ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUH PRAKTIK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN AUTOMOTIVE DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

S K R I P S I

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Vetera” Jawa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1 Program Studi Akuntansi

Oleh :

Zulendra Bonasty 0513010030/FE/EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUH

PRAKTIK PERATAAN LABA PADA

PERUSAHAAN AUTOMOTIVE DI

BURSA EFEK INDONESIA

S K R I P S I

Oleh :

Zulendra Bonasty 0513010030/FE/EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(3)

KUALITAS JASA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

TERHADAP KEPUASAN PENGGUNA INTERNAL

PT. PUSPETINDO GRESIK

Yang diajukan

BAGUS SINATRIA ERZA 0513010269/FE/EA

Telah disetujui untuk mengikuti ujian lisan oleh :

Pembimbing

Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi Tanggal : ... NIP. 030 194 437

Mengetahui

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran”

Jawa Timur

Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi NIP. 030 194 437


(4)

S

SKKRRIIPPSSII

ANALISIS RASIO MODAL SAHAM UNTUK MENILAI KINERJA

PT. HM SAMPOERNA TBK TAHUN 2006 – 2008

Yang diajukan

MASLUTFIYAH

MASLUTFIYAH 0612010226/FE/EM

Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 25 Juni 2009

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Dra. Ec. Hj. Malicha Dr. H. Ali Maskun, Ms

Sekretaris

Dra. Ec. Hj. Malicha

Anggota

Drs. Ec. H. Suprijono, MM

M

Meennggeettaahhuuii

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM


(5)

KUALITAS JASA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

TERHADAP KEPUASAN PENGGUNA INTERNAL

PT. PUSPETINDO GRESIK

Yang diajukan

BAGUS SINATRIA ERZA 0513010269/FE/EA

Telah diseminarkan Dan disetujui untuk mengikuti ujian skripsi oleh :

Pembimbing

Drs. Ec. Hero Priono, MSi.,Ak Tanggal : ...

Mengetahui Kaprogdi Akuntansi

Dr. Sri Trisnaningsih, MSi NIP. 030 217 167


(6)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya ysng diberikan kepada penulis sehingga skripsi yang berjudul“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN AUTOMOTIVE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) ”, dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi, Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spirituil maupun materiil, khususnya kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur. SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, Msi. Selaku Ketua program studi Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Drs. Ec Hero Priono, Msi.Ak Selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan skripsi sehingga penulis bisa merampungkan tugas skripsinya.


(7)

7. Kepada Ayahanda Zulkifli dan Ibunda kuswati tercinta, terima kasih atas kasih sayang, kesabaran dan dukungan moril dan materiil yang diberikan kepada penulis dengan tulis ikhlas dan tanpa pamrih. ”Zulendra fitriansyah”, ”Zulendra ardiansyah”, dan ”dianisa” terima kasih atas semua cinta, kasih sayang, kesabaran, pengertian, semangat, dukungan, serta do’a yang diberikan kepada penulis selama ini.

8. semua teman-temanku dibangku kuliah terima kasih untuk segalanya, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa apa yang telah disusun dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.

Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Wassalamualaikum Wr. Wb. Surabaya, Mei 2009


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI DAN EMPIRIS 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 9

2.2 Kajian Teori ... 17

2.2.1. Laporan Keuangan ... 17

2.2.1.1. Pemakai Laporan Keuangan ... 19

2.2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan ... 21

2.2.2. Pengertian Laba ... 22

2.2.2.1. Tujuan Laporan Laba/Rugi ... 22

2.2.3. Perataan Laba ... 22

2.2.3.1. Dimensi Perataan Laba ... 23


(9)

2.2.4.2. Teori Yang Membahas Pengaruh Ukuran

Perusahaan Terhadap Perataan Laba ... 27

2.2.4.3. Profitabilitas ... 28

2.2.4.4. Teori Yang Membahas Pengaruh Profitabilitas Terhadap Perataan Laba ... 28

2.2.4.5. Leverage Operasi ... 29

2.2.4.6. Teori Yang Membahas Pengaruh Leverage Operasi Terhadap Perataan Laba ... 30

2.3. Kerangka Berpikir ... 31

2.4. Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 34

3.1.1. Variabel Bebas (X) ... 34

3.1.2. Variabel Terikat (Y) ... 35

3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 37

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.3.1. Jenis Data ... 39

3.3.2. Sumber Data ... 39

3.3.3. Pengumpulan Data ... 39

3.4 Teknik Analisis dna Uji Hipotesis ... 40


(10)

3.4.1. Regresi Logistik ... 40

3.4.1.1. Regresi Logistik Serentak ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 43

4.1.1. Sejarah Singkat Pasar Modal Indonesia ... 43

4.1.2. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia ... 44

4.1.3. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia ... 46

4.1.4. Sejarah PT. Astra International Tbk ... 47

4.1.5. Sejarah PT. Astra Otoparts Tbk ... 48

4.1.6. Sejarah PT. Gajah Tunggal Tbk ... 49

4.1.7. Sejarah PT. Goodyear Indonesia Tbk ... 49

4.1.8. Sejarah PT. Indo Kordsa Tbk ... 50

4.1.9. Sejarah PT. Indomobil Sukses International Tbk .... 51

4.1.10.Sejarah PT. Nipress Tbk ... 52

4.1.11.Sejarah PT. Prima Alloy Steel Tbk ... 53

4.1.12.Sejarah PT. Selamat Sepurna Tbk ... 53

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 58

4.2.1. Deskripsi Mengenai Variabel Ukuran Perusahaan (X1) .... 54

4.2.2. Deskripsi Mengegai Variabel Profitabilitas (X2) ... 55

4.2.3. Deskripsi Mengenai Variabel Leverage Operasi (X3) 57 4.3. Deskripsi Hasil Pengujian ... 59

4.3.1. Hasil Pengujian Hipotesis ... 59

4.3.1.1.Pengujian Validitas ... 66


(11)

4.5.2. Perbedaan Penelitian Yang Dilakukan Sekarang dengan Penelitian Terdahulu ... 65 4.6. Keterbatasan Penelitian ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 68 5.2. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Seleksi Sampel ... 38

Tabel 4.1 Data Ukuran Perusahaan (X1) Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004-2007 ... 54

Tabel 4.2 Data Profitabilitas (X2) Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004-2007 ... 56

Tabel 4.3 Data Leverage Operasi (X3) Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004-2007 ... 57

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Model Summary ... 59

Tabel 4.5 Hasil Hosmer and Lemeshow ... 60

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Regresi Logistic Metode Enter ... 61

Tabel 4.7 Perbedaan Penelitian ... 65


(13)

(14)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1a. Data Perhitungan Ukuran Perusahaan (X1) Lampiran. 1b. Data Perhitungan Profitabilitas (X2) Lampiran. 1c. Data Perhitungan Leverage Operasi (X3) Lampiran 1d. Data Perhitungan Perataan Laba (Y) Lampiran 2. Hasil Perhitngan Regresi Logistik


(15)

Zulendra Bonasty

Abstraksi

Laporan keuangan merupakan produk dari akuntansi yang menyajikan data kuantitatif keuangan atas semua transaksi-transaksi yang telah dilaksanakan oleh suatu perusahaan untuk suatu periode tertentu. laporan keuangan itu sendiri terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan, semua isi dari laporan keuangan bermanfaat bagi pemakainya, namun bagi beberapa pihak seperti pemegang saham, investor, dan kreditur memberikan perhatian yang lebih pada besarnya laba akuntansi yang dibukukan perusahaan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi manajemen dalam melakukan praktik perataan laba, diantaranya adalah faktor ukuran perusahaan, karena makin besar perusahaan, makin banyak alternatif pembelanjaan sumber daya yang dapat dipilih, dan utang yang dimilikinya cenderung makin besar. Faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap praktik perataan laba adalah faktor profitabilitas. Praktik perataan laba cenderung dilakukan oleh perusahaan yang profitabilitasnya rendah dan dalam keadaan berisiko, karena ingin memperlihatkan bahwa laporan laba rugi lebih baik dan tingkat fluktuasi tidak terlalu tinggi, sehingga dapat menarik investor. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan perusahaan automotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia melakukan praktik perataan laba dan untuk membuktikan secara empiris faktor ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage perusahaan mempengaruhi praktik perataan laba.

Obyek penelitian ini adalah perusahaan automotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode pengamatan tahun 2004 hingga 2008. Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan adalah uji regresi logistik.

Dari hasil pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik metode enter ditemukan bahwa dari variabel bebas yang diteliti dalam penelitian ini yang terdiri dari ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage tidak ada faktor yang berpengaruh signifikan terhadap perataan laba pada perusahaan otomotif pada tahun 2004 – 2007.

Keywords: ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, perataan laba


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Berkembangnya suatu usaha yang dijalankan, perusahaan seringkali memerlukan tambahan dana, untuk memperoleh dana dengan cepat, perusahaan memiliki beberapa alternative sumber pendanaan, yaitu dari sumber internal maupun sumber eksternal perusahaan.

Dalam hal ini pasar modal memiliki peranan yang sangat penting yaitu sebagai penyediaan dana jangka panjang yaitu sebagai salah satu perantara bagi pihak surplus dan pihak defisit dana. Selain itu pasar modal juga sebagai lembaga pemupukan modal dan mobilisasi dana (Suwito dan Herawaty, 2005:136). pasar modal merupakan salah satu alternative sumber pendanaan yang relative murah karena perusahaan tidak perlu menanggung beban tetap untuk membayar pajak.

Untuk mendapatkan tambahan dana baik yang berasal dari pasar uang ataupun yang berasal dari pasar modal, perusahaan diwajibkan untuk memberikan informasi tentang kinerja perusahaan yang berbentuk dalam laporan keuangan. Informasi keuangan ini penting untuk mengukur besar kecilnya risiko yang akan dihadapi oleh seorang investor ataupun lembaga keuangan yang akan menanamkan modalnya.

