ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.
SKRIPSI
Diajukan Oleh : Pipit Widiyaningrum 1013010218/ FEB/ EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
(2)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi dan Bisnis
Progdi Akuntansi
Diajukan Oleh : Pipit Widiyaningrum
1013010218/FEB/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
(3)
Disusun Oleh :
PIPIT WIDIYANINGRUM 1013010218/ FEB/ EA
telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Progdi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur
Pada tanggal 17 April 2014
Pembimbing : Tim Penguji :
Pembimbing Utama Ketua
Dra. Ec. Dyah Ratnawati, MM Prof. Dr. Soeparlan P. Ak, MM, CA NIP : 19670213 199103 2001 Sekretaris
Dra. Ec. Dyah Ratnawati, MM
Anggota
Drs. Ec. R. Sjarief Hidayat, M. Si
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur
Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM NIP.196309241989031001
(4)
telah mengatur roda kehidupan pada porosnya dengan keteraturan, dan hanya kepada-Nyalah kita menundukkan hati dengan mengokohkan keimanan dan Izzah kita dalam keridhoan-Nya. Karena berkat Rahmat dan Rahim-Nya sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita yaitu Rasulullah SAW.
Skripsi ini diajukan dalam rangka memperoleh gelar sarjana Ekonomi (SE) Progdi akuntansi Universitas pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang
berjudul“Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba
pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
Dalam pelaksanaan dan penyusunan penelitian ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh hormat menghaturkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarta, Mp. selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Dr. H. Dhani Ichsanudin N, MM. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Dr. Hero Priono, Msi, Ak. selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
(5)
penulisan penelitian ini.
5. Prof. Dr. Soeparlan P. Ak, MM, CA dan Drs. Ec. R. Sjarief Hidayat, M. si selaku dosen penguji lisan yang telah mengantarkan penulis meraih gelar sarjana.
6. Terima kasih yang paling utama penulis ucapkan kepada kedua orang tua ibu Ninik dan ayah Misni serta adikku dan kakek nenek atas segala doa, pengorbanan dan dukungannya yang tiada tara, juga kepada seluruh keluarga yang mendukung serta mendoakan kesuksesan penulis.
7. Sahabat terbaik penghuni kost 52 Esti, Sari, Silvi, Steffany, Natalia, Leny, terima kasih telah memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, dan terima kasih atas segala kebersamaan kita selama ini baik senang maupun susah sehingga memotivasi diri menjadi lebih baik.
8. Patria Dwi Kurnia terima kasih atas segala motivasi, semangat, waktu, serta nasehat yang telah diberikan sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan penuh semangat.
9. Sahabat seperjuangan Program Studi Akuntansi Sasa, Ratih, Dian, Nia dan yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas dukungan dan semangat kalian.
(6)
yang akan datang.
Surabaya, April 2014
Penulis
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... .... iv
DAFTAR TABEL ... .... ix
DAFTAR GAMBAR ... .... x
DAFTAR LAMPIRAN ... .... xi
ABSTRAK ... .... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... .... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... .... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... .... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... .... 9
2.2. Landasan Teori ... .... 12
2.2.1. Laporan Keuangan ... .... 12
2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan ... .... 12
2.2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan ... .... 13
2.2.1.3. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan ... .... 15
(8)
2.2.1.5. Pemakai Laporan Keuangan ... .... 22
2.2.2. Perataan Laba ... .... 24
2.2.2.1. Pengertian Perataan Laba ... .... 24
2.2.2.2. Sifat dan Motivasi Perataan Laba... .... 26
2.2.2.3. Alasan Untuk Perataan Laba ... .... 29
2.2.2.4. Teknik Dalam Perataan Laba ... .... 31
2.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba ... .... 34
2.2.3.1. Ukuran Perusahaan ... .... 34
2.2.3.2. Profitabilitas ... .... 34
2.2.3.3. Leverage Operasi... .... 35
2.3. Kerangka Pikir ... .... 36
2.3.1. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba ... .... 36
2.3.2. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Perataan Laba ... .... 37
2.3.3. Pengaruh Leverage Operasi Terhadap Perataan Laba ... .... 38
2.4. Hipotesis ... .... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... .... 41
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... .... 45
3.2.1. Populasi ... .... 45
3.2.2. Sampel ... .... 45
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... .... 47
3.3.1. Jenis Data ... .... 47
(9)
3.3.3. Pengumpulan Data ... .... 48
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... .... 48
3.4.1. Teknik Analisis ... .... 48
3.4.1.1. Uji Normalitas ... .... 49
3.4.1.2. Uji Asumsi Klasik ... .... 50
3.4.2. Uji Hipotesis ... .... 52
BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... .... 55
4.1.1. Sejarah Singkat PT Bursa Efek Indonesia ... .... 55
4.1.2. Sejarah Singkat Perusahaan Otomotif... .... 56
4.2. Deskripsi Data Penelitian ... .... 63
4.2.1. Perataan Laba (Y) Perusaaan Otomotif yang Terdaftar di BEI ... .... 63
4.2.2. Ukuran Perusahaan (X1) pada Perusaaan Otomotif yang Terdaftar di BEI ... .... 65
4.2.3. Profitabilitas (X2) Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di di BEI ... .... 66
4.2.4. Leverage Operasi (X3) Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di BEI ... .... 67
4.3. Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian ... .... 68
4.3.1. Hasil Regresi Berganda ... .... 68
4.3.2. Uji Normalitas ... .... 69
(10)
4.3.4. Uji Hipotesis ... .... 74
3.1. Uji R2 ... .... 74
3.2. Uji F ... .... 75
3.3. Uji t ... .... 76
4.4. Pembahasan ... .... 77
4.4.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan (X1) Terhadap Perataan .. Laba (Y) ... … 78
4.4.2 Pengaruh Profitabilitas (X2) Terhadap Perataan Laba (Y) ... .... 79
4.4.3 Pengaruh Leverage Operasi (X3) Terhadap Perataan Laba (Y) ... .... 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... .... 82
5.2. Saran ... .... 82
5.3. Keterbatasan dan Implikasai Penelitian ... .... 83
5.3.1. Keterbatasan Penelitian ... .... 83
5.3.2. Implikasi Penelitian ... .... 83
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(11)
1013010218/FEB/EA Abstrak
Perataan laba merupakan tindakan yang umum dilakukan manajemen secara sengaja untuk mengurangi fluktuasi laba. Penelitian ini digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, dan
leverage operasi.
Sampel penelitian ini diambil berdasarkan purposive sampling. Sampel yang digunakan sebanyak 9 dari 12 perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 3 periode (2010-2012). Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda.
Hasil perhitungan indek eckel menunjukkan bahwa sebagian perusahaan otomotif melakukan tindakan perataan laba. Hasil pengujian secara parsial ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage operasi berpengaruh signifikan terhadap perataan laba.
(12)
1.1 Latar Belakang
Perusahaan otomotif saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam penjualan hasil produksi seiring dengan adanya era globalisasi dan pasar bebas. Di Indonesia sendiri banyak perusahaan-perusahaan otomotif yang sudah menghasilkan produk-produk yang berkualitas untuk dipasarkan agar dapat bersaing dengan produk negara lain. Minat akan produk otomotif saat ini meningkat disemua kalangan masyarakat. Keadaan seperti ini menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi perusahaan agar dapat bertahan dan lebih berkembang. Untuk itu
perusahaan perlu menyusun strategi yang tepat agar dapat
mempertahankan eksistensi dan memperbaiki kinerja perusahaan.
Seiring dengan berkembangnya dunia usaha otomotif maka perusahaan dituntut untuk menjaga aktifitas operasi perusahaan agar dapat tetap stabil dan berkembang sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan bagi pihak luar, yaitu masyarakat dan investor. Dengan banyaknya perusahaan-perusahaan yang muncul menuntut pihak manajemen perusahaan bisa membuat laporan keuangan yang berisi informasi keuangan bagi yang berkepentingan dalam rangka pengambilan keputusan yang terkait dengan investasi dana mereka.
(13)
Menurut PSAK No. 1 (2009:7) laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, dan catatan atas laporan keuangan.
