tindakan terhadap suatu objek dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda- tanda untuk mengingini atau tidak objek tersebut.
Dari hasil tabulasi silang pengetahuan dengan sikap primigravida muda dapat disimpulkan bahwa primigravida muda diwilayah kerja puskesmas tanah tinggi kota
binjai mayoritas memiliki sikap tentang gizi sejalan dengan dengan pengetahuan yang dimiliki.
Pendidikan seseorang berkaitan dengan pengetahuan dan sikap seseorang juga menentukan pola pikir dan wawasan seseorang, semakin tinggi pendidikan seseorang
maka diharapkan pengetahuan semakin meningkat. Pendidikan juga memiliki peranan penting dalam kualitas, lewat pendidikan dianggap manusia memperoleh pengetahuan
Notoatmodjo, 2007. Rendahnya pendidikan erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan tentang
perawatan kesehatan, hygiene, serta kesadarannya terhadap kesehatan diri, anak dan keluarga. Tingkat pendidikan turut menentukan rendah tidaknya seseorang memakai
pengetahuan tentang gizi yang mereka peroleh. Keadaan gizi sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan ibu yang rendah mempengaruhi penerimaan
informasi sehingga pengetahuan gizi akan terbatas Riyadi, 1990.
5.2. Pengetahuan Dengan Pola Konsumsi
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas tingkat kecukupan energi primigravida muda berada pada kategori sedang namun dapat dilihat dari tabulasi
silang pengetahuan dengan tingkat kecukupan energi yaitu 100 primigravida muda yang memiliki tingkat pengetahuan gizi yang baik, 75 memiliki tingkat kecukupan
energi yang baik, dalam hal ini dapat dilihat bahwa pengetahuan yang baik dikuti
Universitas Sumatera Utara
dengan tindakan yang baik, dalam hal ini yang dimaksud adalah tingkat kecukupan energi primigravida muda. Namun 25 memiliki tingkat kecukupan energi pada
kategori sedang dan terdapat pada primigravida muda dengan karakteristik bekerja sebagai pedagang dan memiliki tingkat pendidikan terahir SMU, dalam hal ini dapat
diasumsikan bahwa ada keinginan membatasi porsi makan pada kehamilan TM III hal ini dapat dilihat dari jawaban pengetahuan primigravida muda yang menjawab diawal
kehamilan saja perlu makan banyak. Dan dari 33,3 primigravida muda yang memiliki tingkat pengetahuan yang sedang tentang gizi 8,3 memiliki tingkat
kecukupan energi yang baik, ini terdapat pada primgravida muda dengan karakteristik tinggal bersama keluarga sehingga dapat diasumsikan meskipun pengetahuan
primigravida tersebut dalam kategori sedang namun penyediaan makanan dilakukan bersama orang tua sehingga pola konsumsi terlihat baik, hal ini terkait juga dengan
jawaban yang salah dari primigravida tersebut yang merespon setuju bahwa peningkatan berat badan selama kehamilan seharusnya 12-22 kg.
Dari 75 memiliki tingkat kecukupan energi pada kategori sedang, 16,7 memiliki tingkat kecukupan energi pada kategori kurang hal ini terdapat pada
primigravida muda dengan karakteristik tinggal dengan keluarga namun primigravida tersebut memiliki pengetahuan bahwa zat gizi hanya terdapat pada makanan tertentu,
dan terkait jawaban primigravida yang salah terhadap peningkatan berat badan selama kehamilan yaitu hanya 4-7 kg.
Dari 100 primigravida muda yang memiliki tingkat pengetahuan kurang 30 memiliki tingkat kecukupan energi pada kategori sedang, 55 pada kategori
kurang dan 15 memiliki tingkat kecukupan energi yang defisit. Prmigravida muda
Universitas Sumatera Utara
yang yang memiliki pengetahuan kategori kurang namun memiliki tingkat kecukupan energi pada kategori sedang terdapat pada primigravida muda mayoritas dengan
karakteristik mempunyai pekerjaan sebagai pedagang dan sebagai buruh pabrik sehingga dengan penghasilan yang sedikit namun tetap ada, sehingga primigravida
memiliki pola konsumsi yang lebih baik dari pengetahuan yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan penelitian Johanis 2002 bahwa wanita yang berperan
sebagai pekerja, sekaligus sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga umumnya memiliki kesehatan yang lebih baik.
Dari 100 yang memiliki pengetahuan baik 50 memiliki tingkat kecukupan protein baik, 25 memiliki tingkat kecukupan protein sedang, 25 memiliki tingkat
kecukupan protein kurang. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa pengetahuan yang baik tidak selalu diikuti tindakan yang baik, hal ini terdapat pada primigravida muda
dengan karakteristik usia kehamilan TM III sehingga ada pembatasan konsumsi protein dari ikan tertentu karena dianggap memberikan dampak yang tidak baik
terhadap proses persalinan, hal ini terlihat juga dari jenis makanan yang dikonsumsi bahwa primigravida di wilayah kerja puskesmas Tanah Tinggi sangat jarang
mengonsumsi ikan basah. Dari 100 primigravida muda yang memiliki pengetahuan tingkat sedang 8,3 memiliki tingkat kecukupan protein baik, 33,3 memiliki
tingkat kecukupan protein sedang, dan 33,3 memiliki tingkat kecukupan protein kurang, 25 serta memiliki tingkat kecukupan protein kategori defisit. Hal ini
terdapat pada primigravida muda dengan karakteristik mayoritas berada pada kehamilan trimester I sehingga terjadi penurunan asupan makan terutama protein
terkait dengan hiperemesis yang dialami primiggravida tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Dari 100 primigravida muda yang memiliki pengetahuan yang kurang, 35 memiliki tingkat kecukupan protein sedang 60 memiliki tingkat kecukupan protein
kurang, 15 memiliki tingkat kecukupan protein defisit. Dalam hal ini sesuai dengan penelitian Sutiah 2006 bahwa pengetahuan ibu berpengaruh signifikan terhadap
tindakan ibu. Sesuai dengan pendapat Notoadmodjo 2003 bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk tindakan seseorang. Hal ini
menunjukkan bahwa pengetahuan seseorang akan terwujud didalam tindakan seseorang, bahwa pengetahuan mempengaruhi terjadinya tindakan. Pada penelitian
Khaidar 2005 menyatakan bahwa tingkat pendidikan ibu akan mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan. Pengetahuan tersebut akan
mempengaruhi asupan makanan yang dikonsumsi ibu hamil, asupan ini akan berpengaruh terhadap status gizi ibu hamil.
5.3. Sikap Dengan Pola Konsumsi