Pelaporan keuangan bertujuan menyediakan informasi yang bermanfaat bagi investor dan kreditor masa kini dan yang potensial serta para


(17)

pemakai lain dalam membuat keputusan ekonomi dan bisnis seperti keputusan investasi, dan keputusan kredit yang rasional. Pelaporan keuangan dapat disajikan dalam bentuk laporan keuangan, catatan atas laporan keuangan, informasi tambahan, serta sarana lain dari pelaporan keuangan dari keempat bentuk tersebut, yang menjadi bagian utama pelaporan keuangan adalah laporan keuangan, yaitu sarana utama untuk mengkomunikasikan informasi kepada pihak-pihak yang berada di luar suatu entitas (Atmini, 2000).

Laporan keuangan merupakan produk dari akuntansi yang menyajikan data kuantitatif keuangan atas semua transaksi-transaksi yang telah dilaksanakan oleh suatu perusahaan untuk suatu periode tertentu (Yusuf dan Soraya, 2004:100). laporan keuangan itu sendiri terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan, semua isi dari laporan keuangan bermanfaat bagi pemakainya, namun bagi beberapa pihak seperti pemegang saham, investor, dan kreditur memberikan perhatian yang lebih pada besarnya laba akuntansi yang dibukukan perusahaan.

Diantara pihak-pihak pemakai laporan keuangan tersebut, yaitu pihak internal dan eksternal perusahaan terdapat pertentangan kepentingan kelompok internal dan eksternal yang dapat mendorong timbulnya konflik yang merugikan pihak-pihak tersebut. Perbedaan kepentingan tersebut antara lan : (Jin dan Machfeodz, 1998:175)

1. manajemen berkeinginan meningkatkan kesejahteraan sedangkan pemegang saham berkeinginan untuk meningkatkan kekayaannya.


(18)

3

2. manajemen berkeinginan memperoleh kredit sebesar mungkin dengan bunga yang rendah sedangkan kreditor hanya ingin memberi kredit sesuai dengan kemampuan perusahaan.

3. manajemen ingin membayar pajak sekecil mungkin sedangkan pemerintah ingin memungut pajak setinggi mungkin.

Perhatian investor yang terpusat pada informasi laba tanpa memperhatikan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba tersebut, mendorong manager untuk melakukan earning management atau earning manipulation.

Perataan laba dilakukan oleh manajemen laba dimaksudkan untuk mencapai sesuatu yang diharapkan atas laba yang dilaporkan. Perataan laba juga dilakukan oleh manajer untuk mengurangi fluktuasi dari laba yang dilaporkan dan meningkatkan kemampuan investor untuk meramaikan arus kas dimasa yang akan datang.

Sejalan dengan konsep manajemen laba, perataan laba bila di pandang dari kerangka pikir teori keagenan, perataan laba timbul karena adanya konflik kepentingan antara manajemen dan pemilik. Konflik kepentingan ini bisa terjadi antara seorang manajer yang ingin memaksimumkan kekayaannya sendiri dengan pemegang saham yang juga ingin memaksimumkan kekayaanya. Konflik akan terjadi jika usaha manajer untuk memaksimumkan kekayaanya tidak memaksimumkan kekayaan pemegang saham ( Prasetio dkk, 2002:48).


(19)

Upaya untuk mengatasi masalah perbedaan kepentingan antara agen dan prinsipal, maka manajer melakukan upaya perataan laba dengan melalui pemilihan prosedur akuntansi ( Prasetio dkk, 2002:49).

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, praktik perataan laba merupakan fenomena yang umum dilakukan di banyak negara, namun demikian, praktik perataan laba ini, jika dilakukan dengan sengaja dan dibuat-buat dapat menyebabkan pengungkapan laba yang tidak memadai atau menyesatkan, akibatnya, investor mungkin tidak memperoleh informasi yang akurat dan memadai mengenai laba untuk mengevaluasi hasil dan risiko dari portofolio mereka (Jin dan Machfoedz, 1998:176). Pada intinya, praktik perataan laba ini diharapkan mampu memberikan suatu pengaruh yang menguntungkan bagi nilai saham serta penilaian kinerja manajer meskipun masih terjadi pro dan kontra mengenai adanya praktik perataan laba tersebut.

Penelitian yang menyetujui adanya praktik perataan laba antara lain dilakukan oleh Hector (1987) dalam Jin dan Machfoedz (1998:176) yang menyatakan bahwa perataan laba sebagai bentuk penyalahgunaan yang umum dalam laporan keuangan yang seharusnya diwaspadai oleh pemakainya, dan Mc Hugh (1992) yang juga menyatakan bahwa perataan laba merupakan bentuk manipulasi di laporan keuangan. Penelitian yang setuju dengan adanya perataan laba antara lain Gordon (1964) dalam Liauw She Jin dan Mas’ud Machfoedz (1998:176) yang menyatakan bahwa perataan laba dapat mengurangi kesalahan dari pemegang saham dalam mengekstrapolasi laba periode lalu untuk memperkirakan laba di masa datang, hal yang sama juga di


(20)

5

ungkapkan oleh Ronen dan Sadan (1981) yang menyatakan bahwa perataan laba konsisten dengan keinginan manajemen untuk memaksimalkan kompensasi.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi manajemen dalam melakukan praktik perataan laba, diantaranya adalah faktor ukuran perusahaan, karena makin besar perusahaan, makin banyak alternatif pembelanjaan sumber daya yang dapat dipilih, dan utang yang dimilikinya cenderung makin besar. Faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap praktik perataan laba adalah faktor profitabilitas. Praktik perataan laba cenderung dilakukan oleh perusahaan yang profitabilitasnya rendah dan dalam keadaan berisiko, karena ingin memperlihatkan bahwa laporan laba rugi lebih baik dan tingkat fluktuasi tidak terlalu tinggi, sehingga dapat menarik investor.

Selain faktor profitabilitas dan ukuran perusahaan, variabel lain yang yang diduga sebagai pendorong terjadinya praktik perataan laba adalah leverage operasi. biasanya, seorang kreditur tertarik pada perusahaan yang memiliki tingkat leverage operasi yang rendah dan menghasilkan leverage yang positif, sebab kreditur memerlukan jaminan atas dana yang dipinjamkan.

Penelitian sebelumnya yang meneliti tentang ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage operasi yang dilakukan oleh Ilmainir dan Zuhroh (1993 dalam Liauw She Jin dan Mas’ud Machfoedz, 1998:178) dan murtanto (2004) dalam meneliti ukuran perusahaan dan profitabilitas tidak berhasil membuktikan bahwa ukuran perusahaan dan profitabilitas dapat dikaitkan dengan adanya praktik perataan laba. Tetapi, berdasarkan penelitian yang


(21)

dilakukan Ashari dkk (1994), ditemukan ada dua faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba. Adapun faktor-faktor tersebut adlah ukuran perusahaan dan profitabilitas, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Jin dan Machfoedz (1998) yang berhasil membuktikan bahwa leverage operasi merupakan faktor pendorong terjadinya praktik perataan laba, sedangkan Suwito dan Herawaty (2005) tidak berhasil membuktikan bahwa leverage operasi berpengaruh terhadap praktik perataan laba.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Jin dan Machfoedz (1998) yaitu pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan tahun periode pengamatan 6 tahun dari tahun 1991-1996. dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk melihat generalitas dari hasil penelitian terdahulu dengan melakukan pengujian yang sama pada perusahaan automotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan melakukan perhitungan Indeks Eckel maka akan diperoleh beberapa jumlah perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dan tidak melakukan praktik perataan laba dari total sampel yang diuji. Perusahaan yang dikelompokkan sebagai perusahaan perata laba ditunjukkan dengan indeks yang kurang dari satu, dan perusahaan bukan perata laba ditunjukkan dengan indeks lebih dari satu. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah jumlah perusahaan yang dijadikan sampel penelitian dan tahun yang diamati yaitu tahun 2004 hingga 2007.


(22)

7

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi mengenai faktor-faktor yang diduga mendorong manajemen melakukan praktik perataan laba, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :

“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN AUTOMOTIVE

DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis mencoba merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Apakah perataan laba dipengaruhi oleh ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage perusahaan ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dirumuskan untuk memberikan arah pencapaian sasaran bagi aktivitas penelitian :

1. Untuk membuktikan secara empiris faktor ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage perusahaan mempengaruhi praktik perataan laba.


(23)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, antara lain :

1. Bagi perusahaan sampel, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengembalian keputusan, sedangkan bagi pihak ekstern diharapkan dapat menjadi informasi tambahan mengenai perataan laba agar dapat menginterpretasikan data keuangan secara akurat.

2. Bagi penulis, merupakan kesempatan yang baik bagi penulis untuk melatih dan berpikir secara ilmiah serta menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama kuliah.

3. Bagi pihak lain, penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan mengenai ilmu ekonomi, khususnya akuntansi keuangan dan sebagai sumbangan pemikiran dan referensi yang bermanfaat untuk mengembangkan penelitian lain dengan topik yang sama.


(24)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN EMPIRIS

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Sebagai dasar melengkapi landasan teori, berikut ini disajikan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi :

a) Yusuf & Soraya

Judul : “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Asing Dan Non Asing Di Indonesia”

Rumusan Masalah :

1. Apakah perusahaan asing dan non asing yang ada di Indonesia melakukan praktik perataan laba ?

2. Apakah perataan laba di pengaruhi oleh ukuran perusahaan ? 3. Apakah perataan laba dipengaruhi oleh profitabilitas

perusahaan ?

4. Apakah perataan laba dipengaruhi oleh leverage operasi perusahaan ?

5. Apakah perataan laba dipengaruhi oleh status perusahaan ? Hipotesis :

1. Tidak terdapat perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan asing non asing yang menjual sahamnya di Indonesia.

2. Perataan laba tidak dipengaruhi oleh ukuran perusahaan. 3. Perataan laba tidak dipengaruhi oleh profitabilitas perusahaan.


(25)

4. Perataan laba tidak dipengaruhi oleh leverage operasi perusahaan.

5. Perataan laba tidak dipengaruhi oleh status perusahaan.

6. Terdapat perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan asing dan non asing yang menjual sahamnya di Indonesia.

7. Perataan laba dipengaruhi oleh ukuran perusahaan. 8. Perataan laba dipengaruhi oleh profitabilitas perusahaan. 9. Perataan laba dipengaruhi oleh leverage operasi perusahaan. 10.Perataan laba dipengaruhi oleh status perusahaan.

