Paritas Daya Beli rata rata pengeluaran riil per kapita

PROFIL KUANTITAS DAN KUALITAS PENDUDUK PROVINSI BALI TAHUN 2015 17 Jika dilihat menurut kabupatenkota hanya dua dari sembilan daerah yang sudah menuntaskan Program Wajib Belajar Sembilan Tahun. Dua daerah tersebut adalah Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Di kedua daerah tersebut angka RLS-nya sudah diatas sembilan tahun Kota Denpasar: 10,94 tahun dan Kabupaten Badung: 9,47 tahun. RLS yang paling rendah dialami oleh Kabupaten Karangasem yaitu 5,88 tahun setara kelas enam SD. Kabupaten ini AMH-nya juga paling rendah yaitu 76,03 persen. Ini berarti sekitar 24,0 persen penduduk umur 15 tahun keatas di Kabupaten Karangasem tidak bisa baca-tulis huruf latin atau huruf lainnya Gambar 3.1. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sampai pada posisi tahun 2013 tingkat pengetahuanpendidikan penduduk yang paling tinggi adalah di Kota Denpasar, sebaliknya yang paling rendah adalah Kabupaten Karangasem.

3.1.2. Paritas Daya Beli rata rata pengeluaran riil per kapita

UNDP menghitung standar hidup layak mengacu pada PDB Produk Domistik Bruto riil yang disesuaikan, sedangkan BPS Badan Pusat Statistik menggunakan rata rata pengeluaran per kapita riil per bulan yang disesuaikan. Penyesuaian tersebut dilakukan dengan menggunakan formula Atkinson. Pengeluaran riil yang dimaksud adalah pengeluaran untuk berbagai komoditas kebutuhan pokok masyarakat untuk makanan dan non makanan. Data pengeluaran untuk kedua kebutuhan pokok tersebut dijaring melalui Susenas Survei Sosial Ekonomi Nasional. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Denpasar BALI AMH 91.36 90.86 93.01 88.79 84.15 85.83 76.03 89.94 97.52 90.17 RLS tahun 7.86 8.39 9.47 8.9 7.43 6.68 5.88 7.54 10.94 8.57 Gambar 3.1 AMH dan RLS per kabupatenkota, Provinsi Bali, 2013 A MH d a n R L S PROFIL KUANTITAS DAN KUALITAS PENDUDUK PROVINSI BALI TAHUN 2015 18 Gambar 3.2 menunjukkan bahwa paritas daya beli standar hidup layak penduduk Provinsi Bali dari tahun ketahun trennya makin meningkat dari Rp 632.150,- 2009 menjadi Rp 643.780,- pada tahun 2013. Ini berarti selama periode 2009-2013 tumbuh rata rata 0,46 persen per tahun. Relatif rendahnya pertumbuhan paritas daya beli tersebut dapat mengakibatkan perbaikan kualitas fisik penduduk juga berjalan lambat. 632.15 634.67 637.86 640.86 643.78 2009 2010 2011 2012 2013 632 634 636 638 640 642 644 Gambar 3.2 Perkembangan paritas daya beli penduduk Provinsi Bali, 2009-2013 P a ri ta s d a y a b e li R p .0 Jika dilihat menurut kabupatenkota paritas daya beli di Provinsi Bali sangat bervariasi. Tiga daerah yaitu Kabupaten Klungkung, Karangasem, dan Kota Denpasar angkanya jauh diatas rata rata Bali. Empat daerah setara dengan angka Bali, sedangkan yang berada dibawah Bali hanya Kabupaten Jembrana Gambar 3.3. Makin tinggi paritas daya beli menjadi indikasi bahwa konsumsi masyarakat baik untuk makanan atau non makanan kualitasnya makin baik. Peningkatan kualitas ini berdampak positif terhadap kualitas phisik penduduk yang pada akhirnya bermuara pada angka harapan hidup yang makin panjang. PROFIL KUANTITAS DAN KUALITAS PENDUDUK PROVINSI BALI TAHUN 2015 19 661.73 657.79 652.54 648.25 647.37 645.69 643.78 643.38 643.24 640.3 Kl un gk un g Kar an gas em D en pas ar Bad un g G ian yar Ban gl i BA LI Bu le le ng Tab an an Je m br an a 640 645 650 655 660 665 Gambar 3.3 Paritas daya beli penduduk per kabupatenkota, Provinsi Bali, 2013 P a ri ta s d a y a b e li R p .0

3.1.3. Angka Harapan Hidup AHH