Laju Pertumbuhan Penduduk KUANTITAS PENDUDUK PROVINSI BALI

PROFIL KUANTITAS DAN KUALITAS PENDUDUK PROVINSI BALI TAHUN 2015 11 yang memiliki kepadatan penduduk terendah dijumpai di Kabupaten Jembrana, sementara kabupaten dengan kepadatan penduduk tertinggi ditemukan di Kota Denpasar. Terdapat tiga kabupatenkota yang memiliki kepadatan penduduk di atas 1.000 orang per km 2 ; seperti Kota Denpasar, Kabupaten Badung, dan Kabupaten Gianyar. Tingginya kepadatan penduduk di ketiga kabupatenkota yang disebutkan di atas tidak dapat dilepaskan dari pesatnya perkembangan aktivitas pariwisata di ketiga wilayah yang diungkapkan di atas. Perkembangan aktivitas pariwisata di ketiga wilayah tersebut juga memberikan imbas terhadap munculnya kegiatan- kegiatan ekonomi lainnya, dan pada gilirannya akan meningkatkan peluang kerja di wilayah-wilayah tersebut. Bertambahnya peluang kerja sejalan dengan semakin menggeliatnya kegiatan ekonomi di ketiga wilayah di atas akan menjadi penarik utama para migran, baik dari kabupaten lain di Bali maupun migran dari luar Bali. Akibatnya, ketiga wilayah tujuan para migran tersebut akan semakin padat. Kehadiran migran yang semakin banyak di daerah tujuan, tidak hanya membawa dampak positif, akan tetapi juga akan muncul dampak negatif. Dari segi penyediaan tenaga kerja, kehadiran para migran tersebut akan memudahkan dalam merekrut tenaga kerja. Di pihak lain, kehadiran para migran tersebut justru akan menimbulkan permasalahan apabila mereka kurang berpendidikan, tidak memiliki keterampilan tertentu. Mereka tidak mampu bersaing di sektor formal, dan akibatnya sebagian diantara mereka memilih melakukan kegiatan di sektor informal. Ciri umum pekerja sektor informal adalah skala usahanya kecil, pendapatannya rendah upahnya rendah, dan jam kerjanya panjang. Sisanya, yang tidak terserap di sektor formal maupun informal akan terpaksa menganggur. Rendahnya pendapatan migran yang bekerja di sektor informal akan menyebabkan mereka terpaksa menempati rumah yang tidak layak huni atau sering disebut sebagai permukiman kumuh. Demikian pula jika sebagian para migran tidak memperoleh pekerjaan, baik di sektor formal maupun informal akan mengakibatkan mereka terpaksa menjadi penganggur. Permukiman kumuh dan pengangguran merupakan masalah-masalah sosial yang segera harus dipecahkan oleh pemerintah, agar tidak memicu munculnya berbagai tindak kriminalitas yang dapat meresahkan masyarakat.

