Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap Caregiver Pasien Stroke

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP CAREGIVER PASIEN STROKE

OLEH:

VINOD RAJ MANIKAM 100100420

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP CAREGIVER PASIEN STROKE

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

OLEH:

VINOD RAJ MANIKAM

100100420

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

(4)

ABSTRAK

Stroke merupakan penyakit serebrovaskular yang semakin sering dijumpai. Selain itu stroke merupakan penyebab utama kematian ketiga di sebagian besar negara, diperkirakan separuh dari pasien akan meninggal atau tetap tergantung secara fisik. Diperkirakan 50 juta penderita stroke di seluruh dunia saat ini menghadapi defisit fisik, kognitif, dan emosional yang signifikan, dan 25% sampai 74% dari korban ini membutuhkan beberapa bantuan atau sepenuhnya tergantung pada caregiver untuk aktivitas sehari-hari. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap caregiver pasien stroke.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional yang dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang telah dibagikan kepada caregiver pasien stroke yang hadir bersama pasien stroke untuk kontrol obat di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Subyek penelitian berjumlah 42 orang dengan sampel diperoleh dengan cara consecutive sampling, pemilihan subjek sebagai sampel dilakukan secara berurutan, dimana semua subjek yang memenuhi seluruh kriteria inklusi dimasukkan dalam penelitian sampai jumah subjek yang diperlukan terpenuhi.

Hasil yang diperoleh setelah dilakukan proses analisis data menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan caregiver tinggi (52,4%) dan mayoritas caregiver pasien stroke memiliki sikap negatif (90,5%). Oleh sebab itu, perlu ditingkatkan sikap caregiver pasien stroke untuk meningkatkan kelangsungan hidup pasien stroke.


(5)

ABSTRACT

Stroke is a cerebrovascular disease are often found. The stroke is the third leading cause of death in most countries, an estimated half of the patients will die or remain physically dependent. An estimated 50 million stroke survivors worldwide are currently facing a deficit of physical, cognitive, and emotional, about 25% to 74% of these victims need some help or completely dependent on caregivers for activities of daily living. This study was conducted to determine the relationship between knowledge level with attitudes of caregiver of stroke patients.

This study is an analytic study with cross-sectional design is done using a questionnaire distributed to caregivers of stroke patients who come with stroke patients to control drug in the General Hospital Center for H. Adam Malik.The research subjects are 42 people with the sample obtained by consecutive sampling, the selection of subjects in the sample are performed sequentially, where all subjects who fulfilled all the inclusion criteria are included in the study until the sheer number of subjects required are met.

The results obtained after the analysis of the data showed that high levels of caregiver knowledge (52,4%) and majority of caregivers of stroke patients have a negative attitude (90,5%). Therefore, needs to improve the attitude of caregiver of stroke patient so that the survival of stroke patient will be improved.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan kasih dan kurnia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “ Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Caregiver Pasien Stroke”.

Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya kepada :

1. Rasa hormat dan terima kasih yang tidak terhingga saya persembahkan kepada orang tua saya, ayahanda Manikam M. Subramaniam dan Ibunda Chandrakantha Gopal, tanta saya Susila Devi M. Subramaniam serta saudara saya Krishana, Anandha Raj, Shangkari dan Lavaneya atas doa, perhatian dan dukungan tanpa henti selama ini dan akan terus saya terima. 2. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Alfansuri Kadri, SpS, selaku dosen pembimbing penulis. Terima kasih atas segala bimbingan, ilmu, dan waktu yang diluangkan untuk membimbing penulis.

4. Seluruh civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU), teristimewa kepada dosen dan staf departemen IKK serta staf Medical Education Unit (MEU).

5. dr. Ariyati Yosi, SpKK, dr. Winra Pratita, M.Ked (Ped), Sp. A dan dr. Alya Amila Fitrie, M.Kes, selaku dosen penguji saya yang telah banyak membantu dan memberikan arahan dan masukan kepada saya dalam penyelesaian penelitian ini.

6. Teman seperjuangan saya dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, Abdillah Lubis.

7. Sahabat-sahabat terbaik saya yang telah memberikan waktu, saran, nasehat, dan semangatnya kepada saya dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, Vethanayaki Sellappan, Hemalatha Manickam, Perishanthini


(7)

Veeranan, Thilakam Kanthasamy, Rajeshwari Jayapalan, Kamaleshwaran Chandran, dan Padmasuria Muniandy.

8. Seluruh staf di Ruang Penyimpanan Rekam Medis RSUP H. Adam Malik Medan, atas bantuan dalam proses pengambilan data penelitian ini.

9. Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan.

Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih banyak hal yang harus disempurnakan. Untuk itu, penulis mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua, dan penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat diterima dan memberikan informasi serta sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak. Terima kasih.

Medan, 09 Januari 2014, Penulis,


(8)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Abstak ... ii

Abstact ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUANPUSTAKA ... 6

2.1. Pengetahuan ... 6

2.1.1. Definisi pengetahuan ... 6

2.1.2. Tingkatan pengetahuan ... 6

2.1.3. Pengukuran pengetahuan ... 8

2.2. Sikap ... 8

2.2.1. Definisi Sikap ... 8

2.2.2. Tingkatan Sikap ... 9

2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap ... 9

2.2.4. Pengukuran sikap ... 10

2.3. Konsep Stroke ... 10


(9)

2.3.2. Definisi Stroke ... 12

2.3.3. Epidemiolgi ... 12

2.3.4. Etiologi ... 13

2.3.5. Faktor Risiko ... 13

2.3.6. Klasifikasi ... 14

2.3.7. Patologi Stroke ... 15

2.3.8. Patofisiologi ... 16

2.3.9. Pemeriksaan Diagnosis ... 17

2.3.10. Diagnosis Banding ... 18

2.3.11. Penatalaksanaan ... 18

2.3.13.1. Stadium Hiperakut ... 18

2.3.13.2. Stadium Akut ... 18

2.3.13.3. Stroke Subakut ... 22

2.3.12. Pencegahan ... 22

2.3.13. Komplikasi ... 23

2.3.14. Prognosis ... 24

2.4. Caregivers ... 24

2.4.1. Definisi Caregiver ... 24

2.4.2.Kondisi Penerima Perawatan ... 24

2.4.3.Kehadiran Caregiver Lain ... 25

2.4.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Caregiver ... 26

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 29

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 29

3.2. Hipotesis ... 29

3.3. Definisi Operasional ... 29

3.3.1.Variable Independen ... 29

3.3.2. Variable Dependen ... 30


(10)

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 32

4.1. Jenis Penelitian ... 32

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

4.3.1. Populasi Penelitian ... 32

4.3.2. Sampel Penelitian ... 33

4.4. Metode Pengambilan Data ... 34

4.5. Instrumen Penelitian ... 34

4.6. Metode Analisis Data ... 34

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

5.1. Hasil Penelitian ... 36

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 36

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel ... 36

5.1.3. Karakteristik Caregiver ... 36

5.1.4. Pengetahuan Caregiver ... 39

5.1.5. Sikap Caregiver ... 41

5.1.6. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Caregiver.. ... 45

5.2. Pembahasan ... 46

5.2.1. Karakteristik Caregiver ... 46

5.2.2.Variabel Penelitian ... 49

5.2.2.1. Pengetahuan Caregiver ... 49

5.2.2.2. Sikap Caregiver ... 50

5.2.3. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Caregiver ... 51

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

6.1. Kesimpulan ... 54

6.2. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

Daftar Tabel

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Faktor Risiko Stroke 13

Tabel 5.1. Distribusi Caregiver menurut Jenis Kelamin 37

Tabel 5.2. Distribusi Caregiver menurut Umur 37

Tabel 5.3. Distribusi Caregiver menurut Tingkat Pendidikan 37

Tabel 5.4. Distribusi Caregiver menurut Tingkat Penghasilan 38

Tabel 5.5. Distribusi Caregiver menurut Pengalaman 38

Tabel 5.6. Distribusi Gambaran Tingkat Pengetahuan 39

Caregiver Pasien Stroke

Tabel 5.7. Distribusi Caregiver menurut Tingkat Pengetahuan 41 Tabel 5.8. Distribusi Gambaran Sikap Caregiver Pasien Stroke

42

Tabel 5.9. Distribusi Caregiver menurut Sikap 45

Tabel 5.10. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap 45

Caregiver Pasien Stroke


(12)

Daftar Gambar

Nomor Judul Halaman


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Daftar Riwayat Hidup

LAMPIRAN 2 Lembar Penjelasan kepada Calon Penelitian

LAMPIRAN 3 Lembar Persetujuan Subjek Penelitian

LAMPIRAN 4 Kuisioner

LAMPIRAN 5 Lembar Ethical Clearance

LAMPIRAN 6 Surat Izin Penelitian

LAMPIRAN 7 Master Table


(14)

ABSTRAK

Stroke merupakan penyakit serebrovaskular yang semakin sering dijumpai. Selain itu stroke merupakan penyebab utama kematian ketiga di sebagian besar negara, diperkirakan separuh dari pasien akan meninggal atau tetap tergantung secara fisik. Diperkirakan 50 juta penderita stroke di seluruh dunia saat ini menghadapi defisit fisik, kognitif, dan emosional yang signifikan, dan 25% sampai 74% dari korban ini membutuhkan beberapa bantuan atau sepenuhnya tergantung pada caregiver untuk aktivitas sehari-hari. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap caregiver pasien stroke.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional yang dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang telah dibagikan kepada caregiver pasien stroke yang hadir bersama pasien stroke untuk kontrol obat di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Subyek penelitian berjumlah 42 orang dengan sampel diperoleh dengan cara consecutive sampling, pemilihan subjek sebagai sampel dilakukan secara berurutan, dimana semua subjek yang memenuhi seluruh kriteria inklusi dimasukkan dalam penelitian sampai jumah subjek yang diperlukan terpenuhi.