Kesimpulan :

Diantara perusahaan asing dan non asing tersebut dapat dilihat bahwa perusahaan non asing lebih banyak melakukan praktik perataan laba dibandingkan dengan perusahaan asing, hal ini terlihat dari total aktiva perusahaan asing dan non asing yang melakukan praktik perataan laba cenderung lebih besar dari pada perusahaan asing dan non asing yang tidak melakukan praktik perataan laba.

Profitabilitas perusahaan asing dan non asing perataan laba yang cenderung stabil ini diduga karena adanya manipulasi laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mengurangi fluktuasi yang signifikan. Perusahaan asing yang melakukan praktik perataan laba memiliki leverage operasi yang lebih kecil


(26)

11

dari pada perusahaan asing yang tidak melakukan praktik perataan laba.

b) Liau She Jin dan Mas’ud Machfoedz (1998)

Judul : “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”.

Rumusan Masalah :

Apakah perataan laba di pengaruhi oleh ukuran perusahaan, profitabilitas, sektor industri dan leverage operasi perusahaan. Hipotesis :

1. Terdapat perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yang menjual sahamnya di Bursa Efek Jakarta.

2. Perataan laba dipengaruhi oleh ukuran perusahaan 3. Perataan laba dipengaruhi oleh profitabilitas perusahaan 4. Perataan laba dipengaruhi oleh sektor industri

5. Perataan laba dipengaruhi oleh leverage operasi perusahaan Kesimpulan :

1. Berdasarkan analisis dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif yang dilakukan menunjukkan bahwa praktek perataan laba ternyata dilakukan juga oleh perusahaan publik yang terdaftar di BEJ.

2. analisis dalam penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas, dan sektor industri


(27)

merupakan faktor pendorong dilakukannya dalam praktek parataan laba, sedangkan leverage operasi berhasil membuktikan terjadinya praktek perataan laba.

3. Analisis berikutnya menggunakan analisis inference yaitu pengujian univariate dan multivariate, ditemukan bahwa hanya variabel leverage operasi yang menunjukkan adanya pengaruh terhadap praktek perataan laba, sedangkan variabel-variabel total aktiva, profitabilitas, dan sektor industri tidak berpengaruh. Tetapi, untuk variabel sektor industri hasil pengujian univariate menunjukkan terdapat perbedaan signifikan antara frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang diharapkan diantara perusahaan yang melakukan praktek perataan laba dan tidak.

c) Januar Eko Prasetio dan Sri Astuti, Agung Wiryawan (2002) Judul : “Praktik Perataan Laba Dan Kinerja Saham Perusahaan Publik Di Indonesia”.

Perumusan masalah :

1. Apakah faktor-faktor besaran perusahaan, net profit margin, operating profit margin, kelompok usaha, dan klasifikasi winner/losser stock secara signifikan mempengaruhi praktik perataan laba.


(28)

13

2. Apakah ada perbedaan return antara perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dengan perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan laba.

3. Apakah ada perbedaan resiko antara perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dengan perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan laba.

Hipotesis :

1. Faktor-faktor besaran perusahaan, Net Profit Margin (NPM), Operating Profit Margin (OPM), kelompok usaha, dan klasifikasi Winner/Losser Stock secara signifikan mempengaruhi perataan laba.

2. Ada perbedaan return antara perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dengan perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan laba.

3. Ada perbedaan resiko antara perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dengan perusahaan yang tidak melakukan pratik perataan laba.

Kesimpulan :

1. Dari pengujian statistik terhadap hipotesis penelitian pertama menghasilkan simpulan bahwa faktor-faktor kelompok usaha , dan winner/Losser stock mendukung hipotesis penelitian pertama, dan faktor-faktor besaran perusahaan net profit mergin, operating profit margin, kelompok usaha 1, tidak


(29)

mendukung hipotesis penelitian pertama. Hal ini berarti faktor-faktor kelompok usaha 2, dan winner/losser stocks secara signifikan mempengaruhi praktik perataan laba, faktor-faktor net profit margin, operating profit margin, kelompok usaha satu, secara signifikan tidak mempengaruhi praktik perataan laba.

2. Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa ada perbedaan return antara perusahaan yang melakukan praktik pertaan laba dengan perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan laba didukung oleh hasil penelitian ini.

3. Hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa ada perbedaan resiko antara perusahaan yang melakukan praktik pertaan laba dengan perusahaan yang tidak melakukan praktik pertaan laba didukung oleh hasil penelitian ini.

d) Murtanto, SE.,Ak., MSI (2004)

Judul : “Analisis Perataan Laba (INCOME SMOOTHING) : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dan Kaitannya Dengan Kinerja Saham Perusahaan Publik Di Indonesia”.

Rumusan Masalah :

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pertaan laba pada perusahaan-perusahaan publik di Indonesia ?

2. Apakah ada perbedaan return antara perusahaan perta laba dan bukan perata laba ?


(30)

15

3. Apakah ada perbedaan risiko antara perusahaan perata laba dan perusahaan bukan perata laba ?

Hipotesis :

1. Besaran perusahaan, NPM, kelompok usaha, dan klasifikasi winner/losser stocks tidak mempengaruhi pertaan laba.

2. Besaran perusahaan, NPM, kelompok usaha, dan klasifikasi winner/losser mempengaruhi perata laba.

3. Tidak terdapat perbedaan Return antara perusahaan perata laba dan perushaan bukan perta laba.

4. Terdapat perbedaan Return antara perusahaan perata laba dan perusahaan bukan perata laba.

5. Tidak terdapat perbedaan risiko antara perusahaan perata laba dengan perusahaan bukan perata laba.

6. Terdapat perbedaan risiko antara perusahaan perata laba dan perusahaan bukan perata laba.

Kesimpulan :

Dari analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal seperti tersebut di bawah ini :

1) Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba 1.1Ukuran perusahaan

Dari hasil ketiga pengujian statistik (masing-masing atas dasar CVpo, CVpsp, dan CVpbsp) terhadap variabel independen yaitu ukuran perusahaan menyimpulkan bahwa


(31)

ukuran perushaan secara signifikan tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba.

1.2Net Profit Margin (NPM)

Dari hasil ketiga pengujian statistik (masing-masing atas dasar CVpo, CVpsp, dan CVpbsp) terhadap variabel independen yaitu Net Profit Margin menyimpulkan bahwa net profit margin secara signifikan tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba.

1.3Kelompok usaha

Dari hasil ketiga pengujian statistik (masing-masing atas dasar CVpo, CVpsp, dan CVpbsp) terhadap variabel independen yaitu kelompok usaha menyimpulkan bahwa kelompok usaha secara signifikan tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba.

1.4Winner/Losser stocks

1.5Dari hasil kedua pengujian statistik (masing-masing atas dasar CVpo, CVpsp) terhadap variabel independen yaitu Winner/Losser stocks menyimpulkan bahwa Winner/Losser stocks secara signifikan tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Sedangkan dengan pengujian statistik dengan dasar pengujian CVpbsp menyimpulkan bahwa winner/loser stocks berpengaruh terhadap praktik perataan laba.


(32)

17

2) Hasil pengujian statistik terhadap hipotesis nol kedua yang dilakukan sebanyak tiga kali (masing-masing atas dasar CVpo, CVpsp, dan CVpbsp) menyimpulkan bahwa secara signifikan untuk tidak menolak hipotesis nol kedua. Simpulan ini menyatakan bahwa tidak ada perbedaan return antara kelompok perata dan bukan perata laba.

3) Hasil pengujian statistik terhadap hipotesis nol ketiga yang dilakukan sebanyak tiga kali (masing-masing atas dasar CVpo, CVpsp, dan CVpbsp) menyimpulkan secara signifikan untuk tidak menolak hipotesis nol ketiga. Simpulan ini menyatakan bahwa tidak ada perbedaan risiko antara kelompok perata laba dan bukan perata laba.

2.2. Kajian Teori

2.2.1. Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, dan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkuan (Baridwan, 1997:17). Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan.laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan dan memberikan informasi


(33)

mengenai posisi keuangan dan hasil-hasil yang dicapai perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Laporan keuangan akan memberikan banyak manfaat kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai informasi keuangan. Informasi keuangan akan bermanfaat bila dipenuhi ketujuh kualitas berikut :

1. Relevan

Relevansi suatu informasi harus dihubungkan dengan maksud penggunaanya. Bila informasi tidak relevan untuk keperluan para pengambil keputusan, informasi demikian tidak akan ada gunanya, betapapun kualitas-kualitasnya terpenuhi.

2. Dapat Dimengerti

Informasi harus dimengerti oleh pemakainya, dan dinyatakan dalam bentuk dan dengan istilah yang disesuaikan dengan batas pengertian para pemakai.

3. Daya Uji

Pengukuran tidak dapat sepenuhnya lepas dari pertimbangan-pertimbangan dan pendapat yang subyektif. Hal ini berhubungan dengan keterlibatan manusia di dalam proses pengukuran dan penyajian informasi, sehingga proses tersebut tidak lagi berlandaskan pada realita obyektif semata.

4. Netral

Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak-pihak tertentu.


(34)

19

5. Tepat Waktu

Informasi harus di sampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar untuk membantu dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut.

6. Daya Banding

Informasi dalam laporan keuanganakan lebih berguna bila dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya dari perusahaan yang sama, maupun dengan laporan keuangan perusahaan-perusahaan lainnya pada periode yang sama.

7. lengkap

Informasi akuntansi yang lengkap meliputi semua data akuntansi keuangan yang dapat memenuhi secukupnya enam tujuan kualitatif diatas, dapat juga diartikan sebagai pemenuhan standar pengungkapan yang memadai dalam pelaporan keuangan.

(Baridwan, 1997 : 5-6) 2.2.1.1. Pemakai Laporan Keuangan

Informasi laporan keuangan di susun sebagai alat untuk mengakomodasi berbagai kepentingan dari para pemakai informasi keuangan. Pihak-pihak pemakai informasi keuangan antara lain terdiri dari pihak internal (manajemen perusahaan) dan pihak eksternal perusahaan (pemerintah, kreditor, investor, masyarakat umum, dan profesi akuntansi).


(35)

Menurut Soemarso (1999:6) pihak-pihak pemakai laporan keuangan antara lain terdiri dari :

1. Pemilik dan calon pemilik perusahaan

Bagi pemilik, informasi laporan keuangan dapat digunakan untuk memutuskan apakah ia akan tetap mempertahankan kepemilikannya di perusahaan itu, atau menjualnya dan kemudian menanamkan modalnya di tempat lain. Bagi calon pemilik untuk memutuskan apakan ia akan menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.

2. Kreditur dan calon kreditur

Pihak kreditur ingin mengetahui perkembangan perusahaan setelah pinjaman diberikan. Ia harus menilai kemampuan perusahaan mengembalikan pinjaman untuk memutuskan apakah hrus memberi tambahan pinjaman atau menarik pinjaman yang telah diberikan. Bagi calon kreditur, informasi tentang perusahaan diperlukan untuk menilai risiko yang akan terjadi sebelum pinjaman diputuskan untuk diberikan.

3. Badan-badan pemerintah

Badan-badan pemerintah sangat berkenaan dengan kegiatan keuangan perusahaan untuk tujuan-tujuan pajak dan pengaturan-pengaturannya. Kantor pajak berkepentingan terhadap informasi laporan keuangan perusahaan untuk memeriksa kebenaran jumlah pajak yang dilaporkan perusahaan.


(36)

21

4. Manajemen perusahaan

Jenis informasi yang dibutuhkan untuk tiap-tiap manajemen perusahaan berbeda-beda sesuai dengan besarnya perusahaan. Manajemen perusahaan kecil mungkin hanya membutuhkan informasi akuntansi yang sedikit saja. Semakin besar perusahaan, semakin sedikit kesempatan manajemen perusahaan untuk berhubungan langsung dengan kegiatan sehari-hari.

2.2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai prinsip akuntansi berterima umum, posisi keuangan, hasil operasi, dan perubahan lain dalam posisi keuangan.

Tujuan umum laporan keuangan menurut Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) dalam (Baridwan, 1997:4) yaitu :

1) Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.

2) Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam sumber-sumber ekonomi dan kewajiban, seperti informasi mengenai aktivitas pembelanjaan dan penanaman.

3) Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan keuangan di dalam mengestimasi potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.


(37)

2.2.2. Pengertian Laba

Laba (Gain) adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama suatu periode kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi oleh pemilik (Baridwan, 1997 : 31).

2.2.2.1. Tujuan Laporan Laba/Rugi

Laporan laba/rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu (Baridwan, 1997 : 30).

Tujuan utama pelaporan laba/rugi adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan. Tujuan yang lebih khusus meliputi penggunaan laba sebagai pengukuran efisiensi manajemen, penggunaan angka laba historis untuk membantu meramalkan keadaan usaha dan didistribusikan dividen di masa yang akan datang, dan penggunaan laba sebagai pengukuran keberhasilan serta sebagai pedoman pengambilan keputusan manajerial di masa yang akan datang (Hendriksen, 1989 : 130).

2.2.3. Perataan Laba

Perataan laba didefinisikan sebagai cara yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik secara artificial, yaitu melalui metode akuntansi, maupun secara riil, yaitu melalui transaksi


(38)

23

(Koch,1981) dalam (Atmini, 2000), dengan begitu maka para investor akan dapat dengan mudah meramalkan arus kas dari perusahaan di masa yang akan datang.Menurut Bornea, Ronen dan Sadan (1976), perataan laba mempunyai dua tipe, yaitu perataan laba yang terjadi secara alami dan pertaan laba yang dilakukan secara sengaja oleh manajemen. Perataan laba secara alami terjadi sebagai akibat dari proses menghasilkan laba yang menghasilkan suatu aliran laba yang rata, perataan laba yang disengaja dapat terjadi akibat teknik perataan rill/teknik perataan artifisial (Atmini, 2000).

Beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa perataan laba merupakan salah satu upaya para manajer perusahaan untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan sehingga kinerja perusahaan terlihat stabil. 2.2.3.1. Dimensi Perataan Laba

Dimensi perataan laba pada dasarnya adalah alat yang digunakan untuk melakukan perataan angka income. Dascher dan Malcolm membedakan antara perataan laba riil dan perataan laba artifisial sebagai berikut :

“Perataan laba riil merujuk pada transaksi aktual yang dilakukan atau tidak dilakukan atas dasar efek peratannya terhadap income, sedangkan perataan laba artifisial merujuk pada prosedur akuntansi yang diimplementasikan untuk memindahkan biaya dan atau pendapatan dari suatu periode ke periode yang lain .”


(39)

Menurut Barnet et al. dalam Belkaoui (2000:59) membedakan tiga dimensi perataan laba, sebagai berikut :

1. Perataan melalui terjadinya peristiwa dan/atau pengakuan : manajemen dapat menetukan waktu terjadinya transaksi sedemikian rupa sehingga efek transaksi tersebut terhadap income akan cenderung memperkecil variasinya dari waktu ke waktu.

2. Perataan melalui alokasi dari waktu ke waktu : berkaitan dengan terjadinya dan pengakuan suatu peristiwa, manajemen memiliki kebebasan yang lebih untuk mengendalikan penentuan periode yang dipengaruhi oleh kuantifikasi peristiwa tersebut.

3. Perataan laba klasifikasi(sehingga disebut perataan klasifikatori) : ketika statistik laporan income bersih (nilai bersih semua pendapatan dan biaya) merupakan objek perataan, manajemen dapat mengklasifikasi elemen-elemen dalam laporan income untuk mengurangi variasi dari waktu ke waktu dalam statistik tersebut. 2.2.3.2. Motivasi Perataan Laba

Ada beberapa motovasi adanya perataan laba diantaranya : 1. Mengurangi total pajak terutang.

2. Meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan karena penghasilan yang stabil mendukung kebijakan deviden yang stabil pula.


(40)

25

3. Meningkatkan hubungan antara manajer dengan karyawan karena pelaporan penghasilan meningkat tajam memberi kemungkinan munculnya tuntutan gaji dan upah.

4. Siklus peningkatan dan penurunan penghasilan dapat dibandingkan dan gelombang optimisme dan pesimisme dapat diperlunak (Hepworth dalam Murtanto, 2004).

Menurut Dye (1988) dalam Murtanto, SE.,Ak.,MSI bahwa pemilik mendukung perataan laba karena adanya motivasi internal dan motivasi eksternal. Motivasi internal menunjukkan maksud pemilik untuk meminimalisasi biaya kontrak manajer dengan membujuk manajer agar melakukan praktik manajemen laba. Motivasi eksternal ditunjukkan oleh usaha pemilik saat ini untuk mengubah persepsi investor prospektif/potensial terhadap nilai perusahaan.

Beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi/alasan adanya perataan laba adalah bagi manajer perusahaan, perataan laba dilakukan dengan tujuan agar kinerja perusahaan tersebut terlihat baik dan untuk mengurangi konflik di antara manajer dengan karyawan dan pemilik perusahan, sedangkan bagi pemilik perusahaan adanya praktik perataan laba maka mereka akan lebih mudah untuk dapat memperhitungkan risiko, return dan arus kas masa depan perusahaan.


(41)

2.2.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba

Perataan laba dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendorong manajer untuk melakukan perataan laba. Secara rasional manajer melakukan perataan laba dengan alasan memperkecil tuntutan perusahaan. Dalam penelitian ini peneliti mencoba meneliti beberapa faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba, yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage operasi perusahaan.

2.2.4.1. Ukuran Perusahaan

Besarnya perusahaan itu bermacam-macam tetapi bukan ukuran yang dipakai untuk menentukan tidak adanya standart ukuran yang berlaku umum, semakin besar suatu perusahaan, maka semakin banyak pula alternatif sumber pembelanjaan yang dapat dipilih oleh perusahaan tersebut.

Ada kecenderungan bahwa semakin besar perusahaan semakin besar pula jumlah utang yang dimiliki. Perusahaan yang tumbuh pesat cenderung lebih banyak menggunakan utang (Weston dan Brigham, 1994 : 175), hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar akan lebih mudah mendapatkan pinjaman dari pihak eksternal dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil (Awat, 1999:124).

Moses (1987) menemukan bahwa perataan laba dapat dihubungkan dengan ukuran perusahaan, perbedaan antara laba sesungguhnya dengan yang diharapkan dan ada tidaknya rencana kompensasi bonus. Penelitian yang dilakukan oleh moses bertujuan untuk mengidentifikasi


(42)

faktor-27

faktor yang dapat dihubungkan dengan perataan laba. Namun penelitian yang dilakukan oleh Murtanto (2004) tidak berhasil membuktikan bahwa ukuran perusahaan dapat dikaitkan dengan praktik perataan laba.

Variabel ukuran perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai aktiva perusahaan, jadi untuk melihat besar atau kecilnya perusahaan yang diukur dari total aktiva berdasarkan nilai buku yang dinyatakan dalam satuan rupiah dan skala pengukurannya adalah rasio.

UP = Total aktiva...(Jin dan Machfoedz, 1998:180) 2.2.4.2. Teori Yang Membahas Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap

Perataan Laba

Nilai aktiva dipakai sebagai variabel ukuran perusahaan karena selama ini masih terdapat compounding effect yang timbul karena perusahaan yang besar selalu diidentikkan dengan nilai aktiva yang besar pula (Salno, 2000), hal ini membuat para manajer termotivasi untuk melakukan praktik perataan laba karena mereka percaya bahwa para pemakai laporan keuangan masih mendasarkan pada salah satu penilaiannya mengenai perusahaan pada angka nilai aktiva.

Pemilihan nilai aktiva sebagai variabel ukuran perusahaan didukung oleh penelitian Liaw She Jin dan Mas’ud Machfoedz (1998). Secara logis, nilai aktiva dapat memicu para manajer untuk melakukan praktik perataan laba, untuk menimbulkan kesan yang baik kepada para pemakai laporan keuangan mengenai keadaan perusahaanya.


(43)

2.2.4.3. Profitabilitas

Profitabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

Penelitian yang dilakukan oleh Ashari (1994) dapat membuktikan bahwa profitabilitas merupakan salah satu pendorong terjadinya praktik perataan laba. Dikemukakan adanya praktik perataan laba ditunjukkan oleh indeks yang kurang dari satu. Namun penelitian yang dilakukan oleh Zuhroh (1996) tidak berhasil membuktikan bahwa profitabilitas merupakan faktor pendorong terjadinya praktik perataan laba.