Salah satu informasi yang sangat penting untuk pengambilan keputusan adalah laba. Informasi laba telah dipersepsikan oleh investor , kreditur, manajemen dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam perusahaan sebagai informasi yang paling penting dalam laporan keuangan. Informasi laba perusahaan sangat diperlukan untuk mengindikasikan apakah perusahaan memiliki kinerja yang baik atau buruk. Informasi laba pada umumnya merupakan perhatian utama dalam menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen dan informasi laba
membantu pemilik atau pihak lain melakukan penaksiran atas “earning power” perusahaan dimasa yang akan datang (Statement of Financial
Accounting Concept, Nomor 1). Pentingnya informasi laba ini disadari oleh pihak manajemen terutama perusahaan yang kinerjanya diukur atas informasi tersebut sehingga cenderung mendorong manajemen melakukan
disfunctional behavior (perilaku tidak semestinya). Adapun bentuk
perilaku yang tidak semestinya yang timbul dalam hubungannya dengan laba adalah praktek perataan laba atau income smoothing. Tindakan perataan laba (income smoothing) didefinisikan sebagai tindakan yang disengaja dilakukan manajer untuk memperkecil atau mengurangi
(14)
fluktuasi disekitar tingkat earnings yang dianggap normal bagi sebuah perusahaan (Beidleman, 1973).
Tujuan perataan laba adalah untuk memperbaiki citra perusahaan dimata pihak eksternal dan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki resiko yang rendah. Manajemen memilih untuk menjaga nilai laba yang stabil dibandingkan nilai laba yang cenderung bergejolak (volatile), sehingga manajemen akan menaikkan laba yang dilaporkan jika jumlah laba yang sebenarnya menurun dari laba tahun sebelumnya. Sebaliknya manajemen akan memilih untuk menurunkan laba yang dilaporkan jika laba yang sebenarnya meningkat dibandingkan laba tahun sebelumnya (Novita, 2009). Laba yang rata dari tahun ke tahun sangat disukai oleh manajemen dan investor, karena laba yang rata mengindikasikan bahwa perusahan tersebut kuat dan stabil (Atik, 2008). Namun demikian, jika praktik perataan laba terlalu dimanipulasi atau jauh dari kenyataan dapat menyebabkan pengungkapan laba yang merugikan dan menyesatkan yang mengakibatkan investor tidak memperoleh informasi yang akurat dan salah dalam pengambilan keputusan.
Saat ini perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang otomotif mempunyai peluang yang besar dalam memberikan kesempatan bagi para pelaku pasar atau investor untuk berinvestasi. Para investor lebih tertarik melakukan investasi pada perusahaan yang memiliki laba yang stabil. Karena laba yang stabil dapat menjamin kelangsungan hidup para investor. Kondisi inilah yang membuat manajer perusahaan-perusahaan otomotif
(15)
berupaya untuk melakukan praktik perataan laba agar para investor tertarik untuk berinvestasi pada perusahaannya yang dianggap memiliki laba yang stabil, meskipun pada kenyataannya terdapat beberapa perusahaan yang menunjukkan ketidakstabilan laba yang diperoleh. Hal tersebut dapat dilihat dari perubahan laba bersih beberapa perusahaan otomotif pada tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1 Data laba perusahaan otomotif tahun 2010-2012 (dinyatakan dalam jutaan rupiah)
Perusahaan Laba
2010 2011 2012
PT. Astra Internasional 17.044.000 21.077.000 22.742.000 PT. Astra Otopart 1.255.305 1.101.583 1.053.246
PT. Gajah Tunggal 830.624 684.562 1.132.247
PT. Indomobil Sukses Internasional 508.022 970.891 899.09
PT. Indospring 71.109 120.415 134.068
PT. Multi Prima Sejahtera 14.122 11.319 16.599
PT. Nipress 12.662 17.831 21.553
PT. Prima Alloy Steel Universal 4.531 7.104 41.448 PT. Selamat Sempurna 150.420 241.576 268.543
Sumber : Bursa Efek Indonesia
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dalam perusahaan otomotif sebagian besar laba perusahaan cenderung mengalami kenaikan setiap tahun. Meskipun ada beberapa perusahaan yang masih mengalami fluktuasi laba dari tahun ke tahun . Perusahaan yang mengalami kenaikan yang stabil salah satunya PT. Indospring, pada tahun 2010 labanya sebesar Rp 71.109.000.000, tahun 2011 sebesar Rp 120.415.000, dan naik lagi tahun 2012 menjadi Rp 134.068.000.000. Sedangkan perusahaan yang mengalami fluktuasi laba PT. Indomobil Sukses Internasional dengan laba
(16)
pada tahun 2010 Rp 508.022.000.000, naik pada tahun 2011 sebesar Rp 970.891.000.000 dan turun menjadi Rp 899.090.000.000 pada tahun 2012.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa laba pada
perusahaan otomotif rata-rata tidak fluktuatif, maka disini
mengindikasikan bahwa perusahaan ini melakukan perataan laba.
Perataan laba tidak akan terjadi jika laba yang diharapkan tidak terlalu berbeda dengan laba yang sesungguhnya. Sebaliknya semakin besar selisih antara laba yang diharapkan dengan laba sesungguhnya, maka manajer akan semakin terdorong untuk meratakan laba (Sulistyanto, 2008). Ada banyak motivasi manajer melakukan tindakan perataan laba. Hal ini disebabkan karena banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba pada suatu peusahaan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mempengaruhi praktek perataan laba seperti yang dikemukakan peneliti terdahulu diantaranya ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi, net profit margin, sektor industri, dan harga saham. Tetapi dalam beberapa hal, hasil dari penelitian tersebut berbeda meskipun mengukur hal yang sama. Berdasarkan fenomena diatas maka penelitian ini akan meneliti ulang beberapa faktor yang berhubungan dengan tindakan perataan laba yang belum sepenuhnya menunjukkan hasil yang konsisten antara penelitian yang satu dengan penelitian lainnya. Faktor-faktor tersebut adalah ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage operasi.
(17)
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log
size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan
hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size), dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total asset perusahaan (Suwito dan Herawati, 2005:138). Ukuran perusahaan diduga berpengaruh terhadap perataan laba. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Budiasih (2009) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap perataan laba dimana semakin besar perusahaan maka semakin besar pula indikasi adanya praktek perataan laba, karena perusahaan yang lebih besar memiliki political cost yang lebih tinggi sehingga perusahaan cenderung melakukan perataan laba untuk menghindari pajak yang terlalu tinggi pada saat perusahaan memperoleh laba yang tinggi, dan menjaga image perusahaan pada saat laba yang dihasilkan rendah.
Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan laba (keuntungan) dalam suatu periode tertentu. Rasio ini memberikan jawaban tentang seberapa efektif perusahaan dikelola. Rasio probabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return On Asset (ROA). Rasio probabilitas ini diukur berdasarkan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva perusahaan.
(18)
Leverage operasi merupakan tingkat seberapa jauh perusahaan
dibiayai dengan hutang atau pihak luar dengan kemapuan perusahaan atau total aktiva. Semakin besar utang perusahaan maka semakin besar resiko yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan semakin tinggi. Akibat kondisi tersebut perusahaan cenderung melakukan praktik perataan laba (Budiasih, 2009:07).
Berdasarkan dari uaraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : “Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI tahun 2010-2012? 2. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap praktik perataan laba pada
perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI tahun 2010-2012?
3. Leverage operasi berpengaruh terhadap praktik perataan laba pada
(19)
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu : untuk menguji secara empiris pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, dan
leverage operasi terhadap praktik perataan laba pada perusahaan otomotif
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini yaitu: 1. Secara akademis
Dapat menambah referensi yang bisa digunakan oleh pihak-pihak yang membutuhkan informasi mengenai hal yang terkait dengan penelitian ini.
2. Secara praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam memutuskan apakah perusahaan perlu melakukan praktik perataan laba atau tidak serta memikirkan dampak yang akan ditimbulkan dari kegiatan praktik perataan laba tersebut.
b. Bagi para investor dan calon investor yang melakukan investasi di pasar modal dimana hasil ini dapat memberikan masukan dalam pengambilan keputusan investasi.
(20)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian dalam bentuk jurnal riset yang berhubungan dengan praktik perataan laba pernah dilakukan. Berikut ini hasil penelitian terdahulu antara lain:
1) Cholila Widyanti (2012)
a. Judul: “Pengaruh Profitabilitas, Leverage Operasi dan Ukuran Perusahaan terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Food
and Beverage yang Go Public di Bursa Efek Indonesia”.
b. Rumusan Masalah:
Apakah profitabilitas, leverage operasi dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba?
c. Hipotesis:
1. Diduga bahwa profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perataan laba.
2. Diduga bahwa leverage operasi berpengaruh positif dan signfikan terhadap perataan laba.
3. Diduga bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perataan laba.
(21)
d. Kesimpulan:
Berdasarkan uji kesesuaian model disimpulkan bahwa profitabiltas dan leverage operasi mempunyai kontribusi terhadap perataan laba. Sedangkan ukuran perusahaan tidak mempunyai kontribusi terhadap perataan laba.
