2 Hasil pengujian statistik terhadap hipotesis nol kedua yang
dilakukan sebanyak tiga kali masing-masing atas dasar CVpo, CVpsp, dan CVpbsp menyimpulkan bahwa secara signifikan
untuk tidak menolak hipotesis nol kedua. Simpulan ini menyatakan bahwa tidak ada perbedaan return antara
kelompok perata dan bukan perata laba. 3
Hasil pengujian statistik terhadap hipotesis nol ketiga yang dilakukan sebanyak tiga kali masing-masing atas dasar CVpo,
CVpsp, dan CVpbsp menyimpulkan secara signifikan untuk tidak menolak hipotesis nol ketiga. Simpulan ini menyatakan
bahwa tidak ada perbedaan risiko antara kelompok perata laba dan bukan perata laba.
2.2. Kajian Teori 2.2.1. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, dan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang
terjadi selama tahun buku yang bersangkuan Baridwan, 1997:17. Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari neraca, laporan laba rugi,
laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan.laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan
untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan dan memberikan informasi
mengenai posisi keuangan dan hasil-hasil yang dicapai perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Laporan keuangan akan memberikan banyak manfaat kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai informasi keuangan. Informasi
keuangan akan bermanfaat bila dipenuhi ketujuh kualitas berikut : 1. Relevan
Relevansi suatu informasi harus dihubungkan dengan maksud penggunaanya. Bila informasi tidak relevan untuk keperluan para
pengambil keputusan, informasi demikian tidak akan ada gunanya, betapapun kualitas-kualitasnya terpenuhi.
2. Dapat Dimengerti Informasi harus dimengerti oleh pemakainya, dan dinyatakan dalam
bentuk dan dengan istilah yang disesuaikan dengan batas pengertian para pemakai.
3. Daya Uji Pengukuran tidak dapat sepenuhnya lepas dari pertimbangan-
pertimbangan dan pendapat yang subyektif. Hal ini berhubungan dengan keterlibatan manusia di dalam proses pengukuran dan
penyajian informasi, sehingga proses tersebut tidak lagi berlandaskan pada realita obyektif semata.
4. Netral Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak
bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak-pihak tertentu.
5. Tepat Waktu Informasi harus di sampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan
sebagai dasar untuk membantu dalam pengambilan keputusan- keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan
keputusan tersebut. 6. Daya Banding
Informasi dalam laporan keuanganakan lebih berguna bila dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya dari
perusahaan yang sama, maupun dengan laporan keuangan perusahaan- perusahaan lainnya pada periode yang sama.
7. lengkap Informasi akuntansi yang lengkap meliputi semua data akuntansi
keuangan yang dapat memenuhi secukupnya enam tujuan kualitatif diatas, dapat juga diartikan sebagai pemenuhan standar pengungkapan
yang memadai dalam pelaporan keuangan. Baridwan, 1997 : 5-6
2.2.1.1. Pemakai Laporan Keuangan
Informasi laporan keuangan di susun sebagai alat untuk mengakomodasi berbagai kepentingan dari para pemakai informasi
keuangan. Pihak-pihak pemakai informasi keuangan antara lain terdiri dari pihak internal manajemen perusahaan dan pihak eksternal
perusahaan pemerintah, kreditor, investor, masyarakat umum, dan profesi akuntansi.
Menurut Soemarso 1999:6 pihak-pihak pemakai laporan keuangan antara lain terdiri dari :
1. Pemilik dan calon pemilik perusahaan Bagi pemilik, informasi laporan keuangan dapat digunakan untuk
memutuskan apakah ia akan tetap mempertahankan kepemilikannya di perusahaan itu, atau menjualnya dan kemudian menanamkan
modalnya di tempat lain. Bagi calon pemilik untuk memutuskan apakan ia akan menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.
2. Kreditur dan calon kreditur Pihak kreditur ingin mengetahui perkembangan perusahaan setelah
pinjaman diberikan. Ia harus menilai kemampuan perusahaan mengembalikan pinjaman untuk memutuskan apakah hrus memberi
tambahan pinjaman atau menarik pinjaman yang telah diberikan. Bagi calon kreditur, informasi tentang perusahaan diperlukan untuk
menilai risiko yang akan terjadi sebelum pinjaman diputuskan untuk diberikan.
3. Badan-badan pemerintah Badan-badan pemerintah sangat berkenaan dengan kegiatan
keuangan perusahaan untuk tujuan-tujuan pajak dan pengaturan- pengaturannya. Kantor pajak berkepentingan terhadap informasi
laporan keuangan perusahaan untuk memeriksa kebenaran jumlah pajak yang dilaporkan perusahaan.