2.4 Laju Pertumbuhan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk suatu daerah atau negara adalah salah satu indikator penting dalam pembangunan, karena laju pertumbuhan penduduk yang PROFIL KUANTITAS DAN KUALITAS PENDUDUK PROVINSI BALI TAHUN 2015 12 tinggi akan menghambat laju pembangunan ekonomi. Laju pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat akan mendorong jumlah penduduk di suatu daerah atau negara semakin besar, akibatnya unsur pembagi dalam penentuan pendapatan per kapita akan semakin besar. Hasilnya, tentu saja pendapatan per kapita di daerah atau negara tersebut akan semakin merosot. Dalam hal ini tentu tidak dapat dilupakan hipotesis penduduk Malthus yang hingga kini mengundang pendapat yang kontroversial. Menurut Malthus, “penduduk bertambah menurut deret ukur, sementara bahan makanan bertambah menurut deret hitung”. Mereka yang pro dengan pendapat Malthus, berupaya memberikan bukti-bukti yang mendukung pendapat tersebut dengan mengambil contoh kejadian-kejadian di Afrika. Bahwa terjadinya bahaya kelaparan, bencana alam yang tidak berkesudahan disebabkan oleh terganggunya keseimbangan alam karena semakin banyaknya penduduk. Menariknya pembahasan tentang laju pertumbuhan penduduk, mendorong para ahli untuk mengaitkan laju pertumbuhan penduduk dengan jangka waktu penduduk menjadi dua kali lipat. Dalam kaitan ini ditemukan formula penduduk menjadi dua kali lipat dalam jangka waktu: t = 70r t adalah jangka waktu, r adalah laju pertumbuhan penduduk, dan 70 adalah bilangan konstan. Misalnya jika laju pertumbuhan penduduk adalah 2 persen, maka jangka waktu lipat duanya adalah 702 = 35 tahun, sementara jika laju pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan menjadi 1 persen maka penduduk akan menjadi dua kali lipat dalam jangka waktu 701 atau 70 tahun. Konsekuensi dari keadaan di atas adalah sangat penting untuk melakukan upaya-upaya pengendalian laju pertumbuhan penduduk. Sebelum membahas lebih jauh berbagai upaya yang dilakukan dalam pengendalian laju pertumbuhan penduduk, terlebih dahulu akan disoroti tentang laju pertumbuhan penduduk Provinsi Bali sejak sensus penduduk pertama kali dilakukan 1961 sampai dengan tahun 2015 Tabel 2.5. Laju pertumbuhan penduduk Provinsi Bali selama kurun waktu 55 tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang menarik. Jika digambarkan, laju pertumbuhan penduduk Provinsi Bali menyerupai gelombang, yaitu turun, naik, dan turun kembali. Selama periode 1961-1990, laju pertumbuhan penduduk mengalami penurunan yang signifikan, yaitu dari 1,75 persen per tahun periode 1961-1971 menjadi 1,71 persen per tahun periode 1971-1980 dan turun lagi menjadi 1,18 persen per tahun periode 1980-1990. Pada dua periode berikutnya, laju pertumbuhan penduduk Provinsi Bali kembali meningkat menjadi 1,26 persen per tahun PROFIL KUANTITAS DAN KUALITAS PENDUDUK PROVINSI BALI TAHUN 2015 13 periode 1990-2000 dan naik lagi menjadi 2,15 persen per tahun selama periode 2000-2010. Selanjutnya berdasarkan hasil proyeksi BPS Provinsi Bali periode 2010-2013, maka diperkirakan laju pertumbuhan penduduk Provinsi Bali sebesar 1,40 persen per tahun selama periode 2010-2015 BPS Provinsi Bali, 2014. Tabel 2.5 Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Bali Menurut KabupatenKota Selama Periode 1961-1971 s.d. 2010-2015 Laju Pertumbuhan Penduduk dalam persen per tahun Kabupaten Kota 1961-1971 1971-1980 1980-1990 1990-2000 2000-2010 2010-2015 Jembrana 2,88 1,95 0,60 0,63 1,22 0,80 Tabanan 1,83 0,49 0,19 0,73 1,13 0,76 Badung 2,57 2,58 2,78 2,33 4,62 2,73 Gianyar 1,56 1,33 0,96 1,56 1,80 1,14 Klungkung 0,86 0,72 0,12 0,31 0,95 0,65 Bangli 1,10 1,72 0,88 0,94 1,06 0,71 Karangasem 0,23 1,80 0,89 0,49 0,96 0,65 Buleleng 2,24 2,10 1,04 0,33 1,12 0,75 Denpasar 3,20 4,00 2,38 Bali: 1,75 1,71 1,18 1,26 2.15 1,40 Sumber : Sudibia, dkk 2012 dan BPS Provinsi Bali 2014. Catatan: Kota Denpasar masih bergabung dengan Kabupaten Badung. Seperti diketahui bahwa laju pertumbuhan penduduk suatu daerah ditentukan oleh tiga komponen demografi, yaitu kelahiran, kematian, dan migrasi. Kelahiran akan meningkatkan laju pertumbuhan penduduk, sedangkan kematian berpengaruh sebaliknya, yaitu akan menurunkan laju pertumbuhan penduduk. Sementara itu komponen migrasi penduduk memiliki dua pengaruh yaitu positif dan negatif. Migrasi masuk akan meningkatkan laju pertumbuhan penduduk, sedangkan migrasi keluar akan menurunkan laju pertumbuhan penduduk di daerah tersebut Memperhatikan pengaruh masing-masing komponen demografi terhadap laju pertumbuhan penduduk, maka sejak awal tahun 1970-an Pemerintah Orde Baru mulai melaksanakan program KB dengan komitmen yang tinggi. Upaya yang dilakukan pemerintah ternyata membuahkan hasil, yaitu menurunnya TFR Bali dari 6,0 anak menjadi sekitar 2, 3 anak per wanita periode 1970-1990 Sudibia, 1992. Berikutnya, pada tahun 2000-an ditemukan TFR Provinsi Bali stagnan pada 2,1 anak per wanita, baik menurut hasil SDKI 20022003 maupun SDKI 2007, dan akhirnya menurut hasil SDKI 2012 TFR Bali justru naik lagi menjadi 2,3 anak per wanita. Sementara itu pada variabel mortalitas, khususnya angka mortalitas bayi atau infant PROFIL KUANTITAS DAN KUALITAS PENDUDUK PROVINSI BALI TAHUN 2015 14 mortality rate IMR, juga berhasil diturunkan dari sekitar 121 kematian menjadi 51 kematian masing-masing per 1000 kelahiran hidup selama periode 1971-1990. Menurut hasil SDKI 2012, angka mortalitas bayi turun lagi menjadi 30 kematian per 1000 kelahiran hidup. Di pihak lain, data migrasi risen neto pada periode 1975-1980 menunjukkan tanda - 15.150 orang, yang berarti bahwa jumlah migran risen yang keluar lebih banyak daripada yang masuk ke Bali pada periode yang sama. Pada periode 1985- 1990 migrasi risen neto berubah tanda menjadi + 9.570 orang, yang berarti migran risen yang masuk ke Bali lebih banyak daripada yang keluar Bali pada periode yang sama. Pada periode-periode berikutnya jumlah migrasi risen neto positif semakin bertambah besar, yaitu + 21.871 orang SP 2000, meningkat lagi menjadi + 37.630 orang SUPAS 2005, dan naik lagi menjadi + 61.209 orang SP 2010. Memperhatikan perubahan komponen-komponen demografi selama periode 2000-2010, terungkap bahwa komponen yang menonjol peranannya terhadap pertumbuhan penduduk Bali periode 2000-2010 adalah komponen migrasi. Tahun 2000-an merupakan awal dari pelaksanaan otonomi daerah yang diwarnai oleh berkurangnya arus migrasi keluar, karena adanya penundaan pemberangkatan transmigran asal Bali mengingat daerah-daerah tujuan tersebut rawan konflik. Di sisi lain perkembangan sektor pariwisata di Provinsi Bali telah berhasil sebagai motor penggerak ekonomi Bali. Perkembangan sektor pariwisata, terutama di kabupaten Badung, Kota Denpasar, dan Kabupaten Gianyar telah menjadi penarik bagi para migran yang berasal dari kabupaten lain di Bali dan dari luar Bali. Kondisi ini tercermin dari tingginya pertumbuhan penduduk di ketiga kabupatenkota di atas. Berbeda dengan keadaan periode 2000-2010, laju pertumbuhan penduduk Bali periode 2010-2015 diproyeksikan oleh BPS Provinsi Bali sebesar 1,40 persen per tahun. Periode 2010-2015 kemungkinan dipandang lebih kondusif daripada awal periode 2000-2010 yang baru menapaki desentralisasi, diwarnai oleh munculnya masalah kelembagaan kependudukan termasuk program KB. Namun demikian, dewasa ini masalah kelembagaan kependudukan sudah mulai mendapat perhatian dengan munculnya kebijakan-kebijakan yang terkait dengan masalah tersebut. PROFIL KUANTITAS DAN KUALITAS PENDUDUK PROVINSI BALI TAHUN 2015