Jumlah keuntungan (laba) yang diperoleh secara teratur merupakan suatu faktor yang sangat penting yang perlu mendapat perhatian penganalisa didalam menilai profitabilitas perusahaan. Rasio profitabilitas dapat diukur dengan berdasarkan perbandingan laba setelah pajak dengan total aktiva perusahaan. Profitablitas merupakan ukuran penting untuk menilai sehat atau tidaknya perusahaan yang mempengaruhi investor untuk membuat keputusan (Suwito dan Herawaty, 2005).

2.2.4.4. Teori Yang Membahas Pengaruh Profitabilitas Terhadap Perataan Laba

Teori pengharapan (expectancy theory) menyatakan bahwa individu mengubah perilakku mereka berdasarkan hasil yang diharapkan dari suatu kejadian. Manfaat yang diturunkan dari suatu hasil yang


(44)

29

diharapkan dapat berupa intrisic (seperti penghargaan atau harga diri) maupun ekstrinsik (upah atau promosi) (Victor H. Vroom, 1964 dalam Robbins, 2003:229).

Profitabilitas diduga mempengaruhi perataan laba, karena sesuai dengan teori pengharapan diatas,pihak manajemen berusaha menampilkan suatu tingkat profitabilitas yang tinggi agar kinerja manajemen terlihat baik.

Hubungan profitabilitas dengan perataan laba Ashari et al (1994, dalam Suwito dan Herawaty 2005:138) menyatakan bahwa tingkat profitabilitas rendah mempunyai kecenderungan lebih besar untuk melakukan perataan laba, hal ini dapat terjadi dikarenakan perataan laba merupakan suatu fenomena umum yang bertujuan untuk mengurangi variabilitas atas laba perusahaan yang akan dilaporkan guna mengurangi risiko pasar atas saham perusahaan.

2.2.4.5. Leverage Operasi

Leverage dapat didefinisikan sebagai penggunaan aktiva atau dana di mana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutup biaya tetap atau membayar beban tetap (Riyanto, 1995:375), leverage operasi adalah rasio yang mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.


(45)

Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Jin dan Machfoedz (1998) diperoleh hasil bahwa Leverage operasi memiliki pengaruh terhadap praktik perataan laba. Dengan meneliti faktor-faktor yang dapat dikaitkan dengan mengambil sampel perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Namun penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Yusuf dan Soraya bahwa Leverage operasi tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba.

Perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi mempunyei risiko rugi lebih besar, tetapi juga memiliki kesempatan untuk memperoleh laba yang tinggi, sedangkan perusahaan dengan rasio leverage yang rendah memiliki resiko rugi yang lebih kecil jika kondisi ekonomi sedang menurun, tetapi juga memiliki hasil pengembalian yang lebih rendah jika kondisi ekonomi membaik.

2.2.4.6. Teori Yang Membahas Pengaruh Leverage Operasi Terhadap Perataan Laba

Teori akuntansi positif (positive accounting theory) beranggapan bahwa perilaku manajer atau pembuat laporan keuangan dalam prose pembuatan laporan keuangan dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor perilaku manajer dalam pengaturan tingkat keuntungan dikenal dengan 3 hipotesis, yaitu : hipotesis model bonus (bonus scheme hypothesis), hipotesis biaya politis (political cost hypothesis), dan hipotesis rasio hutang terhadap aktiva (leverage hypothesis) (Watts dan Zimmerman dalam Gumanti; JRAI, 2001:167).


(46)

31

Leverage operasi juga mempengaruhi praktik perataan laba. Perusahaan dengan leverage operasi rendah memiliki kecenderungan lebih besar untuk melakukan praktik perataan laba. Leverage operasi timbul pada saat perusahaan menggunakan aktiva yang menimbulkan biaya tetap (Atmini, 2000). Manajer ingin perusahaannya memiliki leverage operasi rendah karena risikonya rendah. Di samping itu, perusahaan yang leverage operasinya rendah berarti memiliki proporsi biaya tetap yang rendah dan proporsi biaya variabel yang tinggi. Kondisi ini memberi peluang bagi manajer untuk melakukan perataan laba. 2.3. Kerangka Pikir

Sebelum menentukan kerangka pikir dalam penelitian ini, ada beberapa premis yang dikemukakan oleh beberapa peneliti terdahulu yang menjadi landasan pemikiran, sementara dalam penelitian ini, yaitu :

Premis 1

ada dua faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba, adapun faktor-faktor tersebut adlah ukuran perusahaan dan profitabilitas (Ashari, 1994)

Premis 2

Teori agency menyatakan bahwa praktik perataan laba dipengaruhi oleh pertentangan kepentingan karena pada dasarnya setiap individu berusaha memaksimalkan kepuasannya sendiri (Sari Atmini, 2000).


(47)

Premis 3

Profitabilitas dan leverage operasi tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba (Edy Suwito dan Arleen Herawaty,2005). Premis 4

Terdapat indikasi tindakan perataan laba cenderung dilakukan oleh perusahaan yang profitabilitasnya rendah atau menurun (Juniarti dan Corolina, 2005).

Premis 5

Leverage operasi berpengaruh terhadap perataan laba (Liauw She Jin dan Mas’ud Machfoedz, 1998).

Untuk lebih jelasnya dapat diterangkan dengan diagram sebagai berikut:

Gambar 2.1 Diagram Kerangka Pikir

sahaan UkuranPeru

X :1

an asPerusaha ofitabilit

X2 :Pr Y: perataan laba

rusahaan LeveragePe

X :3

Uji Statisitik Regresi Logistik


(48)

33

2.4. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dkemukakan diatas, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :

1. Bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, leverage operasi perusahaan berpengaruh terhadap perataan laba.


(49)

3.1. Definisi Operasional

Untuk memperjelas konsep yang akan diteliti serta menghindari kesalahan persepsi terhadap variabel yang digunakan dalam penelitian ini, maka akan dijelaskan definisi operasional dan cara pengukuran variabel sebagai berikut :

3.1.1. Variabel Bebas (X)

a) Ukuran perusahaan (X1)

Ukuran perusahaan merupakan besar atau kecilnya perusahaan yang diukur dari total aktiva berdasarkan nilai buku yang dinyatakan dalam satuan rupiah dan skala pengukurannya adalah rasio.

UP = Log Total Aktiva

(Jin dan Machfoedz, 1998) b) Profitabilitas (X2)

Profitabilitas merupakan ukuran penting perusahaan untuk menilai sehat atau tidaknya perusahaan yang mempengaruhi investor untuk membuat keputusan.Variabel ini diukur menggunakan Net Profit

Margin (NPM) dalam satuan persentase dengan skala pengukuran

adalah skala rasio.


(50)

35

alan TotalPenju

ak SetelahPaj LabaBersih

NPM

(Suwito dan Herawaty, 2005) c) Leverage operasi (X3)

Leverage operasi terjadi setiap waktu dimana suatu perusahaan mempunyai biaya tetap yang harus ditutup betapapun besar volume kegiatannya. Dengan kata lain, Leverage operasi bersangkutan dengan penggunaan aktiva atau operasinya perusahaan yang disertai dengan biaya tetap. Yang dinyatakan dalam satuan persentase dan skala pengukurannya adalah skala rasio dengan rumus :

a TotalAktiv

g TotalHu LEVERAGE  tan

(Riyanto, 1995:333) 3.1.2. Variabel Terikat (Y)

a) Perataan Laba (Y)

Merupakan cara yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik secara artifisial melalui metode akuntansi, maupun secara riil melalui transaksi. Pengukuran variabel adalah menggunakan skala ratio, dengan satuan desimal. Perataan Laba sebagai variabel terikat yang diukur menggunakan Indeks Eckel

dengan menggunakan laba operasi sebagai variabel yang digunakan untuk mewakili earnings.


(51)

Perataan Laba dapat dihitung melalui: Indeks IC = (CV ∆I/CV∆S)

Notasi:

∆S = Perubahan penjualan dalam satu periode

∆I = Perubahan penghasilan bersih / laba dalam satu periode

CV = Koefisien variasi dari variabel, yakni standar deviasi dibagi dengan nilai yang diharapkan.

CVI = Koefisien variasi untuk perubahan laba

CV∆S = Koefisien variasi untuk perubahan penjualan

Dimana CVS dan CV∆I dapat dihitung sebagai berikut:

CVS atau CV∆I =

Value Expected

Variance

CV∆S atau CV∆I =

x

n x x

 

  

:

1 2

Notasi:

∆X = Perubahan penghasilan bersih / laba (I) atau penjualan (S) tahun n dengan n – 1

x = Rata – rata perubahan penghasilan bersih atau laba (I) atau

penjualan (S) antara tahun n dengan n – 1 n = Banyaknya tahun yang diamati

Setelah CV diketahui, terhadap masing – masing perusahaan akan diberi status. Untuk perusahaan dengan CV ∆S > CV ∆I berarti


(52)

37

perusahaan tersebut telah melakukan praktik perataan laba, sebaliknya, perusahaan dengan CV ∆S < CV ∆I berarti perusahaan tersebut tidak

melakukan praktik perataan laba.. Berdasarkan rumus Indeks Eckel yang disimpulkan bahwa IC < 1 atau CV S > CV ∆I berarti perusahaan

tersebut telah melakukan praktik perataan laba, sebaliknya, perusahaan dengan IC > 1 atau CV S < CV ∆I berarti perusahaan tersebut tidak

melakukan praktik perataan laba. (Juniarti dan Corolina, 2005)

Satuan pengukuran variabel perataan laba adalah desimal dan skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.

3.2. Teknik Penentuan Sampel a) Populasi

Populasi yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah perusahaan automotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode pengamatan tahun 2004 hingga 2007. pengambilan periode ini di dasarkan pada pertimbangan bahwa pada periode tersebut kondisi perekonomian khususnya di Indonesia relatife stabil.

b) Sampel

Sampel merupakan elemen dari populasi yang dijadikan objek penelitian (Indriantora dan Supomo, 2002 : 115). Sampel yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah perusahaan automotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan telah dipilih berdasarkan metode purposive sampling (pemilihan sampling bertujuan).


(53)

Pada penelitian ini pemilihan sampel didasarkan pada tipe pertimbangan (judgement sampling), yaitu tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya di peroleh dengan menggunakan pertimbangan dan kriteria tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2002 : 131).