Hasil yang diperoleh setelah dilakukan proses analisis data menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan caregiver tinggi (52,4%) dan mayoritas caregiver pasien stroke memiliki sikap negatif (90,5%). Oleh sebab itu, perlu ditingkatkan sikap caregiver pasien stroke untuk meningkatkan kelangsungan hidup pasien stroke.


(15)

ABSTRACT

Stroke is a cerebrovascular disease are often found. The stroke is the third leading cause of death in most countries, an estimated half of the patients will die or remain physically dependent. An estimated 50 million stroke survivors worldwide are currently facing a deficit of physical, cognitive, and emotional, about 25% to 74% of these victims need some help or completely dependent on caregivers for activities of daily living. This study was conducted to determine the relationship between knowledge level with attitudes of caregiver of stroke patients.

This study is an analytic study with cross-sectional design is done using a questionnaire distributed to caregivers of stroke patients who come with stroke patients to control drug in the General Hospital Center for H. Adam Malik.The research subjects are 42 people with the sample obtained by consecutive sampling, the selection of subjects in the sample are performed sequentially, where all subjects who fulfilled all the inclusion criteria are included in the study until the sheer number of subjects required are met.

The results obtained after the analysis of the data showed that high levels of caregiver knowledge (52,4%) and majority of caregivers of stroke patients have a negative attitude (90,5%). Therefore, needs to improve the attitude of caregiver of stroke patient so that the survival of stroke patient will be improved.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Stroke merupakan penyakit serebrovaskular yang semakin sering dijumpai. Telah diperkirakan bahwa pada tahun 1990-an stroke menyebabkan 4,4 juta kematian per tahun di seluruh dunia. Selain itu stroke merupakan penyebab utama kematian ketiga di sebagian besar negara, diperkirakan separuh dari pasien akan meninggal atau tetap tergantung secara fisik. Insiden stroke meningkat dengan usia, dan konsekuensi dari perubahan demografis dapat mengakibatkan stroke menjadi penyebab meningkatnya mortalitas dan morbiditas. Di Indonesia, stroke merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama terkait dengan kematian yang tinggi, kecacatan, dan biaya keuangan yang tinggi (Al Rasyid et al, 2006). Sekitar 400 orang tiap 100.000 penduduk di atas usia 45 tahun mengalami serangan stroke yang pertama kali setiap tahun di Amerika Serikat, Eropa, dan Australia. Kecenderungan perbaikan setelah stroke bervariasi dengan sifat dan keparahan defisit yang muncul secara dini. Sekitar 35 persen penderita dengan kelumpuhan dini pada tungkai bawah tidak kembali ke fungsi yang berguna, dan 20 sampai 25 persen dari semua korban stroke tidak dapat berjalan tanpa bantuan fisik lengkap. Enam bulan setelah stroke, sekitar 65 persen pasien tidak dapat melakukan aktivitas yang biasa dilakukanya dengan tangan yang terkena dampak stroke. Hasil kurang memuaskan dalam perbaikan tungkai atas, kemungkinan setelah infark hemisfer, ketika kaki tidak bisa bergerak selama dua minggu dan tangan tidak memiliki gerakan atau hanya sedikit fleksi pada jari tanpa membuka selama empat minggu, konsisten dengan kerusakan besar pada saluran kortikospinalis (Dobkin, 2005).

Stroke merupakan penyebab kematian tersering ketiga di Amerika dan merupakan penyebab utama disabilitas serius jangka panjang. Delapan puluh lima persen stroke adalah non-hemoragik yang terdiri dari 25% akibat small vessel


(17)

disease (stroke lakunar), 25% akibat emboli dari jantung (stroke tromboemboli) dan sisanya akibat large vessel disease (Yuniadi, 2010). Di Amerika Serikat, angka kejadian stroke pertama dan berulang adalah sekitar 795 000 per tahun, dan prevalensi stroke individu di atas usia 20 tahun diperkirakan mencapai 6,5 juta. Tingkat mortalitas pada 30 hari pertama setelah stroke telah menurun karena kemajuan dalam pengobatan darurat dan perawatan stroke akut.

Stroke merupakan penyebab utama kecacatan jangka panjang dalam Amerika Serikat. Diperkirakan 50 juta penderita stroke di seluruh dunia saat ini menghadapi defisit fisik, kognitif, dan emosional yang signifikan, dan 25% sampai 74% dari korban ini membutuhkan beberapa bantuan atau sepenuhnya tergantung pada caregiver untuk aktivitas sehari-hari (Miller et al, 2010). Caregiver diartikan sebagai keluarga pasien atau pemberi perawatan yang dibayar atau tidak dibayar yang hadir untuk merawat pasien stroke yang menerima perawatan rehabilitasi di rumah sakit dan mengurus pasien di rumah setelah discharge. Caregiver adalah mereka yang memberi perawat pasien stroke di rumah seperti: memberi obat-obatan, memberi makanan, menjaga higienis, menyediakan transportasi dan membawa pasien ke rumah sakit, mencegah komplikasi stroke dan melakukan pencegahan supaya tidak terjadi stroke ulang pada pasien mereka (Greenwald et al, 2009).

Di kalangan orang Australia, stroke adalah penyebab ketiga kematian yang merupakan penyebab yang paling umum dan penyebab utama kecacatan jangka panjang. Ini menempatkan tuntutan besar kepada caregiver. Stroke merupakan beban keuangan yang sangat besar tidak hanya bagi caregiver keluarga pasien tetapi juga bagi masyarakat secara keseluruhan. Presentasi awal di rumah sakit dan peningkatan kontrol faktor risiko stroke akan memberikan peluang yang lebih besar untuk pengobatan stroke yang efektif dan pencegahan (Yoon et al, 2001).

Diperkirakan bahwa lebih dari 50 juta orang memberikan perawatan untuk orang sakit kronis atau cacat setiap tahun di Amerika Serikat. Stroke adalah penyakit yang mematikan, umumnya membutuhkan caregiver untuk memberikan perawatan bagi pasien stroke yang menjalani proses rehabilitasi. Namun, merawat


(18)

pasien stroke bisa menjadi tugas yang menimbulkan stres. Banyak caregiver menghadapi berbagai masalah termasuk kesulitan keuangan, isolasi sosial, kurangnya informasi, dan kesehatan fisik dan mental yang buruk. Mengajar caregiver untuk mengatasi masalah ini dan untuk menghilangkan stres mereka sendiri sangat penting, dan ada beberapa bukti bahwa kesejahteraan mereka mempengaruhi kesehatan dan pemulihan pasien stroke. Pengajaran keterampilan tersebut telah banyak digunakan dalam mengobati kondisi klinis, seperti depresi, fobia, kecemasan, dan kecanduan. Namun demikian, penggunaannya dalam perawatan stroke belum ditinjau, meskipun pengajaran untuk caregiver tentang pemecahan masalah yang efektif sudah ada sejak akhir 1980-an. Selain itu, sedikit sekali pemahaman tentang kemampuan caregiver dalam pemecahan masalah, memahami konsep-konsep teoritis dan kerangka kerja yang mendukung pemecahan masalah yang mereka hadapi (Lui, 2005).

Banyak penderita stroke mengalami gangguan jangka panjang dalam fungsi fisik, psikososial, dan kognitif yang merupakan tantangan berat untuk caregiver. Selain itu, banyak juga studi yang telah meneliti masalah pasien yang dilaporkan oleh caregiver stroke dan dampak stres pengasuhan pada caregiver yang mengalami depresi, kecemasan, dan penurunan kualitas hidup, tetapi sangat sedikit penelitian yang menilai laporan caregiver tentang masalah-masalah khusus selama rentang waktu tertentu dan dalam evaluasi tingkat stress yang dialami oleh caregiver (Haley et al, 2009).

Selain itu, beberapa tahun terakhir ini ada peningkatan kesadaran terhadap peranan caregiver dalam manajemen jangka panjang pasien stroke, dan ada perkembangan dalam literatur mengenai beban pengasuhan, hasil pengasuhan yang buruk, kurangnya dukungan caregiver, dan keberhasilan yang tidak begitu jelas, dengan intervensi yang bertujuan untuk meringankan beban caregiver. Hal ini jelas bahwa penekanan dalam rehabilitasi stroke perlu beralih dari pendekatan yang berfokus pada pasien ke pendekatan yang berfokus gabungan daripada pasien dan caregiver karena mereka merupakan orang yang sangat penting dalam memelihara keuntungan rehabilitasi dan kesejahteraan jangka panjang penderita stroke. Namun, keberhasilan upaya awal untuk mendukung para caregiver masih


(19)

terbatas, terutama karena faktor-faktor penentu beban pengasuhan dan kebutuhan caregiver tetap kurang dipahami (McCullagh et al, 2005).

Berdasarkan latar belakang diatas, jelas tampak bahwa penting untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap yang benar dalam memberi perawatan kepada pasien stroke. Oleh kerana itu peneliti tertarik untuk mengetahui sejauh mana pemahaman caregiver tentang pengetahuan tentang stroke dan sikap caregiver terhadap pasien stroke.

1.2. Rumusan masalah

Bagaimanakah hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap caregiver pada pasien stroke di RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2013 ?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap caregiver dalam pemberian perawatan kepada pasien stroke.

