2.1.4 Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan domain kognitif Notoatmodjo, 2007.
Apabila melalui angket, instrumen atau alat ukur yang digunakan seperti wawancara, jawaban responden disampaikan lewat tulisan. Metode pengukuran
melalui angket ini sering disebut dengan “self administered” atau metode mengisi sendiri. Menurut Notoatmodjo 2007, mengemukakan bahwa yang mengetahui
secara kualitas tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat dibagi menjadi
tiga tingkatan :
a. tingkat pengetahuan baik bila skor 76-100
b. tingkat pengetahuan cukup bila skor 56-75
c. tingkat pengetahuan kurang bila skor 0-55
2.1.5 Pengetahuan Perawat dalam Mencegah Dekubitus
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya dekubitus, diantaranya dengan perbaikan keadaan umum pasien, pemeliharaan dan perawatan
kulit yang baik, papan atau alas tempat tidur yang baik, pencegahan terjadinya luka dan perubahan posisi. Selain pencegahan dekubitus juga dapat dilakukan
dengan mengkaji resiko klien terkena dekubitus, dengan melakukan pijatan pada tubuh maupun edukasi pada klien dan support sistem. Pengetahuan pencegahan
dekubitus ini harus dimiliki perawat dan diikuti dengan sikap positif dan dipraktekkan dalam asuhan keperawatan. Antara pengetahuan, sikap dan perilaku
selayaknya berjalan secara sinergis karena terbentuknya perilaku baru akan dimulai dari domain kognitifpengetahuan, yang selanjutnya akan menimbulkan
respon batin dalam bentuk sikap dan dibuktikan dengan adanya tindakan atau praktek. Pada jurnal Nurses Society, Guideline for prevention and management of
pressure ulcers 2010 dijelaskan bahwa pengetahuan yang harus dimiliki oleh perawat dalam pencegahan dekubitus adalah mengetahui tanda dan gejala dari
dekubitus dan mampu mengkaji pencegahan dekubitus. Menurut Siti Maryam 2011, pencegahan dekubitus dapat dilakukan dengan:
1. Mengkaji risiko individu terhadap kejadian dekubitus atau luka tekan.
Pengkajian risiko luka tekan seharusnya dilakukan pada saat pasien memasuki RS dan diulang dengan pola yang teratur atau ketika ada perubahan yang
signifikan, seperti pembedahan atau penurunan status kesehatan. Beberapa instrumen pengkajian risiko dapat digunakan untuk mengetahui skor risiko.
Diantara skala yang sering digunakan adalah skala norton.
Tabel 2.1. Pengkajian Skor Norton www.slideshare.netiksan008_ndutas-uhan-keperawatan
2. Mengidentifikasi kelompok-kelompok yang beresiko tinggi terhadap kejadian
luka tekan. Orang tua dengan usia lebih dari 60 tahun, bayi, dan neonatal, pasien injuri tulang belakang, pasien dengan bedrest adalah kelompok yang
mempunyai risiko tinggi terhadap kejadian luka tekan. 3.
Mengkaji keadaan kulit secara teratur. a.
Pengkajian kulit setidaknya sehari sekali b.
Mengkaji semua daerah di atas tulang yang menonjol setidaknya sehari sekali
c. Kulit yang kemerahan dan daerah di atas tulang yang menonjol seharusnya
tidak dipijat karena pijatannya yang keras dapat mengganggu perfusi ke jaringan.
4. Mengkaji status mobilitas
Untuk pasien yang lemah, lakukanlah perubahan posisi. Ketika menggunakan posisi lateral, hindari tekanan secara langsung pada daerah trochanter. Untuk
menghindari luka tekan di daerah tumit, gunakanlah bantal yang diletakkan di bawah kaki. Bantal juga dapat digunakan pada daerah berikut untuk
mengurangi kejadian luka tekan yaitu di antara lutut kanan dan kiri, di antara mata kaki, dibelakang punggung, dan di bawah kepala.
5. Meminimalkan terjadinya tekanan
Hindari menggunakan kassa yang berbentuk donat di tumit. Perawat rumah sakit di Indonesia masih sering menggunakan donat yang dibuat dari kasa atau
balon untuk mencegah luka tekan. 6.
Mengkaji dan meminimalkan terhadap pergesekan friction dan tenaga yang merobek shear.
Bersihkan dan keringkan kulit secepat mungkin setelah inkontinensia. Kulit yang lembab mengakibatkan mudahnya terjadi pergeseran dan perobekan
jaringan. Pertahankan kepala tempat tidur pada posisi 30 atau di bawah 30 derajat untuk mencegah pasien mengalami pergesekan yang dapat
mengakibatkan terjadinya perobekan jaringan. 7.
Mengkaji inkontinensia Kelembaban yang disebabkan oleh inkontinensia dapat menyebabkan maserasi.
Lakukanlah latihan untuk melatih kandung kemih bladder training pada pasien yang mengalami inkontinensia. Hal lain yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya luka tekan adalah: a.
Bersihkanlah setiap kali lembab dengan pembersih
b. Hindari menggosok kulit dengan keras karena dapat mengakibatkan
trauma pada kulit c.
Pembersih perianal yang mengandung antimikroba topikal dapat digunakan untuk mengurangi jumlah mikroba di daerah kulit perianal
d. Gunakanlah air yang hangat atau sabun yang lembut untuk mencegah
kekeringan pada kulit e.
Berikanlah pelembab pada pasien setelah dimandikan untuk mengembalikan kelembaban kulit
f. Bila pasien menggunakan diaper, pilihlah diaper yang memiliki daya serap
yang baik, untuk mengurangi kelembapan kulit akibat inkontinensia. 8.
Mengkaji status nutrisi Mengkaji status nutrisi yang meliputi berat badan pasien, intake makanan,
nafsu makan, ada tidaknya masalah dengan pencernaan, gangguan pada gigi, riwayat pembedahan atau intervensi keperawatanmedis yang mempengaruhi
intake makanan 9.
Mengkaji dan memonitor luka tekan pada setiap penggantian balutan luka meliputi:
a. Deskripsi dari luka tekan meliputi lokasi, tipe jaringan granulasi, nekrotik,
eschar, ukuran luka, eksudat jumlah, tipe, karakter, bau, serta ada tidaknya infeksi
b. Stadium dari luka tekan
c. Kondisi kulit sekeliling luka
d. Nyeri pada luka
10. Mengkaji faktor yang menunda status penyembuhan
a. Penyembuhan luka seringkali gagal karena adanya kondisi-kondisi seperti
malignansi, diabetes, gagal jantung, gagal ginjal, pneumonia b.
Medikasi seperti steroid agen imunosupresif, atau obat anti kanker juga akan mengganggu penyembuhan luka
11. Mengevaluasi penyembuhan luka
a. Luka tekan stadium II seharusnya menunjukkan penyembuhan luka dalam
waktu satu sampai dua minggu. Pengecilan ukuran luka setelah dua minggu juga dapat digunakan untuk memprediksi penyembuhan luka. Bila
kondisi luka memburuk, evaluasi luka secepat mungkin b.
Menggunakan parameter untuk penyembuhan luka termasuk dimensi luka, eksudat, dan jaringan luka
12. Mengkaji komplikasi yang potensial terjadi karena luka tekan seperti abses,
osteomielitis, bakterimia, fistula.
2.2 Konsep Dekubitus