Adapun pertimbangan dan kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah :

a) Perusahaan automotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2004 hingga 2007.

b) Perusahaan yang sahamnya masih aktif di perdagangkan di BEI. c) Perusahaan tersebut tidak di delisting selama periode 2004-2008

d) Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tahun 2004-2008 secara lengkap.

e) Perusahaan yang laporan keuangannya dari tahun 2004-2008 tidak berturut-turut rugi.

Berdasarkan berbagai kriteria yang telah ditetapkan didapatkan 9 perusahaan yang akan dijadikan sampel dengan tahun pengamatan tahun 2004 hingga 2007. berikut ini merupakan seleksi sampel penelitian :

Tabel 3.1 Seleksi Sampel

Kriteria Jumlah Perusahaan automotive yang terdaftar di BEI sampai tahun

2007.

Perusahaan automotive yang yang didelisting sampai dengan tahun 2007.

Perusahaan automotive yang berturut-turut rugi dari tahun 2004 hingga 2007.

Perusahaan automotive yang sahamnya sudah tidak aktif di perdagangkan di BEI.

14 perusahaan (1) perusahaan (3) perusahaan (1) perusahaan


(54)

39

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data skunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi (Supranto .J., 1999 : 199).

3.3.2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah berupa data skunder (secondary data), dalam penelitian ini data dikumpulkan dari dokumen yang berupa ICMD (Indonesian Capital Market Directory) dan program computer RTI yang ada di BEI. Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data total aktiva (total asset), laba bersih setelah pajak (earning after tax), penjualan bersih (net sales).

3.3.3. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan dengan jalan mencatat dokumen-dokumen yang ada di BEI yang berhubungan dengan data yang diperlukan dalam penelitian ini.


(55)

3.4. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis 3.4.1. Regresi Logistik

Metode regresi logistik digunakan untuk mencari pengaruh satu atau lebih variabel bebas (ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi) yang berskala rasio terhadap variabel terikat (perataan laba) yang berskala nominal.

Bentuk model regresi logistik adalah sebagai berikut :

Ln

P P

1 = b0 +b1 X1 + b2 X2 + ……. + bk Xk

Dimana : Odds (S│ X1, X2,…..,X3) =

P P  1

P : probabilitas

X1: ukuran perusahaan X2: profitabilitas

X3: leverage operasi

3.4.1.1. Regresi Logistik Serentak

Beberapa langkah dalam uji regresi multivariate adalah sebagai berikut :

1. Uji Serentak

Regresi logistik serentak digunakan untuk menguji pengaruh variabel ukuran perusahaan, rasio profitabilitas, rasio leverage operasi secara serentak terhadap perataan laba, dan hipotesa pengujiannya adalah :


(56)

41

Hipotesis :

Ho : 0 = 1 =…..= k = 0

H1 : paling sedikit ada satu k yang tidak sama dengan nol

Statistik uji :

   iable with likelihood iable withoutthe likelihood G var var ( ln 2      

n i i i i

i y n n n n n n

y G 1 0 0 1

1ln( ) ln( ) ln( )] [ )] ˆ 1 ln( ) 1 ( ) ˆ ln( [

2  

Daerah kritis :

Tolak H0 jika tingkat signifikansi (p-value) pada alpha  (5%)

artinya bahwa paling tidak terdapat satu atau lebih variabel bebas (ukuran perusahaan, rasio profitabilitas, rasio leverage operasi) yang berpengaruh terhadap variabel terikat (perataan laba)

2. Uji kesesuaian model

Uji kesesuaian model dilakukan dengan tujuan mengetahui apakah tidak ada perbedaan antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi model.

Hipotesis :

Ho : Model Sesuai (tidak ada perbedaan antara hasil observasi dengan kemungkinan prediksi model)

H1 : Model tidak sesuai (ada perbedaan antara hasil observasi dengan kemungkinan prediksi model)


(57)

Statistik Uji :

ij ij ij n

  

2

2 ( )

Daerah Kritis :

Tolak H0 jika tingkat signifikansi (p-value) lebih kecil  (5%) yang

artinya model tidak sesuai (ada perbedaan antara hasil observasi dengan kemungkinan prediksi model).


(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat Pasar Modal Indonesia

Pasar Modal di Indonesia yang sekarang ini kita kenal sebenarnya sudah ada sejak zaman pemerintahan kolonial Belanda. Tujuan pemerintah kolonial Belanda mendirikan pasar modal pada waktu itu adalah untuk menghimpun dana guna menunjang ekspansi usaha perkebunan milik orang-orang Belanda di Indonesia. Para investor yang berkecimpung di bursa efek pada waktu itu adalah orang-orang Hindia Belanda dan Eropa lainnya. Munculnya pasar modal di Indonesia secara resmi diawali dengan didirikannya Vereniging woor de Efefectenhandel di Jakarta pada tanggal 14 Desember 1912. Perkembangan pasar modal di Jakarta pada waktu itu cukup menggembirakan, sehingga pemerintahan kolonial Belanda terdorong untuk membuka bursa efek dikota lain, yaitu di Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925, dan di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925.

Pada awal tahun 1939 terjadi gejolak politik di Eropa yang mempengaruhi perdagangan efek di Indonesia. Melihat situasi yang tidak menguntungkan ini, pemerintah kolonial Belanda menutup bursa efek di Surabaya maupun di Semarang yang kemudian memusatkan perdagangan


(59)

Jakarta juga ditutup, yang disebabkan oleh Perang Dunia II. Dengan penutupan ketiga bursa efek tersebut, maka kegiatan perdagangan efek di Indonesia menjadi terhenti.

Tanggal 1 September 1951, setelah adanya pengakuan kedaulatan dari pemerintah Hindia Belanda, pemerintah mengeluarkan Undang-undang darurat No. 13 tentang bursa untuk mengaktifkan kembali bursa efek di Indonesia. Berdasarkan Undang-undang tersebut, kemudian ditetapkan sebagai Undang-undang No. 15 tahun 1952. Sejak itu, bursa efek dibuka kembali, dengan memperdagangkan efek yang dikeluarkan sebelum PD II. Namun, keadaan ini hanya berlangsung sampai dengan tahun 1958. Pada tanggal 10 Agustus 1977, Presiden Republik Indonesia secara resmi membuka kembali pasar modal di Indonesia yang ditandai dengan go public PT. Semen Cibinong.

Sejak diaktifkan kembali kegiatan pasar modal Indonesia pada tanggal 10 Agustus 1977, bursa efek mulai terus berkembang. Pemerintah memberi beberapa kemudahan yang mengatur operasional tentang pelaksanaan bursa efek.

4.1.2. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia

Pada tanggal 13 Juli 1992, Bursa Efek Indonesia diswastakan dan mulai menjalankan pasar saham di Indonesia, sebuah awal pertumbuhan baru setelah terhenti sejak didirikan pada awal abad ke-19. pada tahun


(60)

45

1912, dengan bantuan Kolonial Belanda, Bursa efek pertama di Indonesia didirikan di Batavia, pusat pemerintahan kolonial Belanda yang dikenal sebagai Jakarta saat ini.

Bursa Batavia sempat ditutup selama Perang Dunia pertama dan kemudian dibuka lagi pada tahun 1925. Selain Bursa Batavia, pemerintahan kolonial juga mengkeuangkan bursa pararel di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan bursa saham ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia.

Pada tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, bursa saham dibuka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda sebelum perang dunia. Kegiatan bursa saham kemudian berhenti lagi ketika pemerintahan meluncurkan program nasionalisasi pada tahun 1956.

Sebelum tahun 1977, bursa saham dibuka kembali dan ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM), institusi baru dibawah Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar saham pun mulai meningkat seiring dengan perkembangan pasar financial dan sektor swasta. Puncak perkembangannya pada tahun 1990. pada tahun 1991, bursa saham diswastanisasi menjadi PT. Bursa Efek Jakarta dan menjadi salah satu bursa saham yang dinamis di Asia. Swastanisasi bursa saham menjadi PT. Bursa Efek Indonesia ini


(61)

Pasar Modal (BAPEPAM).

Tahun 1995 adalah tahun Bursa Efek Indonesia memasuki babak baru. Pada 22 Mei 1995 Bursa Efek Jakarta meluncurkan Jakarta Automated Trading System (JATS), sebuah sistem perdagangan otomatisasi yang menggantikan sistem perdagangan manual. Sistem baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan ftrekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibanding sistem perdagangan manual.

Pada Juli 2000, Bursa Efek Indonesia menerapkan perdagangan tanpa warkat (Scripless Trading) dengan tujuan untuk meningkatkan likuiditas pasar dan menghindari peristiwa saham hilang dan pemalsuan saham dan juga untuk mempercepat proses penyelesaian transaksi.

Tahun 2002, Bursa Efek Indonesia mulai menerapkan perdagangan jarak jauh (Remote Trading) sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efisiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan.

4.1.3. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia a. Visi

Bursa Efek Indonesia menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia. Bursa yang kompetitif adalah bursa yang memiliki kinerja baik sehingga mampu bersaing dengan bursa-bursa


(62)

47

lain di tingkat internasional, serta dapat menciptakan suatu perdagangan yang wajar, teratur dan efisien.

b. Misi

Menjadikan Bursa Efek Indonesia sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional serta menjadi gerbang investasi bagi investor lokal maupun asing. Menjadi lembaga bursa yang berwibawa, trasparan, memiliki integritas yang tinggi serta institusi yang dinamis dan tanggap terhadap perubahan pasar dan teknologi dengan tetap memperhatikan perlindungan investor.

4.1.4. Sejarah PT. Astra International Tbk

PT. Astra Internasional Tbk. (“Perseroan”) didirikan pada tahun 1957 dengan nama PT. Astra International Incorporated, berdasarkan Akta Notaris Sie Khwan Djioe No. 67 tanggal 20 Februari 1957. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. J.A.5/53/5 tanggal 1 Juli 1957. Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan seluruh anggaran dasar agar sesuai dengan Undang-undang Perseroan Terbatas No.1 Tahun 1995 dilakukan dengan akta Notaris Benny Kristianto No. 61 tanggal 11 Juni 1997. Perubahan ini disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-6452HT.01.04.Th.97 tanggal 9 Juli 1997. Perubahan terakhir dilakukan dengan Akta Notaris P.S.A. Tampubolon, S.H. No. 30 tanggal 25 Maret


(63)

Perseroan untuk melakukan penerbitan saham dan / atau efek bersifat ekuitas tanpa memberikan hak kepada para pemegang saham untuk memesan terlebih dahulu saham yang diterbitkan menurut peraturan pasar modal yang berlaku saat itu dan dengan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham. Perubahan Anggaran Dasar ini telah dilaporkan kepada Menteri Kehakiman Republik Indonesia dan telah diterima dan dicatat berdasarkan Surat Keputusan No. C2-5625.HT.01.04.Th.99 tanggal 30 Maret 1999.

Perseroan berdomisili di Jakarta, Indonesia dengan kantor pusat berlokasi di Jl. Gaya Motor Raya No. 8, Sunter II, Jakarta. Perseroan memulai kegiatan komersilnya pada tahun 1957.

4.1.5. Sejarah PT. Astra Otoparts Tbk

PT. Astra Otoparts Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan akta notaris No. 50 tanggal 20 September 1991 dari Rukmasanti Hardjasatya, S.H., notaris di Jakarta, dengan nama PT. Federal Adiwiraserasi. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusan No. C2-1326.HT.01.01.TH.92 tanggal 11 Pebruari 1992 dan diumumkan dalam Berita Negara No. 39 Tambahan No. 2208 tanggal 15 Mei 1992. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta notaris No. 50 tanggal 11 Mei 2000 dari Sutjipto, S.H., notaris di Jakarta , terutama mengenai pengeluaran saham dan efek ekuitas. Perubahan anggaran tersebut


(64)

49

memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Perundangan dengan surat keputusan No. C-11916.HT.01.04.TH.2000 tanggal 13 Juni 2000 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 26 Tambahan No. 118 tanggal 30 Maret 2001.

Perusahaan ini bergerak dalam perdagangan suku cadang kendaraan bermotor baik impor maupun ekspor dan menjalankan usaha dalam bidang industri logam, suku cadang kendaraan bermotor dan industri plastik. Perusahaan ini mulai kegiatan komersialnua pada tahun 1991 dan memiliki divisi perdaganga yang beroperasi di Singapura.

4.1.6. PT. Gajah Tunggal Tbk

PT. Gajah Tunggal Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan akta notaris No. 54 tanggal 24 Agustus 1951 dari Raden Meester Soewandi, SH, dan disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. J.A.5/69/23 tanggal 29 Mei 1952, serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 63 tanggal 5 Agustus 1952.

Perusahaan tersebut bergerak dalam bidang produksi Ban kendaraan bermotor baik roda empat maupun roda dua. Perusahaan ini memiliki kantor pusat di Wisma Hayam Wuruk, Jl. Hayam Wuruk No. 8 Jakarta 12120.

4.1.7. PT. Goodyear Indonesia Tbk

PT. Goodyear Indonesia Tbk. (“Perusahaan”) semula didirikan dengan nama “NV The Goodyear Tire & Rubber Company Limited”


(65)

Kuile No. 199, yang kemudian berubah nama menjadi “PT Goodyear Indonesia” berdasarkan akta notaris Eliza Pondaag No. 73 tanggal 31 Oktober 1977 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. Y.A.5/250/7 tanggal 25 Juli 1978.

Perusahaan bergerak dalam bidang industri ban untuk kendaraan bermotor dan pesawat terbang serta komponen lain yang terkait, penyalur dan ekspor ban. Perusahaan mulai beroperasi dalam bidang usaha perdagangan ban pada tahun 1917. Pabrik perusahaan dibangun pada tahun 1935 di Bogor sebagai pabrik ban pertama di Indonesia. Kantor pusat Perusahaan berdomisili di Bogor.

4.1.8. PT. Indo Kordsa Tbk

PT. Branta Mulia Tbk (Perseroan) didirikan dalam rangka peneneman modal dalam negeri, berdasarkan Undang-Undang No. 6 tahun 1968, dengan akta notaris Ridwan Suselo tanggal 8 Juli 1981 No. 83, diubah dengan akte notaris yang sama tanggal 27 Nopember 1981 No. 288 dan 28 Januari 1982 No. 261, akta-akta ini disetujuai oleh Menteri Kehakiman dengan No. Y.A.5/88/3 tanggal 2 Maret 1982, didaftarkan pada Pengadilan Negeri Jakarta dengan No. 795. 796 dan 797 tanggal 4 Maret 1982, dn diumumkan dalam Tambahan No. 771 pada Berita Negara No. 50 tanggal 22 Juni 1982. Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan dan terakhir dilakukan dengan akta notaris Koesbiono Sarmanhadi SH. MH tamggal 3 Juli 1997 No. 7


(66)

51

yang berisi antara lain penyesuaian dengan Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, mengubah nama Perseroan menjadi PT. Branta Mulia Tbk.

Perseroan berlokasi di Wisma Indosemen, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 70-71, Jakarta, dan pabrik berlokasi di Jl. Pahlawan, Desa Karang Asem Timur, Citeureup, Bogor. Perseroan bergerak dalam bidang industri pembuatan dan pemasaran ban, filamen yarn, nylon tire cord dan bahan baku polyester. Perseroan mulai beroperasi pada tanggal 1 April 1987. Perseroan memperoleh status PMDN tanggal 18 Desember 1981.

4.1.9. PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk

PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan hasil penggabungan usaha antara PT. Indomulti Inti Industri Tbk (IMII) dan PT. Indomobil Investment Corporation (IIC). IMII didirikan berdasarkan akta notaris Benny Kristianto, SH., No. 128 tanggal 20 Maret 1987, dan disahkan oleh Menteri Kehakiman Repblik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-10924.HT.01.01.TH.88 tanggal 30 November 1988, diumumkan dalam Lembaran Berita Negara No. 32, tanggal 20 April 1990. Pada tanggal 6 November 1997. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perusahaan menyetujui penggabungan usaha IMII dengan IC dengan metode penatuan kepentingan (pooling-of-interest)

Setelah penggabungan usaha, nama IMII berubah menjadi PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk dan mengkonsentrasikan bidang


(67)

distribusi kendaraan bermotor roda empat, bis dan truk dan/atau kendaraan bermotor roda dua beserta suku cadangnya, perbengkelan, jasa keuangan dan jasa yang berhubungan, dan melakukan penyertaan saham dalam perusahaan-perusahaan atau kegiatan lainnya yang terkait dengan industri otomotif.

Perusahaan berlokasi di Wisma Indomobil, Jl. MT. Haryono Kav. 8, Jakarta. Perusahaan mulai beroperasi tahun 1990.

4.1.10.PT. Nipress Tbk

PT. Nipress (Perusahaan) didirikan dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 tahun 1968 yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 12 tahun 1970 berdasarkan akta No. 295 tanggal 24 April 1975 dari Ridwan Suselo SH, di Jakarta. Akta tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. Y.A.5/271/22 tanggal 19 Agustus 1975 dan diumumkan dalam Lembaran Berita Negara R.I. No. 42 tanggal 25 Mei 1976.

Perusahaan bergerak di bidan usaha industri accu lengkap untuk segala keperluan dan usaha-usaha lainnya yang berhubungan dengan ini. Perusahaan berlokasi di Jl. Narogong Raya Km 26 Cileungsi, Bogor, Jawa Barat. Perusahaan mulai beroperasi sejak tahun 1975.


(68)

53

4.1.11.PT. Prima Alloy Steel Tbk

PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk (Perusahaan) didirikan dengan akta Notaris M.M. Lomanto, S.H. No. 22 tanggal 20 Februari 1984, yang disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-2315-HT.1985 tanggal 25 April 1985 dan diumumkan dalam Berita Negara No. 27 tanggal 3 April 1987.

Kegiatan perusahaan meliputi industri rim, stabilizer dan peralatan lain dari alloy aluminium dan baja, serta perdagangan umum untuk produk-produk tersebut. Perusahaan berlokasi di Jl. Muncul No. 1, Gedangan , Sidoarjo, Jawa Timur. Perusahaan mulai beroperasi tahun 1986 dan berstatus PMDN pada tanggal 12 September 1986.

4.1.12.PT. Selamat Sempurna Tbk

PT. Selamat Sempurna Tbk (Perusahaan) didirikan pada tanggal 19 Januari 1976 berdasarkan akta notaris Ridwan Suselo, S.H. No. 207, dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No. Y.A.5/96/5 tanggal 22 Maret 1976.

Perusahaan bergerak di bidang industri alat-alat perlengkapan (suku cadang) dari berbagai macam alat-alat mesin pabrik dan kendaraan dan sejenisnya. Perusahaan berlokasi di Wisma ADR, Jl. Pluit Raya I No. 1, Jakarta utara. Perusahaan ini memiliki pabrik di Jalan Kapuk Kamal Raya No. 88 Jakarta 14470. Dan di Jalan Raya LPPU Carug No. 88 Tangerang Banten. Desa Kedujaya- Belitung, Banten. Perusahaan mulai beroperasi tahun 1980.


(69)

4.2.1. Deskripsi Mengenai Variabel Ukuran Perusahaan (X1).

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai ukuran perusahaan

Otomotif yang terdaftar pada PT. Bursa Efek Indonesia diperoleh data

sebagai berikut :

Tabel 4.1 : Data Ukuran Perusahaan (X1) Perusahaan Otomotif di

Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2007

No Nama Perusahaan Tahun Ukuran

Perusahaan 2004 13,59 2005 13,66 2006 13,76 1 PT. Astra International Tbk.

2007 13,80 2004 12,39 2005 12,48 2006 12,48 2 PT. Astra Otoparts Tbk.

2007 12,54 2004 12,80 2005 12,87 2006 12,86 3 PT. Gajah Tunggal Tbk.

2007 12,93 2004 11,64 2005 11,66 2006 11,66 4 PT. Goodyear Indonesia Tbk.

2007 11,76 2004 12,23 2005 12,23 2006 12,18 5 PT. Indo Kordsa

2007 12,19 2004 12,53 2005 12,63 2006 12,65 6 PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk.

2007 12,69 2004 11,28 2005 11,28 2006 11,34 7 PT. Nipress Tbk.


(70)

55

No Nama Perusahaan Tahun Ukuran

Perusahaan 2004 11,64 2005 11,75 2006 11,77 8 PT. Prima Alloy Steel Tbk.

2007 11,73 2004 11,81 2005 11,82 2006 11,86 9 PT. Selamat Sempurna Tbk.

2007 11,92 Sumber : Data Bursa Efek Indonesia (diolah peneliti)

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui nilai dividen yang dicapai oleh 9 perusahaan Otomotif yang diamati selama periode tahun 2004 hingga tahun 2007. Dari tabel di atas nampak bahwa perusahaan otomotif yang memiliki nilai ukuran perusahaan tertinggi adalah PT. Astra International Tbk. pada tahun 2007, yakni sebesar 13,80. Nilai tersebut menunjukkan besarnya kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Sedangkan pada tahun 2004 dan 2005, PT. Nipress Tbk. mencapai nilai ukuran perusahaan terkecil yakni sebesar 11,28. Hal menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban atau hutang perusahaan sangat kecil sehingga keadaan perusahaan menjadi semakin buruk.

4.2.2. Deskripsi Mengenai Variabel Profitabilitas (X2)

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai profitabilitas

perusahaan Otomotif yang terdaftar pada PT. Bursa Efek Indonesia


(71)

Efek Indonesia Tahun 2004 – 2007

No Nama Perusahaan Tahun Profitabilitas

2004 0,120 2005 0,089 2006 0,067 1 PT. Astra International Tbk.

2007 0,093 2004 0,076 2005 0,072 2006 0,084 2 PT. Astra Otoparts Tbk.

2007 0,108 2004 0,070 2005 0,072 2006 0,022 3 PT. Gajah Tunggal Tbk.

2007 0,014 2004 0,033 2005 -0,008 2006 0,026 4 PT. Goodyear Indonesia Tbk.

2007 0,039 2004 0,029 2005 0,068 2006 0,012 5 PT. Indo Kordsa

2007 0,025 2004 0,013 2005 0,004 2006 -0,025 6 PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk.

2007 0,002 2004 -0,017 2005 0,014 2006 0,029 7 PT. Nipress Tbk.

2007 0,016 2004 0,022 2005 0,007 2006 -0,004 8 PT. Prima Alloy Steel Tbk.

2007 0,004 2004 0,078 2005 0,070 2006 0,075 9 PT. Selamat Sempurna Tbk.

2007 0,075 Sumber : Data Bursa Efek Indonesia (diolah peneliti)


(72)

57

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui nilai profitabilitas yang dicapai oleh 9 perusahaan Otomotif yang diamati selama periode tahun 2004 hingga tahun 2007. Dari tabel diatas nampak bahwa perusahaan otomotif yang memiliki nilai profitabilitas tertinggi adalah PT. Astra International Tbk. pada tahun 2004, yakni sebesar 0,120. Nilai tersebut menunjukkan tingginya laba yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Sedangkan pada tahun 2006, PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk. mencapai nilai profitabilitas terendah yakni sebesar -0,025. Hal tersebut disebabkan karena pada tahun tersebut pemasukan perusahaan yang didapatkan kecil sehingga perusahaan dalam memperoleh laba sangat kecil.

4.2.3. Deskripsi Mengenai Variabel Leverage Operasi (X3)

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai leverage operasi perusahaan Otomotif yang terdaftar pada PT. Bursa Efek Indonesia diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.3 : Data Leverage Operasi (X3) Perusahaan Otomotif di Bursa

Efek Indonesia Tahun 2004 – 2007

No Nama Perusahaan Tahun Leverage

Operasi 2004 0,58 2005 0,58 2006 0,61 1 PT. Astra International Tbk.

2007 0,50 2004 0,43 2005 0,46 2006 0,38 2 PT. Astra Otoparts Tbk.

2007 0,35 2004 0,73 2005 0,73 2006 0,71 3 PT. Gajah Tunggal Tbk.


(1)

membayar beban tetap. Perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi mempunyai risiko rugi lebih besar, tetapi juga memiliki kesempatan untuk memperoleh laba yang tinggi, sedangkan perusahaan dengan rasio leverage yang rendah memiliki resiko rugi yang lebih kecil jika kondisi ekonomi sedang menurun, tetapi juga memiliki hasil pengembalian yang lebih rendah jika kondisi ekonomi membaik. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Jin dan Machfoedz (1998) diperoleh hasil bahwa Leverage operasi memiliki pengaruh terhadap praktik perataan laba. Dengan meneliti faktor-faktor yang dapat dikaitkan dengan mengambil sampel perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Namun penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Yusuf dan Soraya bahwa Leverage operasi tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba.

4.5.1. Implikasi Hasil Penelitian

Dari hasil pengujian hipotesis yang dimiliki maka implikasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut dengan tidak ditemukannya pengaruh dari ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage terhadap perataan laba perusahaan khususnya pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), karena memang hal ini dikarenakan besar kecilnya suatu perusahaan akan sangat berpengaruh terhadap pada pendanaannya, serta semua variabel tersebut hanya


(2)

65

menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan.

Untuk penelitian selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan tema sejenis atau meneliti mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perataan laba perusahaan, peneliti mengharapkan untuk dapat memperbanyak jumlah sampel dengan cara menambah jumlah maupun jenis perusahaan yang diteliti sehingga hasil penelitian yang diperoleh dapat lebih kuat serta dapat digeneralisasikan serta dengan menambah jumlah varabel yang diteliti, seperti growth, likuiditas, serta periode pengamatan yang diamati hendaknya juga diperpanjang.

4.5.2. Perbedaan Penelitian Yang Dilakukan Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian yang dilakukan saat ini memiliki perbedaan dengan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya, perbedaan tersebut terletak pada:

Tabel 4.7. Perbedaan Penelitian

NO NAMA

PENELITI JUDUL VARIABEL HASIL ANALISIS

1 Yusuf & Soraya “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Asing Dan Non Asing Di Indonesia”

ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi, status

perusahaan, perataan laba

Profitabilitas perusahaan asing dan non asing perataan laba yang

cenderung stabil ini diduga karena adanya manipulasi laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mengurangi fluktuasi yang signifikan.

Perusahaan asing yang melakukan praktik perataan laba memiliki leverage operasi yang lebih kecil dari pada perusahaan asing yang tidak melakukan praktik perataan laba.


(3)

2 Liau She Jin dan Mas’ud Machfoedz (1998) “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta” perataan laba, ukuran perusahaan, profitabilitas, sektor industri, leverage operasi

analisis dalam penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas, dan sektor industri merupakan faktor pendorong dilakukannya dalam praktek parataan laba, sedangkan leverage operasi berhasil

membuktikan terjadinya praktek perataan laba. 3 Januar Eko

Prasetio dan Sri Astuti, Agung Wiryawan (2002) “Praktik Perataan Laba Dan Kinerja Saham Perusahaan Publik Di Indonesia” Return, perataan laba hipotesis penelitian pertama menghasilkan simpulan bahwa faktor-faktor kelompok usaha , dan winner/Losser stock mendukung hipotesis penelitian pertama, dan faktor-faktor besaran perusahaan net profit mergin, operating profit margin, kelompok usaha 1, tidak mendukung hipotesis penelitian pertama. Hal ini berarti faktor-faktor kelompok usaha 2, dan winner/losser stocks secara signifikan mempengaruhi praktik perataan laba, faktor-faktor net profit margin, operating profit margin, kelompok usaha satu, secara signifikan tidak mempengaruhi praktik perataan laba. 4 Murtanto, SE.,Ak., MSI (2004) “Analisis Perataan Laba (INCOME SMOOTHING) : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dan Kaitannya Dengan Kinerja Saham Perusahaan Publik Di Indonesia” Return, risiko, perata laba

Dari hasil ketiga pengujian statistik (masing-masing atas dasar CVpo, CVpsp, dan CVpbsp) terhadap variabel independen yaitu ukuran perusahaan menyimpulkan bahwa ukuran perushaan secara signifikan tidak

berpengaruh terhadap praktik perataan laba. 5 Zulendra

Bonasty (2010)

Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Automotive Di Bursa Efek Indonesia Ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan perataan laba

Ketiga variabel yaitu Ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perataan laba.


(4)

67

4.6. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dirasakan oleh peneliti telah dilakukan secara optimal namun demikian peneliti merasa dalam hasil penelitian ini masih adanya keterbatasan antara lain :

1. Sampel yang diambil cukup kecil hanya 9 perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memiliki saham masih aktif, sehingga tidak dapat digeneralisasikan bagi perusahaan-perusahaan otomotif lainnya yang nilai sahamnya sudah tidak aktif lagi.

2. Variabel yang digunakan hanya ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage sehingga tidak dapat memberikan hasil yang sempurna, maka hendaknya ditambahkan variabel-variabel seperti Growth dan Likuiditas.


(5)

5.1. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan serta pembahasan hasil penelitian pada bab terdahulu dapat diambil beberapa kesimpulan dari penelitian, yaitu sebagai berikut:

a. Hipotesis yang diajukan yang menyatakan bahwa terjadi praktik perataan laba pada perusahaan automotive di Bursa Efek Indonesia dapat terbukti kebenarannya.

b. Hipotesis yang diajukan yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, leverage operasi perusahaan berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan automotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak dapat terbukti kebenarannya.

5.2. Saran

Dari penelitian yang dilakukan maupun kesimpulan dari hasil penelitian yang diperoleh dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut : a. Bagi Perusahaan

Dari hasil penelitian ini disarankan kepada perusahaan agar lebih lebih memperhatikan faktor-faktor ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage, karena dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa kesemua variabel tidak berpengaruh terhadap perataan laba, sehingga perlu kiranya diadakan evaluasi banyaknya hutang, karena penggunaan


(6)

69

hutang tinggi meningkatkan risiko kebangkrutan. Pada kondisi ini diperlukan pembatasan terhadap penggunaan hutang untuk mengurangi masalah keagenan.

b. Bagi Penelitian Selanjutnya

Disarankan agar mengembangkan hasil penelitian yang sekarang, dengan menambah variabel yang diteliti seperti solvabilitas, produktivitas dan growth maupun penambahan jumlah sampel pengamatan yang diamati.