1.3.2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik caregiver pasien stroke.

b. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan caregiver tentang perawatan pasien stroke.

c. Mengetahui gambaran sikap caregiver tentang perawatan pasien stroke.

1.4. Manfaat penelitian

a.Bagi Pelayanan Kesehatan

Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi penderita stroke dan caregiver pasien stroke, khususnya dalam proses pemulangan dari rumah sakit.


(20)

b. Bagi Caregiver.

Untuk menambah pengetahuan caregiver tentang tugas kesehatan yang harus mereka lakukan, sehingga dapat mencegah terjadinya stroke berulang pada pasien yang mereka rawat.

c.Bagi Penelititian Kedokteran.

Meningkatkan pengetahuan peneliti tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap caregiver dalam pemberian perawatan stroke.


(21)

BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Berdasarkan pengalaman dan penelitian, perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih kekal daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

2.1.2. Tingkatan Pengetahuan

Berdasarkan Notoatmodjo (2007) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.


(22)

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengintepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, prinsip, metode dan sebagainya dalam konteks lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja seperti dapat menggambarkan (membuat skema), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan dan dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.


(23)

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek, penilaian didasarkan pada kriteria tertentu.

2.1.3. Pengukuran Pengetahuan

Pengetahuan dapat diukur dengan melakukan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan pengetahuan diatas (Notoatmodjo, 2007).

2.2. Sikap (attitude) 2.2.1. Definisi Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Menurut Newcomb (seorang ahli psikologis sosial) dalam Notoatmodjo (2007), sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).


(24)

2.2.2. Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2010) seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yaitu:

a. Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi tingkat ketiga. d. Bertanggungjawab (responsible), bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Azwar (2005) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sikap adalah :

1. Pengalaman Pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

3. Pengaruh Kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai


(25)

sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

4. Media Massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan yang tidak mengherankan jika konsep tersebut mempengaruhi sikap.

6. Faktor Emosional

Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

2.2.4. Pengukuran Sikap

Sikap diukur dengan hanya minta pendapat atau penilaian terhadap fenomena yang diwakili dengan pernyataan (bukan pertanyaan). Biasanya responden diminta pendapatnya terhadap pernyataan- pernyataan dengan mengatakan atau memilih setuju, tidak setuju; baik; tidak baik; menerima; tidak menerima; atau senag, tidak senang. Akan tetapi, karena dua pilihan tersebut kurang tajam, Likert membuat skala yaitu Skala Likert misalnya dengan memilih jawaban empat, bila sangat setuju; tiga, bila setuju; dua, bila tidak setuju; dan satu, bila sangat tidak setuju (Oskup dan Schult, 2005).

2.3. Konsep Stroke

2.3.1. Anatomi Arteri Serebral

Pengetahuan tentang anatomi suplai darah otak membantu dalam diagnosis dan pengelolaan penyakit serebrovaskular serta mengidentifikasi


(26)

area otak yang berkorelasi dengan gejala pasien dan mengidentifikasi arteri yang terkena. Otak disuplai oleh dua arteri karotis interna (anterior) dan arteri basilar (dibentuk oleh penggabungan dari kedua arteri vertebralis secara posterior). Tiga pembuluh darah yang memberi makan ke cincin anastomotik di dasar otak yang disebut cicrle of Willis. Pengaturan ini dapat mengurangi efek oklusi pembuluh darah pengisi proksimal anastomosis dengan memungkinkan pasokan dari pembuluh darah yang terpengaruh. Anatomi circle of Willis bagaimanapun, sangat bervariasi dan banyak orang itu tidak memberikan banyak perlindungan dari iskemia karena karotis, vertebral, atau oklusi arteri basilar (Longmore et al, 2010).

Gambar 2.1. Menunjukkan Circle of Willis


(27)

2.3.2. Definisi Stroke

Menurut World Health Organization (WHO) adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal atau global, dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler (Israr, 2008).

2.3.3. Epidemiologi

Penyakit serebrovaskular merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan kematian di Amerika Serikat. Stroke memiliki peningkatan insiden dan prevalensi dengan bertambahnya usia tapi bukan merupakan penyakit terbatas pada lansia. Insiden tampaknya menjadi 0,5 per 1000 pada usia 40 tahun, meningkat menjadi sekitar 70 per 1000 pada usia 70 tahun, dengan kejadian tahunan bervariasi 1,5-4 per 1000 penduduk dan prevalensi dari 5 sampai 20 per 1000 penduduk. Lebih dari 700.000 orang menderita stroke setiap tahun di Amerika Serikat dan stroke adalah penyebab utama kematian ketiga pada orang dewasa. Ada tingkat kematian 20 persen dalam 3 hari pertama dan tingkat kematian 25 persen pada tahun pertama. Meskipun risiko seumur hidup dari stroke lebih tinggi pada pria, tapi risiko kematian akibat stroke tertinggi pada wanita. Ini adalah hasil dari wanita yang lebih tua daripada laki-laki pada awal stroke dan harapan hidup yang lebih lama pada wanita, yang merupakan proposi lebih besar dari korban stroke pada lansia. Untuk setiap 100 korban, 10 dapat kembali bekerja tanpa gangguan, 30 memiliki cacat sisa ringan, 50 memiliki cacat lebih parah yang memerlukan layanan khusus dalam situasi perawatan di rumah, dan 10 membutuhkan perawatan institusi permanen (Gilroy, 2000).


(28)

2.3.4. Etiologi

a. Stroke non-hemoragik (stroke iskemik, infark otak, penyumbatan)

Iskemia jaringan otak timbul akibat sumbatan pada pembuluh darah serviko-kranial atau terjadinya hipoperfusi jaringan otak oleh berbagai faktor seperti aterotrombosis, emboli, atau ketidakstabilan hemodinamik. Aterotrombosis terjadi pada arteri arteri besar dari daerah kepala dan leher dan dapat juga mengenai pembuluh arteri kecil atau percabangannya. Trombus yang terlokalisasi terjadi akibat penyempitan pembuluh darah oleh plak aterosklerotik sehingga menghalangi aliran darah pada bagian distal dari lokasi penyumbatan. Gejala neurologis yang muncul tergantung pada lokasi pembuluh darah otak yang terkena (Israr, 2008).

b. Stroke Hemoragik :

Perdarahan intraserebral

Perdarahan intraserebral ditemukan pada 10 persen dari seluruh kasus stroke, terdiri dari 80 persen di hemisfer otak dan sisanya di batang otak dan serebelum (Israr, 2008).

Perdarahan subarakhnoid

Perdarahan subarakhnoid adalah suatu keadaan dimana terjadi perdarahan di ruang subarakhnoid yang timbul secara primer (Israr, 2008).

2.3.5. Faktor Risiko

Menurut Israr (2008) ada beberapa faktor risiko stroke (Tabel 2.1.).

Tabel 2.1. Faktor risiko stroke

Dapat dikendalikan Potensial dapat dikendalikan Tidak dapat

dikendalikan

• Hipertensi • Diabetes Mellitus • Umur

• Penyakit jantung • Hiperhomosisteinemia • Jenis


(29)

2.3.6. Klasifikasi

Stroke diklasifikasikan sebagai berikut (Israr, 2008) : 1. Berdasarkan kelainan patologis

a. Stroke hemoragik

• Perdarahan intra serebral

• Perdarahan ekstra serebral (subarakinoid)

b. Stroke non-hemoragik (stroke iskemik, infark otak, penyumbatan)

• Stroke akibat trombosis serebri

• Emboli serebri

• Hipoperfusi sistemik

2. Berdasarkan

waktu terjadinya

Transient Ischemic Attack (TIA)

Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)

Stroke In Evolution (SIE) / Progressing Stroke

Completed stroke

3. Berdasarkan lokasi lesi vaskuler

• Fibrilasi atrium • Hipertrofi ventrikel kiri • Herediter

• Endokarditis • Ras dan

etnis

• Stenosis mitralis • Geografi

• Infark jantung

• Merokok

• Anemia sel sabit

Transient Ischemic Attack

(TIA)

• Stenosis Karotis


(30)

a. Sistem karotis

• Motorik : hemiparese kontralateral, disartria.

• Sensorik : hemihipestesi kontralateral, parestesia.

• Gangguan visual : hemianopsia homonym kontralateral, amaurosis fugaks.

• Gangguan fungsi luhur : afasia, agnosia. b. Sistem vertebrobasiler

• Motorik : hemiparese alternans, disartria.

• Sensorik : hemihipestesi alternans, parestesia.

• Gangguan lain : gangguan keseimbangan, vertigo, diplopia.

2.3.7. Patologi Stroke

Menurut Setyopranoto (2011) patologi stroke terjadi akibat : a. Infark

Infark stroke terjadi akibat kurangnya aliran darah ke otak. Aliran darah ke otak normalnya adalah 58 ml/100 gram jaringan otak per menit; jika turun hingga 18 ml/100 gram jaringan otak per menit, aktivitas listrik neuron akan terhenti meskipun struktur sel masih baik, sehingga gejala klinis masih reversibel. Jika aliran darah ke otak turun sampai <10 ml/100 gram jaringan otak per menit, akan terjadi rangkaian perubahan biokimiawi sel dan membran yang ireversibel membentuk daerah infark.

b. Perdarahan Intraserebral

Kira-kira 10% stroke disebabkan oleh perdarahan intraserebral.

Hipertensi, khususnya yang tidak terkontrol, merupakan penyebab utama. Penyebab lain adalah pecahnya aneurisma, malformasi arterivena, angioma kavernosa, alkoholisme, terapi antikoagulan, dan angiopati amiloid.


(31)

Sebagian besar kasus disebabkan oleh pecahnya aneurisma pada percabangan arteri-arteri besar. Penyebab lain adalah malformasi arterivena atau tumor.

2.3.8. Patofisiologi Stroke

Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Aterosklerotik sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap otak, trombus dapat berasal dari flak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah. Trombus mengakibatkan (Darpianur, 2011) :

1. Iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan.

2. Edema dan kongesti disekitar area otak.

Edema disekitar area otak ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan. Karena trombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti trombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan


(32)

dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan serebral, jika aneurisma pecah atau ruptur. Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh rupturnya plak yang terbentuk dari proses arterosklerotik dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit serebrovaskuler. Jika sirkulasi serebral terhambat dapat berkembang anoksia serebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya cardiac arrest. Jika dilihat bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa (Darpianur, 2011) :

• Stroke hemisfer kanan

• Hemiparese sebelah kiri tubuh.

• Penilaian buruk

• Mempunyai kerentanan terhadap sisi kolateral sehingga kemungkinan terjatuh ke sisi yang berlawanan tersebut.

• Stroke yang hemifer kiri

• Mengalami hemiparese kanan

• Perilaku lambat dan sangat hati-hati

• Kelainan bidang pandang sebelah kanan.

• Disfagia global

• Afasia

• Mudah frustasi

2.3.9. Pemeriksaan Diagnosis

a. Rontgen kepala dan medula spinalis b. Elektro ensefalografi

c. Punksi lumbal d. Angiografi


(33)

f. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

2.3.10. Diagnosis Banding

Menurut Longmore et al (2010) diagnosa banding stroke adalah : cedera kepala, hemoragik subdural, hipoglikemia atau hiperglikemia, tumor intrakranial, epilepsi (Cerebral Todd), limfoma pada sistem saraf pusat, pneumocephalus (udara masuk melalui: otitis, sel-sel udara mastoid, trauma), ensefalopati Wernicke (kondisi, biasanya terjadi sekunder terhadap penyakit hati lanjut, ditandai dengan gangguan yang dapat berlanjut ke koma, perubahan kejiwaan dari berbagai derajat, flapping tremor, dan fector hepaticus), overdosis obat (jika koma), ensefalopati hepatik, herpes ensefalitis, toksoplasmosis (pada pasien acquired immune deficiency syndrome), abses (misalnya tifoid) dan mikotik aneurisma (aneurisma terinfeksi disebabkan oleh jamur).

2.3.11. Penatalaksanaan Stroke 2.3.11.1. Stadium Hiperakut

Tindakan pada stadium ini dilakukan di instalasi gawat darurat dan merupakan tindakan resusitasi jantung-paru-otak (RJPO) bertujuan agar kerusakan jaringan otak tidak meluas. Pada stadium ini, pasien diberi oksigen 2L/menit dan cairan kristaloid atau koloid; hindari pemberian cairan dekstrosa atau salin isotonik. Dilakukan pemeriksaan CT scan, elektrokardiografi, foto toraks, darah perifer lengkap dan jumlah trombosit, protrombin time (PT), active partial protrombin time (APTT), glukosa darah, elektrolit darah; jika hipoksia, dilakukan analisis gas darah. Tindakan lain di instalasi gawat darurat adalah memberikan dukungan mental kepada pasien serta memberikan penjelasan pada keluarganya agar tetap tenang (Setyopranoto, 2011).


(34)

2.3.11.2. Stadium Akut

Pada stadium ini, dilakukan penanganan faktor-faktor penyebab maupun penyulit. Juga dilakukan tindakan terapi fisik, psikologis serta membantu pemulihan sosial pasien. Penjelasan dan edukasi kepada keluarga pasien perlu, menyangkut dampak stroke terhadap pasien dan keluarga serta tata cara perawatan pasien yang dapat dilakukan keluarga (Setyopranoto, 2011).

1. Stroke Iskemik a. Terapi umum :

Letakkan kepala pasien dan dada pada satu bidang; ubah posisi tidur setiap 2 jam; mobilisasi dimulai bertahap bila hemodinamik sudah stabil. Selanjutnya, bebaskan jalan napas, beri oksigen 1-2 liter/menit sampai didapatkan hasil analisis gas darah. Jika perlu, dilakukan intubasi. Demam diatasi dengan kompres dan antipiretik, kemudian dicari penyebabnya; jika kandung kemih penuh, dikosongkan (sebaiknya dengan kateter urin). Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid atau koloid 1500-2000ml dan elektrolit sesuai kebutuhan, hindari cairan mengandung glukosa atau salin isotonik. Pemberian nutrisi per oral hanya jika fungsi menelannya baik; jika didapatkan gangguan menelan atau kesadaran menurun, dianjurkan melalui selang nasogastrik. Kadar gula darah >150mg% harus dikoreksi sampai batas gula darah sewaktu 150mg% dengan insulin drip intravena kontinu selama 2-3 hari pertama. Hipoglikemia (kadar gula darah <60mg% atau <80mg% dengan gejala) diatasi segera dengan dekstrosa 40% intravena sampai kembali normal dan harus dicari penyebabnya (Setyopranoto, 2011).

Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian obat-obatan sesuai gejala. Tekanan darah tidak perlu


(35)

segera diturunkan, kecuali bila tekanan sistolik ≥220mmHg, diastolik ≥120mmHg, Mean Arterial Blood Pressure (MAP) ≥130 mmHg (pada 2 kali pengukuran dengan selang waktu 30 menit), atau didapatkan infark miokard akut, gagal jantung kongestif serta gagal ginjal. Penurunan tekanan darah maksimal adalah 20%, dan obat yang direkomendasikan: natrium nitroprusid, penyekat reseptor alfa-beta, penyekat ACE, atau antagonis kalsium. Jika terjadi hipotensi, yaitu tekanan sistolik ≤90mmHg, diastolik ≤70mmHg, diberi NaCl 0,9% (250mL) selama 1 jam, dilanjutkan 500 mL selama 4 jam dan 500 mL selama 8 jam atau sampai hipotensi dapat diatasi. Jika belum terkoreksi, yaitu tekanan darah sistolik masih <90mmHg, dapat diberi dopamin 2-20 μg/kg/menit sampai tekanan darah sistolik ≥ 110 mmHg. Jika kejang, diberi diazepam 5-20 mg intravena pelanpelan selama 3 menit, maksimal 100mg per hari; dilanjutkan pemberian antikonvulsan per oral (fenitoin, karbamazepin). Jika kejang muncul setelah 2 minggu, diberikan antikonvulsan peroral jangka panjang. Jika didapatkan tekanan intrakranial meningkat, diberi manitol bolus intravena 0,25 sampai 1g/kgBB per 30 menit, dan jika dicurigai fenomena rebound atau keadaan umum memburuk, dilanjutkan 0,25g/kgBB per 30 menit setiap 6 jam selama 3-5 hari. Harus dilakukan pemantauan osmolalitas (<320 mmol); sebagai alternatif, dapat diberikan larutan hipertonik (NaCl 3%) atau furosemid (Setyopranoto, 2011).

b. Terapi khusus:

Ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian antiplatelet seperti aspirin dan anti koagulan, atau yang dianjurkan dengan trombolitik rt-PA (recombinant tissue Plasminogen Activator).


(36)

Dapat juga diberi agen neuroproteksi, yaitu sitikolin atau pirasetam jika didapatkan afasia (Setyopranoto, 2011).

2. Stroke Hemoragik a. Terapi umum :

Pasien stroke hemoragik harus dirawat di instalasi gawat darurat jika volume hematoma >30mL, perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan keadaan klinis cenderung memburuk. Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah pramorbid atau 15-20% bila tekanan sistolik >180mmHg, diastolik >120 mmHg, MAP >130 mmHg, dan volume hematoma bertambah. Bila terdapat gagal jantung, tekanan darah harus segera diturunkan dengan labetalol intavena 10mg (pemberian dalam 2 menit) sampai 20 mg (pemberian dalam 10 menit) maksimum 300mg; enalapril intravena 0,625-1.25mg per 6 jam; kaptopril 3 kali 6,25-25mg per oral (Setyopranoto, 2011).

Jika didapatkan tanda tekanan intrakranial meningkat, posisi kepala dan dada di satu bidang, pemberian manitol (lihat penanganan stroke iskemik), dan hiperventilasi (pCO2 sekitar 20-35mmHg). Penatalaksanaan pada stroke iskemik adalah sama dengan penyakit tukak lambung, diatasi dengan antagonis H2 parenteral, sukralfat, atau inhibitor pompa proton; komplikasi saluran napas dicegah dengan fisioterapi dan diobati dengan antibiotik spektrum luas (Setyopranoto, 2011). b. Terapi khusus :

Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (2007) dalam Setyopranoto (2011), neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat vasodilator. Tindakan bedah mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada pasien yang kondisinya semakin memburuk dengan perdarahan


(37)

serebelum berdiameter >3cm³, hidrosefalus akut akibat perdarahan intraventrikel atau serebelum, dilakukan VP-shunting, dan perdarahan lobar >60mL dengan tanda peningkatan tekanan intrakranial akut dan ancaman herniasi (Setyopranoto, 2011).

2.3.11.3. Stadium Subakut

Tindakan medis berupa terapi kognitif, tingkah laku, menelan, terapi wicara, dan bladder training (termasuk terapi fisik). Mengingat perjalanan penyakit yang panjang, dibutuhkan penatalaksanaan khusus intensif pasca stroke di rumah sakit dengan tujuan kemandirian pasien, mengerti, memahami dan melaksanakan program preventif primer dan sekunder. Terapi fase subakut (Setyopranoto, 2011) :

a. Melanjutkan terapi sesuai dengan kondisi akut sebelumnya b. Penatalaksanaan komplikasi

c. Restorasi atau rehabilitasi (sesuai kebutuhan pasien), yaitu fisioterapi, terapi wicara, terapi kognitif, dan terapi okupasi

d. Prevensi sekunder e. Edukasi keluarga

2.3.12. Pencegahan Stroke

Menurut Longmore et al (2010) pencegahan stroke adalah : 1. Pencegahan primer (yaitu sebelum stroke)

Pengendalian faktor risiko: mencari dan mengobati hipertensi, diabetes mellitus, peningkatan lipid (pengobatan dengan statin penurunan lipid sebanyak 17%), dan penyakit jantung. Olahraga yang teratur membantu (meningkatkan high density lipoprotein (HDL), meningkatkan toleransi glukosa). Suplemen folat juga dapat membantu (penurunan homosistein serum). Membantu pasien untuk merokok terutama pada pria jika tekanan darah meningkat. Selain itu, berhenti


(38)

merokok mengurangi risiko stroke, dengan manfaat terlihat dalam ≤5 tahun). Gunakan antikoagulan seumur hidup jika rematik atau katup jantung prostetik di sisi kiri, dan mempertimbangkan pada fibrilasi atrium non-rematik kronis, terutama jika ada faktor-faktor risiko vaskular lainnya.

2. Pencegahan sekunder (yaitu mencegah stroke lanjut)

Kontrol faktor risiko (sebagai pencegahan primer di atas). Beberapa penelitian besar menunjukkan keuntungan yang cukup besar jika menurunkan tekanan darah dan kolesterol. Pemberian antiplatelet setelah stroke, kecuali jika pada pasien dengan perdarahan primer diberikan aspirin 300mg/24 jam selama 2 minggu, kemudian 75mg/hari. Clopidogrel setidaknya sama baiknya dengan aspirin sebagai monoterapi, dan mungkin sebagus aspirin ditambah dipyridamole. Jika aspirin toleran, tambahkan inhibitor pompa proton, jika aspirin hipersensitivitas, pengganti clopidogrel. Pemberian antikoagulasi setelah stroke seperti warfarin harus digunakan, bukan sebagai agen antiplatelet tapi hanya untuk stroke atau fibrilasi emboli atrium yang kronis, dan hanya dari 2 minggu setelah stroke (jika klinis dan radiologis menunjukan stroke minor, pertimbangkan 7-10 hari). Gunakan terapi antiplatelet sampai antikoagulasi, jika sudah antikoagulan, tahan antikoagulan dan ganti dengan antiplatelet selama 1 minggu. Gunakan terapi antiplatelet jika risiko jatuh, trauma dan lain-lain. Pemberian warfarin dengan aspirin meningkatkan risiko perdarahan tanpa manfaat tambahan. Oleh karena itu, pemberian warfarin bersamaan dengan aspirin tidak dianjurkan.

2.3.13. Komplikasi

Menurut Longmore et al. (2010) komplikasi stroke adalah : a. Aspirasi pneumonia


(39)

b. Luka tekanan c. Konstipasi d. Depresi

e. Stres dalam keluarga (misalnya alkoholisme).

2.3.14. Prognosis

Perawatan yang baik (misalnya untuk mencegah luka) pada unit stroke, agen antiplatelet, dan intervensi cepat (misalnya setelah carotid doppler imaging) adalah kunci. Bagi mereka dengan iskemik stroke yang minor atau TIA, penilaian darurat dan perawatan menyelamatkan nyawa (Longmore et al, 2010).

2.4. Caregivers

2.4.1. Definisi Caregiver

Caregivers didefinisikan sebagai mereka yang memberikan perawatan tanpa bayaran, kepada orang dewasa atau anak yang memerlukan kebutuhan khusus. Diperkirakan 65,7 juta orang-orang di Amerika Serikat pada tahun 2009 telah menjabat sebagai caregiver yang tidak dibayarkan kepada orang dewasa atau anak-anak dan sekitar 28,5% dari responden yang disurvei melaporkan menjadi caregiver. Persentase caregiver tampaknya tidak berubah secara signifikan sejak tahun 2004. Caregivers didominasi perempuan (66%), rata- rata 48 tahun. Sepertiga caregiver yang mengurus dua orang atau lebih (34%). Sebagian besar perawat memberikan perawatan untuk keluarga sendiri (86%), dengan lebih dari sepertiga mengurus orang tua (36%). Satu per tujuh perawatan untuk anak mereka sendiri (14%). Caregivers berperan selama rata-rata 4,6 tahun, dengan tiga per sepuluh telah memberikan perawatan selama lima tahun atau lebih (31%). Sebagian besar penerima layanan adalah perempuan (62%) dan rata-rata 61 tahun. Tujuh per sepuluh caregiver merawat orang


(40)

berusia 50 tahun atau lebih, 14% merawat usia dewasa 18-49, sementara 14% mengurus anak di bawah usia 18 tahun (Greenwald et al, 2009).

2.4.2. Kondisi Penerima Perawatan Caregiver

Menurut Greenwald et al (2009) ketika caregiver ditanya apa yang mereka anggap menjadi alasan utama pasien mereka membutuhkan perawatan, caregiver melaporkan ada dua masalah besar yaitu usia tua (12%) dan mengalami Alzheimer atau demensia (10%). Selain itu ada yang menyebutkan pasien mereka mengalami gangguan mental atau emosional (7%), kanker (7%), penyakit jantung (5%), dan stroke (5%). Rata-rata, caregiver menghabiskan 20,4 jam per minggu memberikan perawatan. Caregiver perempuan menghabiskan lebih banyak waktu memberikan perawatan daripada caregiver pria, rata-rata (21,9 dibandingkan 17,4 jam/minggu). Sejak tahun 2004, telah terjadi perubahan dalam jumlah caregiver yang memberi perawatan kepada orang dewasa yang membutuhkan rawatan khusus; dengan menghabiskan waktu merawat orang yang mereka kasihi, dan dengan cara memanfaatkan waktu dalam perawatan mereka. Jumlah jam yang dihabiskan memberikan pelayanan menurun sebesar 2,6 jam, sekarang caregiver untuk orang dewasa menghabiskan rata-rata 18,9 jam per minggu. Mayoritas caregiver menghabiskan waktu mereka dengan membantu orang yang mereka rawat dengan setidaknya satu kegiatan kehidupan sehari-hari (56%). Yang paling umum adalah membantu penerima layanan masuk dan keluar dari tempat tidur dan kursi (40%). Tugas perawatan pribadi juga cukup umum adalah membantu pasien berpakaian (32%), membantu dengan mandikan (26%), bantuan dengan mendapatkan ke kamar mandi (24%), bantuan berurusan dengan inkontinensia (18%) dan membantu memberi makan kepada pasien mereka (19%) (Greenwald et al, 2009).


(41)

Menurut Greenwald et al (2009) kebanyakan caregiver yang merawat pasien yang menerima perawatan tidak di rumah perawatan (nursing-home) mengatakan setidaknya satu caregiver yang tidak dibayar membantu dalam perawatan pasien mereka (66%), sementara hanya 35% menggunakan bantuan caregiver yang dibayar seperti pembantu rumah tangga atau orang lain yang bersedia merawat pasien tersebut.

Di antara caregiver yang berusia 65 atau lebih tua, merupakan caregiver yang tidak dibayar untuk merawat pasien yang memerlukan perawatan (47%) dibandingkan dari caregiver yang berusia muda (30%). Caregiver yang tinggal satu rumah dengan pasien mereka juga merupakan salah seorang caregiver yang memberikan perawatan kepada pasien mereka dan tidak dibayar (49%) dibandingkan caregiver yang tidak tinggal bersama pasien mereka (25%). Diantara caregiver yang merawat pasien dewasa yang tidak menerima perawatannya dirumah perawatan mengatakan ada setidaknya satu caregiver yang tidak dibayar lainnya membantu dalam perawatan pasien mereka (68%). Di sisi lain, caregiver yang dibayar, pembantu rumah tangga atau staf lain menurun dari 41% pada 2004 menjadi 35% pada tahun 2009 (Greenwald et al, 2009).

2.4.4. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Caregiver Pasien Stroke

Meskipun kemajuan terbaru dalam terapi stroke, mayoritas stroke pasien tidak mencari perhatian medis segera. Bahkan di negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris dan Perancis ada kurangnya pengetahuan antara pasien stroke tentang stroke warning sign dan faktor risiko. Menurut Pandian et al ditemukan ada hubungan antara pengetahuan stroke dan pendidikan tinggi. Menurut Kothari et al tidak menemukan korelasi antara kesadaran yang lebih baik dan pendidikan. Kebanyakan penelitian tentang kesadaran masyarakat stroke dari negara-negara maju telah menemukan bahwa pengetahuan tentang stroke bervariasi dengan pendidikan (Pandian et al, 2006).


(42)

Dalam penelitian Kumar Das et al (2011) dari 418 peserta, 280 (67,0%) ditemukan menyadari tanda-tanda dan gejala stroke dan sisanya 138, (33,0%) tidak menyadari tanda-tanda dan gejala stroke. Hampir 56% hingga 62% dari populasi penelitian Kumar Das et al (2011) tidak menyadari faktor risiko stroke dan hampir 35% hingga 46% tidak menyadari gejala stroke. Menurut Kumar Das et al (2011) kurangnya kesadaran dapat menyebabkan keterlambatan dalam membawa pasien yang mengalami stroke ke rumah sakit dan memulai pengobatan yang diperlukan. Pengetahuan tentang faktor risiko stroke dapat mempengaruhi kejadian stroke, dan membantu merancang strategi pencegahan. Dalam penelitian Kumar Das et al (2011), 49,8% dari subjek lansia, tidak mengetahui adanya faktor risiko stroke, 17,2% bisa mengenali satu sampai 3 faktor risiko, 20,6% diakui 4 sampai 7 faktor risiko dan 12,4% diakui ≥ 8 faktor risiko (Kumar Das et al, 2011).

Menurut Pandian et al (2004) prevalensi stroke di India bervariasi di berbagai wilayah negara dan berkisar 40-270 per 100 000 penduduk. Meskipun kemajuan terbaru dalam terapi stroke, masyarakat masih kurang informasi tentang stroke, dan beberapa pasien stroke datang ke rumah sakit pada waktunya untuk menerima pengobatan. Bahkan di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Kanada, ada kurangnya pengetahuan masyarakat tentang faktor risiko stroke dan stroke warning sign. Cara terbaik bagi pasien untuk menerima pengobatan stroke yang paling efektif adalah untuk mendapatkan ke ruang gawat darurat secepat mungkin setelah mereka memiliki gejala. Studi dari Australia dan India telah menyelidiki berbagai faktor yang menghambat rawat inap pada pasien dengan stroke. Namun, tidak ada penelitian dari India dan negara berkembang lain mengenai persepsi masyarakat tentang stroke warning sign dan faktor risiko. Kesadaran gejala dan faktor risiko yang penting bagi masyarakat untuk secara efektif menggunakan terapi trombolitik untuk stroke akut pada waktu yang tepat. Menurut Pandian et al (2004) kesadaran faktor risiko stroke di antara individu yang berisiko tinggi


(43)

masih rendah dan tidak berbeda secara signifikan dari responden yang tidak memiliki faktor risiko. Upaya pendidikan masa depan harus fokus tidak hanya pada masyarakat umum, tetapi juga di antara individu yang berisiko tinggi stroke (Pandian et al, 2004).

Menurut Safitri et al (2012) beberapa caregiver pasien stroke mengatakan mereka jarang membantu pasien untuk melakukan gerakan fisik di rumah, tidak terlalu mengerti makanan seperti apa yang seharusnya dihindari, dan karena banyaknya kesibukan, caregiver terkadang lalai untuk mengantar pasien untuk kontrol ke rumah sakit. Sikap caregiver dalam memberikan perawatan pada pasien yang dilatarbelakangi oleh minimnya pengetahuan yang mereka punya tentang penyakit stroke serta perawatannya inilah yang nantinya memberikan kemungkinan terjadinya serangan stroke ulang (Safitri et al, 2012).


(44)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

3.2. Hipotesis

Hipotesis yang didapat adalah : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap caregiver pasien stroke.

3.3. Definisi Operasional

3.3.1. Variable Independen:Tingkat pengetahuan

a. Definisi

Kemampuan caregiver menjawab pertanyaan yang berkaitan tentang stroke yaitu:

• Penyebab

• Faktor risiko

• Komplikasi

• Pencegahan

Variable Dependen Variable Independen

Sikap caregiver pasien stroke dinilai dari:

• respon positif

• respon negatif Tingkat Pengetahuan dinilai: tingkat

pengetahuan caregiver tentang stroke dan perawatannya


(45)

b. Alat Ukur Kuesioner.

c. Cara Ukur

Mengisi kuesioner bagian B yang terdiri dari 24 pertanyaan dengan memilih jawaban benar atau salah, atau tidak tahu. Jika benar diberi skor 1; salah : 0; tidak tahu : 0.

d. Hasil Pengukuran

Tinggi, jika jawaban benar ≥ 75% (skor ≥ 18); rendah, jika jawaban benar < 75% (skor <18).

e. Skala Pengukuran

Skala ordinal.

3.3.2. Variable Dependen:Sikap

a. Definisi

Tanggapan atau reaksi caregiver mengenai perawatan pasien stroke; sikap diperoleh dari pendapat respon caregiver terhadap pernyataan- pernyataan yang diberikan.

b. Alat Ukur

Kuesioner.

c. Cara Ukur

Sikap diukur dengan mengisi kuesioner bagian C yang terdiri 18 pernyataan dengan memberikan respon atau pendapat terhadap pernyataan sesuai skala Likert berupa:

• Sangat tidak setuju;

• Tidak setuju;

• Setuju;

• Sangat setuju.

d. Hasil Pengukuran

Pada analisis dikategorikan sebagai:

 Sikap positif, jika skor ≥ 85% (skor ≥ 16)  Sikap negatif, jika skor < 85% ( skor <16)


(46)

e. Skala Pengukuran Skala ordinal.

3.3.3. Caregiver :

Caregiver dalam penelitian ini adalah apabila :

• Merawat satu pasien saja.

• Bertemu dengan pasien setiap hari.

• Bertugas untuk membantu pasien stroke dalam melakukan kegiatan kehidupan seharian seperti membantu mandikan pasien, tukar pakaian, memberi makanan dan obat-obatan.


(47)

BAB 4

DESAIN DAN METODOLOGI

4.1. Jenis Penilitian

Jenis penilitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan desain cross sectional. Jenis penelitian ini dipilih karena peneliti ingin mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap caregiver pasien stroke. Dalam studi cross sectional ini, variabel independen adalah tingkat pengetahuan caregiver pasien stroke tentang stroke dan perawatanya dan variabel dependen adalah sikap caregiver pasien stroke.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1. Tempat penelitian

Penelitian telah dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan. RSUP Haji Adam Malik dipilih sebagai tempat penelitian karena merupakan rumah sakit rujukan dan salah satu rumah sakit tipe A di Medan, yaitu rumah sakit rujukan yang memiliki fasilitas yang lengkap.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan selama sembilan bulan yaitu dari bulan Maret hingga November 2013.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah semua caregiver pasien stroke di RSUP Haji Adam Malik. Pemilihan sampel telah dilakukan dengan metode consecutive sampling yaitu memiliki sampel yang ditemukan dan memenuhi kriteria sampai jumlah sampel dipenuhi.


(48)

4.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah caregiver pasien stroke yang memiliki karakteristik (kriteria inklusi dan eksklusi) sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

1. Dapat membaca dan menulis.

2. Mampu berkomunikasi dengan baik. 3. Caregiver yang berusia >18 tahun. b. Kriteria Eksklusi

Caregiver yang tidak bersedia menjadi responden.

Jumlah sampel yang diperlukan dihitung berdasarkan rumus Snedeco dan Cochran:

n = Zα².P.Q d²

n = (1,96)² x (0,43) x 0,57 (0,15)²

n = 41.85 digenapkan 42 orang Keterangan :

n : Jumlah sampel minimum

Zα : nilai distribusi normal baku (table Z) pada α tertentu.

P : Perkiraan proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari (43%) Q : (1- P)

d : Tingkat ketetapan absolute yang dikehendaki atau kesalahan absolute (15%)

Hasil perhitungan rumus diatas didapatkan jumlah sampel yaitu sebanyak 42 orang.


(49)

Jenis data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer (kumpulan fakta yang dikumpul sendiri oleh peneliti). Peneliti melakukan pengumpulan data kepada caregiver yang hadir bersama pasien stroke di RSUP Haji Adam Malik.

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen berupa kuesioner sebagai alat bantu dalam pengumpulan data yang terdiri dari beberapa pertanyaan dan pernyataan.

4.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan:

a. Tahap pertama editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk.

b. Tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa, pada pernyataan dengan jawaban benar diberi skor 1, jawaban salah skor 0 dan jawaban tidak tahu skor 0. Sedangkan pada pernyataan sikap dilakukan pengklasifikasian terlebih dahulu pernyataan sikap favorable dan unfavorable. Pada pernyataan favourable, jawaban sangat setuju (SS) diberi skor 4, untuk jawaban setuju (S) diberi skor 3, jawaban tidak setuju (TS) diberi skor 2 dan jawaban sangat tidak setuju diberi skor 1. Sedangkan pada pernyataan sikap unfavorable, jawaban sangat setuju (SS) diberi skor 1, untuk jawaban setuju (S) diberi skor 2, jawaban tidak setuju (TS) diberi skor 3 dan jawaban sangat tidak setuju diberi skor 4.

c. Tahap ketiga entry yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer.


(50)

d. Tahap ke empat adalah melakukan cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.

e. Tahap kelima adalah melakukan analizing yaitu data yang diperoleh diolah dan ditabulasi kemudian dianalisa dengan menggunakan komputer. Data berkaitan tingkat pengetahuan diklasifikasikan menjadi tingkat pengetahuan tinggi dan rendah, sedangkan data berkaitan dengan sikap diklasifikasikan menjadi sikap positif dan negatif. Setelah pengelompokan selesai, kemudian dilakukan analisis hubungan antara variabel tingkat pengetahuan dengan variabel sikap dengan menggunakan uji statistik Chi square.


(51)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Rumah sakit ini berlokasi di Jalan Bunga Lau No.17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan, Medan, Sumatera Utara. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit pemerintah dengan kategori kelas A. Dengan predikat rumah sakit kelas A, RSUP H. Adam Malik Medan telah memiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standard dan tenaga kesehatan yang kompeten. Selain itu, RSUP H. Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah Sumatera yang meliputi Sumatera Utara, D. I. Aceh, Sumatera Barat, dan Riau sehingga dapat menjumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991 tanggal 6 September 1991, RSUP H. Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Sampel penelitian ini adalah caregiver pasien stroke yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti. Jumlah sampel adalah sebanyak 42 orang.

5.1.3. Karakteristik Caregiver

Karakteristik caregiver yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, penghasilan dan pengalaman. Berikut adalah gambaran hasil karakteristik caregiver dalam penelitian ini:


(52)

Tabel 5.1. Distribusi Caregiver menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Laki-laki 12 28,6

Perempuan 30 71,4

Jumlah 42 100

Pada tabel 5.1 dapat dilihat tentang distribusi caregiver berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa jumlah caregiver perempuan lebih banyak daripada caregiver laki-laki. Jumlah caregiver perempuan sebanyak 71,4% sedangkan caregiver laki-laki hanya 28,6%.

Tabel 5.2. Distribusi Caregiver menurut Usia

Usia Frekuensi (n) Persentase (%)

<20 Tahun - -

20-30 Tahun 14 33,3

30-40 Tahun 13 31,0

>40 Tahun 15 35,7

Jumlah 42 100

Pada tabel 5.2 menunjukkan distribusi caregiver berdasarkan kelompok umur diketahui bahwa sampel yang diteliti dengan jumlah terbanyak pada kelompok usia 40 tahun ke atas, yaitu sebanyak 15 orang (35,7%), kelompok umur 30-40 sebanyak 13 orang (31,0%), 20-30 tahun sebanyak 14 (33,3%) dan tidak ada caregiver pada kelompok usia 20 tahun ke bawah (0,0%).


(53)

Tabel 5.3. Distribusi Caregiver menurut Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)

SD 1 2,4

SMP 5 11,9

SMU 31 73,8

Perguruan Tinggi 5 11,9

Jumlah 42 100

Pada tabel 5.3 dapat dilihat tentang distribusi caregiver berdasarkan pendidikan diketahui bahwa mayoritas caregiver lulusan Sekolah Menengah Umum (SMU) yaitu sebanyak 31 orang (73,8%), lulusan Sekolah Dasar (SD) satu orang (2,4%) dan lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) serta perguruan tinggi masing-masing mempunyai jumlah yang sama yaitu sebanyak 5 orang (11,9%).

Tabel 5.4. Distribusi Caregiver menurut Tingkat Penghasilan Tingkat

Penghasilan/bulan

Frekuensi (n)

Persentase (%)

<2 juta 12 28,6

2-5 Juta 29 69,0

5-10 Juta 1 2,4

>10juta - -

Jumlah 42 100

Tabel 5.4 menunjukkan tingkat penghasilan caregiver dan diketahui bahwa mayoritas caregiver mempunyai penghasilan/bulan diantara 2-5 juta rupiah yaitu sebanyak 29 orang (69,0%), <2 juta rupiah


(54)

sebanyak 12 orang (28,6%), 5-10 juta rupiah sebanyak satu orang (2,4%) dan tidak ada caregiver dengan penghasilan >10 juta rupiah (0,0%).

Tabel 5.5. Distribusi Caregiver menurut Pengalaman Pengalaman Frekuensi (n) Persentase (%)

Pernah 16 38,1

Tidak Pernah 26 61,9

Jumlah 42 100

Pada tabel 5.5 dapat dilihat tentang distribusi caregiver berdasarkan pengalaman merawat pasien stroke sebelumnya dan diketahui bahwa mayoritas caregiver tidak pernah mempunyai pengalaman merawat pasien stroke sebelumnya yaitu sebanyak 26 orang (61,9%) sedangkan hanya 16 orang caregiver (38,1%) yang mempunyai pengalaman merawat pasien stroke sebelumnya.

5.1.4. Pengetahuan Caregiver

Gambaran Tingkat Pengetahuan Caregiver Pasien Stroke dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 5.6. Distribusi Gambaran Tingkat Pengetahuan Caregiver Pasien Stroke

No. Pernyataan

Jawaban Responden

Benar Salah

N % N %

1. Riwayat hipertensi (tekanan darah

tinggi) dapat menimbulkan stroke. 14 33,3 28 66,7 2. Olahraga secara teratur dapat mencegah

terjadinya stroke. 33 78,6 9 21,4

3. Konsumsi buah-buahan, sayuran hijau


(55)

stroke.

4. Stroke akan selalu menimbulkan

kelumpuhan pada kaki dan tangan saja. 23 54,8 19 45,2 5. Stroke tidak menimbulkan kematian.

30 71,4 12 28,6 6. Stroke dapat terjadi berulang.

41 97,6 1 2,4 7. Stroke terjadi pada usia lanjut saja.

14 33,3 28 66,7 8. Kecacatan akibat stroke bersifat

permanen (tidak dapat disembuhkan) 32 76,2 10 23,8 9. Stroke disebabkan oleh tekanan darah

yang tinggi. 33 78,6 9 21,4

10. Menghindari makanan yang diawetkan

dapat memicu terjadinya stroke. 36 85,7 6 14,3 11. Merokok merupakan salah satu faktor

penyebab terjadinya stroke. 30 71,4 12 28,6 12. Pasien stroke memerlukan terapi

rehabilitasi. 30 71,4 12 28,6

13. Stroke merupakan penyakit alami lansia

sehingga tidak dapat dicegah. 32 76,2 10 23,8 14.

Stress dapat menimbulkan stroke. 33 78,6 9 21,4 15. Memberi makan pada posisi berbaring

akan mudah mengakibatkan tersedak. 40 95,2 2 4,8 16. Konsumsi gula berlebihan dapat

menimbulkan stroke. 32 76,2 10 23,8

17. Melakukan pergerakan pada tubuh

pasien dapat mempercepat pemulihan. 33 78,6 9 21,4 18.

Makanan seperti jeroan, cumi-cumi,


(56)

cocok untuk penyandang stroke.

19. Pasien stroke mengalami kesulitan

dalam menelan. 31 73,8 11 26,2

20. Pasien pada tahap awal setelah stroke perlu dibantu untuk turun dari tempat

atau berpindah dari tempat tidur. 41 97,6 1 2,4 21. Mengurangi kegemukan dapat

mencegah terjadinya stroke. 36 85,7 6 14,3 22. Pasien stroke mudah mengalami

sembelit. 23 54,8 19 45,2

23. Faktor keturunan tidak berpengaruh

terhadap timbulnya stroke. 32 76,2 10 23,8 24. Konsumsi makanan berlemak dapat

menyebabkan stroke. 14 33,3 28 66,7

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa caregiver paling banyak menjawab salah pada pertanyaan nomor 1, nomor 7 dan nomor 24 yaitu sebanyak 28 orang (66,7%). Caregiver paling banyak menjawab benar pada pertanyaan nomor 6 dan 20 yaitu sebanyak 41 orang (97,6%). Hasil distribusi pengetahuan caregiver dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 5.7. Distribusi Caregiver menurut Tingkat Pengetahuan Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tinggi (≥75%) 22 52,4

Rendah (<75%) 20 47,6


(57)

Tabel 5.7 menunjukkan gambaran tingkat pengetahuan caregiver yang dikategorikan menjadi caregiver berpengetahuan rendah dan berpengetahuan tinggi. Berdasarkan penelitian ini didapatkan data bahwa jumlah caregiver yang berpengetahuan tinggi adalah 22 orang (52,4%) lebih banyak daripada caregiver yang berpengetahuan rendah yaitu sebanyak 20 orang (47,6%).

5.1.5. Sikap Caregiver

Distribusi gambaran sikap caregiver pasien stroke dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.8. Distribusi Gambaran Sikap Caregiver Pasien Stroke

No. Pernyataan

(SS) (S) (TS) (STS)

N % N % N % N %

1. Tekanan darah pasien stroke perlu dikontrol secara teratur.

19 45,2 23 54,8 - - - -

2. Tempat tidur pasien stroke harus dipasang penyanggah untuk menghindari jatuh.

14 33,3 24 57,2 4 9,5 - -

3. Pasien pasca stroke sebaiknya diberi terapi rehabilitasi yang berkelanjutan.

9 21,4 24 57,2 9 21,4 - - Jawaban caregiver


(58)

4. Caregiver perlu menjalin hubungan yang dekat dengan pasien stroke.

21 50,0 20 47,6 1 2,4 - -

5. Dukungan spiritual sangat penting diberikan kepada pasien korban stroke untuk meningkatkan harga diri / rasa percaya diri pasien.

32 76,2 9 21,4 1 2,4 - -

6. Pasien yang selalu berbaring ditempat tidur tidak boleh digerakkan.

16 38,1 26 61,9 - - - -

7. Caregiver perlu diajari cara merawat pasien stroke di rumah oleh tenaga kesehatan.

26 61,9 15 35,7 - - 1 2,4

8. Pengetahuan yang benar tentang stroke dan perawatannya penting diketahui oleh caregiver.

16 38,1 25 59,5 - - 1 2,4

9. Perawatan mulut yang teratur sangat penting, terutama untuk pasien yang sulit atau tidak dapat menelan.

21 50,0 18 42,9 3 7,1 - -

10. Pasien stroke

memerlukan makanan yang memadai, dan gizi seimbang.

28 66,7 14 33,3 - - - -

11. Pasien stroke sering mengalami semblit sehingga diperlukan makanan yang cukup serat.


(59)

12. Ketika mengangkat atau memindahkan pasien sebaiknya dilakukan sendirian.

26 61,9 15 35,7 - - 1 2,4

13. Pasien stroke harus dilatih pergerakannya secara lambat dan bertahap sesuai kemampuan pasien.

5 11,9 36 85,7 - - 1 2,4

14. Memandikan pasien stroke sebaiknya dilakukan jika pasien memintanya saja.

32 76,2 9 21,4 1 2,4 - -

15. Pasien stroke perlu dimandikan untuk mencegah

terbentuknya luka pada kulit.

15 35,7 26 61,9 - - 1 2,4

16. Pasien dengan keadaan bersih dapat

meningkatkan kenyamanan percaya diri.

22 52,4 20 47,6 - - - -

17. Lantai rumah sebaiknya tidak licin untuk mencegah pasien jatuh.

16 38,1 26 61,9 - - - -

18. Pasien stroke yang mengalami depresi dan frustasi sebaiknya dibiarkan saja.

19 45,2 23 54,8 - - - -

Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa caregiver paling banyak menjawab sangat setuju (SS) pada pernyataan nomor 5 dan 14 sebanyak 32 orang (76,2%). Selain itu, mayoritas caregiver menjawab setuju (S) pada pernyataan nomor 13 yaitu sebanyak 36 orang (85,7%). Diketahui juga bahwa caregiver paling banyak menjawab tidak setuju (TS) pada pernyataan nomor 3 sebanyak 9 orang (21,4%) sedangkan hanya 2 orang yang menjawab sangat tidak setuju


(60)

(STS) pada pertanyaan nomor 11 (4,8%). Hasil distribusi Sikap responden dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 5.9. Distribusi Caregiver menurut Sikap

Sikap Frekuensi (n) Persentase (%)

Positif (≥85%) 4 9,5

Negatif (<85%) 38 90,5

Jumlah 42 100

Tabel 5.9. menunjukkan gambaran sikap caregiver yang dikategorikan sikap negatif dan sikap positif. Jumlah caregiver dengan sikap negatif lebih banyak yaitu sebanyak 38 orang 90,5% dibandingkan dengan caregiver yang bersikap positif yaitu sebanyak 4 orang (9,5%).

5.1.6. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Caregiver

Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap caregiver dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.10. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Caregiver Pasien Stroke

Tingkat Pengetahuan

Sikap

Positif n (%)

Negatif n (%)

Jumlah n (%)

P value

Tinggi 2 (9,1) 20 (90,9) 22(100) 0,920

Rendah 2 (10,0) 18 (90,0) 20 (100)

Jumlah 4 (9,5) 38 (90,5) 42 (100)


(61)

Berdasarkan tabel 5.10 diketahui bahwa pada kelompok tingkat pengetahuan rendah yang bersikap positif dan kelompok tingkat pengetahuan tinggi yang bersikap positif adalah sama yaitu hanya 2 orang masing-masing 10% dan 9,1%. Namun, kelompok tingkat pengetahuan tinggi dengan sikap negatif lebih banyak yaitu sebanyak 20 orang (90,9%) dibandingkan tingkat pengetahuan rendah dengan sikap negatif yaitu hanya 18 orang (90,0%). Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada makna yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan sikap caregiver dalam merawat pasien stroke (p= 0,920; α=0,05).

5.2. Pembahasan

5.2.1. Karakteristik Caregiver

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan adanya variasi karakteristik caregiver berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan dan pengalaman merawat pasien stroke sebelumnya. Menurut pendapat Notoadmodjo (2007) bahwa pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor umur, tingkat pendidikan dan sumber-sumber informasi yang digunakannya, sedangkan bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada peningkatan pengetahuan yang diperoleh. Karakteristik caregiver dalam penelitian ini adalah seperti berikut :

a) Karakteristik caregiver berdasarkan jenis kelamin

Penelitian ini dilakukan kepada 42 orang caregiver pasien stroke. Jumlah caregiver perempuan lebih banyak jumlahnya daripada caregiver laki-laki. Jumlah caregiver perempuan sebanyak 30 orang (71,4%) sedangkan caregiver laki-laki hanya 12 orang (28,6%). Perbedaan yang didapati pada hasil penelitian ini karena umumnya perempuan lebih bersedia menjadi caregiver dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan laki-laki merupakan sebagai kepala keluarga dan berperan sebagai pencari nafkah bagi keluarganya sehingga tidak mempunyai waktu untuk merawat anggota keluarga


(1)

1

3 1 2 2 2 2 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 2 1

8

8 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 7 2

# # 1 1

4 1 3 2 3 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4 2 3 4 3 3 3 4 2 3 2 3 1 3 3 3 3 4 5 3

7 4 2 1

5 2 4 2 3 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 5

6

3 2 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 1 4 3 4 3 3 4 3 5 9

8 2 2 1

6 2 4 1 3 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 7

7

1 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 2 3 4 3 4 4 4 3 5 9

8 2 2 1

7 2 2 1 3 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 5

6

3 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 7 0

9 7 1 1

8 2 4 1 3 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 7

7

1 2 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 6 8

9 4 1 1

9 1 4 2 3 2 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 9 3

8 2 3 4 3 2 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 5 8

8 1 2 2

0 2 3 2 3 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 9

7

9 1 4 2 3 3 2 3 3 3 2 3 4 3 3 2 1 3 3 4 5 1

7 1 2 2

1 1 2 2 3 2 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 9

7

9 1 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 6 0

8 3 2 2

2 2 4 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 4

#

# 1 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 6 7

9 3 1 2

3 1 3 3 4 2 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 9 3

8 2 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 6 3

8 8 1 2

4 2 4 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 4

#

# 1 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 6 5

9 0 1 2

5 2 3 1 3 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 2 2

9

2 1 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 6 7

9 3 1 2

6 2 4 2 4 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 3

5

4 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 5 6

7 8 2 2

7 1 2 2 3 2 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 2

5

0 2 3 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 5 4

7 5 2 2

8 1 4 2 4 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 5

6

3 2 4 2 3 3 4 4 4 4 2 3 3 4 3 4 4 4 4 4 6 3

8 8 1 2

9 1 4 2 2 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 9

7

9 1 3 3 2 4 4 3 3 4 4 4 2 3 3 4 3 4 3 3 5 9

8 2 2 3

0 2 3 2 3 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2

9

2 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 3

7 4 2 3 1 3 1 3 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 2 9 1 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 6 9 1


(2)

1 2 2 8 4 3

2 1 4 1 3 2 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 9

7

9 1 4 4 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 6 6

9 2 1 3

3 2 2 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 4

#

# 1 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 2 3 3 4 3 4 4 3 6 0

8 3 2 3

4 2 3 2 3 2 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 2 1

8

8 1 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 5 6

7 8 2 3

5 2 2 2 3 2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2

9

2 1 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 6 4

8 9 1 3

6 2 4 2 3 2 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 3

5

4 2 3 4 2 4 4 3 4 4 4 4 2 4 3 4 3 3 3 3 6 1

8 5 1 3

7 2 3 2 3 2 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 5

6

3 2 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 1 4 3 4 3 3 3 3 5 7

7 9 2 3

8 2 2 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 4

#

# 1 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 6 6

9 2 1 3

9 2 3 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 4

#

# 1 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 6 5

9 0 1 4

0 2 2 2 4 2 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 6

6

7 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 6 9

9 6 1 4

1 2 2 2 3 2 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 2 1

8

8 1 3 3 3 3 4 3 1 1 4 4 3 1 3 4 3 3 3 3 5 2

7 2 2 4

2 2 4 1 3 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2

9

2 1 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 6 4

8 9 1 Keterangan

Jenis Kelamin Umur Penghasil

an Pendidikan Pengalaman merawat pasien

1. Laki-laki 1 <20 Tahun 1 ≤2 juta 1 SD 1 Pernah

2. Perempuan 2 20-30 tahun 2 >2-5

juta 2

SM

P 2 Tidak Pernah


(3)

Pengetahuan Sikap Katagori

Pengetahuan Katagori Sikap

1 Benar 1 Sangat Tidak Setuju 1 Tin ggi

≥75

% 1 Positif

≥85 % 2 Salah 2 Tidak Setuju 2 Rendah <75

% 2 Negatif

<85 %


(4)

Lampiran 5. Hasil Analisis Data

1. Frequencies

Statistics

Jenis

Kelamin Umur Penghasilan Pendidikan

Pengalaman

Merawat Pasien Pengetahuan Sikap

N Valid 42 42 42 42 42 42 42

Missing 0 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 12 28.6 28.6 28.6

Perempuan 30 71.4 71.4 100.0

Total 42 100.0 100.0

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 20-30 Tahun 14 33.3 33.3 33.3

30-40 Tahun 13 31.0 31.0 64.3

>40 Tahun 15 35.7 35.7 100.0

Total 42 100.0 100.0

Penghasilan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <2 juta 12 28.6 28.6 28.6


(5)

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 1 2.4 2.4 2.4

SMP 5 11.9 11.9 14.3

SMU 31 73.8 73.8 88.1

Perguruan Tinggi 5 11.9 11.9 100.0

Total 42 100.0 100.0

Pengalaman Merawat Pasien

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Pernah 16 38.1 38.1 38.1

Tidak pernah 26 61.9 61.9 100.0

Total 42 100.0 100.0

Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tinggi 22 52.4 52.4 52.4

Rendah 20 47.6 47.6 100.0

Total 42 100.0 100.0

Sikap

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Positif 4 9.5 9.5 9.5

Negatif 38 90.5 90.5 100.0


(6)

2. Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pengetahuan * Sikap 42 100.0% 0 .0% 42 100.0%

Pengetahuan * Sikap Crosstabulation

Sikap

Total

Positif Negatif

Pengetahuan Tinggi Count 2 20 22

% of Total 4.8% 47.6% 52.4%

Rendah Count 2 18 20

% of Total 4.8% 42.9% 47.6%

Total Count 4 38 42

% of Total 9.5% 90.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square .010a 1 .920

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .010 1 .920

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear Association .010 1 .921

N of Valid Casesb 42

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,90.

b. Computed only for a 2x2 table