buku- buku,  literatur,  internet,  dan  sumber-sumber  lain  yang  berkompetisi
dan memiliki keterkaitan dengan masalah penelitian. b.  Studi     dokumentasi,    yaitu    teknik    pengumpulan     data    dengan
menggunakan  catatan-catatan  atau  dokumen-dokumen  yang  ada  di lokasi  penelitian  atau  sumber-sumber  lain  yang  terkait  dengan  objek
penelitian.
II.5 Teknik Analisis Data
Sesuai  dengan  metode  penelitian,  teknik  analisa  data  yang  digunakan  peneliti dalam penelitian ini adalah teknik analisa data kualitatif. Menurut Moleong 2006: 274,
teknik  analisa  kualitatif  dilakukan  dengan  menyajikan  data  yang  dimulai  dengan menelaah  seluruh  data  yang  terkumpul,  mempelajari  data,  menelaah  dan  menyusunnya
dalam satu satuan  yang kemudian  dikategorikan  pada tahap  berikutnya  dan memeriksa
Universitas Sumatera Utara
41 keabsahan dan serta menafsirnya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar
peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian. Aktivitas  dalam  analisis  data  kualitatif  dilakukan  secara  interaktif  dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Adapun aktivitas dalam analisis data, yaitu:
a.   Data Reductionreduksi data Mereduksi  data  berarti  merangkum,  memilih  hal-hal  yang  pokok,  memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan  polanya. Dengan demikian  data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti  untuk  melakukan  pengumpulan  data  selanjutnya,  dan  mencarinya  bila diperlukan.
b.   Data Displaypenyajian data Dalam  penelitian  ini,  penyajian  data  dilakukan  dalam  bentuk  uraian  atau  teks
yang bersifat naratif dan penyajian data dalam bentuk table. c.   Menarik Kesimpulan
Kesimpulan   awal   yang   dikemukakan   masih   bersifat   sementara,   dan   akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan  data  berikutnya.  Tetapi  apabila  kesimpulan  yang  dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh  bukti-bukti  yang  valid dan kosisten saat peneliti
kembali  ke  lapangan  mengumpulkan  data,  maka  kesimpulan  yang  dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Universitas Sumatera Utara
42
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Sejarah  Terbentuknya  Desa  Melati  II  adalah  Perjuangan  Bapak  Siswoyuono, dimana tanah desa yang sekarang dinamakan Desa Melati ini adalah tanah konsensi dari
Undang-undang  Darurat  1948.  Antara  tahun  1948-1960  terbentuknya  nama  kampong Melati.  Dimana  waktu  itu  Bapak  Siswoyuono  menanam  Pohon  Melati  dan  sekitar
perkampungan  banyak  tumbuh  melati  hutan.  Untuk  mengenang  perjuangan  Bapak Siswoyuono  ini  maka  tanah  konsensi  ini  diberinama  kampong  melati,  sampai  saat
perkembangannya kampong melati menjadi Desa Melati. Secara Geografis Desa Melati II merupakan salah satu Desa dari 24 Desa dan 4
Kelurahan di  Kecamatan  Perbaungan, Desa  Melati II terletak 15 cm  diatas permukaan Laut dengan suhu 37o Celcius dengan batas-batas :
a.   Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Melati I b.   Sebelah Selatan Berbatasan dengan Perkebunan PTPN II Kebun Melati
c.   Sebelah  Barat  Berbatasan  dengan  Desa  Citaman  Jernih  dan  PTPN  IV Adolina
d.   Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Jatimulya Jarak atau orbitasi Desa Melati II ke :
a.  Ibu kota Kecamatan : 06 Km
b. Lama tempuh ke Ibu Kota Kecamatan
: 15 Menit c.
Ibu kota Kabupaten : 23 Km
Universitas Sumatera Utara
43 d.   Lama tempuh ke Ibu Kota Kabupaten
: 1,5 Jam Secara berturut-turut kepemimpinan kampung atau Desa Melati adalah sebagai berikut :
Tabel III.1 Kepala Desa Melati II
NO NAMA
MASA JABATAN STATUS
1 BAPAK SISWOYUONO
1948 Sd 1965 2
BAPAK M. SALEH 1965 Sd 1970
3 BAPAK PONIJO
1970 Sd 1975 4
BAPAK H. LIAS SIREGAR 1976 Sd 1979
5 BAPAK JUMINGAN
1980 Sd 1983 6
BAPAK JAMAL SUGIANTO 1983 Sd 1984
7 BAPAK SUARNO SONO
1984 Sd 1998 8
BAPAK MARSUDI 1998 Sd 2010
9 BAPAK SUDARNO
2010 Sd 2011 Plt
10 BAPAK SUPARDI
2011 Sd sekarang 2011 menjabat
III.1  Kondisi Umum Desa Melati II
Desa Melati II memiliki Luas Wilayah 1.170 Km
2
.  Batasan-batasan Desa  Melati Sebelah  Utara  berbatasan  dengan  Kelurahan  Melati  I.  Sebelah  Selatan  Berbatasan
dengan  Perkebunan  PTPN  II  Kebun  Melati.  Sebelah  Barat  Berbatasan  dengan  Desa Citaman  Jernih  dan  PTPN  IV  Adolina.  Sebelah  Timur  berbatasan  dengan  Desa
Jatimulya. Desa ini mempunyai 23 dusun dan jarak kantor Desa ke Ibu kota Kecamatan 6 Km.
Universitas Sumatera Utara
44 Penduduk   Desa   Melati   II   telah   terbentuk   sebuah   kampung   dengan   nama
kampung  Melati  II  tahun  1965  dengan  mayoritas  masyarakat  Jawa  80,  Banjar  10, Batak  5,  Banten  3,  Melayu  1,8,  Bali  0,2.  Desa  melati  II  berpenduduk  15.775
Jiwa  jika  dikelompokan,  Laki-laki  7.643  Jiwa  dan  perempuan  berjumlah  8.132  Jiwa, serta jumlah Kepala Keluarga keseluruhan berjumlah 4.139  yang terdiri dari 23 Dusun .
Dengan rincian sebagai berikut :
Tabel III.2 Klasifikasi Penduduk Desa Melati II berdasarkan Kondisi Etnis Budaya
NO SUKU
JIWA
1 Bali
32 2
Banjar 1.578
3 Banten
472 4
Batak 789
5 Jawa
12.620 6
Melayu 284
Jumlah 15.775
Sumber : Data Desa 2013 Penduduk  di  Desa  Melati  II  terdiri  dari  bermacam-macam  suku  budaya  ,  dan
mayoritas  penduduk  bersuku  Jawa.  Namun,  masyarakat  di  Desa  Melati  II  saling menghargai satu sama lain.
Tabel III.3 Klarifikasi jumlah Penduduk berdasarkan Agama
NO AGAMA
JIWA 1
ISLAM 15.166
Universitas Sumatera Utara
45 2
KRISTEN 609
JUMLAH 15.775
Sumber : Data Desa 2013 Dari  tabel  diatas  dapat  dilihat  bahwa  penduduk  Desa  Melati  II  mayoritas
beragama Islam. Namun ada juga  beberapa  penduduk memeluk agama  Kristen. Namun demikian masyarakat di Desa Melati II tetap saling menghargai dan menghormati setiap
perbedaan sehingga tetap harmonis. Untuk  melihat  klasifikasi  penduduk  berdasarkan  pekerjaan  dapat  dilihat  pada
tabel sebagai berikut :
Tabel III.4 Klasifikasi Penduduk berdasarkan Pekerjaan di Desa Melati II
NO PEKERJAAN
JUMLAH 1
Bidan Swasta 52
2 Buruh Tani
879 3
Guru Swasta 467
4 Karyawan Prusahaan Pemerintah
424 5
Karyawan Prusahaan Swasta 320
6 Karyawan Swasta
600 7
Montir 254
8 Pedagang
781 9
PNS 575
10 Pembantu Rumah Tangga
36 11
Pengrajin 54
12 Pengusaha kecil,menengah dan besar
502 13
Perangkat Desa 28
14 Perangkat Swasta
40 15
Petani 3126
Universitas Sumatera Utara
46 16
Peternak 206
17 Polisi dan TNI
53 18
Pensiunan 109
19 Tukang batu
21 20
Tukang cuci 25
21 Wiraswasta
54 22
Belum bekerja 4212
Total penduduk 15.775
Sumber : Data Desa 2013 Dari  tabel  diatas  diketahui  bahwa  pekerjaan  terbanyak  di  Desa  Melati  II adalah
Petani  sebanyak 3126 jiwa dan jumlah  pekerja  yang paling  sedikit adalah  Tukang Batu sebanyak 21 jiwa  .  sehingga  dapat  disimpulkan  di  Desa  Melati  II  lebih banyak  ditemui