2) Nur Farida Zuliani, Zulbahridar dan Al Azhar (2012)
a. Judul: “ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011”.
b. Rumusan Masalah:
1. Apakah profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008 – 2011 ?
2. Apakah leverage berpengaruh secara signifikan terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
tahun
2008 – 2011?3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI Indonesia tahun 2008 – 2011?
c. Kesimpulan:
1. Profitabilitas terbukti berpengaruh positif terhadap perataan laba. 2. Leverage terbukti tidak berpengaruh terhadap perataan laba.
(22)
3. Ukuran perusahaan terbukti tidak berpengaruh terhadap perataan laba.
3). Ratih Kartika Dewi (2010)
a. Judul: “Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Pertaaan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan Manufaktur dan Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (2006-2009)”.
b. Rumusan Masalah:
Apakah ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dan tipe perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur dan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
c. Hipotesis:
1. Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yang Go Public di Indonesia.
2. Profitabilitas berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba yangdilakukan oleh perusahaan yang Go Public di Indonesia. 3. Tingkat hutang (Financial Leverage) berpengaruh positif
terhadap praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yang Go Public di Indonesia.
4. Jenis industri berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yang Go Public di Indonesia.
(23)
d. Kesimpulan:
Variabel Size memiliki perbedaan yang signifikan antara perusahaan perata laba dengan bukan perata laba, sedangkan variabel profitabilitas, financial leverage dan jenis industri tidak berpengaruh signifikan terhadap perataan laba.
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Laporan Keuangan
2.2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Baridwan (2000:17), laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama satu tahun buku bersangkutan. Menurut Pedoman Etika Akuntan IAI, laporan keuangan adalah suatu penyajian dan keuangan termasuk catatan yang menyertainya, jika ada, yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan atau kewajiban suatu entitas pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan atau kewajiban selama suatu periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Menurut Kasmir (2008:7) laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Maksud laporan keuangan yang menunjukkan kondisi
(24)
perusahaan saat ini adalah merupakan kondisi terkini. Kondisi perusahaan terkini adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu (untuk laporan laba rugi). Biasanya laporan keuangan dibuat per periode, misalnya 3 bulan atau 6 bulan untuk kepentingan internal perusahaan. Sementara itu, untuk laporan lebih luas dilakukan setahun sekali. Disamping itu, dengan adanya laporan keuangan dapat diketahui posisi perusahaan terkini setelah menganalisis laporan keuangan tersebut. Menurut PSAK No.1 paragraf ke-7 (revisi 2009), laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.
Pada umumnya laporan keuangan terdiri dari neraca dan laporan laba rugi serta laporan perubahan modal. Neraca menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan laporan laba rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu, laporan perubahan modal menunjukkan sumber dan penggunaan modal atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan.
2.2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Lukviarman (2006:13) laporan keuangan mempunyai tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
(25)
bermanfaaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Menurut PSAK No.1 paragraf ke-7 (revisi 2009), tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberi informasi tentang posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka
membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan
pertanggungjawaban (steward ship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka dalam rangka mencapai tujuan laporan keuangan, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi : aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik dan arus kas.
Tujuan Laporan Keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009:3) yaitu:
a. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
b. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi
kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa
(26)
lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan.
c. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atas sumber daya yang diberdayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang teah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi, keputusan ini mencakup, misalnya keputusan untuk menahan atau menjual investasi dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.
Dari beberapa tujuan diatas, dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan
mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Laporan keuangan juga digunakan oleh pihak-pihak diluar perusahaan guna menginformasikan posisi keuangan. Selain itu laporan keuangan bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai guna pengambilan keputusan ekonomi.
2.2.1.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009:5), karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu:
(27)
a. Dapat dipahami
Karakteristik ini mengandung pengertian bahwa kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dipahami oleh pemakai. Asumsi dasar dalam hal ini adalah para pemakai laporan keuangan mempunyai pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemampuan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
b. Relevan
Informasi dikatakan relevan bila dapat memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Disamping itu informasi dikatakan relevan bila dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu pemakai mengevaluasi masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi di masa lalu.
c. Keandalan
Informasi memiliki kualitas andal (reliable) jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
(28)
d. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keungan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar perusahaan, mengevaluasi posisi keungan dan kinerja serta perubahan posisi keungan secara relatif.
2.2.1.4 Jenis – Jenis Laporan Keuangan
Laporan keuangan perusahaan menurut beberapa pendapat yang lengkap meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
1) Neraca
Salah satu bentuk laporan yang paling utama adalah neraca. Beberapa ahli mengungkapkan definisi yang berbeda, tetapi pada hakikatnya mempunyai pengertian yang sama.
Menurut Prastowo (1995:16) Neraca adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai posisi keuangan (aktiva, kewajiban ekuitas) perusahaan pada saat tertentu.
Menurut Munandar (1979:1) Neraca adalah laporan yang disusun secara sistematis, tentang posisi financial perusahaan pada saat tertentu.
(29)
Menurut Lukviarman (2006:14) Neraca (balance sheet) merupakan laporan yang menunjukkan nilai aktiva perusahaan dan sumber pembiayaan dari sejumlah aktiva tersebut (klaim dari aktiva).
Menurut Baridwan (1997:18) Neraca adalah laporan yang menunjukkan keandalan keuangan suatu unit usaha pada tanggal tertentu.
Menurut Munawir (1997:13) Neraca adalah laporan sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu.
Menurut Kasmir (2008:28) Neraca (balance sheet) merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan pada tanggal tertentu.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa neraca merupakan daftar yang menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan yang meliputi aktiva, kewajiban dan ekuitas pada saat tertentu.
2) Laporan Laba Rugi (income statement)
Laporan Laba Rugi (income statement) merupakan salah satu komponen laporan keuangan yang sangat penting bagi informasi laporan keuangan. Laporan Laba Rugi menunjukkan pendapatan dari penjualan, berbagi biaya dan laba yang diperoleh selama periode tertentu.
Menurut Prastowo (1995:16) Laporan Laba Rugi adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai
(30)
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu.
Menurut Munandar (1979:16) Laporan Laba Rugi ialah laporan yang disusun secara sistematis, tentang revenues (penghasilan) yang diperoleh dan tentang expenses (biaya) yang menjadi beban tanggungan perusahaan dalam usahanya selama satu periode tertentu.
Menurut Baridwan (1997:30) Laporan Laba Rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu. Selisih antara penghasilan-penghasilan dan biaya merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita perusahaan.
Menurut Lukviarman (2006:14) Laporan Laba Rugi
(income statement) laporan laba rugi merupakan laporan
keuangan yang menggambarkan kinerja (performance)
perusahaan selama satu periode akuntansi
Laporan Laba Rugi (income statement) merupakan laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu.
Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa laporan laba rugi adalah laporan yang menggambarkan hasil dari aktivitas operasional perusahaan yang berupa
(31)
pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya untuk suatu periode tertentu.
3)Laporan Perubahan Ekuitas (Owners Equity)
Menurut Kasmir (2008:29) Laporan perubahan modal merupakan laporan yang berisi jumlah dan jenis modal yang dimiliki pada saat ini. Kemudian, laporan ini juga menjelaskan perubahan modal dan sebab-sebab terjadi perubahan modal di perusahaan.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009:1.12) Laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama yang menunjukkan :
1.Laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan.
2.Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian diakui secara langsung dalam ekuitas.
3.Pengaruh kumulatif dari kebijakan perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait.
4.Transaksi modal dengan pemilik dengan distribusi kepada pemilik. 5.Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode yang
mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan. 4)Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flow)
(32)
Menurut Baridwan (1997:43) laporan aliran kas adalah untuk menyajikan informasi relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan selama satu periode.
Menurut Kasmir (2008:29) laporan arus kas merupajan laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kas.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:21) laporan arus kas adalah salah satu laporan keuangan yang memberi informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas pada suatu periode tertentu. Setiap perusahaan diwajibkan untuk menyusun laporan arus kas sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan setiap periode penyajian laporan keuangan. Aliran kas diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu penerimaan dan pengeluaran kas yang berasal dari aktifitas operasi, investasi dan pendanaan (financing).
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa laporan arus kas adalah laporan yang menggambarkan aliran kas baik penerimaan maupun pengeluaran kas untuk periode tertentu. 5)Catatan atas Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009:12) catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, arus kas dan
(33)
laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontijensi dan komitmen. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam pernyataan standar akuntansi keuangan serta pengungkapan-pengungkapan lain yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.
Menurut Kasmir (2008:30) catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang memberikan informasi apabila ada laporan keuangan yang memerlukan penjelasan tertentu. Artinya terkadang ada komponen atau nilai dalam laporan keuangan yang perlu diberi penjelasan terlebih dulu sehingga jelas.
2.2.1.5 Pemakai Laporan Keuangan
Lukviarman (2006:18) membagi pemakai laporan keuangan menjadi 7 pihak:
1. Investor
Investor memiliki kepentingan atas investasi yang telah dilakukan pada perusahaan tersebut.
2. Karyawan
Karyawan memiliki kepentingan untuk menilai profitabilitas dan stabilitas perusahaan.
(34)
3. Pemberi pinjaman
Pemberi pinjaman memiliki kepentingan untuk menganalisa kinerja yang berkaitan dengan pembeian kredit kepada perusahaan sehingga pemberi pinjaman dapat memutuskan apakah perusahaan layak untuk memperoleh pinjaman serta menilai kemampuan perusahaan untuk melunasi pinjaman.
4. Pemasok dan kreditur usaha lainnya.
Pemasok memiliki kepentingan untuk mendapatkan informasi apakah piutang mereka dapat dibayarkan oleh perusahaan pada saat jatuh tempo.
5. Pelanggan
Pelanggan memiliki kepentingan untuk menilai kelangsungan hidup perusahaan terutama bila pelanggan memiliki ketergantungan terhadap perusahaan dan terlibat dalam perjanjian jangka panjang. 6. Pemerintah dengan berbagai lembaga dibawahannya.
Pemerintah memiliki kepentingan atas laporan keuangan perusahaan untuk menilai berapa jumlah pajak yang dapat diterima pemerintah, serta menilai aktivitas perusahaan secara keseluruhan demi menjaga stabilitas ekonomi.
7. Masyarakat
Masyarakat memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan terutama untuk mengetahui kontribusi perusahaan terhadap perekonomian setempat dan nasional serta berkaitan dengan
(35)
dana corporate social responsibility (CSR) yang dikeluarkan perusahaan besert penggunaan dana tersebut.
2.2.2 Perataan Laba
2.2.2.1 Pengertian Perataan Laba
Sejalan dengan konsep manajemen laba, pembahasan konsep perataan laba/penghasilan ini juga menggunakan kerangka pikir teori keagenan, bahwa perataan penghasilan timbul ketika terjadi konflik kepentingan antara manajemen dan pemilik. Manajemen melakukan perataan laba untuk menciptakan suatu aliran laba yang stabil dan mengurangi fluktuasi dalam laba yang dilaporkan dan meningkatkan kemampuan investor untuk memprediksi aliran kas di masa yang akan datang.
Definisi perataan laba (income smoothing) menurut Jatiningrum (2000) merupakan praktik yang umum dilakukan manajer untuk mengurangi perubahan naik turunnya (fluktuasi laba), yang diharapkan mempunyai pengaruh yang bermanfaat bagi evaluasi kinerja manajemen.
Definisi perataan laba yang terbaik dikemukakan oleh Beidlmen sebagai berikut: “meratakan earnings yang dilaporkan dapat didefinisikan sebagai upaya yang sengaja dilakukan untuk memperkecil atau mengurangi fluktuasi pada tingkat earnings yang dianggap normal bagi perusahaan”. Dalam pengertian ini perataan laba mempresentasi suatu sebuah upaya yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk
(36)
mengurangi variasi tidak normal dalam earnings pada tingkat yang diijinkan oleh prinsip-prinsip akuntansi dan manajemen yang sehat (Belkaoui, 2000:56).
Menurut Assih dan Gundono (2000:37) manajemen laba diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan dengan sengaja, dalam batasan
General Accepted Accounting Principles, untuk mengarah pada suatu
tingkat yang diiinginkan atas laba yang dilaporkan. Perataan laba termasuk dalam pengertian manajemen laba tersebut. Perataan laba dapat dipandang sebagai cara dalam pengurangan dalam variabilitas laba selama sejumlah periode tertentu atau dalam satu periode, yang mengarah pada tingkat yang diharapkan atas laba yang dilaporkan.
Menurut John J. Wild, dkk (2005:121) perataan laba merupakan bentuk umum manajemen laba. Manajer meningkatkan atau menurunkan laba yang dilaporkan untuk mengurangi fluktuasinya. Perataan laba juga mencakup tidak melaporkan bagian laba pada periode baik dengan
menciptakan cadangan atau “bank” laba dan kemudian melaporkan laba
ini saat periode buruk.
Menurut Belkaoui (2000) dalam Budiasih (2009) menyatakan bahwa perataan laba didefinisikan sebagai upaya yang sengaja dilakukan untuk memperkecil fluktuasi pada tingkat laba yang dianggap normal bagi perusahaan. Rivard dkk, (2003) dalam Budiasih (2009) mendefinisikan
(37)
teknik-teknik akuntansi untuk mengurangi fluktuasi laba bersih selama beberapa periode waktu.
2.2.2.2 Sifat dan Motivasi Perataan Laba
Tindakan perataan laba merupakan tindakan yang umum/rasional. Perataan laba sengaja dilakukan terhadap penghasilan dimaksudkan supaya sesuai dengan yang diharapkan atau standar yang diinginkan (Jatiningrum, 2000).
Perataan laba merupakan perilaku yang rasional didasarkan pada asumsi dalam positive accounting theory bahwa agent (dalam hal ni manajemen) adalah individual yang rasional yang memperhatikan kepentingan dirinya. Konsisten dengan asumsi tersebut maka motivasi yang mempengaruhi pilihan manajer tersebut adalah memaksimumkan kepentingannya, sedangkan kepentingan manajer tergantung pada nilai perusahaan. Dan manajer percaya bahwa pasar mendasarkan pada angka akuntansi. Fluktuasi atas laba dan tidak dapat diprediksinya laba yang akan datang merupakan sebab penentu resiko pasar atau saham (Assih dan Gudono, 2000:38).
Topik perataan laba (income smoothing) terkait erat dengan konsep manajemen laba (Salno dan Baridwan, 2000:19). Penjelasam konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori keagenan (agency
theory) yang menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi oleh
(38)
yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya dalam hubungan keagenan, manajer memiliki asimetri informasi terhadap pihak eksternal perusahaan, seperti kreditor dan investor. Asimetri informasi terjadi ketika manajer memiliki informasi internal perusahaan relatif lebih banyak dan mengetahui informasi tersebut relatif lebih cepat dibandingkan pihak eksternal tersebut. Dalam kondisi ini demikian manajer dapat menggunakan informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan dalam usaha memaksimalkan kemakmurannya.
Masing-masing pihak dan hubungan keagenan terdorong oleh motivasi yang berbeda sesuai dengan kepentingannya. Dipandang dari sisi manajemen, Salno dan Baridwan (2000:19) manajer termotivasi untuk melakukan perataan penghasilan pada dasarnya ingin mendapat berbagai keuntungan ekonomi dan psikologis, yaitu (1) mengurangi total pajak terutang, (2) meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan karena penghasilan yang stabil mendukung kebijakan deviden yang stabil pula, (3) meningkatkan hubungan antara manajer dan karyawan karena pelaporan penghasilan yang meningkat tajam memberi kemugkinan munculnya tuntutan kenaikan gaji dan upah, dan (4) siklus peningkatan dan penurunan penghasilan dapat ditandingkan dan gelombang optimisme dan pesimisme dapat diperlunak.
Menurut John J. Wild, dkk (2005:121) motivasi melakukan
(39)
dengan laba yang dilaporkan, meningkatkan harga saham dan usaha mendapatkan subsidi pemerintah. Banyak perjanjian yang menggunakan angka akuntansi. Kompensasi manajer biasanya mencakup bonus berdasarkan laba. Perjanjian bonus biasanya memiliki batas atas dan batas bawah, artinya manajer tidak mendapat bonus jika laba lebih rendah dari batas bawah dan tidak mendapatkan bonus tambahan saat laba lebih tinggi dari batas atas.
Menurut Gordon (1964) serta Mouse dan Downs (1965) dalam Belkaoui (2000:38) manajer perusahaan termotivasi untuk melakukan perataan laba demi keamanan, dengan anggapan bahwa stabilitas dalam pendapatan dan untuk menyeimbangkan kecepatan pertumbuhan yang sangat tinggi melebihi aliran penghasilan rata-rata dengan batas kemampuan terbesar. Gordon mengemukakan tentang pemerataan laba sebagai berikut:
a) Sebagai standar seorang manajer perushaan dalam menyeleksi prinsip akuntansi adalah memaksimalkan kegunaan atau kesejahteraan yang dicapai.
b) Kegunaan dan fungsi jaminan keamanan, tingkatan dan kecepatan pertumbuhan dalam suatu penghasilan.
c) Kepuasan pemegang saham atas tugas yang diberikan kepada manajer dalam penyelenggaraan kegiatan dalam perusahaan.
d) Kepuasan pemegang saham terlihat apabila perusahaan berkembang dengan penghasilan dengan kecepatan petumbuhan yang merata.
(40)
Dilain pihak, pemilik mendukung perataan pengahasilan karena adanya motivasi internal dan eksternal. Motivasi internal menunjukkan maksud pemilik untuk meminimalisasi biaya kontrak manajer dengan membujuk manajer agar melakukan praktik manajemen laba. Motivasi eksternal ditunjukkan oleh usaha pemilik saat ini untuk mengubah persepsi investor/potensial mengenai nilai perusahaan.
2.2.2.3 Alasan Untuk Perataan Laba
Banyak alasan dalam melakukan perataan laba. Konsep mengenai perataan laba menyatakan bahwa adalah hal yang logis dan rasional bagi para manajer untuk meratakan laba dengan menggunakan alat akuntansi tertentu. Adapun alasan yang diajukan dalam kaitannya untuk melakukan praktik perataan laba sebagai berikut (Machfoedz, 1998:11)
1. Dengan penyusunan pos pendapatan dan biaya secara bijaksana yang melalui periode beberapa, manajemen dapat mengurangi kewajiban perusahaan secara keseluruhan.
2. Aliran laba yang merata dapat meningkatkan keyakinan investor karena laba yang stabil akan mendukung kebijakan deviden yang stabil pula sebagaimana yang diinginkan oleh para investor.
3. Perataan laba dapat meningkatkan hubungan antara manajer dan pekerja karena kenaikan yang tajam dalam laba yang dilaporkan dapat
(41)
menimbulkan permintaan akan upah yang lebih tinggi dari para karyawan.
4. Aliran laba yang merata dapat memiliki pengaruh psikologis pada ekonomi dalam hal kenaikan atau penurunan dapat dihindarkan serta rasa pesimis dan optimis dapat dikurangi.
Alasan perataan laba menurut Syahriana (2006), bahwa perataan laba dengan tujuan untuk memperbaiki hubungan dengan kreditur, investor dan karyawan serta meratakan siklus bisnis melalui proses psikologis yaitu: a. Mengurangi total pajak yang dibayarkan oleh perusahaan.
b. Meningkatkan kepercayaan investor karena laba yang stabil akan mendukung kebijakan pembayaran dividen yang stabil.
c. Meningkatkan hubungan antara manajer dan karyawan karena pelaporan laba yang meningkat tajam memberi kemungkinan munculnya tuntutan kenaikan gaji atau upah.
d. Siklus peningkatan dan penurunan laba dapat ditandingkan dan gelombang optimisme dan pesimisme dapat diperlunak.
Penelitian lain yang berkaitan dengan penjelasan mengenai dilakukannya perataan laba antara lain dilakukan oleh Gudono (2000) yang menyatakan bahwa dengan melakukan perataan laba diharapkan perusahaan dapat menghindari reaksi pasar terlalu besar pada saat perusahaan mengumumkan informasi laba karena dengan tingkat variabilitas yang kecil pada laba yang diumumkan, pelaku pasar dapat melakukan prediksi atas laba perusahanan yang akan datang dengan lebih
(42)
baik. Selain itu dengan mengurangi variabilitas laba yang dilaporkan perusahaan dapat mengurangi reaksi pasar yang besar pada saat laba diumumkan.
2.2.2.4 Teknik Dalam Perataan Laba
Ditinjau dari sudut pandang teoritis ataupun praktis, teknik manajemen laba sangat beragam. Menurut Wold dkk, (2006) dalam Sulistiawan dkk, (2011:43) Secara umum teknik yang biasanya dijumpai dalam praktik perataan laba adalah:
1. Mengubah metode akuntansi
Metode akuntansi merupakan pilihan-pilihan yang disediakan oleh standar akuntansi (accounting choices) dalam menilai aset perusahaan. Metode penyusutan aset tetap (garis lurus atau saldo menurun atau jumlah angka tahun), pengakuan pendapatan (saat penjualan atau saat penerimaan kas).
2. Membuat estimasi akuntansi
Teknik ini dilakukan dengan tujuan mempengaruhi laba akuntansi melalui kebijakan dalam membuat estimasi akuntansi. Beberapa estimasi akuntansi tersebut antara lain sebagai berikut:
(43)
a. Estimasi dalam menetukan besarnya jumlah piutang tidak tertagih, baik dengan persentase penjualan maupun persentase piutang. b. Estimasi dalam menentukan umur ekonomis aset, baik aset tetap
maupun aset tidak berwujud.
3. Mengubah periode pengakuan pendapatan dan biaya.
Tenik ini dilakukan untuk mempercepat atau menunda pengakuan pendapatan dan biaya dengan cara menggeser pengakuan pendapatan dan biaya ke periode berikutnya agar memperoleh laba maksimum.
4. Mereklasifikasi akun
Teknik ini yaitu dengan memindahkan posisi akun dari satu tempat ketempat lainnya.
5. Mereklasifikasi akrual diskresioner dan akrual nondiskresioner.
Akrual diskresioner adalah akrual yang dapat berubah sesuai dengan kebijakan manajemen, seperti pertimbangan tentang penentuan umur ekonomis aset tetap atau pertimbangan pemilihan metode depresiasi. Akrual nondiskresioner adalah akrual yang bisa berubah bukan karena kebijakan atau pertimbangan pihak manajemen, seperti perubahan piutang yang besar karena adanya tambahan penjualan yang signifikan.
Deasher dan Malcom (1970) dalam Assih (2000:38) menyatakan bahwa ada beberapa cara yang biasanya digunakan manajemen dalam melakukan income smoothing yaitu real smoothing dan artificial
(44)
smoothing. Perataan riil mengacu pada transaksi aktual yang terjadi
maupun tidak terjadi dalam hal pengaruh perataan sedangkan perataan artifisial mengacu pada prosedur akuntansi yang diimplementasikan terhadap pergeseran biaya dan pendapatan dari satu periode ke periode lain. Namun disamping kedua media tersebut masih terdapat dimensi atau media lain untuk melakukan income smoothing, yaitu clssificathory
smoothing. Ronen dan Sadan (1975) dalam Assih (2000:38) membedakan
ketiga dimensi perataan tersebut sebagai berikut:
1. Perataan laba melalui adanya kejadian dan atau pengakuan suatu peristiwa.
Manajemen dapat menentukan waktu transaksi aktual terjadi sehingga pengaruhnya terhadap pelaporan pendapatan akan cenderung mengurangi variasi dari waktu ke waktu.
2. Perataan laba melalui alokasi terhadap waktu.
Melalui kejadian dan pengakuan atas suatu peristiwa, manajemen memiliki kendali yang lebih bebas terhadap determinasi atas periode yang dipengaruhi oleh kuantififikasi dari peristiwa.
3. Perataan laba melalui klasifikasi.
Dilakukan melalui pengklasifikasian pos-pos laporan intralaba untuk menurunkan variasi yang terjadi dari waktu ke waktu dalam statistik.
(45)
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba 2.2.3.1 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dapat ditentukan berdasarkan penjualan, total aktiva, tenaga kerja, dan lain-lain, yang semuanya berkorelasi tinggi (Machfoedz, 1994). Ukuran perusahaan akan mempengaruhi pendanaan perusahaan. Hal ini menyebabkan kecenderungan perusahaan memerlukan dana yang lebih besar dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Kebutuhan akan pendanaan yang lebih besar memiliki kecenderungan bahwa perusahaan menginginkan pertumbuhan dalam laba.
Ukuran perusahaan adalah suatu skala, yaitu dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain total aktiva,
log size, nilai pasar saham dan lain-lain. Semakin besar suatu perusahaan,
semakin banyak pula alternatif pembelanjaan sumber daya yang dapat dipilih. Hal ini dikarenakan perusahaan yang besar akan lebih mudah mendapatkan pinjaman dari pihak eksternal bila dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil (Widyanti, 2012).
2.2.3.2 Profitabilitas
Menurut Kasmir (2008:196) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu
(46)
perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.
Rasio profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan Return on Asset (ROA). Return on Asset (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROA juga merupakan suatu ukuran tentang efektifitas manajemen dalam mengelola investasinya.
2.2.3.3 Leverage Operasi
Rasio leverage menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana
perusahaan didanai dengan hutang. Apabila perusahaan tidak mempunyai
leverage faktornya = 0 artinya perusahaan dalam operasi sepenuhnya
menggunakan modal sendiri atau tanpa menggunakan hutang. Semakin rendah leverage faktor , perusahaan mempunyai resiko kecil bila ekonomi menurun. Pengguna dana hutang bagi perusahaan tersebut mempunyai tiga dimensi (1) memberi kredit akan menitik beratkan pada besarnya jaminan atas kredit yang diberikan, (2) dengan menggunakan dana hutang maka apabila perusahaan mendapat keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya maka pemilik perusahaan keuntungannya akan meningkat, dan (3) dengan penggunaan hutang, pemilik mendapatkan dana tanpa kehilangan pengendalian pada perusahaannya (Sutrisno, 2003:249).
(47)
2.3 Kerangka Pikir
2.3.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Perataan Laba
Moses (1987) Menemukan bukti bahwa perusahaan-perusahaan
yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar pula untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan-perusahaan yang lebih besar menjadi subjek pemeriksaan (pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat umum/general public). Hasil lainnya ditemukan oleh Albert dan Richardson (1990), bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan untuk perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan-perusahaan yang lebih besar diteliti dan dipandang lebih kritis oleh para investor (Suwito dan Herawati, 2005).
Ukuran perusahaan diduga mempengaruhi perataan laba karena adanya anggapan manajer selama ini masih percaya bahwa para pemakai laporan keuangan masih mendasarkan penilaiannya mengenai perusahaan pada total nilai aktiva. Konsisten dengan hal tersebut maka para manajer mengelola suatu perusahaan capital intensive (padat modal) yang nyatanya memang mempunyai struktur aktiva yang lebih besar nilainya bila dibandingkan dengan perusahaan labour intensive (padat karya) akan termotivasi untuk melakukan tindakan tersebut dengan tujuan untuk menimbulkan kesan yang lebih baik mengenai perusahaannya kepada para pemakai laporannya.
(48)
2.3.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Perataan Laba
Teori yang melandasi hubungan antara profitabilitas perusahaan perataan laba adalah expentancy theory (teori pengharapan). Teori ini menyatakan bahwa individu mengubah perilaku mereka berdasarkan hasil yang diharapkan dari suatu kejadian. Manfaat yang diturunkan dari suatu hasil yang diharapkan mengarah pada pencapaian balas jasa yang diinginkan (Supriyono, 1999:160).
Profitabilitas diduga mempengaruhi praktik perataan laba, karena sesuai dengan teori pengharapan diatas, pihak manajemen berusaha menampilkan suatu tingkat profitabilitas yang tinggi agar kinerja manajemen terlihat lebih baik. Disamping itu, perhatian investor yang sering terpusat pada informasi laba tanpa memperhatikan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba tersebut mendorong untuk melakukan manajemen atas laba atau manipulasi laba (Beattie et.al, 1994).
Machfoedz (1998:130) menyatakan bahwa tindakan perataan laba cenderung dilakukan oleh perusahaan yang tingkat profitabilitasnya rendah. Hal ini dikarenakan perataan laba merupakan suatu fenomena umum yang bertujuan untuk mengurangi variabilitas atas laba perusahaan. Selain itu para pemegang saham meningkat dengan adanya penghasilan perusahaan yang stabil dari tahun ke tahun (Belkaoi, 2000:56).
(49)
2.3.3 Pengaruh Leverage Operasi Terhadap Perataan Laba
Teori yang melandasi hubungan leverage operasi dengan perataan laba adalah teori pertukaran leverage. Menurut teori pertukaran leverage (the trade off theory of leverage), dimana perusahaan menukarkan keuntungan pendanaan melalui hutang (perlakuan pajak perusahaan yang menguntungkan) dengan tingkat suku bunga dan biaya kebangkrutan lebih tinggi (Brigham, 2006:36).
Carlson dan Bathala (1997) dalam Widyanti (2012) menunjukkan bahwa perusahaan dengan proporsi pendanaan hutang yang lebih besar kemungkinan besar masuk dalam kategori income smoothing.
Perusahaan dengan leverage operasi yang tinggi mempunya resiko
menderita kerugian yang besar, akan tetapi jika mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk memperoleh laba tetapi pada umumnya investor juga enggan menghadapi resiko. Sehingga mendorong pemilik perusahaan untuk meminta manajer melaporkan bahwa perusahaan mempunyai leverage operasi yang menguntungkan berdasarkan situasi perekonomian yang ada, dan tuntutan pemilik ini seringkali memaksa manajer untuk melakukan tindakan perataan laba, minimal untuk mengurangi tuntutan tersebut.
Adanya varians dalam peningkatan laba perusahaan dapat
berkaitan dengan peningkatan kemungkinan terjadinya kebangkrutan prusahaan dan penurunan nilai obligasi perusahaan. Trueman dan Titman (1997) dalam Widyanti (2012) menyatakan bahwa dalam meratakan laba,
(50)
manajer dapat mengurangi estimasi berbagai tuntutan yang terkait dengan perubahan proses laba perusahaan, yaitu semakin rendah tuntutan dari kebangkrutan.
Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya serta permasalahan yang dikemukakan, berikut disajikan dengan kerangka pemikiran seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut ini:
Gambar 2.1: Bagan Kerangka Pikir
Variable Bebas Variabel Terikat
X1= Ukuran
Perusahaan
Y= Perataan Laba
X3= Leverage
Operasi X2= Profitabilitas
Uji Regresi Linier Berganda Pengaruh
(51)
2.4 Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi. Hipotesis adalah keterangan sementara dari hubungan-hubungan fenomena-fenomena yang kompleks (Nazir, 2005:151).
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan pada sub bab sebelumnya dan dihubungkan dengan pengertian hipotesis itu sendiri, maka hipotesis yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:
H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H2 : Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H3 : Leverage operasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
(52)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau kontrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasi kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur kontrak atau variabel tersebut (Nazir, 2005:126).
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini menggunakan tiga variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel terikat yang digunakan adalah perataan laba (Y), sedangkan variabel bebasnya meliputi:
1. Ukuran Perusahaan (X1)
2. Profitabilitas (X2)
3. Leverage Operasi (X3)
Definisi operasional dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Variabel Bebas (X) 1. Ukuran Perusahaan (X1)
Ukuran perusahaan adalah skala untuk menentukan besar
(53)
menggunakan logaritma dari total aktiva. Variabel ini diukur dengan skala rasio dan satuannya adalah rupiah., sehingga dirumuskan sebagai berikut:
Ukuran perusahaan = Log Total Aktiva
(Jatiningrum, 2000)
2. Profitabiltas (X2)
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Return on Asset (ROA).
Return on Asset (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan hasil
(return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan (Kasmir, 2008:202).
Variabel ini diukur dengan menggunakan skala rasio dan satuan pengukurannya adalah persen (%), sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
Return On Asset = x100%
3. Leverage Operasi (X3)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala data rasio.
Laba Bersih Setelah pajak Total Aktiva
(54)
Leverage Operasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Debt to Total Asset= x 100%
b. Variabel Terikat (Y) Perataan Laba (Y)
Perataan laba adalah cara yang digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah “Perataan laba” yang diukur dengan menggunakan indeks eckel. Maka digunakan rumus sebagai berikut (Eckel, 1981):
Indeks Perataan Laba =
Dimana:
: Perubahan laba dalam suatu periode.
: Perubahan penjualan dalam suatu periode.
: Koefisien variasi dari variabel yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai yang diharapkan.
Status perataan laba, jika:
Nilai Nol (0) : Untuk perusahaan yang tidak melakukan perataan laba.
Total hutang Total aktiva
(55)
Nilai Satu (1) : Untuk perusahaan yang melakukan perataan laba.
Jadi, apabila maka perusahan tidak digolongkan
sebagai perusahaan yang melakukan perataan laba.
: Koefisien variasi untuk perubahan laba.
: Koefisien variasi untuk perubahan penjualan.
Dimana dan dapat dihitung sebagai berikut:
dan =
Atau
dan =
Dimana:
: Perubahan penghasilan bersih atau laba (I) atau penjualan (S) antara tahun n-1.
: Rata-rata perubahan penghasilan bersih atau laba (I) atau penjualan (S) antara tahun n-1.
(56)
Batasan Perataan Laba:
- Jika nilai Indeks Eckel ≥ 1, maka perusahaan tidak melakukan perataan laba dan diberi symbol 0.
- Jika nilai Indeks Eckel < 1, maka perusahaan melakukan praktik perataan laba dan diberi simbol 1(Suwito dan Arleen, 2005).
3.2 Teknik Penentuan Sampel 3.2.1 Populasi
Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan (Nazir, 2005:271). Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan otomotif yang go public diBursa Efek Indonesia mulai tahun 2010 sampai dengan tahun 2012, dan tercatat ada 12 perusahaan.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sebuah sampel harus merupakan representatif dari sebuah populasi (Sumarsono, 2004:44). Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan purposive sampling yaitu teknik penarikan sampel non probability yang menyeleksi responden-responden berdasarkan ciri-ciri
(57)
sifat khusus yang dimiliki oleh sampel dan sampel tersebut yang merupakan representatif dari populasi.
Kriteria pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian tahun 2010-2012.
2. Perusahaan otomotif yang laporan keuangannya menggunakan satuan mata uang yang sama selama periode penelitian tahun 2010-2012, yaitu mata uang Rupiah.
3. Perusahaan otomotif yang tidak mengalami kerugian selama periode penelitin tahun 2010-2012.
4. Perusahaan otomotif yang terdaftar diBursa Efek Indonesia yang belum pernah mengalami delisting selama periode penelitian tahun 2010-2012.
Berdasarkan kriteria-kriteria diatas yang telah ditentukan peneliti guna menentukan sampel penelitian, maka diperoleh 9 perusahaan yang memenuhi kriteria tersebut untuk dijadikan sampel.
(58)
Tabel 3.1 Daftar nama perusahaan yang menjadi sampel
No Kode Nama Perusahaan
1 ASII PT. Astra Internasional 2 AUTO PT. Astra Otopart 3 GJTL PT. Gajah Tunggal
4 IMAS PT. Indomobil Sukses Internasional 5 INDS PT. Indospring
6 LPIN PT. Multi Prima Sejahtera 7 NIPS PT. Nipress
8 PRAS PT. Prima Alloy Steel Universal 9 SMSM PT. Selamat Sempurna
3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data sekunder yang digunakan adalah data laporan keuangan dari PT. Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010 sampai tahun 2012.
3.3.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah data yang berasal dari laporan keuangan perusahaan yang menjadi objek penelitian dan data tersebut diperoleh dari www.idx.co.id
(59)
3.3.3 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini yaitu dengan cara melihat, mempelajari, dan mengutip catatan dari dokumen yang ada pada laporan keuangan perusahaan otomotif yang go public di PT. Bursa Efek Indonesia, sesuai dengan rekapitulasi sesuai dengan kebutuhan penelitian. Data yang digunakan berupa laporan keuangan mulai tahun 2010 sampai dengan tahun 2012.
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1 Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam melakukan pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Regresi linier berganda digunakan untuk memprediksi bagaimana keadaan variabel dependen apabila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Analisis linier berganda dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal dua (Sugiyono, 2010:277).
Pembuktian terhadap hipotesis pada penelitian ini menggunakan model regresi berganda dengan tiga variabel bebas sebagai berikut:
(60)
Dimana:
Y = Variabel perubahan laba
= Konstanta
= Koefisien regresi
= Variabel Ukuran Perusahaan = Variabel Profitabilitas
= Variabel Leverage Operasi
3.4.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode Kolmogorov Smirnov (Sumarsono, 2002:40). Fungsi pengujian suatu data dikategorikan berdistribusi normal atau tidak adalah sebagai alat kesimpulan populasi berdasarkan data sampel.
Sampel yang diteliti dikatakan berasal dari populasi yang didistribusi normal jika nilai probabilitas atau signifikan (sig) lebih besar daripada tingkat kesalahan yang ditetapkan (α = 0,05). Jika nilai probabilitas atau signifikan (sig) lebih kecil daripada tingkat kesalahan
yang diterapkan (α = 0,05), maka sampel yang diteliti berasal dari populasi
(61)
3.4.1.2 Uji Asumsi Klasik
Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, multikolinieritas dan heteroskedasitas. Untuk menghasilkan model persamaam regresi yang BLUE ( Best Linier Unbiassed Estimator ) Maka harus dipenuhi tiga asumsi dasar :
a. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau independen (Ghozali, 2009:95). Hasil pengujian multikolinieritas dapat dilihat berdasarkan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Dasar pengambilan keputusan:
1. VIF ≥ 10 menunjukkan terjadinya multikolinieritas atau korelasi antar variabel independen (ukuran perusahaan, profitabilitas dan
leverage operasi).
2. VIF ≤ 10 menunjukkan tidak terjadinya multikolinieritas atau
korelasi antar variabel independen (ukuran perusahaan,
profitabilitas dan leverage operasi).
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain (Ghozali, 2009:125).
(62)
Proses pengambilan keputusan :
a. H0 : Kedua variabel tidak ada hubungan satu dengan yang lain.
b. H1: Kedua variabel ada hubungan yang signifikan satu dengan
yang lain.
Dasar pengambilan keputusan:
a. Probabilitas > 0,05 maka H0 diterima
b. Probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Masalah timbul karena residual (kesalahan
pengganggu) tidak bebas dari observasi ke observasi lainnya. Hal tersebut sering dijumpai pada runtut waktu (time series) (Ghozali, 2009:99).
Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi maka dilakukan pengujian Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut (Sulaiman, 2004:89):
1. 1,65< DW < 2,35 menunjukkan tidak adanya autokorelasi. 2. 1,21< DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 menunjukkan tidak
(63)
3. DW < 1,21 atau DW > 2,79 menunjukkan terjadinya autokorelasi.
3.4.2 Uji Hipotesis
Pengujian terhadap model regresi linier berganda pada penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap yaitu uji koefisien determinasi (R2), pengujian kecocokan model (uji F) dan pengujian individual atau parsial (uji t).
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinai (R2) berguna untuk mengukur variasi (proporsi keragaman ) total dalam variabel dependen (Y) yang dapat dijelaskan oleh seluruh variabel independen yang ada dalam model secara bersama-sama. Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan dalam menerangkan variasi-variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memeberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antar masing-masing pengamatan,
(64)
sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali, 2009:87).
b. Uji Kecocokan Model (Uji F)
Untuk memprediksi keakuratan atau kecocokan model regresi yang digunakan dalam penelitian in dapat dilakukan dengan menggunakan uji F, dengan prosedur sebagai berkut:
a. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 0,05 dengan derajat bebas (n-k), dimana n = jumlah pengamatan dan k jumlah variabel.
b. Kriteria Keputusan :
Uji kecocokan model ditolak jika α > 0,05 Uji kecocokan model diterima jika α < 0,05 c. Pengujian Individual atau Parsial (Uji t)
Uji t dimaksudkan untuk menguji pengaruh setiap variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Uji t digunakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh independen secara individu terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lain bersifat konstan (Sulaiman, 2004:87).
Formulasi hipotesis:
1.H0 : βi = 0 menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh terhadap
perubahan laba.
2.H0 : βi ≠ 0 menunjukkan bahwa ada pengaruh terhadap perubahan
(65)
Kriteria pengujian :
1.Jika t hitung < t tabel atau -t hitung > -t tabel atau signifikansi > 0,05 maka H0 diterima.
2.Jika t hitung > t tabel atau -t hitung < -t tabel atau signifikansi <0,05 maka H0 ditolak.
(66)
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Sejarah Singkat PT Bursa Efek Indonesia
Pada tanggal 13 Juli 1992, bursa efek Indonesia di swastakan dan muai menjalankan pasar saham di Indonesia, sebuah awal pertumbuhan baru setelah terhenti sejak didirikan pada awal abad ke-19. Pada tahun 1912, dengan bantuan kolonial belanda bursa efek pertama di Indonesia didirikan di Batavia, pusat pemerintah kolonial belanda yang dikenal sebagai Jakarta saat ini.
Bursa Batavia sempat ditutup selama perang dunia dan kemudian dibuka lagi pada tahun 1925. Selain bursa Batavia, pemerintah colonial belanda juga mengkeuangkan bursa parallel di Surabaya dan semarang. Namun kegiatan bursa saham ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara jepang di Batavia.
Pada tahun 1952, 7 tahun setelah Indonesia memproklamasikan
kemerdekaan, bursa saham dibua lagi di Jakarta dengan
memperdagangkan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan belanda sebelum perang dunia. Kegiatan bursa saham kemudian berhenti lagi setelah pemerintah meluncurkan program nasionalisasi pada tahun 1956.
(67)
Sebelum tahun 1997, bursa saham dibuka kembali dan ditangani oleh Badan Pelaksana pasar Modal (BAPEPAM), institusi baru dibawah departemen keuangan, Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar saham mulai meningkat seiiring dengan perkembangan pasar finansial dan sector swasta, puncak perkembangan pada tahun 1990. Pada tahun 1991 bursa saham di swatakan menjadi PT. Bursa Efek Jakarta dan menjadi salah satu bursa saham yang dinamis di Asia. Swastanisasi bursa saham menjadi PT. Bursa Efek Indonesia ini megakibatkan beralihnya fungsi BAPEPAM menjadi bahan pengawas pasar modal (BAPEPAM).
Pada Juli 2001, bursa efek Indonesia menerapkan perdagangan tanpa warkat ( scripless Traiding ) dengan tujuan untuk meningkatkan lukuiditas pasar dan menghindari peristiwa saham hilang dan pemalsuan saham dan juga untuk mempercepat proses penyelesaian transaksi.
Tahun 2002 bursa efek Indonesia mulai menerapkan perdagangan jarak jauh ( remote Traiding ) sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efisiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan.
4.1.2. Sejarah Singkat Perusahaan Otomotif 1. PT. Astra International
PT. Astra International Tbk (Perseroan) didirikan pada tahun 1957 di Bandung dan dikelola serta dipimpin oleh William Soeryadjaja, Tjien Kian Tie dan Liem peng Hong. Pada tahun 1965 PT. Astra International memusatkan kantor pusatnya di Jakarta, dan kantor Bandung dijadikan
(1)
83
c. Bagi investor hendaknya lebih teliti dalam memperhatikan laporan keuangan, khususnya yang berkaitan dengan informasi laba sebelum mengambil keputusan.
5.3. Keterbatasan dan Implikasi Penelitian 5.3.1. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari ada beberapa kendala atau keterbatasan yang mempengaruhi penelitian ini. Keterbatasan tersebut antara lain:
1. Periode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 3 tahun, periode ini masih terlalu singkat.
2. Sampel yang digunakan hanya 9 perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memiliki saham masih aktif.
3. Pengambilan sampel ini menggunakan metode purposive sampling yang berakibat pada hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi secara luas. 4. Variabel yang digunakan hanya ukuran perusahaan, profitabilitas, dan
leverage operasi sehingga tidak memberikan hasil yang optimal terhadap analisa faktor yang mempengaruhi perataan laba.
5.3.2 Implikasi Penelitian
Penelitian ini menunjukkan hasil yang signifikan sama seperti penelitian terdahulu yang dilakukan Widyanti (2012), yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage operasi berpengaruh terhadap perataan laba. Namun, arah koefisien pada variabel profitabilitas
(2)
84
dan leverage operasi penelitian ini negatif. Berarti dapat dikatakan semakin tinggi profitabilitas dan rasio leverage semakin rendah kecenderungan manajer untuk melakukan perataan laba. Alasan tingkat profitabilitas yang rendah cenderung melakukan perataan laba karena perusahaan yang profitabilitasnya rendah akan menerima dampak lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan tingkat profitabilitasnya tinggi jika terjadi variabilitas. Tindakan manajer untuk tidak melakukan perataan laba pada rasio leverage yang tinggi ini dikarenakan manajer ingin mengurangi tingkat risiko dengan melaporkan laba aktual dan untuk menunjukkan bahwa perusahaannya juga merupakan lahan yang menarik untuk menanamkan modal bagi para investor.
Adanya perbedaan ini disebabkan oleh periode penelitian yang digunakan terlalu singkat. Selain itu, penggunaan rasio yang digunakan kurang tepat dalam menjelaskan perataan laba. penelitian selanjutnya dapat menambah periode penelitian dan mengganti rasio profitabilitas yang lain untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Buku Teks:
Baridwan, Zaki, 1997, Intermediate Accounting, BPFE, Yogyakarta. ________, Zaki, 2000, Intermediate Accounting, BPFE, Yogyakarta.
Belkaoui, Ahmed Riahi, 2000, Teori Akuntansi, Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta.
Eugene, E Brigham, 2006, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi sepuluh, Jilid Dua, Salemba Empat.
Foster, 1986, Financial Statement Analysis, Englewood, New Jersey, Prentice Hall International.
Ghozali, Imam, 2009, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cetakan Keempat, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Gujarati, Damodar, 1995, Ekonometrika Dasar, Penerjemah Sumarno Zain,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.
Kasmir, 2008, Analisis Laporan Keuangan, Rajawali Pers, Jakarta.
Lukviarman, Niki, 2006, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Andalas University Press, Padang.
Munandar, M, 1979, Pokok-Pokok Intermediate Accounting, Edisi Ketiga, Charisma, Surakarta.
Munawir, 1997, Analisis Laporan Keuangan, Pernerbit Liberty, Yogyakarta. Nazir, Mochammad, 2005, Metode Penelitian, Ghalila Indonesia, Bogor. Prastowo, Dwi, 1995, Analisis Laporan Keuangan, UPP AMP YKPN.
Subramanyam, K.R dan John J. Wild, 2010, Analisis Laporan Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.
(4)
Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Sulistiawan, Dedhy, Yeni Januarsi dan Liza Alvia, 2011, Cereative Accounting, Salemba Empat, Jakarta.
Sulistyanto, Sri, 2008, Manajemen Laba : Teori dan Model Empiris, PT.Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Sumarsono, 2004, Metode Penelitian Akuntansi, UPN “Veteran” Jatim, Surabaya.
Sutrisno, 2003, Manajemen Keuangan : Teori Konsep dan Aplikasi, Penerbit Ekonisia, Yogyakarta.
Supriono, 1999, Konsep Dasar Akuntansi Manajemen dan Proses Perencanaan, Edisi Pertama, Penerbit BPFE.
Jurnal dan Penelitian:
Ashari, N., Koh H.C., Tan S.L., dan Wong W.H., 1994, Factors Affecting Income Smoothing Listed Companies in Singapore, Journal of Accounting and Business Research, Autumn, 291-304.
Assih, Prihat dan Gudono, 2000, Hubungan dan Tindakan Perataan Laba dengan Reaksi Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Atik, Asuman, 2008, Detecting Income Smoothing Behaviors of Turkish Listed
Companies Through Emprical Test Using Directionary Accounting Changes, Critical Persoektive on Accounting, Vol. 20, 591-613.
Beattie, et. al, 1994, Extraordinary Items and Income Smoothing: A positive Accounting Approuch, Jurnal of Busines Financial and Accounting, September, 791-811.
Beidleman, C.R, 1973, Income Smoothing: The Role of Management. The Accounting Review, Oktober.
(5)
Budiasih, Igan, 2009, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba, Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. 4 No. 11-14, Universitas Udayana.
Dewi, Ratih Kartika, 2010, Analisa Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan Manufaktur dan Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Universitas Diponegoro.
Eckel, 1981, The Income Smoothing Hypothesis Revisited, Vol. 17, No. 1.
Jatiningrum, 2000, Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perataan Penghasilan Bersih/ Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 2, No. 2, hal. 145-155.
Jin, Liaw She dan Mas’ud Machfoedz, 1998, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.
Machfoedz, Mas’ud, 1994, Financyal Ratio Analysis and The Prediction of Earnings Changes in Indonesia, Gajah Mada University Business review, No. 7/III hal. 114-137, Yogyakarta.
Moses, O.D, 1987, Income Smoothing and Incentives: Empirical Test Using Accounting Changes, The Accounting Review, April, 358-379.
Nasser, E.M dan Herlina, 2003, Pengaruh Size, Profitabilitas dan Leverage Terhadap Perataan Laba pada Perusahaan go Publik, Jurnal Ekonomi, vol.7, hal. 291-305.
Noviana, Sindi Retno dan Etna Nur Afri Yuyetta, 2011, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba ( Studi Empiris perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia), Jurnal Akuntansi dan Auditing, Vol. 8 No.1 hal. 70, Universitas Diponegoro.
Salno, H.N dan Baridwan, Zaki, 2000, Analisis Perataan Pengahasilan (Income Smoothing) : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya dengan Kinerja Saham Perusahaan Publik di Indonesia, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 3 No.1 hal. 17-34, Januari.
(6)
Subhekti, Yogi, 2008, faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba dan bukan Perataan Laba, UNS, Surakarta.
Suwito, Edy dan Aleen Herawati, 2005, Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba yang Dilakukan oleh Perusahaan yang Terdafatar di Bursa Efek Jakarta, Simposium Nasional Akuntansi Vol. 4 hal.15-16, September, Solo.
Syahriana, Nani, 2006, Analisis Perataan Laba dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, Universitas Islam Indonesia.
Wahid, Sulaiman, 2004, Analisis Regresi Menggunakan SPSS, Andi, Yogyakarta.
Widyanti, Cholila, 2012, Pengaruh Profitabilitas, Leverage Operasi dan Ukuran Perusahaan Terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahan Food and Beverage yang Go Public di Bursa Efek Indonesia, UPN “Veteran” Jatim.
Zuliani, Nur Farida, Zulbahridar dan Al Azhar, 2012, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Situs: