Sapi Bali Infeksi Coccidia Dan Strongyloides Pada Sapi Bali Pasca Pemberian Mineral.

dikemukakan Moran 1979 berturut-turut sebesar 51,9 dan 52,5. Hasil penelitian Arka 1984 menunjukkan bahwa kandungan lemak daging sapi Bali cukup rendah dan tanpa marbling, yang merupakan salah satu kelebihan yang dimiliki daging sapi bali. Selain itu pada berbagai lingkungan pemeliharaan di Indonesia, sapi bali memperlihatkan kemampuannya untuk berkembang biak dengan baik. Sapi bali juga memiliki daya adaptasi sangat tinggi terhadap lingkungan yang kurang baik Masudana, 1990, seperti dapat memanfaatkan pakan dengan kualitas rendah Sastradipradja, 1990, mempunyai fertilitas dan conception rate yang sangat baik Oka dan Darmadja, 1996, dan tahan terhadap parasit internal dan eksternal National Research Council, 1983.

2.2 Coccidia

Coccidia merupakan protista dari sub-filum epithelioapicomplexa yang uniseluler, berbentuk oval, membentuk spora parasit pada hewan, yang penyakitnya disebut Coccidiosis. Tiga belas spesies eimeria pada sapi yaitu: E. alabamensis, E. auburnensis, E. bovis, E. brasiliensis, E. bukidnonensis, E. canadensis, E. cylindrica, E. ellipsoidalis, E. illinoisensis, E. pellita, E. supspherica, E. wyomingensis, E. zuernii. Spesies yang dianggap paling patogen pada sapi adalah eimeria zuernii, sedangkan spesies eimeria bovis lebih sering ditemukan pada sapi Fitriastuti dkk., 2011. Coccidiosis terjadi pada hewan yang digembalakan di padang rumput terutama di musim kemarau ketika hewan mencari makan di sekitar daerah yang terkontaminasi air dan tanahnya Behrendt, 2004. Ookista eimeria bersporulasi mulai dari beberapa hari sampai beberapa minggu, tergantung pada kelembaban, temperatur, spesies, dan faktor lingkungan lainnya. Ookista sangat tahan dan bisa bertahan di bawah kondisi yang menguntungkan pada suhu minus 40 o C untuk waktu yang lama yang dapat bertahan sepanjang musim dingin Fitriastuti dkk., 2011. Coccidia mempunyai dua fase dalam siklus hidupnya yaitu fase endogen dan eksogen. Fase endogen terjadi di dalam tubuh induk semang sedangkan fase eksogen terjadi di luar tubuh induk semang Soulsby, 1982. Siklus hidup endogen terdiri dari tahap aseksual schizogony, dan tahap seksual gametogony. Reproduksi aseksual schizogony terjadi beberapa kali dan menyerang lapisan usus, diikuti oleh fase seksual di mana merozoit terlepas dalam bentuk gamet gametogony. Microgamet dan macrogamet melebur dan berkembang menjadi ookista yang akan keluar bersama feses. Di luar tubuh inang, ookista bersporulasi menjadi bentuk infektif ookista Fitriastuti dkk., 2011. Menurut Christensen 1984 dalam Gaafar, 1985, ookista dari eimeria zuernii berukuran lebar 12-15 µm, panjang 13-18 µm, berbentuk ovoid. Dinding ookista sangat halus, homogen, transparan, dan tidak berwarna sampai berwarna kuning muda. Setiap ookista dari jenis eimeria mempunyai 4 sporokista dimana masing-masing sporokista berisi 2 sporozoit. Eimeria bovis berukuran lebar 17-23 µm, panjang 23-34 µm, berbentuk ovoid dan tidak simetris, berwarna coklatkuning, mempunyai 2 dinding sel, tidak punya microphyl, oosit tidak polar, terdapat 2 gumpalan sporozoit, dan panjang x lebar sekitar 5-8 x 13-18 Fitriastuti dkk., 2011. Eimeria zuernii merupakan coccidia yang paling patogen pada sapi dan