4. Manajemen perusahaan Jenis informasi yang dibutuhkan untuk tiap-tiap manajemen
perusahaan berbeda-beda sesuai dengan besarnya perusahaan. Manajemen perusahaan kecil mungkin hanya membutuhkan
informasi akuntansi yang sedikit saja. Semakin besar perusahaan, semakin sedikit kesempatan manajemen perusahaan untuk
berhubungan langsung dengan kegiatan sehari-hari.
2.2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai prinsip akuntansi berterima umum, posisi keuangan,
hasil operasi, dan perubahan lain dalam posisi keuangan. Tujuan umum laporan keuangan menurut Prinsip Akuntansi
Indonesia PAI dalam Baridwan, 1997:4 yaitu : 1
Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu
perusahaan. 2
Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam sumber-sumber ekonomi dan kewajiban, seperti informasi
mengenai aktivitas pembelanjaan dan penanaman. 3
Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan keuangan di dalam mengestimasi potensi
perusahaan dalam menghasilkan laba.
2.2.2. Pengertian Laba
Laba Gain adalah kenaikan modal aktiva bersih yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan
usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama suatu periode kecuali yang timbul dari pendapatan
revenue atau investasi oleh pemilik Baridwan, 1997 : 31.
2.2.2.1. Tujuan Laporan LabaRugi
Laporan labarugi adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk
suatu periode tertentu Baridwan, 1997 : 30. Tujuan utama pelaporan labarugi adalah untuk memberikan
informasi yang berguna bagi mereka yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan. Tujuan yang lebih khusus meliputi penggunaan laba
sebagai pengukuran efisiensi manajemen, penggunaan angka laba historis untuk membantu meramalkan keadaan usaha dan didistribusikan
dividen di masa yang akan datang, dan penggunaan laba sebagai pengukuran keberhasilan serta sebagai pedoman pengambilan keputusan
manajerial di masa yang akan datang Hendriksen, 1989 : 130.
2.2.3. Perataan Laba
Perataan laba didefinisikan sebagai cara yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai
dengan target yang diinginkan baik secara artificial, yaitu melalui metode akuntansi, maupun secara riil, yaitu melalui transaksi
Koch,1981 dalam Atmini, 2000, dengan begitu maka para investor akan dapat dengan mudah meramalkan arus kas dari perusahaan di masa
yang akan datang.Menurut Bornea, Ronen dan Sadan 1976, perataan laba mempunyai dua tipe, yaitu perataan laba yang terjadi secara alami
dan pertaan laba yang dilakukan secara sengaja oleh manajemen. Perataan laba secara alami terjadi sebagai akibat dari proses
menghasilkan laba yang menghasilkan suatu aliran laba yang rata, perataan laba yang disengaja dapat terjadi akibat teknik perataan
rillteknik perataan artifisial Atmini, 2000. Beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa perataan laba
merupakan salah satu upaya para manajer perusahaan untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan sehingga kinerja perusahaan terlihat stabil.
2.2.3.1. Dimensi Perataan Laba
Dimensi perataan laba pada dasarnya adalah alat yang digunakan untuk melakukan perataan angka income. Dascher dan Malcolm
membedakan antara perataan laba riil dan perataan laba artifisial sebagai berikut :
“Perataan laba riil merujuk pada transaksi aktual yang dilakukan atau tidak dilakukan atas dasar efek peratannya terhadap income, sedangkan
perataan laba artifisial merujuk pada prosedur akuntansi yang diimplementasikan untuk memindahkan biaya dan atau pendapatan dari
suatu periode ke periode yang lain .” Belkaoui, 2000 : 58
Menurut Barnet et al. dalam Belkaoui 2000:59 membedakan tiga dimensi perataan laba, sebagai berikut :
1. Perataan melalui terjadinya peristiwa danatau pengakuan : manajemen dapat menetukan waktu terjadinya transaksi sedemikian
rupa sehingga efek transaksi tersebut terhadap income akan cenderung memperkecil variasinya dari waktu ke waktu.
2. Perataan melalui alokasi dari waktu ke waktu : berkaitan dengan terjadinya dan pengakuan suatu peristiwa, manajemen memiliki
kebebasan yang lebih untuk mengendalikan penentuan periode yang dipengaruhi oleh kuantifikasi peristiwa tersebut.
3. Perataan laba klasifikasisehingga disebut perataan klasifikatori : ketika statistik laporan income bersih nilai bersih semua pendapatan
dan biaya merupakan objek perataan, manajemen dapat mengklasifikasi elemen-elemen dalam laporan income untuk
mengurangi variasi dari waktu ke waktu dalam statistik tersebut.
