Strongyloides Infeksi Coccidia Dan Strongyloides Pada Sapi Bali Pasca Pemberian Mineral.

makan dan kemudian menyilih menjadi cacing jantan dan betina dewasa yang hidup bebas Levine, 1994. Infeksi dari strongyloides papillosus sering tidak menunjukkan gejala klinis Lentze dkk., 1999. Namun demikian, infeksi secara perkutan yang diikuti dengan jumlah larva infektif yang tinggi dapat menyebabkan kematian mendadak Nakamura dkk., 1994 . Gejala klinis sering terlihat pada hewan muda yang ditandai dengan gejala seperti anorexia, kelelahan, penurunan berat badan, anemia, kusam, diare dan dyspnea Stephen dan Hutchinson, 2003. Menurut Campos dkk., 2009, ternak yang berumur diatas 12 bulan yang terinfeksi oleh strongyloides papillosus dapat menyebabkan diare, kehilangan nafsu makan, terhambatnya pertumbuhan dan kematian mendadak. Pada waktu cacing menetap di intestinum, akan terjadi penebalan yang luas dari dinding usus. Infeksi strongyloides dapat didiagnosis dengan deteksi karakteristik telur dalam tinja Soulsby, 1982. Sampel feses dapat diambil langsung dari rektum atau segera setelah buang air besar dan harus diperiksa dalam waktu 6 jam setelah dikumpulkan. Disamping pemeriksaan dengan metode sedimentasi dan pengapungan, pemeriksaan dengan metode Baermann harus digunakan, karena L1 larva strongyloides dapat menetas dari telur dalam beberapa waktu setelah keluar dari rektum ternak Kvac dan Vitovec, 2007. Untuk pengobatan diberikan ivermectine 0,2 mgkg bb, thiabendazole 100- 150 mgkgbb selama 3 hari, dan obat benzimidazole, febanthel dan levamisol yang sangat efektif. Program pengobatan pada induk sebelum melahirkan merupakan langkah efektif untuk menekan terjadinya penularan dari induk ke anak Viney dan Lok, 2007.

2.4 Mineral

2.4.1 Mineral Makro

A. Kalsium Ca

Mineral kalsium Ca adalah salah satu mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh ternak. Mineral Ca sangat penting sebagai komponen struktural tulang dan gigi dan non struktural metabolisme dan jaringan lemak. Defisiensi mineral ini akan mengakibatkan terjadinya gangguan pertumbuhan hewan muda, kehilangan berat badan, penurunan nafsu makan, kelemahan, peningkatan hipersensitivitas dan bila defisiensi cukup berat maka akan terjadi perubahan pada tulang yang ditandai dengan penurunan mineralisasi, gangguan pertumbuhan, perubahan bentuk dan fraktur seperti yang terjadi pada rakhitis, osteomalasia dan osteoporosis McDonald dkk., 2010.

B. Fosfor P

Fosfor P merupakan makromineral yang sangat esensial bagi tubuh baik pada manusia maupun ternak. Kurang lebih 85 P dalam tubuh berada dalam tulang dan selebihnya berada di jaringan lunak dan cairan tubuh. Mineral tersebut berperan penting dalam berbagai fungsi seperti permeabilitas sel, proses enzimatik, penyusun dinding sel, sistem penyangga cairan tubuh, transmisi genetik, sumber energi tubuh dan regulasi metabolisme lemak, protein dan karbohidrat McDonald dkk., 2010. Defisiensi P sering terjadi pada hewan yang digembalakan karena rumput padang gembala umumnya memiliki kandungan P yang rendah dan adanya nutrien lain yang tertelan bersama P , seperti Al dan F, yang menyebabkan P sulit diabsorpsi McDowell, 1992 atau pada hewan yang mengalami gangguan absorpsi seperti pada infestasi parasit gastrointestinal Wilson dan Field, 1983.

C. Kalium K

Di dalam sel, mineral kalium berfungsi sebagai katalisator dalam reaksi biologik, terutama dalam proses metabolisme energi dan sintesis glikogen Darmono dan Bahri, 1989. Kekurangan kalium jarang terjadi selama ternak diberikan hijauan yang cukup. Defisiensi kalium pada ruminansia tidak menunjukkan gejala klinis yang spesifik, tetapi ditandai dengan penurunan nafsu makan yang merupakan gejala awal dari defisiensi kalium Besung, 2013.

D. Natrium Na

Natrium merupakan salah satu mineral yang penting dalam tubuh dan berperan dalam menjaga keseimbangan tubuh. Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraselular. Defisiensi natrium Na, dapat menyebabkan gejala seperti, nafsu makan menurun, pertumbuhan menjadi lambat, efisiensi penggunaan pakan sangat rendah, terjadi kelemahan otot, hipertropi jantung dan ginjal, fertilitas menurun pada pejantan serta keterlambatan dewasa kelamin pada betina Besung, 2013.

E. Magnesium Mg

Mineral magnesium sangat diperlukan tubuh hewan untuk proses metabolisme energi, penggunaan glukosa, sintesis protein, pemecahan asam