paling umum menyebabkan coccidiosis musim dingin. Coccidiosis yang disebabkan oleh eimeria zuernii menyerang saluran pencernaan khususnya usus halus, sekum, dan usus besar pada sapi. Coccidiosis pada sapi menyebabkan mortalitas yang nyata dan kerugian pada pedet yang berumur kurang dari satu tahun. Secara umum infeksi terjadi pada pedet yang berumur 3 minggu sampai 6 bulan Levine, 1995. Kerugian yang harus diperhatikan adalah ternak sapi yang dilepas dan terkadang kejadian penyakit yang parah dapat terjadi pada ternak yang dikandangkan. Kejadian ini yang sering disebut dengan coccidiosis musim dingin dan kejadian tersebut dikarenakan alas kandang yang menyediakan kehangatan dan kelembaban yang cukup untuk sporulasi ookista walau dalam keadaan suhu dibawah nol Foster, 1949 dalam Soulsby, 1982. Infeksi akut dari eimeria zuernii akan menyebakan diare berdarah pada anak sapi. Tinja akan terlihat bercak-bercak darah, kemudian diare menjadi lebih parah. Anemia, kelemahan, dan kekurusan mengikuti gejala disentri dan infeksi sekunder khususnya pneumonia sering terjadi. Fase akut ini dapat berlangsung selama 3-4 hari Levine, 1995. Pada kasus kronis gejala yang ditimbulkan berupa diare yang tidak disertai adanya darah, ternak menjadi kurus, mengalami dehidrasi dengan telinga jatuh dan mata sedikit cekung Todd dan Ernst, 1977. Eimeria bovis adalah coccidia yang cukup patogen pada ternak yang dapat menyebabkan enteritis hemoragik berat. Sporozoit yang dilepaskan dalam usus inang akan menyerang sel-sel endotel kapiler limfe bagian vili dari ileum, dimana mereka meniru, membentuk macroschizon multinuklear, yang berisi ratusan ribu merozoit generasi pertama. Generasi kedua schizonts dan gamonts kemudian berkembang dengan cepat pada sel epitel dari usus besar. Ketika ookista bersporulasi ke saluran pencernaan maka akan melepaskan 4 sporokista dan karena tercerna oleh enzim pencernaan maka sporozoit aktif dan menyerang sel- sel usus Fitriastuti dkk., 2011. Diagnosis yang akurat pada kelompok ruminansia tertentu sangat penting. Diagnosis coccidiosis didasarkan pada sejarah hewan yang terkena usia, manajemen, perkandangan, pengamatan tanda-tanda klinis dehidrasi, lemah dan diare, terutama jika kotoran bercampur darah, dan pada pengujian laboratorium menemukan ookista dalam kotoran Susilo dkk., 2014. Coccidiosis merupakan masalah yang terjadi pada kelompok ternak sapi, sehingga harus dilakukan usaha untuk melakukan pencegahan dan pengendalian secara dini. Pencegahan coccidiosis pada sapi antara lain dengan menjaga sanitasi selalu baik. Alas kandang dan tanah dapat di desinfeksi dengan menggunakan sodium hypochlorid, kresol, fenol atau difumigasi dengan formaldehid Soulsby, 1982. Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan seperti dari kelompok sulfonamide. Senyawa lain yang dapat digunakan dalam pengobatan atau pengendalian diantaranya sulfaquinoxaline, amprolium, decoquinate, lasalocid dan monensin Susilo dkk., 2014.

2.3 Strongyloides

Strongyloidiasis adalah infeksi parasit yang dapat menyerang ternak sapi, kuda, babi, dan anjing Tanaka, 1966. Strongyloides papillosus merupakan spesies yang terdapat pada mukosa usus halus ruminansia dan kelinci Schnieder, 2006. Cacing ini lebih banyak menyerang hewan muda daripada dewasa. Cacing