menyebabkan ibu hamil mengalami anemia yang berakibat pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin. Untuk itu pengetahuan ibu hamil tentang zat
besi sangat diperlukan untuk mencegah ibu mengalami anemia. Tingkat pengetahuan menentukan perilaku konsumsi pangan, salah satu melalui pendidikan gizi
Mulyaningrum S, 2009. Pendidikan gizi berusaha menambah pengetahuan dan perbaikan kebiasaan
konsumsi pangan yang umumnya dipandang baik diberikan sedini mungkin. Selain itu pengetahuan diharapkan akan menghasilkan perilaku individu dalam penerapan
konsumsi pangan untuk mempertahankan gizi yang baik. Selain itu akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan, yang selanjutnya akan
berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan Hasanah, 2012.
2.2.2. Sikap Tentang Gizi
Sikap tentang gizi merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek yang berhubungan dengan gizi. Sikap
hanyalah suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk mengingini atau tidak
objek tersebut. Sikap ini tergantung dari segi positif atau negatifnya, makin tinggi pengetahuan maka makin banyak segi positifnya Notoadmodjo, 2007.
Hasil penelitian Ervina Sari 2006, menunjukan bahwa ibu rumah tangga yang masih muda cendrung menutup diri terhadap lingkungan termasuk didalam
kegiatan-kegiatan sosial dilingkungan tempat tinggalnya.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3. Konsumsi Gizi Ibu Hamil
Konsumsi gizi ibu hamil adalah susunan dan jumlah pangan yang di konsumsi ibu yang sedang hamil, konsumsi gizi dimaksud untuk memenuhi kebutuhan gizi
didalam kehamilan, konsumsi seseorang terhadap pangan menunjukkan tingkat keberagaman pangan seseorang. Konsumsi pangan dapat dipengaruhi oleh aspek
sosial, pengetahuan, ekonomi, dan budaya. Pola makan yang baik akan cukup menyediakan gizi yang dibutuhkan untuk kesehatan kehamilan dan mengurangi
resiko lahirnya bayi cacat. Selain itu makanan yang baik akan membantu system pertahanan tubuh ibu hamil terhadap terjadinya infeksi. Makanan yang baik akan
melindungi ibu hamil dari akibat buruk zat-zat yang mungkin ditemui seperti obat- obatan, toksin dan polutan Mulyaningrum S, 2009.
Hasil penelitian Surasih 2005 menyatakan salah satu penyebab munculnya gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kurangnya
pengetahuan tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian yang dilakukan Khaidar di Puskesmas Seyegan 2005,
menyebutkan bahwa kejadian kekurangan energi kronik pada ibu hamil didaerah penelitian dipengaruhi oleh pengetahuan ibu tentang jumlah makanan dan
pengetahuan tentang anggota keluarga yang diprioritaskan untuk memperoleh makanan.
Selain itu juga diperoleh informasi bahwa kekurangan energi kronik dipengaruhi oleh jumlah dan pola konsumsi asupan protein, sedangkan konsumsi
lemak dalam makanan tidak mempunyai hubungan bermakna dengan status kekurangan energi kronik. Remaja-remaja yang hamil dianggap rawan dalam segala
Universitas Sumatera Utara
hal termasuk pendidikan, kesehatan, sosial dan gizi. Dari aspek gizi ibu hamil usia remaja tergolong rawan karena tubuh masih dalam pertumbuhan dan janin yang
dikandungnya memerlukan masukan gizi yang tinggi.Tanpa didukung oleh tingkat pendidikan, pengetahuan gizi dan tingkat sosial ekonomi yang memadai ibu hamil
usia remaja akan mudah mengalami mallnutrisi Khomsan, 2002. Usia seorang ibu berkaitan dengan perkembangan alat-alat reproduksinya,
kehamilan kurang dari 20 tahun secara biologi belum matang emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami guncangan yang
mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilan Manuaba, 1998.
Hasil penelitian Gustian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola konsumsi dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil. Hal ini disebabkan banyaknya
pantangan atau tabu pada ibu hamil sehingga ada bahan makanan tertentu yang dilarang dikonsumsi oleh ibu hamil seperti larangan mengkonsumsi udang yang
merupakan pelancar absorpsi zat besi. Larangan ini akan berakibat pada terhambatnya absorpsi zat besi pada ibu hamil yang akan menyebabkan terjadinya anemia. Selain
itu juga terkait dengan konsumsi makanan pokok orang Indonesia yaitu beras yang mengandung zat besi rendah dan kaya akan phytat dimana zat ini menurunkan
bioavailibilitas zat besi. Penelitian Nina Herlina di wilayah kerja Puskesmas Bogor tahun 2005 yang
mendapati adanya kecenderungan bahwa semakin kurang baik pola konsumsi maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia gizi pada ibu hamil.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Kerangka konsep