2.2.3.2. Motivasi Perataan Laba
Ada beberapa motovasi adanya perataan laba diantaranya : 1.
Mengurangi total pajak terutang. 2.
Meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan karena penghasilan yang stabil mendukung kebijakan deviden yang stabil
pula.
3. Meningkatkan hubungan antara manajer dengan karyawan karena
pelaporan penghasilan meningkat tajam memberi kemungkinan munculnya tuntutan gaji dan upah.
4. Siklus peningkatan dan penurunan penghasilan dapat dibandingkan
dan gelombang optimisme dan pesimisme dapat diperlunak Hepworth dalam Murtanto, 2004.
Menurut Dye 1988 dalam Murtanto, SE.,Ak.,MSI bahwa pemilik mendukung perataan laba karena adanya motivasi internal dan motivasi
eksternal. Motivasi internal menunjukkan maksud pemilik untuk meminimalisasi biaya kontrak manajer dengan membujuk manajer agar
melakukan praktik manajemen laba. Motivasi eksternal ditunjukkan oleh usaha pemilik saat ini untuk mengubah persepsi investor
prospektifpotensial terhadap nilai perusahaan. Beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa
motivasialasan adanya perataan laba adalah bagi manajer perusahaan, perataan laba dilakukan dengan tujuan agar kinerja perusahaan tersebut
terlihat baik dan untuk mengurangi konflik di antara manajer dengan karyawan dan pemilik perusahan, sedangkan bagi pemilik perusahaan
adanya praktik perataan laba maka mereka akan lebih mudah untuk dapat memperhitungkan risiko, return dan arus kas masa depan
perusahaan.
2.2.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba
Perataan laba dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendorong manajer untuk melakukan perataan laba. Secara rasional
manajer melakukan perataan laba dengan alasan memperkecil tuntutan perusahaan. Dalam penelitian ini peneliti mencoba meneliti beberapa
faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba, yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage operasi perusahaan.
2.2.4.1. Ukuran Perusahaan
Besarnya perusahaan itu bermacam-macam tetapi bukan ukuran yang dipakai untuk menentukan tidak adanya standart ukuran yang
berlaku umum, semakin besar suatu perusahaan, maka semakin banyak pula alternatif sumber pembelanjaan yang dapat dipilih oleh perusahaan
tersebut. Ada kecenderungan bahwa semakin besar perusahaan semakin
besar pula jumlah utang yang dimiliki. Perusahaan yang tumbuh pesat cenderung lebih banyak menggunakan utang Weston dan Brigham,
1994 : 175, hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar akan lebih mudah mendapatkan pinjaman dari pihak eksternal dibandingkan dengan
perusahaan yang lebih kecil Awat, 1999:124. Moses 1987 menemukan bahwa perataan laba dapat dihubungkan
dengan ukuran perusahaan, perbedaan antara laba sesungguhnya dengan yang diharapkan dan ada tidaknya rencana kompensasi bonus. Penelitian
yang dilakukan oleh moses bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-
faktor yang dapat dihubungkan dengan perataan laba. Namun penelitian yang dilakukan oleh Murtanto 2004 tidak berhasil membuktikan bahwa
ukuran perusahaan dapat dikaitkan dengan praktik perataan laba. Variabel ukuran perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah nilai aktiva perusahaan, jadi untuk melihat besar atau kecilnya perusahaan yang diukur dari total aktiva berdasarkan nilai buku yang
dinyatakan dalam satuan rupiah dan skala pengukurannya adalah rasio. UP = Total aktiva.....................Jin dan Machfoedz, 1998:180
2.2.4.2. Teori Yang Membahas Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba
Nilai aktiva dipakai sebagai variabel ukuran perusahaan karena selama ini masih terdapat compounding effect yang timbul karena
perusahaan yang besar selalu diidentikkan dengan nilai aktiva yang besar pula Salno, 2000, hal ini membuat para manajer termotivasi untuk
melakukan praktik perataan laba karena mereka percaya bahwa para pemakai laporan keuangan masih mendasarkan pada salah satu
penilaiannya mengenai perusahaan pada angka nilai aktiva. Pemilihan nilai aktiva sebagai variabel ukuran perusahaan
didukung oleh penelitian Liaw She Jin dan Mas’ud Machfoedz 1998. Secara logis, nilai aktiva dapat memicu para manajer untuk melakukan
praktik perataan laba, untuk menimbulkan kesan yang baik kepada para pemakai laporan keuangan mengenai keadaan perusahaanya.
2.2.4.3. Profitabilitas
Profitabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
Penelitian yang dilakukan oleh Ashari 1994 dapat membuktikan bahwa profitabilitas merupakan salah satu pendorong
terjadinya praktik perataan laba. Dikemukakan adanya praktik perataan laba ditunjukkan oleh indeks yang kurang dari satu. Namun penelitian
yang dilakukan oleh Zuhroh 1996 tidak berhasil membuktikan bahwa profitabilitas merupakan faktor pendorong terjadinya praktik perataan
laba. Jumlah keuntungan laba yang diperoleh secara teratur
merupakan suatu faktor yang sangat penting yang perlu mendapat perhatian penganalisa didalam menilai profitabilitas perusahaan. Rasio
profitabilitas dapat diukur dengan berdasarkan perbandingan laba setelah pajak dengan total aktiva perusahaan. Profitablitas merupakan ukuran
penting untuk menilai sehat atau tidaknya perusahaan yang mempengaruhi investor untuk membuat keputusan Suwito dan
Herawaty, 2005.
2.2.4.4. Teori Yang Membahas Pengaruh Profitabilitas Terhadap Perataan Laba
Teori pengharapan expectancy theory menyatakan bahwa individu mengubah perilakku mereka berdasarkan hasil yang diharapkan
dari suatu kejadian. Manfaat yang diturunkan dari suatu hasil yang
diharapkan dapat berupa intrisic seperti penghargaan atau harga diri maupun ekstrinsik upah atau promosi Victor H. Vroom, 1964 dalam
Robbins, 2003:229. Profitabilitas diduga mempengaruhi perataan laba, karena sesuai
dengan teori pengharapan diatas,pihak manajemen berusaha menampilkan suatu tingkat profitabilitas yang tinggi agar kinerja
manajemen terlihat baik. Hubungan profitabilitas dengan perataan laba Ashari et al 1994,
dalam Suwito dan Herawaty 2005:138 menyatakan bahwa tingkat profitabilitas rendah mempunyai kecenderungan lebih besar untuk
melakukan perataan laba, hal ini dapat terjadi dikarenakan perataan laba merupakan suatu fenomena umum yang bertujuan untuk mengurangi
variabilitas atas laba perusahaan yang akan dilaporkan guna mengurangi risiko pasar atas saham perusahaan.
2.2.4.5. Leverage Operasi
Leverage dapat didefinisikan sebagai penggunaan aktiva atau dana di mana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutup biaya
tetap atau membayar beban tetap Riyanto, 1995:375, leverage operasi adalah rasio yang mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai
dengan utang.
Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Jin dan Machfoedz 1998 diperoleh hasil bahwa Leverage operasi memiliki pengaruh
terhadap praktik perataan laba. Dengan meneliti faktor-faktor yang dapat dikaitkan dengan mengambil sampel perusahaan publik yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta. Namun penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Yusuf dan Soraya bahwa Leverage operasi tidak berpengaruh terhadap
praktik perataan laba. Perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi mempunyei risiko
rugi lebih besar, tetapi juga memiliki kesempatan untuk memperoleh laba yang tinggi, sedangkan perusahaan dengan rasio leverage yang
rendah memiliki resiko rugi yang lebih kecil jika kondisi ekonomi sedang menurun, tetapi juga memiliki hasil pengembalian yang lebih
rendah jika kondisi ekonomi membaik.
2.2.4.6. Teori Yang Membahas Pengaruh Leverage Operasi Terhadap Perataan Laba
Teori akuntansi positif positive accounting theory beranggapan bahwa perilaku manajer atau pembuat laporan keuangan dalam prose
pembuatan laporan keuangan dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor- faktor perilaku manajer dalam pengaturan tingkat keuntungan dikenal
dengan 3 hipotesis, yaitu : hipotesis model bonus bonus scheme hypothesis, hipotesis biaya politis political cost hypothesis, dan
hipotesis rasio hutang terhadap aktiva leverage hypothesis Watts dan Zimmerman dalam Gumanti; JRAI, 2001:167.
Leverage operasi juga mempengaruhi praktik perataan laba. Perusahaan dengan leverage operasi rendah memiliki kecenderungan
lebih besar untuk melakukan praktik perataan laba. Leverage operasi timbul pada saat perusahaan menggunakan aktiva yang menimbulkan
biaya tetap Atmini, 2000. Manajer ingin perusahaannya memiliki leverage operasi rendah karena risikonya rendah. Di samping itu,
perusahaan yang leverage operasinya rendah berarti memiliki proporsi biaya tetap yang rendah dan proporsi biaya variabel yang tinggi. Kondisi
ini memberi peluang bagi manajer untuk melakukan perataan laba.
2.3. Kerangka Pikir