Petani  dan  di  desa  tersebut  pun  pekerjaannya  belum  sampai  pada  tingkat  sejahtera ditinjau dari pendapatan dari hasil pekerjaan tersebut dalam memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari. Sedangkan jika dilihat  dari segi Etnis Budaya jumlah penduduknya dapat  dilihat
dari tabel di bawah ini:
Tabel III.5 Klasifikasi Penduduk Desa Melati II Berdasarkan Jenjang Pendidikan
NO TINGKAT PENDIDIKAN
JIWA
1 Diploma
1419 2
S-1 1224
3 S-2
42 4
SMA 3557
5 SMP
2779
Universitas Sumatera Utara
47 6
SD 460
7 Usia 12-56 tahun tidak tamat SLTP
761 8
Usia 18-56 pernah SD tetapi tidak tamat 141
9 Usia 18-56 tahun tidak pernah sekolah
325 10
Usia 18-56 tahun tidak tamat SLTA 442
11 Usia 3-6 tahun belum masuk TK
329 12
Usia 3-6 tahun yang sedang TK 951
13 Usia 7-18 tahun sedang sekolah
2889 14
Usia 7-18 tahun tidak pernah sekolah 446
JUMLAH 15775
Sumber : Data Desa 2013 Dari  tabel  di  atas  dapat  dilihat  bahwa  penduduk  Desa  Melati  II  lebih  banyak
masyarakat  yang  berpendidikan  sampai  jenjang  SMA,  dan  paling  sedikit  masyarakat yang berjenjang pendidikan S-2.
Tabel III.6 Klarifikasi sarana Ibadah di Desa Melati II
NO SARANA IBADAH
JUMLAH
1 Masjid
5 2
Gereja 27
3 Musollah
- 4
Lain-lain -
Sumber : Data Desa 2013 Dari table di atas dapat dilihat bahsa sarana ibadah di Desa Melati II lebih
banyak jumlah Musollah 27 dan lebih sedikit jumlah Masjid.
Universitas Sumatera Utara
48
III.2 Struktur Organisasi Perangkat Desa Melati II Gambar 1. Struktur organisasi
BPD Sudarsono
Kepala Desa Supardi
Sekertaris Desa Sudarno
Kaur Pemerintahan Rebi
Kaur Umum Arianto
Kaur Pembangunan Suherman
No Nama
Kadus No
Nama Kadus
No Nama
Kadus
1 Sahlan
Sumber Sari 9
Lesianto Delima
17 Arbanik
Sei Tontong I 2
Suradi Rambe
10 Sulaiman
Cempaka 18
Samsuddin Randu pisang
3 Sarman
Kuini 11
Miswan Kelapa
19 Sutrisno
Mangga 4
Sukijo Kemiri
12 Abd. Rahman
Jeruk 20
Supardi DukuDurian
5 SugimanDeman
Jambu 13
Sutarjo Belimbing
21 Khairul A Hrp
Kenari 6
Mahmuddin Sei Tontong II
14 Sabirin
Salak 22
Susanto Nawarjo
7 Sutresno
Pala 15
Sugiwan Langsat
23 Ardianto
RambutanKedondong 8
Juwono Sukun
16 Sugiono
Jering
Dalam  Undang-undang  No  6  tahun  2014  tentang  Desa,  pemerintah  Desa  terdiri pemerintah  desa  dan  badan  permusyawartan  desa.  Pemerintah  desa  terdiri  dari  kepala
desa  dan  perangkat  desa  yang  saling  bekerja  sama untuk  mensukseskan  pembangunan
Universitas Sumatera Utara
49 desa. Perangkat desa adalah Sekretaris desa dan perangkat desa lainnya. Perangkat desa
yang dimaksud : 1. Sekretaris Desa
2. Pelaksana teknis lapangan kepala urusan dan 3. Urusan kewilayahan kepala dusun
Untuk  menjelaskan tentang tata  pembagian  dan  hubungan kerja unit  organisasi pemerintahan desa dapat diuraikan sebagai berikut:
1 . Kedudukan dan Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Desa
a. Kepala  desa  berkedudukan  sebagai  alat  pemerintah  desa  dan  pelaksana
pemerintahan  di  atas  desa  dengan  tunduk  tugas  menyelenggarakan  urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan
b. Dalam   melaksanakan   tugas   sebagaimana   disebutkan   di   atas,   kepala   desa
memiliki wewenang: 1.   Memimpin   menyelenggarakan   pemerintahan   desa  berdasarkan  kebijakan
yang ditetapkan berdasarkan BPD. 2.   Mengajukan rancangan peraturan desa
3.   Menetapkan   peraturan   desa   mengenai   APB   desa   untuk   di   bahas   dan ditetapkan bersama BPD
4.   Membina perekonomian desa 5.  Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif
Universitas Sumatera Utara
50 6.   Mewakili  desanya  di  dalam  dan  di  luar  pengadilan  dan  dapat  menunjuk
kuasa  hukum  untuk  mewakilinya  sesuai  dengan  peraturan  perundang- undangan.
7.   Melaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan c.
Kewajiban Kepala Desa adalah: 1.   Memegang   teguh   dan   mengamalkan   Pancasila,   melaksanakan   Undang-
Undang    Dasar    Negara    Republik    Indonesia    Tahun    1945    serta mempertahankan  dan  memelihara  keutuhan  Negara  Kesatuan  Republik
Indonesia; 2.   Meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
3.   Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat; 4.  Melaksanakan kehidupan demokrasi;
5.   Melaksanakan  prinsip  tata  pemerintahan  desa  yang  bersih  dan  bebas  dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme;
6.  Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa; 7.   Menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundangundangan;
8.   Menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik; 9.   Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan desa;
10.  Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa; 11. Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa;
12.  Mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa; 13. Membina,  mengayomi  dan  melestarikan  nilai-nilai  sosial  budaya  dan  adat
istiadat;
Universitas Sumatera Utara
51 14.  Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa; dan
15. Mengembangkan  potensi  sumber  daya  alam  dan  melestarikan  lingkungan hidup;
2.  Kedudukan, Tugas pokok dan fungsi Sekretaris Desa:
a.  Sekretaris  desa  berkedudukan  sebagai  unsur  pembantu  pimpinan  di  bidang ketatausahaan dan memimpin sekretaris desa
b.   Sesuai  dengan  kedudukan  tersebut,  sekretaris  desa  mempunyai  tugas  pokok untuk  menyelenggarakan  pelaksanaan-pelaksanaan  administrasi  pemerintahan,
administrasi  pembangunan  dan  administrasi  kemasyarakatan  serta  memberikan pelayanan di bidang ketatausahaan kepada kepala desa
c.    Untuk  melaksanakan  tugas  pokok  dimaksud,  sekretaris  desa  mempunyai  fungsi untuk  menyelenggarakan  urusan  surat  menyurat,  kearsipan,  dan  laporan,
melaksanakan  urusan  keuangan,  administrasi  umum,  dan  melakasnakan  tugas kepala desa dalam hal kepala desa berhalangan melaksanakan tugasnya.
Sedangkan penjabaran tugas pokok dari sekretaris desa adalah sebagai berikut; a.   Memberikan saran dan pendapat kepada kepala desa kepala kelurahan.
b.   Memimpin,  mengkoordinasikan  dan  mengendalikan  serta  mengawasi  urusan kegiatan sekretariat.
c.  Memberikan  informasi  memngenai  keadaan  secretariat  dan  keadaan  umum diwilayahnya.
d.   Merumuskan program kerja. e.   Melaksanakan urusan surat menyurat, kearsipan dan laporan.
Universitas Sumatera Utara
52 f.  Mengadakan dan melaksanakan persiapan rapat dan mencatat hasil rapat.
g.   Menyusun rencana anggaran penerimaan dan belanja desa. h.   Mengadakan kegiatan inventarisai.
i.    Melaksanakan kegiatan  pencatan administrasi  pertahanan  dan pencatatan mutasi tanah.
j.  Melaksanakan administrasi kepegawaian diwilayahnya. k.  Melaksanakan    administarsi    kependudukan,    administrasi    pembaangunan,
administrasi kemasyarakatan. l.  Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh kepala desa.
3. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Urusan: